Kaskus

Story

irulfm24Avatar border
TS
irulfm24
Cerita Waras (untold story)
Setelah sekian lama vakum dalam dunia perceritaan, aku kembali terniat ingin berbagi cerita dan kisah hidupku.

Sebenarnya sebelum ini aku sudah pernah membuat sebuah cerita di sini. Tapi sepertinya aku tidak bisa untuk melanjutkan cerita tersebut. Maaf ya.

Jika seandainya tulisanku ini kurang menarik. Harap maklum ya gan, aku cuma lulusan TSM (teknik sepeda motor).

Tapi aku akan mencoba menyampaikan kisah ini semaksimal mungkin.

Jangan berharap ada hal menarik dari kisah ini, karena ini hanya perjalanan hidupku. Aku hanya menceritakan apa adanya saja.

Status : On going
Cerita Waras (untold story)


Quote:


Spoiler for Q&A:


Spoiler for INDEX:


Quote:

Quote:
Diubah oleh irulfm24 11-07-2022 08:19
aryanti.storyAvatar border
MenthogAvatar border
wong.tanpo.aranAvatar border
wong.tanpo.aran dan 10 lainnya memberi reputasi
9
16.7K
243
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread51.9KAnggota
Tampilkan semua post
irulfm24Avatar border
TS
irulfm24
#78
Chapter 55 : Selamat Tinggal
 Kemerlap bintang di langit malam, menjadi saksi bisu menyaksikan sepasang kekasih yang saling bercumbu melepas hasrat dan kerinduan. Malam yang dingin dan sunyi itu, seakan mengisyaratkan bahwa ini adalah malam terakhir untuk kami berdua. Ku peluk tubuhnya dengan erat, dan kucumbui dia dengan mesra. Di pantai yang gelap dan sepi itu, hanya terdengar desah nafas yang tersamarkan oleh debur suara ombak dan angin laut.

 "Aku sayang kamu, Ayunda" Sambil memeluknya, aku mengucapkan kata itu ke telinganya.

 "Aku juga sayang kamu, Irul" Dia membalas lalu mencium bibirku lagi untuk ke sekian kalinya.

 Kami berdua pun merapikan baju, kemudian kembali duduk di atas motor berdua, sambil memandangi laut yang tampak samar-samar dari kegelapan. Aku mengatur nafas, sebelum mulai mengatakan apa yang selama ini ingin aku sampaikan.

 "Yank, sepertinya ini malam terakhir kita bertemu, sebelum akhirnya kita bertemu lagi suatu saat nanti" Aku berkata dengan nada pelan.

 Dia menoleh ke arahku, meskipun gelap, aku masih bisa melihat dengan jelas dari dekat. Wajahnya seperti kebingungan setelah mendengar apa yang baru saja aku ucapkan.

 "Kenapa?" Dia terheran sambil bertanya.

 "Setelah ini aku akan pergi merantau, ke Malaysia dengan Bapak"

 Dia terdiam, kemudian kembali memelukku.

 "Berapa lama kamu akan pergi?" Lirih dia bertanya.

 "Entahlah, mungkin setahun" Aku juga tidak tau pasti akan pergi berapa lama.

 "Lama, aku nanti bakal kesepian" Semakin erat dia memelukku.

 Aku menoleh mendekati wajahnya, ku sentuh pipinya, ku rasakan ada air mata yang mengalir. Aku tau, ini pasti berat bagi dia. Begitu juga bagiku. Tapi ini harus aku lakukan, demi masa depan kami berdua. Aku harus bisa mengumpulkan uang untuk menikahi dia. Karna, aku tidak ingin hubungan ini terlalu lama tanpa ada kepastian. Lagipula, apalagi yang kami tunggu. Kami sudah memantapkan hati untuk menikah. Aku juga sudah lelah terus-terusan gagal dalam percintaan. Aku ingin, dia menjadi cinta terakhirku.

***

 Keesokan harinya, aku kembali mengantar Ayunda ke stasiun. Di sana, dia berangkat sendiri menggunakan Bis. Sebelum berpisah, tangannya seakan berat untuk melepaskan pegangan tanganku. Dari kedua matanya, aku melihat kesedihan. Tidak ada senyum yang terukir di raut wajahnya. Namun dia tetap terlihat cantik di mataku. Aku melepaskan genggaman tangan ku, sebelum akhirnya kami mengucapkan kata perpisahan. Langkah kakinya seperti berat ingin melangkah, saat menaiki Bis itu. Dia masih menoleh ke arahku, kulontarkan senyum kepadanya, mengatakan bahwa semua akan baik-baik saja.

 Ya, semua akan baik-baik saja. Di perjalanan pulang, ku tutup rapat visor helmku. Aku tak akan menahan air mata ini, biarkan semuanya mengalir. Karna takkan ada yang tau, di balik helm itu, ada seorang laki-laki yang sedang menangis.

***
Agustus 2014

 Beberapa hari kemudian, aku mengajak Bapak untuk menemaniku ke rumah Bos. Malam ini aku akan pamit, aku akan berhenti bekerja. Memang, selama ini aku merahasiakan ini semua dari Bos. Dia hampir tidak percaya kalau aku akan mengundurkan diri. Namun, dia juga tidak bisa berbuat apa-apa. Aku sengaja mengajak Bapakku untuk meyakinkan dia. Ini semua adalah keputusan yang sudah aku fikirkan dengan matang.

 Setelah semua berkas sudah siap. Aku dan Bapak berangkat ke kantor Imigrasi untuk membuat Passport. Saat itu, hujan sangat deras. Kami tetap memaksakan untuk pergi, karna kami sudah berjanji dengan seseorang yang akan membantu urusan kami dalam membuat passport, bisa dibilang orang dalam. Dia adalah Om ku, masih sepupunya Ibuku. Dia juga nanti yang akan mengantarkan kami menuju tempat kerja yang sudah dijanjikan di Malaysia. Orang-orang yang bekerja mencarikan pekerjaan dan mengurus semua administrasi untuk ke Malaysia, di sini biasa dipanggil Agen (Ejen). Semua biaya akan ditanggung di awal, namun tetap diangsur setelah kami menerima gaji nanti.

 Bapakku sebenarnya sudah punya passport, jadi dia hanya menemaniku saja. Karna aku memang belum pernah bikin. Aku masih ingat beberapa pertanyaan yang diajukan ketika aku diwawancarai sebelum membuat passport saat itu.

 "Ke negara mana kamu akan pergi?"

 "Apa tujuan kamu pergi ke sana?"

 "Berapa lama kamu akan pergi?"

 Kira-kira seperti itu, aku sudah diberi pesan untuk menjawab kalau aku akan pergi mengunjungi keluarga. Karna jika tidak seperti itu, maka passport tidak akan jadi. Alias ditolak. Aku tau, ini hanyalah formalitas saja. Dari sekian banyak orang yang ingin membuat passport, jika rata-rata ingin berkunjung ke rumah keluarga. Emangnya semua punya keluarga di sana? Tapi bodo amat, siapa juga yang peduli.

 Seminggu kemudian, Bapakku berangkat lebih dulu. Aku terpaksa harus menunggu karna passportku belum jadi. Aku sempat demam beberapa hari, uangku semakin menipis karna sudah tidak bekerja lagi. Fikiranku tidak karuan, resah hampir ku rasakan setiap hari. Bagaimana tidak, aku yang tadinya berencana pergi bareng sama Bapak, malah harus tinggal sendirian, menyusulnya setelah passportku jadi nanti.

 Hampir setiap hari aku memandangi HP, berharap ada sms atau telpon dari Om ku. Namun, berhari-hari aku menunggu tidak juga ada panggilan dari dia. Apa jangan-jangan aku dibohongi? Itu yang selalu terbayang olehku.

 Setelah tau bahwa aku masih belum berangkat. Mardi, bersedia menolongku. Aku mulai membantu bekerja di bengkelnya selama beberapa hari, sambil menunggu passportku jadi. Berkat itu pula, aku akhirnya punya sedikit uang untuk dibawa, meskipun tidak seberapa. Bosku yang sempat melihatku keluar, sempat bertanya saat menyapaku. Apakah aku tidak jadi berangkat ke Malaysia? Jika tidak jadi, dia masih ingin aku kembali masuk berkerja lagi, namun aku menolak dan menjelaskan kalau passportku belum jadi.

 Satu minggu kemudian, setelah keberangkatan Bapakku. Akhirnya aku menerima panggilan untuk berangkat. Passportku sudah siap. Aku pun mulai mengemasi semua barang yang akan aku bawa. Hari itu, aku pamit dengan Ibu dan adik-adikku. Ini adalah perpisahan terjauh yang akan aku rasakan. Ini adalah detik-detik di mana aku akan meninggalkan kampung halaman.

 Selamat tinggal Ibu, selamat tinggal adik. Selamat tinggal kampung halaman. Aku akan pergi, namun aku berjanji pasti kembali. Dengan langkah perlahan, dengan do'a yang diucapkan. Aku meninggalkan semua di sini, bersama dengan kenangan.

Quote:


Bersambung...
Diubah oleh irulfm24 08-07-2021 12:30
limdarmawan
Menthog
Menthog dan limdarmawan memberi reputasi
2
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.