Kaskus

Story

irulfm24Avatar border
TS
irulfm24
Cerita Waras (untold story)
Setelah sekian lama vakum dalam dunia perceritaan, aku kembali terniat ingin berbagi cerita dan kisah hidupku.

Sebenarnya sebelum ini aku sudah pernah membuat sebuah cerita di sini. Tapi sepertinya aku tidak bisa untuk melanjutkan cerita tersebut. Maaf ya.

Jika seandainya tulisanku ini kurang menarik. Harap maklum ya gan, aku cuma lulusan TSM (teknik sepeda motor).

Tapi aku akan mencoba menyampaikan kisah ini semaksimal mungkin.

Jangan berharap ada hal menarik dari kisah ini, karena ini hanya perjalanan hidupku. Aku hanya menceritakan apa adanya saja.

Status : On going
Cerita Waras (untold story)


Quote:


Spoiler for Q&A:


Spoiler for INDEX:


Quote:

Quote:
Diubah oleh irulfm24 11-07-2022 08:19
aryanti.storyAvatar border
MenthogAvatar border
wong.tanpo.aranAvatar border
wong.tanpo.aran dan 10 lainnya memberi reputasi
9
16.7K
243
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread51.9KAnggota
Tampilkan semua post
irulfm24Avatar border
TS
irulfm24
#104
Chapter 67 : Tanpamu
 Aku termenung memandangi hujan yang turun dengan derasnya pagi ini. Bulan Desember adalah bulan keempat aku berada di sini. Rasanya seperti mimpi saja, pada akhirnya aku kembali lagi ke sini. Jika diingat-ingat, kenapa aku melakukan semua ini. Semua hanya sia-sia, lebih baik aku menetap di kampung halaman saja dulu, bekerja di sana ternyata lebih bahagia dibanding kerja merantau seperti ini.

 Hujan turun semakin deras, air mulai mengalir deras turun dari atas pebukitan, sungai yang tadinya dangkal kini tampak semakin penuh dengan air yang turun dari bukit dan menampakkan warnanya yang sangat keruh. Dikarenakan hujan, kami pagi ini tidak jadi turun kerja. Ya, mau tidak mau, suka tidak suka, aku terpaksa harus kembali bekerja di tempat ini. Entah sebulan, dua bulan aku tidak tau. Satu-satunya yang dapat kulakukan hanyalah pasrah dengan keadaan.

 Di lahan ini, pekerjaan kami tinggal sedikit lagi, rasanya sudah tidak ada lagi yang perlu dikerjakan. Semua sudah genah. Beberapa hari ini kami hanya mengisi polybag untuk menanam bibit saja. Selain itu sudah tidak ada lagi. Karna lahan yang baru juga belum siap, sedangkan lahan yang ada semuanya sudah bersih. Namanya juga lahan pribadi yang baru berkembang, wajar saja jika pekerjaan jadi terbatas.

 Sambil duduk di sebuah kursi panjang yang ada di beranda, aku memandangi hujan sembari mengeluarkan HP ku. Aku kangen dengan Ayunda, meskipun kami sudah putus, namun aku masih merasa kalau aku ini masihlah kekasihnya. Tampak dia masih aktif di facebook, hampir setiap hari aku selalu melihat foto-fotonya yang diupload di beranda.

 Aku membuka pemberitahuan di facebook, tampak ada beberapa komentar yang belum sempat aku baca.

 "Yang sabar ya abang, mungkin bulan depan sudah bisa pulang" Salah satu komentar dari Rini.

 "Iya" Aku pun membalas seadanya.

 Tak lama, muncul sebuah pesan di inbox. Aku membuka pesan itu.

 "Seneng ya sekarang udah ada yang perhatian" Satu pesan dari Ayunda.

 "Seneng apanya?" Aku pun membalas.

 "Itu, mantan kamu. Kenapa ga balikan aja?"

 "Bisa ga sih, ga usah ngurusin aku lagi. Urusin aja tuh pacar baru kamu"

 "Pacar siapa? Kan udah aku bilang dia itu cuma temen. Gak lebih"

 "Iya" Aku pun membalas dengan cuek, lalu meninggalkan kolom chat tersebut.

 Tiba-tiba saja Ayunda muncul lagi, bukannya membuat senang malah menambah sakit hati saja. Kenapa sih dia masih ngurusin aku, bukannya dia sendiri yang minta putus?

 "Huuufffhhh!!!" Aku menghela nafas sejenak.

 Hari ini benar-benar membosankan. Pengen rasanya menelpon seseorang, tapi pulsaku tidak ada. Aku pun beranjak dari tempat duduk lalu kembali ke kamar.

***

 Hari demi hari telah berlalu, tanpa terasa tahun 2014 pun berakhir. Tidak ada hal lain yang kulakukan di sini selain bekerja dan bekerja. Sedangkan di waktu-waktu kosong aku hanya memainkan facebook, bermain-main dengan kucing atau sekedar pergi memancing saja di sungai.

 Ayunda masih sesekali mengirimiku chat, meskipun hanya sekedar membuat emosi saja. Namun entah kenapa aku membiarkannya saja dan tidak memblokirnya. Aku dengan sengaja memperlihatkan kemesraanku dengan Rini yang sering berbalas komentar di facebook untuk membuat Ayunda geram atau marah saat melihatnya. Aku ingin dia juga merasakan apa yang selama ini aku rasakan.

9 Januari 2015

 Sore itu aku baru pulang dari memancing, tampak Bapak dan Syahdan sedang asik minum kopi dan makan cemilan di kamar.

 "Tauke menyuruh kita untuk bekerja di lahan temannya" Ujar Bapak saat aku mulai masuk ke kamar dan ikut makan cemilan bersama mereka.

 "Kerja di mana, Om?" Tanya Syahdan.

 "Katanya di Tubau, gak tau sih daerah mana" balas Bapak.

 "Iya nih, boleh juga. Di sini juga kerjaan udah mau habis" Aku ikut berbicara.

 "Makanya Tauke lagi bantu nyariin kita pekerjaan, sementara nunggu lahannya ini" Ujar Bapak.

 Aku menghirup sejenak kopiku yang masih hangat. Membayangkan kemana lagi kami akan dibawa pergi.

 "Kapan Om rencananya kita ke sana?" Tanya Syahdan, dia juga tampak menghirup sedikit kopinya.

 "Katanya sih, hari sabtu kita berangkat" Jawab Bapak.

 "Berarti besok dong" balasku.

 "Iya besok, jadi malam ini adalah terakhir kita tidur di sini" balas Bapak lagi.

***

 Keesokan harinya.

 Siang itu, kami sudah selesai mengemasi barang-barang kami. Tauke juga sudah datang menjemput. Tak tanggung-tanggung, kami ikut membawa tabung gas dan segala peralatan memasak kami, serta perlengkapan untuk tidur di sana nantinya. Menurut Tauke, mungkin kami butuh satu minggu untuk menyelesaikan lahan temannya itu. Jadi kami harus membawa segala persiapan selengkap mungkin. Kami tidak membawa mesin genset, tapi Tauke membelikan satu mesin genset baru untuk kami. Tak butuh waktu lama, setelah pamit dengan orang-orang di sana, Bang Anas dan ketiga orang tetangga kami, kami pun segera berangkat.

 Entah berapa lama perjalanan kami saat itu, yang aku ingat perjalanan kami sangat jauh. Sampai akhirnya kami tiba di sebuah workshop tua, saat itu sudah sore, mungkin sekitar pukul 16.00 PM.

 Workshop tersebut adalah sebuah bengkel alat berat yang sudah tutup. Di area seluas lapangan bola itu, banyak sekali kendaraan alat berat dan peti konteiner yang sudah mulai berkarat. Jika dihitung mungkin ada belasan alat berat yang terparkir di sana, dengan berbagai jenis dan ukurannya, semuanya tampak sudah tidak digunakan lagi.

 Di sisi halaman tersebut, ada sebuah rumah mirip kontrakan, malam ini rencananya kami akan bermalam di sini dulu. Sementara Tauke akan menjemput temannya itu dan kembali menjemput kami besok hari.

 Saat di perjalanan tadi, kami sudah sempat makan dan membeli beberapa makanan untuk malam ini. Beberapa nasi kotak dan roti serta makanan ringan dan minuman. Jadi malam ini kami tidak perlu lagi repot-repot memasak.

***

 Pagi pun mulai menyapa, aku berjalan sebentar di area lapangan, menaiki beberapa alat berat yang ada di sana sembari menunggu jemputan datang. Kurang lebih pukul 08.00 AM akhirnya Tauke datang bersama temannya yang ternyata adalah seorang perempuan.

 Singkat cerita, kami pun melanjutkan perjalanan menuju lahan temannya itu. Aku semakin bingung entah di bawa ke lokasi mana lagi kami saat itu. Yang aku ingat, jalanan yang kami lewati semakin jauh dan semakin dalam ke sebuah pemukiman. Di sepanjang jalanan berkerikil itu, aku sesekali melihat penduduk yang berjualan buah-buahan di pinggir jalan. Semakin jauh lagi, pepohonan sawit kini digantikan oleh deretan pepohonan Akasia. Hampir sejauh mata memandang, aku hanya melihat deretan pohon Akasia yang ditanam di seluruh sisi bukit dengan jarak yang sangat rapat, kurang lebih satu meter. Ku lihat, pohon-pohon itu baru sebesar betis orang dewasa.

 Tak lama, deretan pohon akasia itu semakin mengilang di belakang, kini mobil menuju ke sebuah jalanan kecil menuruni bukit. Aku sempat melihat sebuah tugu salib besar yang berdiri di persimpangan jalan itu. Tak jauh dari sana, ada sebuah rumah yang berdiri megah.

 Jika dilihat dari dekat, rumah itu tidaklah semegah yang dibayangkan. Sebuah rumah yang belum jadi, terbuat dari kayu besi dengan tiang sebesar 20 x 20 cm. Rumah itu tampak belum dipasangi pintu, tidak ada satupun pintu bahkan tangganya. Sedangakan pondasi rumah lumayan tinggi bahkan kamu bisa berdiri di kolong rumah tersebut, saking tingginya.

 Kami dibawa berkeliling sebentar ke lahan yang akan kami kerjakan, tampak di lahan tersebut sawit-sawitnya sudah mulai berbuah, namun kondisi lahannya sangat rimbun dan ditumbuhi rumput ilalang. Setelah berbincang-bincang tentang lahan dan pekerjaan, kami dibawa kembali ke rumah tadi. Dan di rumah inilah kami akan tinggal.

 Sebuah rumah kayu dengan luas 20 x 15 meter persegi itu, halamannya ditumbuhi pohon ilalang yang setinggi dada orang dewasa. Kami menggunakan dua keping papan yang disandarkan untuk dijadikan pijakan tangga saat ingin menaiki rumah tersebut. Bagian dalamnya tampak sangat luas karna belum dibangun kamar-kamar. Yang aku dengar, rumah ini tidak jadi diselesaikan karna pemiliknya sudah lebih dulu meninggal dunia.

 Entah karna sebuah kepercayaan, orang-orang di desa tersebut pasti akan membatalkan pembangunan rumah jika saat membangun ada anggota keluarga atau pemiliknya yang meninggal dunia. Sehingga mereka lebih memilih membatalkan pembangunan dan membangun di lokasi lain.

 Sebelum pamit, Tauke seperti biasa memberikan kami Ayam, minuman kaleng dan air mineral. Beliau benar-benar seorang bos yang sangat baik, aku sangat bangga sekali punya bos yang perhatian seperti Beliau.

 Setelah Tauke dan temannya pulang, kami pun membersihkan rumah baru kami ini. Di sini aku tidak bisa menemukan sinyal, tapi aku tidak khawatir karna tidak jauh dari sini ada bukit yang lumayan tinggi dan lapang. Ya sebuah tugu salib yang tadinya kami lewati itu, mungkin di sana ada sinyal.

 Hari pun semakin sore, Bapak tampak sibuk membersihkan halaman dari rumput-rumput rimbun dan membuat sebuah jalan kecil menuju sumur untuk kami mandi. Di rumah, Syahdan tampak sedang sibuk menyiapkan makan malam. Sedangkan tugasku, sudah jelas yaitu memasang instalasi lampu untuk penerangan kami malam ini.

 Hari sudah semakin gelap, aku sudah selesai memasang dua buah lampu neon beserta stop kontak untuk kami mengecharge HP. Setelah mengisi tangki genset, aku pun menyalakan mesin itu.

 Senang rasanya tidak tidur di dalam kegelapan lagi. Ya meskipun saat tidur gensetnya dimatikan, tapi setidaknya malam hari tidak lagi segelap saat dulu kami di rumah hantu.

 Setelah makan malam, aku kembali duduk merenung memandang langit malam. Aku duduk bersila di atas lantai teras rumah, sembari mendengarkan suara mesin genset yang menderu. Satu demi satu serangga mulai berterbangan mengelilingi lampu yang sengaja aku pasang di langit-langit teras. Sedangkan dari kejauhan tampak kelap-kelip cahaya kunang-kunang yang berjejer di tengah kegelapan.

 Entah berada di mana aku sekarang ini. Pasti aku berada di sebuah tempat entah berantah lagi. Tapi biarlah, biarkan saja semua mengalir seperti ini. Mungkin suatu saat aku bisa menemukan kebahagiaan, meskipun bukan sekarang, tapi suatu saat. Aku harus menemukannya.

 Malam semakin larut, mesin genset pun kumatikan, aku ingin segera tidur. Namun kembali aku teringat dengan Ayunda, lagi dan lagi. Aku sudah terbiasa dengan kehadirannya, rasanya sangat berbeda jika tak ada pesan darinya. Aku benar-benar belum bisa melupakan dia. Karna jauh di relung hati, aku masih merasa dia adalah milikku.

Quote:

Bersambung...
Diubah oleh irulfm24 30-07-2021 21:03
limdarmawan
pulaukapok
Menthog
Menthog dan 2 lainnya memberi reputasi
3
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.