Kaskus

Story

irulfm24Avatar border
TS
irulfm24
Cerita Waras (untold story)
Setelah sekian lama vakum dalam dunia perceritaan, aku kembali terniat ingin berbagi cerita dan kisah hidupku.

Sebenarnya sebelum ini aku sudah pernah membuat sebuah cerita di sini. Tapi sepertinya aku tidak bisa untuk melanjutkan cerita tersebut. Maaf ya.

Jika seandainya tulisanku ini kurang menarik. Harap maklum ya gan, aku cuma lulusan TSM (teknik sepeda motor).

Tapi aku akan mencoba menyampaikan kisah ini semaksimal mungkin.

Jangan berharap ada hal menarik dari kisah ini, karena ini hanya perjalanan hidupku. Aku hanya menceritakan apa adanya saja.

Status : On going
Cerita Waras (untold story)


Quote:


Spoiler for Q&A:


Spoiler for INDEX:


Quote:

Quote:
Diubah oleh irulfm24 11-07-2022 08:19
aryanti.storyAvatar border
MenthogAvatar border
wong.tanpo.aranAvatar border
wong.tanpo.aran dan 10 lainnya memberi reputasi
9
16.7K
243
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread51.9KAnggota
Tampilkan semua post
irulfm24Avatar border
TS
irulfm24
#109
Spesial Chapter 65.2 : Pergi Dengan Nurul
<<Sebelumnya Spesial Chapter 65.1 Rini

 Hari-hari yang gue lalui sekarang diwarnai oleh dua orang wanita. Inui dan Rini. Gue sangat akrab dengan Inui, namun di saat yang sama gue juga jadian sama Rini.

 Gue sekarang magang di salah satu Bengkel Ahass, sedangkan Rini masih sekolah kelas 3 SMP. Di sela-sela waktu kosong, gue pasti menyempatkan diri untuk berbalas sms dengannya.

 Sore itu gue dan Idam sedang duduk istirahat sambil menunggu konsumen datang. Kita berdua tengah asik ngobrol sambil minum dan memperhatikan orang-orang yang lewat di depan bengkel.

 "Rul, ntar malam kita ngumpul lagi yuk. Bareng sama Rini, Nurul dan Sifa" Ajak Idam saat itu. Kebetulan Idam dan gue magang di tempat yang sama.

 "Jam berapa Dam?"

 "Nanti lah habis Isya. Kita ajak Hasrul juga"

 "Hmmb, boleh juga tuh, tapi mereka mau engga diajak ngumpul?" Tanya gue balik.

 "Ya mau lah, ini gue habis smsan sama Sifa" Jawab dia sembari memperlihatkan isi pesan di layar hpnya.

 Gue menengok ke arah layar Hpnya seraya mengangguk pelan. Gue kemudian mengirim sms ke Rini untuk mengajaknya ikut ngumpul juga malam ini. Kebetulan nanti juga malam minggu, dan Rini pun setuju.

 Singkat cerita, malam pun tiba. Gue, Idam dan Hasrul sudah bersiap-siap segera berangkat menuju rumah Rini. Namun di perjalanan, gue mendapat sms dari Rini kalau kita nantinya ngumpul di rumah Wita. Salah satu teman mereka. Mungkin karna tidak enak sama orang tuanya atau bagaimana, gue pun mengiyakan.

 Tak butuh waktu lama, kami tiba di depan sebuah rumah yang tampak gelap karna lampu-lampunya sengaja dimatikan. Di sana, kami sudah disambut oleh beberapa cewek yang ternyata sudah sampai lebih dulu.

 Kami bertiga pun dipersilahkan masuk. Yang gue lihat di rumah itu, tidak ada orang tua. Wita, seorang cewek yang sedikit tomboi dan berambut panjang hanya tinggal berdua dengan ibunya saja di rumah itu, namun kebetulan malam itu ibunya bermalam di rumah neneknya.

 Wita sudah ditemani sama pacarnya, sedangkan kami bertiga juga akan di temani oleh masing-masing cewek yang udah janjian tadi. Gue dan Rini, Idam dan Nurul, kemudian Sifa dengan Hasrul.

 Wita memutar film horor dan cewek-cewek yang lain membantu menyediakan kopi untuk kami malam itu. Lampu rumah masih dalam keadaan gelap, hanya cahaya dari layar TV dan lampu kamar serta lampu dari ruang dapur yang masih menyala. Sedangkan lampu teras dan lampu ruang tengah tetap dimatikan.

 Kami pun masing-masing sibuk dengan pasangannya. Saat itu gue duduk di sebelah Rini.

 "Dek, kenapa Adek ga mau tiap kali Abang ajak jalan?" Tanya gue sembari menatap ke wajah Rini yang saat itu tepat di samping gue.

 "Bukan adek ga mau Bang, Adek takut di marahin sama orang tua. Kan Adek masih sekolah. Nanti kalau pas libur kita boleh jalan kok" Jawab dia lalu tersenyum.

 Rini semakin mendekatkan duduknya ke arah gue. Kami sudah tidak menghiraukan sekeliling kami saat itu. Teman-teman yang lain sepertinya sedang sibuk dengan pasangan masing-masing. Tanpa sadar, Rini mulai menyandarkan tubuhnya di pelukan gue. Kami pun memandangi TV sambil berpelukan berdua.

 "Rambut kamu harum dek" gue membisikkan kata itu tepat di telinganya.

 Dia hanya menoleh dan membalas dengan senyuman. Wajahnya semakin dekat ke arah gue. Dia memejamkan matanya dan gue tanpa sadar langsung mencium bibirnya.

 Gue masih tetap memeluk dia dari belakang, bibir kami berdua masih saling melekat. Dia benar-benar menikmati momen ciuman kala itu. Suasana gelap dalam rumah, membuat kami tidak merasa malu untuk melakukannya. Entah teman-teman yang lain memperhatikan kami atau tidak, kami sudah tidak peduli.

 Gue melepaskan ciuman itu, lalu kembali memandangi wajahnya. Rini tersenyum malu sembari menyentuh kedua bibirnya dengan jari telunjuk.

 "Itu ciuman pertamaku Bang" Ujarnya sambil tersenyum malu.

 "Mau lagi engga" balas gue dengan senyum menggoda.

 Rini memandang sekeliling kami, memperhatikan apakah teman-teman yang lain ada yang sadar. Ternyata mereka masing-masing sudah duduk di pojokan yang lebih gelap. Rini kemudian berdiri sembari menarik tangan gue.

 "Kita ke sana aja yuk" bisik dia.

 Kami berdua pun pindah ke salah satu sofa yang ada di pojok ruangan. Di sana, lumayan gelap namun kami masih bisa melihat sedikit layar TV yang menyala.

 Rini segera duduk di sofa tersebut di susul gue yang duduk di sebelahnya. Tangannya masih menggenggam tangan gue. Gue pun melepaskan tangan gue dan mulai memeluknya kembali. Lagi-lagi untuk kedua kali, kami kembali berciuman. Kali ini ciuman kami semakin nakal dan gue gak menyangka kalau Rini juga bisa senakal ini.

 Malam itu, rumah Wita sudah seperti rumah maksiat saja. Karna di rumah itu, ada empat pasangan kekasih yang saling gelap-gelapan dan menuangkan hasrat.

***

 Hari demi hari telah berlalu. Kami masih sesekali berkumpul di rumah Wita saat Ibunya tidak ada di rumah. Sampai tibalah hari menjelang lebaran.

 Di malam takbir, gue kembali mengajak Rini untuk keluar malam. Gue memberanikan diri untuk menjemputnya langsung di rumahnya. Saat itu gue di sambut oleh Bapaknya langsung.

 Awalnya, Rini sedikit ragu dengan gue. Karna seperti yang dia tau, Bapaknya itu sangat galak dan tidak terlalu suka mengobrol dengan anak muda. Namun semua berbalik 180 derajat.

 Gue yang magang di bengkel sudah terbiasa berhadapan dengan orang-orang yang lebih tua. Bahkan hampir setiap hari gue selalu ikutan ngobrol dengan orang tua bahkan kakek-kakek pelanggan gue di bengkel. Sehingga gue sudah tidak canggung lagi berbicara dengan orang yang lebih tua. Dan di saat yang sama, ternyata Bapaknya Rini ini sangat hobi sekali dengan motor. Beliau juga punya minat di bidang perbengkelan, dan sesekali memperbaiki motornya sendiri di rumah.

 Saking asiknya kami berdua ngomong masalah motor, sampai-sampai gue lupa dengan tujuan gue malam itu. Beliau yang seketika ingat, langsung berkata.

 "Eh, kalian mau jalan ya.. haha.. Asik banget tadi ngobrol sampai lupa" Ujarnya sambil tertawa.

 "Iya Om, jalan keliling-keliling aja malam takbiran" Jawab gue dengan senyum.

 "Ya sudah. Hati-hati ya, jangan pulang larut malam"

 "Iya Om" Gue senyum sambil mengangguk.

 "Om tinggal dulu ya" Beliau pun beranjak, lalu pergi ke belakang.

 Tak lama Rini keluar dari kamarnya dan sudah siap-siap. Malam itu akhirnya gue bisa jalan berdua dengan Rini.

 Di tengah perjalanan malam itu, Rini masih kebingungan bagaimana gue sampai bisa ngobrol lama sampai lupa waktu sama bapaknya. Gue pun hanya membalas dengan candaan.

 "Biasalah sayang. Teman Abang kan banyak yang bapak-bapak. Makanya bisa nyambung kalau ngobrol sama yang lebih tua"

 "Hmmmb.. Hebat ya, Adek jadi kagum,, hihi. Gak pernah loh ada yang seakrab itu ngobrol sama Bapak" Ujarnya lalu memeluk gue erat.

 Dua hari kemudian, tepat di hari lebaran ke dua. Gue pun memperkenalkan Rini pada kedua orang tua gue. Ibu dan Bapak tampak senang sekali saat gue datang ke rumah membawa seorang cewek.

 Lebaran itu, hampir seharian Rini ada di rumah. Ikut membantu ibu memasak dan membersihkan piring-piring sisa kami makan. Rini benar-benar sangat ramah dan Ibu juga mulai jatuh hati dengannya. Tak jarang, Ibu dan Bapak selalu menanyakan kabar Rini saat aku sedang ada di rumah, atau saat aku akan pergi keluar untuk malam minggu.

***

 Hari-hari yang ku lalui dengan Rini tampak seperti tidak ada masalah, seolah-olah semua berjalan lancar. Namun di sisi lain aku juga terkadang jenuh saat Rini tidak bisa diajak jalan dengan alasan dia masih sekolah. Dan di kala itu, aku pasti mengajak Inui untuk keluar malam.

 Aku mempunyai dua circle pertemanan saat itu. Saat ikut ngumpul dengan Sifa, Rini dan teman-temannya, aku pasti berteman dengan Idam dan Hasrul. Namun saat menemui Inui atau berkumpul di rumah Arini, aku pasti berteman dengan Zaky, Galang dan teman-temannya. Begitulah kehidupanku saat itu.

 Tepat seminggu setelah lebaran. Ada sebuah acara konser yang diadakan di sebuah pantai wisata yang lumayan jauh dari tempat kami. Sebut saja pantai Jawai.

 Sifa mengajakku untuk ikut menemani dia dan kakaknya menonton. Tentu saja aku disuruh untuk pergi berdua dengan Rini. Aku pun mengajak Rini untuk pergi, namun seperti biasa dia beralasan tidak diizinkan untuk ikut.

 Di saat yang sama, Nurul malah pengen ikut. Saat itu Nurul sudah jadian dengan Idam. Gue yang tadinya gagal untuk pergi karna Rini tidak bisa ikut, tiba-tiba ditelpon oleh Nurul.

 "Rul, kamu jadi engga nonton konser?" Tanya Nurul dengan suara yang terdengar sedih.

 "Gak jadi Nur, Rini ga mau diajak"

 "Tapi aku pengen nonton.. " Sambil memelas dia berkata.

 "Nonton aja, kan ada Idam pacarmu" balas gue dengan nada bercanda.

 "Kakinya keseleo habis main bola kemarin, jadi gak bisa pergi katanya"

 "Terus, kamu mau pergi sama siapa?" Tanya gue bingung.

 "Pergi sama kamu"

 "Hah? Gue ga enak nanti sama Rini dan Idam"

 "Tapi Rul, aku pengen banget nonton konser. Orang tuaku udah izinin kok" Nurul terus merayu gue agar mau membawanya pergi.

 Mendengar suara Nurul yang terus merayu dengan nada sedih membuat gue semakin tidak tega. Gue pun meng-sms Rini untuk memberitahu kalau Nurul ingin mengajak gue pergi nonton. Rini pun membalas dan tampaknya dia setuju dan mengizinkan gue pergi. Gue berkali-kali minta maaf karna gue sama sekali ga ada niat untuk itu. Gue hanya kasian sama Nurul.

 Setelah meminta izin dengan Rini, gue pun memberanikan diri untuk menelpon Idam.

 "Dam, Rini minta gue buat ngebawa dia nonton konser" Ujar gue lewat telepon.

 "Iya gue tau. Gue gak bisa ikut, kaki gue masih bengkak"

 "Gapapa nih gue bawa pacar lu?"

 "Gapapa, bawa aja. Asal jangan lu apa-apain aja dia..haha"

 "Ya engga lah. Ngapain gue izin sama loe kalau gue gak jujur"

 "Iya iya.. Ya udah, hati-hati ya"

 "Siap bro"

 Gue pun mematikan panggilan. Keesokan harinya, tibalah hari itu. Hari di mana gue pergi jalan dengan Nurul. Jujur gue gak ada niat sama sekali untuk menikung teman atau menghianati pacar gue. Di sisi lain, gue justru merasa tidak enak karna sudah membawa seseorang cewek yang notabene teman akrab pacar sendiri dan pacarnya teman sendiri.

 Aku ingat setelah kejadian inilah, semuanya berubah.

Lanjut>> Spesial Chapter 65.3 Nurul
Diubah oleh irulfm24 13-08-2021 21:58
limdarmawan
pulaukapok
Menthog
Menthog dan 3 lainnya memberi reputasi
4
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.