- Beranda
- Stories from the Heart
Cerita Waras (untold story)
...
TS
irulfm24
Cerita Waras (untold story)
Setelah sekian lama vakum dalam dunia perceritaan, aku kembali terniat ingin berbagi cerita dan kisah hidupku.
Sebenarnya sebelum ini aku sudah pernah membuat sebuah cerita di sini. Tapi sepertinya aku tidak bisa untuk melanjutkan cerita tersebut. Maaf ya.
Jika seandainya tulisanku ini kurang menarik. Harap maklum ya gan, aku cuma lulusan TSM (teknik sepeda motor).
Tapi aku akan mencoba menyampaikan kisah ini semaksimal mungkin.
Jangan berharap ada hal menarik dari kisah ini, karena ini hanya perjalanan hidupku. Aku hanya menceritakan apa adanya saja.
Status : On going

Sebenarnya sebelum ini aku sudah pernah membuat sebuah cerita di sini. Tapi sepertinya aku tidak bisa untuk melanjutkan cerita tersebut. Maaf ya.
Jika seandainya tulisanku ini kurang menarik. Harap maklum ya gan, aku cuma lulusan TSM (teknik sepeda motor).
Tapi aku akan mencoba menyampaikan kisah ini semaksimal mungkin.
Jangan berharap ada hal menarik dari kisah ini, karena ini hanya perjalanan hidupku. Aku hanya menceritakan apa adanya saja.
Status : On going

Quote:
Spoiler for Q&A:
Spoiler for INDEX:
Quote:
Quote:
Diubah oleh irulfm24 11-07-2022 08:19
wong.tanpo.aran dan 10 lainnya memberi reputasi
9
16.7K
243
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.9KAnggota
Tampilkan semua post
TS
irulfm24
#118
Chapter 71 : Bercumbu Di Kost
Masih di bulan Maret 2015.
Malam itu Ayunda menelponku, seperti biasa dia menangis mengungkapkan rasa rindunya padaku. Aku yang selama ini selalu mengabaikannya, tiba-tiba merasa iba dan jujur aku tidak tega kalau setiap dia menelponku, dia selalu menangis. Tapi kenapa aku masih berbuat jahat terhadapnya? Sedangkan dia masih tetap bertahan untuk kembali bersamaku.
Aku pun memberikan sedikit harapan untuknya, kalau nanti dia pulang. Aku akan menjemputnya.
Ya, aku memang terlalu baik, namun aku juga terlalu jahat.
Beberapa hari setelah itu, Ayunda semakin sering memberiku kabar. Mulai dari pagi-pagi buta, siang, sore, bahkan sampai malam hari, dia tak pernah lupa mengabariku. Namun, dia tidak tau kalau di sini, ada wanita lain yang juga perhatian padaku.
Dua hari lagi, akan ada perayaan Cap Go Meh di Kota Singkawang. Devi mengajakku untuk ikut nonton bersamanya. Memang setelah aku sampai di Kampung, Devi juga semakin sering chat denganku. Bahkan tak jarang dia juga menelponku, seperti biasa obrolan kami tak jauh-jauh dari masalah curhat atau obrolan dewasa. Devi ini setahun lebih tua dari Ayunda, namun mereka sudah akrab berteman sejak kecil.
Setelah tamat SMA, Devi pindah ke Singkawang karna kebetulan dia juga bekerja di salah satu Mall yang ada di sana.
"Rul, tanggal 5 nanti ada perayaan Cap Go Meh, kita nonton bareng ya" Ajak Devi lewat telpon.
"Boleh, nanti kita ketemu di mana Dev?"
"Ketemu di kostku juga boleh kok, tapi ada temenku, hehe"
"Oww, ga masalah kok. Nanti kasih tau aja alamatnya ya"
"Iya, kamu berangkatnya besok aja, biar ga terlalu cape"
"Hmmb, oke deh. Sampai jumpa di sana ya" Aku pun mengakhiri panggilan.
Hari ini aku bekerja setengah hari, karna aku mau izin pergi ke Singkawang. Siang itu, aku sudah selesai berkemas dan siap-siap berangkat. Rencananya malam ini aku bermalam di penginapan saja. Ayunda tidak tau kalau aku pergi nonton Cap Go Meh, karna aku sengaja merahasiakan ini dari dia.
Aku pun menelpon Devi, dan memberitahu kalau aku sudah mulai berangkat, dan mungkin akan sampai pukul 3 sore nanti. Devi pun terdengar senang, karna tak lama lagi, kami akan bertemu.
Saat turun dari rumah, tampak awan sudah mulai mendung. Memang di saat akan diadakannya perayaan Cap Go Meh, tak jarang hari pasti akan hujan. Namun aku sudah mempersiapkan segala sesuatu seperti jas hujan kalau misalkan nanti aku bakal kehujanan di perjalanan.
Dan akhirnya firasatku pun benar. Setelah sampai di Kota Sambas, hujan pun mulai turun dengan derasnya. Aku berhenti sejenak, untuk memakai jas hujan. Ku lihat jam di layar HP, sudah menunjukkan hampir jam 2 sore. Aku pun kembali melanjutkan perjalanan.
Di sepanjang perjalanan, hujan tak kunjung berhenti. Aku tetap memaksa untuk terus berkendara di tengah derasnya hujan. Saking derasnya, aku sampai kewalahan untuk melihat badan jalan. Kaca helmku pun tampak buram karna terguyur air hujan. Aku pun mengurangi laju kendaraanku, menyalakan lampu depan, dan mengurangi tekanan angin ban agar tetap aman saat berkendara.
Singkat cerita, setelah satu jam perjalanan di tengah hujan, aku pun akhirnya sampai di Kota Singkawang. Aku berhenti di sebuah SPBU untuk mengisi bahan bakar dan berteduh sebentar. Kembali ku telpon Devi, dengan segera panggilanku pun diangkat.
"Dev, aku udah di SPBU ******* nih. Di sini masih hujan"
"Di sini juga hujan Rul, kamu lanjut aja nanti pas di bundaran, kamu masuk gang diantara Al**mart dan In**mart ya. Nanti aku tunggu di luar"
"Oke"
Aku pun kembali bergegas. Kurang lebih 15 menit, aku tiba di bundaran yang dimaksud. Lalu aku menuju gang tersebut, tak lama aku melihat Devi tengah duduk manis di depan teras kostnya.
"Eh, udah nyampai" Sambut Devi dengan ramah.
"Iya nih, aku kehujanan dari Sambas"
"Wah, jauh ya. Deras juga hujannya?"
"Iya, malah lebih parah dari di sini"
Aku pun melepas helm dan jas hujanku, lalu menggantungnya di salah satu paku yang ada di tiang teras.
"Duuhh, kasian hehe" ujarnya nakal.
Aku hanya tersenyum, mataku masih terus memandangi penampilan Devi yang saat itu mengenakan kaos putih tipis dengan rok hitam pendek. Pahanya yang putih tampak sangat jelas.
"Masuk dulu Rul" ujarnya sembari membuka pintu dengan lebar.
"Eh. Iya.. hehe" Aku pun melepas sepatuku yang sudah basah, lalu masuk ke dalam.
"Duduk dulu Rul, aku bikinin kopi ya. Kasian kamu kedinginan" ujarnya lalu pergi ke belakang.
Aku pun duduk di salah satu kursi kayu yang ada di ruangan itu. Ku taroh tasku di sisi tembok, lalu melepas sweaterku dan meletakkannya di atas tas. Ku lihat seisi ruangan kost itu, tampak sangat bersih dan rapi. Mungkin karna penghuninya cewek kali ya, jadi wajar saja. Fikirku.
Hujan tampaknya tak kunjung reda, malah keliatannya semakin deras saja. Di luar, ku lihat air sudah mulai menggenangi halaman, tampaknya sebentar lagi akan banjir. Ku alihkan pandanganku ke arah motorku yang masih terparkir di luar. Aku sedikit khawatir karna tampaknya standarnya semakin miring karna terbenam ke dalam pasir saat diguyur hujan. Aku pun bergegas keluar dan memindahkan sepeda motorku naik ke atas teras. Alhasil, bajuku pun jadi sedikit basah.
"Kenapa Rul?" Devi muncul sambil membawa segelas kopi hangat di tangannya.
"Ini, motorku kehujanan"
"Owh, masukin ke dalam aja. Itu baju kamu juga basah" ujarnya sembari meletakkan kopi di atas meja, lalu berjalan cepat ke kamar dan kembali dengan membawa handuk.
Aku pun meraih handuk itu, dan mengelap tubuhku yang basah. Sempat tercium aroma wangi dari handuknya.
"Dev, temen kamu ke mana? Kok dari tadi aku engga liat?" Tanyaku penasaran.
"Lagi sama pacarnya. Mungkin juga besok baru pulang" Jawab dia.
"Besok? Emangnya pergi ke mana?"
"Biasalah.. Pacaran, paling malam ini dia tidur sama pacarnya"
"Owww" Aku pun hanya mengangguk sambil ber-oh ria.
Selesai mengelap tubuhku, aku pun mengembalikan handuk tersebut. Devi meraihnya, lalu ikut duduk di kursi tepat di sebelahku. Kursi itu lumayan lebar dan ada satu meja kecil di depannya. Kami pun duduk berdua sambil memandangi hujan yang tampak di depan pintu rumah.
"Diminum Rul kopinya"
"Iya"
Aku pun menghirup sedikit kopi hangat itu. Aroma dan rasanya benar-benar enak.
"Gimana Rul, enak engga?" Tanya dia sambil menoleh mendekat ke wajahku.
"Enak Dev, aromanya harum. Kaya kamu, hehe" Jawabku sambil menggodanya.
"Ihh, kamu bisa aja. Kalau bikinan Ayunda enak engga?"
Di fikir-fikir, kayanya selama ini Ayunda engga pernah deh bikinin aku kopi. Paling sering juga Ibunya, pas aku main ke rumahnya. Aku pun menjawab.
"Lebih enak bikinan kamu dong" Jawabku lagi.
Devi tampak tersenyum malu.
Jika diperhatikan, wajah Devi ini biasa-biasa saja menurutku. Kulitnya putih, hidungnya pesek dan berambut pendek. Namun yang menarik adalah bodynya yang kelihatan sangat montok dan menggoda sekali. Apalagi dengan stelan baju seksi yang ngepas banget ke bodynya itu, membuat semua mata lelaki pasti tertuju padanya.
"Rul, kamu nginap di sini saja ya" Ujarnya tiba-tiba.
"Aku rencana mau nyari penginapan sih" balasku.
"Engga perlu, saat acara keramaian seperti ini pasti harga penginapan mendadak naik, apalagi hotel, buang-buang duit. Mending di sini aja, ya" ujarnya lagi, sembari memegang kedua tanganku.
"Tapi aku takut nanti kalau-" Belum selesai aku bicara, dia langsung memotong.
"Shhhtt! Di sini aman kok, tenang aja. Di sini orang-orang engga peduli sama sekeliling. Aku-aku, kamu-kamu" ujarnya lagi sembari meletakkan jari telunjuknya di bibirku.
Aku pun akhirnya diam dan pasrah. Lagi pula, engga ada ruginya juga aku tidur di sini malam ini.
Singkat cerita, malam itu pun kuputuskan untuk bermalam di kost Devi.
Malam penyambutan perayaan Cap Go Meh, hujan mulai reda. Kami pun pergi berjalan berdua keliling kota, melihat pemandangan lampion yang tersusun indah di seluruh kota. Memang kota ini tak heran jika dijuluki kota seribu kelenteng. Bagaimana tidak, setiap perayaan Imlek dan Cap Go Meh, kota ini selalu meriah. Tak jarang perayaan ini menjadi sorotan media dan kehadiran turis turis asing. Bahkan orang-orang China yang berasal dari kota-kota lain pun ikut berkunjung ke sini saat perayaan Cap Go Meh.
Selesai berkeliling Kota Singkawang. Kami singgah sebentar di sebuah rumah makan. Aku kembali memeriksa HP untuk memastikan apakah ada pesan dari Ayunda. Ternyata benar, sudah ada beberapa pesan yang masuk. Pesan tersebut tak hanya dari Ayunda, namun ada juga dari Rini dan Nuri.
"Sibuk banget Rul" Tanya Devi penasaran.
"Biasalah" jawabku santai.
"Kamu udah balikan sama Ayunda?"
"Hmmb, masih mikir dulu sih"
"Aku bingung ya sama hubungan kalian, udah putus tapi kok masih kontakan"
"Ya mau gimana lagi. Ga ada salahnya juga kan?"
"Ya engga sih. Heran aja. Kalau aku udah putus, ya udah aku blokir aja kontaknya"
"Ya aku kan bukan kamu. Aku orangnya suka ga tega sih"
"Hmmb, kamu terlalu baik Rul"
Tak lama, pesanan makanan kami telah tiba. Aku meletakkan HP ku, lalu mulai menyantap makanan. Aku sedikit penasaran, sudah lama aku tidak menanyakan hal ini lagi kepada Devi.
"Dev, sebenarnya kamu punya pacar engga sih sekarang?"
"Hmmb, gimana ya. Dibilang punya, tapi dia itu juga punya orang lain"
"Ha? Maksudnya?"
"Ya kan udah pernah aku ceritain kalau pacarku itu ternyata udah punya istri"
"Oh, masih sama yang itu?"
"Udah ga peduli sih aku sama dia. Kita juga jarang ketemu, aku juga ga mau cari masalah sih sama rumah tangga orang"
"Hmm, tau pun. Terus sekarang putus engga?"
"Aku udah pengen putus. Tapi dianya engga mau"
"Lah trus gimana dong?"
"Ya engga tau. Males ah, jangan nanya itu. Aku engga peduli lagi sama dia"
Aku pun berhenti menanyakan hal itu, lalu kembali makan.
Tanpa terasa, waktu sudah menunjukkan hampir jam 10 malam. Devi mengajakku mampir sebentar di In**mart untuk berbelanja. Ku lihat, dia dengan santainya membeli kondom dan membayar ke kasir. Padahal saat itu aku bersedia membayarkan belanjaannya, namun belum sempat aku selesai membeli beberapa cemilan, dia sudah membayar duluan.
Kami berdua akhirnya kembali ke kost. Aku memasukkan sepeda motorku ke dalam rumah. Di luar, tampak sudah mulai gerimis. Sepertinya tak lama lagi hujan akan turun.
Aku duduk sebentar di kursi sembari menyalakan rokok dan memeriksa HP. Di saat aku tengah sibuk membalas sms, tiba-tiba Devi duduk di sebelahku. Dia baru saja mengganti pakaiannya. Kali ini dia hanya mengenakan daster dan jika diperhatikan dia tampaknya tidak memakai bra. Aku bisa melihat dengan jelas dari lekuk dadanya.
"Rul" Dia berbisik.
"Iya Dev" Aku menoleh ke arahnya. Tampak jelas belahan dadanya dari balik kerah daster yang lebar.
"Temenin bobo" Dia kembali berbisik tepat di depan telingaku.
Aku sudah tau maksud dia. Memang Devi ini bisa dibilang cewek yang lumayan nakal. Karna setiap kali kami chat atau telponan juga tak jauh-jauh yang dibahas adalah seks. Aku yang sudah terbiasa dengan sikapnya itu pun hanya bisa diam. Jujur aku kalau sudah digoda seperti ini ya, pasti tergoda lah.
Aku pun segera mengakhiri chatku, lalu mematikan rokokku.
"Dev, sebelum kita mulai. Kamu ikhlas engga tidur denganku?" Tanyaku serius.
"Hmmb, ikhlas lah. Soalnya aku juga suka sama kamu" Jawab dia lalu memeluk tubuhku.
"Tapi kamu tetap jaga rahasia ini ya"
"He emm" Dia mengangguk, lalu mencium leherku.
Di atas kursi kayu itu, Dia lebih mendominasi permainan. Semakin lama, pelukannya semakin erat dan dia pun mulai menghisap leherku. Tetes-tetes hujan mulai terdengar di atas atap, semakin lama semakin cepat dan hujan pun mulai turun.
Udara malam itu mulai dingin. Kami yang tadinya asik bercumbu di kursi, akhirnya pindah ke dalam kamar. Devi mulai mematikan semua lampu, kecuali lampu kamar. Aku pun mulai melepaskan baju dan celana jeans ku, lalu menggantinya dengan celana boxer.
Devi sudah siap menungguku di atas kasur. Hujan semakin deras, tak ada lagi suara-suara yang bisa terdengar selain derai hujan. Aku pun melepaskan dasternya, dan tampak tidak ada satu helai benang pun yang menutupi tubuhnya. Ternyata dia hanya mengenakan sehelai daster saja, tanpa daleman.
Kami pun berpelukan. Malam yang dingin itu kini berganti jadi kehangatan dari dua tubuh yang saling mendekap. Malam itu, aku pun mencumbui Devi di kamar kostnya.
Bersambung...
Malam itu Ayunda menelponku, seperti biasa dia menangis mengungkapkan rasa rindunya padaku. Aku yang selama ini selalu mengabaikannya, tiba-tiba merasa iba dan jujur aku tidak tega kalau setiap dia menelponku, dia selalu menangis. Tapi kenapa aku masih berbuat jahat terhadapnya? Sedangkan dia masih tetap bertahan untuk kembali bersamaku.
Aku pun memberikan sedikit harapan untuknya, kalau nanti dia pulang. Aku akan menjemputnya.
Ya, aku memang terlalu baik, namun aku juga terlalu jahat.
Beberapa hari setelah itu, Ayunda semakin sering memberiku kabar. Mulai dari pagi-pagi buta, siang, sore, bahkan sampai malam hari, dia tak pernah lupa mengabariku. Namun, dia tidak tau kalau di sini, ada wanita lain yang juga perhatian padaku.
Dua hari lagi, akan ada perayaan Cap Go Meh di Kota Singkawang. Devi mengajakku untuk ikut nonton bersamanya. Memang setelah aku sampai di Kampung, Devi juga semakin sering chat denganku. Bahkan tak jarang dia juga menelponku, seperti biasa obrolan kami tak jauh-jauh dari masalah curhat atau obrolan dewasa. Devi ini setahun lebih tua dari Ayunda, namun mereka sudah akrab berteman sejak kecil.
Setelah tamat SMA, Devi pindah ke Singkawang karna kebetulan dia juga bekerja di salah satu Mall yang ada di sana.
"Rul, tanggal 5 nanti ada perayaan Cap Go Meh, kita nonton bareng ya" Ajak Devi lewat telpon.
"Boleh, nanti kita ketemu di mana Dev?"
"Ketemu di kostku juga boleh kok, tapi ada temenku, hehe"
"Oww, ga masalah kok. Nanti kasih tau aja alamatnya ya"
"Iya, kamu berangkatnya besok aja, biar ga terlalu cape"
"Hmmb, oke deh. Sampai jumpa di sana ya" Aku pun mengakhiri panggilan.
4 Maret 2015
Hari ini aku bekerja setengah hari, karna aku mau izin pergi ke Singkawang. Siang itu, aku sudah selesai berkemas dan siap-siap berangkat. Rencananya malam ini aku bermalam di penginapan saja. Ayunda tidak tau kalau aku pergi nonton Cap Go Meh, karna aku sengaja merahasiakan ini dari dia.
Aku pun menelpon Devi, dan memberitahu kalau aku sudah mulai berangkat, dan mungkin akan sampai pukul 3 sore nanti. Devi pun terdengar senang, karna tak lama lagi, kami akan bertemu.
Saat turun dari rumah, tampak awan sudah mulai mendung. Memang di saat akan diadakannya perayaan Cap Go Meh, tak jarang hari pasti akan hujan. Namun aku sudah mempersiapkan segala sesuatu seperti jas hujan kalau misalkan nanti aku bakal kehujanan di perjalanan.
Dan akhirnya firasatku pun benar. Setelah sampai di Kota Sambas, hujan pun mulai turun dengan derasnya. Aku berhenti sejenak, untuk memakai jas hujan. Ku lihat jam di layar HP, sudah menunjukkan hampir jam 2 sore. Aku pun kembali melanjutkan perjalanan.
Di sepanjang perjalanan, hujan tak kunjung berhenti. Aku tetap memaksa untuk terus berkendara di tengah derasnya hujan. Saking derasnya, aku sampai kewalahan untuk melihat badan jalan. Kaca helmku pun tampak buram karna terguyur air hujan. Aku pun mengurangi laju kendaraanku, menyalakan lampu depan, dan mengurangi tekanan angin ban agar tetap aman saat berkendara.
Singkat cerita, setelah satu jam perjalanan di tengah hujan, aku pun akhirnya sampai di Kota Singkawang. Aku berhenti di sebuah SPBU untuk mengisi bahan bakar dan berteduh sebentar. Kembali ku telpon Devi, dengan segera panggilanku pun diangkat.
"Dev, aku udah di SPBU ******* nih. Di sini masih hujan"
"Di sini juga hujan Rul, kamu lanjut aja nanti pas di bundaran, kamu masuk gang diantara Al**mart dan In**mart ya. Nanti aku tunggu di luar"
"Oke"
Aku pun kembali bergegas. Kurang lebih 15 menit, aku tiba di bundaran yang dimaksud. Lalu aku menuju gang tersebut, tak lama aku melihat Devi tengah duduk manis di depan teras kostnya.
"Eh, udah nyampai" Sambut Devi dengan ramah.
"Iya nih, aku kehujanan dari Sambas"
"Wah, jauh ya. Deras juga hujannya?"
"Iya, malah lebih parah dari di sini"
Aku pun melepas helm dan jas hujanku, lalu menggantungnya di salah satu paku yang ada di tiang teras.
"Duuhh, kasian hehe" ujarnya nakal.
Aku hanya tersenyum, mataku masih terus memandangi penampilan Devi yang saat itu mengenakan kaos putih tipis dengan rok hitam pendek. Pahanya yang putih tampak sangat jelas.
"Masuk dulu Rul" ujarnya sembari membuka pintu dengan lebar.
"Eh. Iya.. hehe" Aku pun melepas sepatuku yang sudah basah, lalu masuk ke dalam.
"Duduk dulu Rul, aku bikinin kopi ya. Kasian kamu kedinginan" ujarnya lalu pergi ke belakang.
Aku pun duduk di salah satu kursi kayu yang ada di ruangan itu. Ku taroh tasku di sisi tembok, lalu melepas sweaterku dan meletakkannya di atas tas. Ku lihat seisi ruangan kost itu, tampak sangat bersih dan rapi. Mungkin karna penghuninya cewek kali ya, jadi wajar saja. Fikirku.
Hujan tampaknya tak kunjung reda, malah keliatannya semakin deras saja. Di luar, ku lihat air sudah mulai menggenangi halaman, tampaknya sebentar lagi akan banjir. Ku alihkan pandanganku ke arah motorku yang masih terparkir di luar. Aku sedikit khawatir karna tampaknya standarnya semakin miring karna terbenam ke dalam pasir saat diguyur hujan. Aku pun bergegas keluar dan memindahkan sepeda motorku naik ke atas teras. Alhasil, bajuku pun jadi sedikit basah.
"Kenapa Rul?" Devi muncul sambil membawa segelas kopi hangat di tangannya.
"Ini, motorku kehujanan"
"Owh, masukin ke dalam aja. Itu baju kamu juga basah" ujarnya sembari meletakkan kopi di atas meja, lalu berjalan cepat ke kamar dan kembali dengan membawa handuk.
Aku pun meraih handuk itu, dan mengelap tubuhku yang basah. Sempat tercium aroma wangi dari handuknya.
"Dev, temen kamu ke mana? Kok dari tadi aku engga liat?" Tanyaku penasaran.
"Lagi sama pacarnya. Mungkin juga besok baru pulang" Jawab dia.
"Besok? Emangnya pergi ke mana?"
"Biasalah.. Pacaran, paling malam ini dia tidur sama pacarnya"
"Owww" Aku pun hanya mengangguk sambil ber-oh ria.
Selesai mengelap tubuhku, aku pun mengembalikan handuk tersebut. Devi meraihnya, lalu ikut duduk di kursi tepat di sebelahku. Kursi itu lumayan lebar dan ada satu meja kecil di depannya. Kami pun duduk berdua sambil memandangi hujan yang tampak di depan pintu rumah.
"Diminum Rul kopinya"
"Iya"
Aku pun menghirup sedikit kopi hangat itu. Aroma dan rasanya benar-benar enak.
"Gimana Rul, enak engga?" Tanya dia sambil menoleh mendekat ke wajahku.
"Enak Dev, aromanya harum. Kaya kamu, hehe" Jawabku sambil menggodanya.
"Ihh, kamu bisa aja. Kalau bikinan Ayunda enak engga?"
Di fikir-fikir, kayanya selama ini Ayunda engga pernah deh bikinin aku kopi. Paling sering juga Ibunya, pas aku main ke rumahnya. Aku pun menjawab.
"Lebih enak bikinan kamu dong" Jawabku lagi.
Devi tampak tersenyum malu.
Jika diperhatikan, wajah Devi ini biasa-biasa saja menurutku. Kulitnya putih, hidungnya pesek dan berambut pendek. Namun yang menarik adalah bodynya yang kelihatan sangat montok dan menggoda sekali. Apalagi dengan stelan baju seksi yang ngepas banget ke bodynya itu, membuat semua mata lelaki pasti tertuju padanya.
"Rul, kamu nginap di sini saja ya" Ujarnya tiba-tiba.
"Aku rencana mau nyari penginapan sih" balasku.
"Engga perlu, saat acara keramaian seperti ini pasti harga penginapan mendadak naik, apalagi hotel, buang-buang duit. Mending di sini aja, ya" ujarnya lagi, sembari memegang kedua tanganku.
"Tapi aku takut nanti kalau-" Belum selesai aku bicara, dia langsung memotong.
"Shhhtt! Di sini aman kok, tenang aja. Di sini orang-orang engga peduli sama sekeliling. Aku-aku, kamu-kamu" ujarnya lagi sembari meletakkan jari telunjuknya di bibirku.
Aku pun akhirnya diam dan pasrah. Lagi pula, engga ada ruginya juga aku tidur di sini malam ini.
Singkat cerita, malam itu pun kuputuskan untuk bermalam di kost Devi.
***
Malam penyambutan perayaan Cap Go Meh, hujan mulai reda. Kami pun pergi berjalan berdua keliling kota, melihat pemandangan lampion yang tersusun indah di seluruh kota. Memang kota ini tak heran jika dijuluki kota seribu kelenteng. Bagaimana tidak, setiap perayaan Imlek dan Cap Go Meh, kota ini selalu meriah. Tak jarang perayaan ini menjadi sorotan media dan kehadiran turis turis asing. Bahkan orang-orang China yang berasal dari kota-kota lain pun ikut berkunjung ke sini saat perayaan Cap Go Meh.
Selesai berkeliling Kota Singkawang. Kami singgah sebentar di sebuah rumah makan. Aku kembali memeriksa HP untuk memastikan apakah ada pesan dari Ayunda. Ternyata benar, sudah ada beberapa pesan yang masuk. Pesan tersebut tak hanya dari Ayunda, namun ada juga dari Rini dan Nuri.
"Sibuk banget Rul" Tanya Devi penasaran.
"Biasalah" jawabku santai.
"Kamu udah balikan sama Ayunda?"
"Hmmb, masih mikir dulu sih"
"Aku bingung ya sama hubungan kalian, udah putus tapi kok masih kontakan"
"Ya mau gimana lagi. Ga ada salahnya juga kan?"
"Ya engga sih. Heran aja. Kalau aku udah putus, ya udah aku blokir aja kontaknya"
"Ya aku kan bukan kamu. Aku orangnya suka ga tega sih"
"Hmmb, kamu terlalu baik Rul"
Tak lama, pesanan makanan kami telah tiba. Aku meletakkan HP ku, lalu mulai menyantap makanan. Aku sedikit penasaran, sudah lama aku tidak menanyakan hal ini lagi kepada Devi.
"Dev, sebenarnya kamu punya pacar engga sih sekarang?"
"Hmmb, gimana ya. Dibilang punya, tapi dia itu juga punya orang lain"
"Ha? Maksudnya?"
"Ya kan udah pernah aku ceritain kalau pacarku itu ternyata udah punya istri"
"Oh, masih sama yang itu?"
"Udah ga peduli sih aku sama dia. Kita juga jarang ketemu, aku juga ga mau cari masalah sih sama rumah tangga orang"
"Hmm, tau pun. Terus sekarang putus engga?"
"Aku udah pengen putus. Tapi dianya engga mau"
"Lah trus gimana dong?"
"Ya engga tau. Males ah, jangan nanya itu. Aku engga peduli lagi sama dia"
Aku pun berhenti menanyakan hal itu, lalu kembali makan.
Tanpa terasa, waktu sudah menunjukkan hampir jam 10 malam. Devi mengajakku mampir sebentar di In**mart untuk berbelanja. Ku lihat, dia dengan santainya membeli kondom dan membayar ke kasir. Padahal saat itu aku bersedia membayarkan belanjaannya, namun belum sempat aku selesai membeli beberapa cemilan, dia sudah membayar duluan.
Kami berdua akhirnya kembali ke kost. Aku memasukkan sepeda motorku ke dalam rumah. Di luar, tampak sudah mulai gerimis. Sepertinya tak lama lagi hujan akan turun.
Aku duduk sebentar di kursi sembari menyalakan rokok dan memeriksa HP. Di saat aku tengah sibuk membalas sms, tiba-tiba Devi duduk di sebelahku. Dia baru saja mengganti pakaiannya. Kali ini dia hanya mengenakan daster dan jika diperhatikan dia tampaknya tidak memakai bra. Aku bisa melihat dengan jelas dari lekuk dadanya.
"Rul" Dia berbisik.
"Iya Dev" Aku menoleh ke arahnya. Tampak jelas belahan dadanya dari balik kerah daster yang lebar.
"Temenin bobo" Dia kembali berbisik tepat di depan telingaku.
Aku sudah tau maksud dia. Memang Devi ini bisa dibilang cewek yang lumayan nakal. Karna setiap kali kami chat atau telponan juga tak jauh-jauh yang dibahas adalah seks. Aku yang sudah terbiasa dengan sikapnya itu pun hanya bisa diam. Jujur aku kalau sudah digoda seperti ini ya, pasti tergoda lah.
Aku pun segera mengakhiri chatku, lalu mematikan rokokku.
"Dev, sebelum kita mulai. Kamu ikhlas engga tidur denganku?" Tanyaku serius.
"Hmmb, ikhlas lah. Soalnya aku juga suka sama kamu" Jawab dia lalu memeluk tubuhku.
"Tapi kamu tetap jaga rahasia ini ya"
"He emm" Dia mengangguk, lalu mencium leherku.
Di atas kursi kayu itu, Dia lebih mendominasi permainan. Semakin lama, pelukannya semakin erat dan dia pun mulai menghisap leherku. Tetes-tetes hujan mulai terdengar di atas atap, semakin lama semakin cepat dan hujan pun mulai turun.
Udara malam itu mulai dingin. Kami yang tadinya asik bercumbu di kursi, akhirnya pindah ke dalam kamar. Devi mulai mematikan semua lampu, kecuali lampu kamar. Aku pun mulai melepaskan baju dan celana jeans ku, lalu menggantinya dengan celana boxer.
Devi sudah siap menungguku di atas kasur. Hujan semakin deras, tak ada lagi suara-suara yang bisa terdengar selain derai hujan. Aku pun melepaskan dasternya, dan tampak tidak ada satu helai benang pun yang menutupi tubuhnya. Ternyata dia hanya mengenakan sehelai daster saja, tanpa daleman.
Kami pun berpelukan. Malam yang dingin itu kini berganti jadi kehangatan dari dua tubuh yang saling mendekap. Malam itu, aku pun mencumbui Devi di kamar kostnya.
Bersambung...
Diubah oleh irulfm24 17-08-2021 22:24
Menthog dan limdarmawan memberi reputasi
2













