- Beranda
- Stories from the Heart
Cerita Waras (untold story)
...
TS
irulfm24
Cerita Waras (untold story)
Setelah sekian lama vakum dalam dunia perceritaan, aku kembali terniat ingin berbagi cerita dan kisah hidupku.
Sebenarnya sebelum ini aku sudah pernah membuat sebuah cerita di sini. Tapi sepertinya aku tidak bisa untuk melanjutkan cerita tersebut. Maaf ya.
Jika seandainya tulisanku ini kurang menarik. Harap maklum ya gan, aku cuma lulusan TSM (teknik sepeda motor).
Tapi aku akan mencoba menyampaikan kisah ini semaksimal mungkin.
Jangan berharap ada hal menarik dari kisah ini, karena ini hanya perjalanan hidupku. Aku hanya menceritakan apa adanya saja.
Status : On going

Sebenarnya sebelum ini aku sudah pernah membuat sebuah cerita di sini. Tapi sepertinya aku tidak bisa untuk melanjutkan cerita tersebut. Maaf ya.
Jika seandainya tulisanku ini kurang menarik. Harap maklum ya gan, aku cuma lulusan TSM (teknik sepeda motor).
Tapi aku akan mencoba menyampaikan kisah ini semaksimal mungkin.
Jangan berharap ada hal menarik dari kisah ini, karena ini hanya perjalanan hidupku. Aku hanya menceritakan apa adanya saja.
Status : On going

Quote:
Spoiler for Q&A:
Spoiler for INDEX:
Quote:
Quote:
Diubah oleh irulfm24 11-07-2022 08:19
wong.tanpo.aran dan 10 lainnya memberi reputasi
9
16.7K
243
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.9KAnggota
Tampilkan semua post
TS
irulfm24
#56
Chapter Spesial 10.2 : Jalan Bareng
<<Sebelumnya Spesial Chapter 10.1 Nurhidayanti
Lanjut >> Spesial Chapter 10.3 Kenalan Baru
Malam ini malam minggu, tidak ada hal lain yang gue lakukan selain rebahan dan bermain HP, browsing di internet, atau hanya sekedar sms-an sambil mendengarkan lagu. Gue punya lumayan banyak kenalan cewek yang selalu menemani sms-an. Biasalah sms satu kali dapat bonus 1000 sms. Lumayan kan, bahkan saking gabutnya gue pernah menghabiskan 1000 sms dalam satu hari. Dan gue masih ga percaya gue pernah ngelakuin itu.
Beberapa teman gue yang sering sms-an sama gue antara lain Arini, Lisa, Tri Purnama, Wati dan Wiwit. Mereka semua adalah kenalan gue yang bukan satu sekolah, dan rata-rata mereka baru kelas 3 SMP. Tentu saja gue masih punya kenalan lain, namun kali ini gue punya satu kenalan baru, namanya Inui. Ternyata, dia lumayan asik juga. Bahkan tak segan dia juga sering memulai sms duluan. Walau hanya sekedar menyapa basa-basi.
Jika diingat-ingat, mungkin sudah dua minggu gue mengenal Inui, gue juga udah sering ngobrol bareng dia lewat telpon. Namun belum sekali pun gue bertemu langsung dengan dia. Gue sempat menanyakan akun facebooknya, tapi katanya dia engga punya. Entahlah, apakah dia bohong atau tidak, gue juga ga peduli.
Saat gue lagi asik mendengarkan lagu sambil rebahan di kasur, tiba-tiba ada satu panggilan masuk.
Inui menelpon gue.
"Hallo.." Gue menjawab panggilan itu.
"Hallo juga, Hai Rul lagi apa nih?" Suaranya terdengar lembut dari balik telepon seluler.
"Lagi rebahan aja, tumben nelpon gue?" Tanya gue. Karna emang baru kali ini dia yang menelpon duluan. Biasa cuma sms, sedangkan yang menelpon duluan biasanya gue.
"Engga, bosen aja pengen denger suara lu. hihi" jawab dia sambil tertawa, suara tawa dia juga sangat lembut. Aduh, gue makin penasaran sama wajahnya.
"Lu engga jalan, Rul?" Tanya dia lagi.
"Engga nih, ga ada tujuan"
"Hmm, kebetulan nih. Hihi" ujarnya. Gue semakin penasaran sama tujuannya.
"Kebetulan apa, Nui?" Gue balik nanya.
"Mau engga, nemenin gue jalan" Mak, mimpi apa gue. Kenalan gue yang lain aja belum pernah ada yang berani ajak gue jalan. "Ah mustahil, pasti dia bercanda" batin gue.
"Lu ga bercanda kan?" Gue coba memastikan.
"Serius, lu jemput gue ya" jawab dia dengan nada serius. Gue masih percaya ga percaya sih. Gue udah pernah trauma soalnya dibohongi sama Arini. Gue udah nyampai depan rumahnya, eh dianya ternyata udah jalan sama cowok lain. Kampret
"Yaaaaa........ boleh sih, tapi gue ga tau alamat rumah lu" ujar gue mencoba mastiin lagi.
"Lu tau warung Kompas yang cat biru kan? Nah, rumah gue sebelum warung itu" ujar dia. "Lah, itu kan ga jauh dari rumah Arini" batin gue lagi.
"Iya, tau. Trus rumah lu yang sebelah mana?" Gue nanya lagi, takutnya dia bohongin gue.
"Nanti kalau sudah nyampai depan warung itu, lu sms atau telpon gue aja" kata dia, kayanya dia serius sih.
"Oke deh, gue siap-siap"
"Oke, gue tunggu ya. Bye"
"Bye.. " tuutt. (Kentut) Panggilan pun berakhir.
Gue beranjak dari tempat tidur dan mulai berkemas. Mengenakan baju kaos biasa dengan celana jeans panjang. Gue berdiri di depan cermin besar yang ada di depan pintu lemari memandangi penampilan gue, rambut gue terlihat sedikit acak-acakan. Gue lalu mengambil pomade yang biasa gue taruh di atas lemari, mencoleknya sedikit dan mengosokkan ke rambut gue. Lalu gue "sisir" dengan jari tangan, gue gosok rambut gue yang pendek ke atas lalu gue arahkan ke kanan, atau ke kiri sesuai selera gue. Entah sejak kapan gue malas pakai sisir, gue selalu merapiin rambut gue pakai jari.
Akhirnya gue sampai di depan warung Kompas yang dia maksud. Gue mematikan mesin motor Supra gue, lalu mengeluarkan HP dari saku kiri celana jeans. Tampak jam di layar HP menunjukkan 08.20 PM. Gue mencoba meng-sms Inui, sambil memperhatikan rumah-rumah yang ada di sekeliling gue. Kalau-kalau ada dia yang menunggu di luar rumah.
"Gue udah di depan warung nih" Gue mulai mengirim sms.
"Cling!!!"sms gue dibalas.
"Tunggu bentar, gue keluar" balas sms dari dia. Gue lalu meng-oke-kan. Sambil menunggu di pinggir jalan, dan sesekali memandang sekeliling. Namun tidak tampak juga Inui. Gue semakin tidak tenang. Perasaan gue udah engga enak. Gue lalu menelpon dia.
"tuuuuut..... tuuuuut... cekleg" Panggilan gue diangkat.
"Nui, lu di mana? Gue dari tadi nunggu" ujar gue lewat telepon.
"Ini gue udah di jalan Rul, deket jembatan" jawab dia. "Hah? Jembatan?" Batin gue. Padahal di depan gue juga ada jembatan
"Jembatan mana?" Tanya gue lagi.
"Dekat mesjid" jawab dia. Gue baru sadar ada mesjid tak jauh dari sini. "Kok ga sesuai alamat ya?" Batin gue lagi. Ga bener nih cewek.
"Oke, tungguin. Gue ke sana" ujar gue, langsung mengakhiri panggilan dan bergegas dengan sepeda motor Supra (butut) gue.
Tak butuh satu menit, dari kejauhan gue melihat siluet seorang gadis yang sedang berdiri di pinggir jembatan. Gue semakin dekat, sinar lampu motor gue mengarah ke wajahnya. Dia yang merasa silau, menutupi wajahnya dengan tangan. Gue kemudian berhenti di depan nya. Mematikan mesin motor, lalu menarik nafas dalam-dalam untuk mempersiapkan mental gue sebelum mulai bertanya.
"Ini, Inui ya" Gue mulai bertanya dengan suara pelan. Gadis itu masih menunduk, diam sambil mengusap sedikit matanya menghilangkan rasa silau efek "tembakan" lampu motor gue tadi. Gue yang masih menunggu jawaban, terus memandanginya Gue bisa melihat rambut hitamnya yang lurus mengkilap terkena pantulan cahaya lampu jalan. Rambutnya benar-benar lurus alami, semakin indah dengan hiasan bando berpita putih yang terpasang di rambutnya.
"Iya, ini Gue. Lu Irul kan?" jawab dia, yang kemudian memandang ke arah gue. Sekarang gue bisa melihat wajahnya dengan jelas. Dengan warna kulit hitam manis, hampir tidak ada bekas jerawat di wajahnya. Benar-benar bersih. Dagunya lancip, hidungnya mancung, bahkan warna hitam matanya terlihat sangat indah seperti bola mutiara hitam yang mengkilap. Gue seketika kagum melihat kecantikan nya.
"Iya, gue Irul" jawab gue sambil mengulurkan tangan. Dia lalu membalas uluran tangan gue. "Duh lembut banget tangannya" batin gue.
Gue kemudian berdiri di sebelahnya, Dia sepertinya sedang sibuk membalas sms dari seseorang. Gue cuma bisa diam sambil sedikit memperhatikan bentuk tubuhnya. Ternyata tinggi badannya hampir sama dengan gue, bahkan gue ngerasa dia sedikit lebih tinggi. Badannya kurus sih menurut gue, bahkan saking kurusnya gue tidak bisa melihat adanya gundukan "gunung" di dadanya. Semuanya rata, datar. Tapi, karna dia tinggi, gue engga peduli dengan semua itu. Wajahnya juga cantik.
"Eh, rumah lu di mana?" Gue mencoba bertanya. Dia yang sepertinya sadar kemudian menoleh.
"Itu di belakang" dia menunjuk ke arah jalan setapak yang mengarah ke gang.
"Kok, lu nyuruh gue nunggu jauh banget di sana" balas gue.
"Hehe, di sana juga ada tembusan jalannya. Cuma gue takut, soalnya ada beberapa lampu jalan gang yang mati. Jadi gue terpaksa lewat sini deh" jawab dia dengan senyum. Senyumnya manis banget.
"Oooh" gue pun ber-Oh ria dan mengangguk.
"Jalan yuk" Ujar dia tiba-tiba, dia masih tersenyum ke arah gue.
"Eh iya, ayuk" Gue langsung duduk di motor dan menyalakan mesin dengan engkol kaki. (ga ada starter tangannya kawan). Mesin pun menyala, gue bisa ngerasa dia naik di belakang. Ternyata dia duduk menyamping. Jujur aja, gue belum pernah ngebonceng cewek yang duduk menyamping. Menurut gue, ngebonceng dengan posisi itu sulit buat ngejaga keseimbangan. Tapi gue bodo amat lah. Yang penting bonceng cewek.
Untuk pertama kalinya kami berdua jalan bareng. Gue bahkan tidak tau tujuan kita malam ini mau ke mana. Saat gue tanya, dia hanya bilang "Jalan aja, keliling-keliling". Ya, bagus lah. Gue juga cuma bawa uang 15 ribu, buat jaga-jaga bensin habis. Namun, meski begitu. Gue nyoba basa-basi nawarin.
"Mau beli gorengan ga?".
"Engga, gue udah kenyang" jawab dia.
"Alhamdulillah"batin gue, lega.
Meskipun malam minggu, entah kenapa malam ini kelihatan sepi. Seperti malam Jum'at saja. Udara malam semakin dingin, gue sesekali menggigil menahan hawa dingin angin malam.
"Eh, lu udah punya pacar belum?" Tiba-tiba Inui kepo sama gue.
"Belum, ga laku gue" jawab gue.
"Nah, lu udah punya, belum" Gue balik bertanya.
"Belum sih, tapi gue lagi suka sama satu cowok" jawab dia membuat gue penasaran dan balik nanya.
"Siapa?"
"Ada deh, anak SMA" jawab dia. Gue yang sadar bukan anak SMA, hanya bisa ber-oh ria saja.
"Kenapa ga nyari pacar?" Tanya dia lagi.
"Gue masih trauma, baru aja putus sih. Sementara mau bebas dulu" jawab gue yang ga sengaja curhat.
"Putus gara-gara apa? Kapan?" Dia yang sepertinya penasaran, lalu menghujani gue dengan banyak pertanyaan (kepo). Gue yang udah terlanjur bicara akhirnya menjelaskan.
"Baru beberapa bulan sih. Gue dibohongi, pertama dia ngakunya kelas 1 SMK, ternyata masih SMP. Dan yang paling parah dan ga bisa gue maafin adalah dia ternyata jadian juga sama temen sekelas gue"
"Haha. Kok bisa?" ujar dia tertawa.
"Iya, temen gue itu cerita tentang pacar barunya. Awalnya gue engga curiga. Sampai dia bilang alamat, nama, bahkan ternyata no HP nya juga sama. Sontak kita bedua kaget. Gue, sama temen gue itu sama-sama engga tau kalau kita pacaran sama orang yang sama" ujar gue menjelaskan. Dia yang serius mendengarkan langsung tertawa terbahak-bahak. Karna ketawanya yang lucu akhirnya gue ketularan tertawa juga.
Malam itu pun kami habiskan untuk berkeliling dan pulang lewat jalur yang berbeda. Namun, sayang jalanan pulang yang kami lewati sedikit berlubang dan bergelombang. Gue sempat oleng saat menjaga keseimbangan karna posisi duduk Inui yang menyamping. Akhirnya, mau tidak mau, dia pun mengubah posisi duduknya menghadap ke depan. Dengan demikian, gue pun bisa lebih leluasa mengendalikan motor.
Karna jalanan yang rusak, tak jarang gue menekan rem dan sesekali badannya yang "rata" menyentuh belakang gue. Rasanya mirip boncengan sama cowok saja. wkwkwk..
Kurang lebih jam 10.35 PM, kami akhirnya sampai di jembatan tempat awal kami bertemu. Gue mencoba mengantar dia sampai ke depan rumahnya. Tapi dia tidak mau, dengan berbagai alasan. Karna gue tidak ingin memaksa, akhirnya gue cuma bisa melihat dia berjalan meninggalkan gue. Gue masih menunggu di pinggir jembatan, sampai bayangan dia menghilang di ujung jalan.
Gue akhirnya sampai di rumah, jam sudah menunjukkan pukul 11.10 PM. Gue memasukkan motor ke garasi lalu langsung mengunci pintu dan masuk ke kamar. Aroma parfum Inui masih melekat di baju gue. "Mmpssshhh... wangiiii" Gue lalu menggantung baju itu di kamar, dan membiarkanya berhari-hari sampai aroma wangi itu hilang.
Beberapa teman gue yang sering sms-an sama gue antara lain Arini, Lisa, Tri Purnama, Wati dan Wiwit. Mereka semua adalah kenalan gue yang bukan satu sekolah, dan rata-rata mereka baru kelas 3 SMP. Tentu saja gue masih punya kenalan lain, namun kali ini gue punya satu kenalan baru, namanya Inui. Ternyata, dia lumayan asik juga. Bahkan tak segan dia juga sering memulai sms duluan. Walau hanya sekedar menyapa basa-basi.
Jika diingat-ingat, mungkin sudah dua minggu gue mengenal Inui, gue juga udah sering ngobrol bareng dia lewat telpon. Namun belum sekali pun gue bertemu langsung dengan dia. Gue sempat menanyakan akun facebooknya, tapi katanya dia engga punya. Entahlah, apakah dia bohong atau tidak, gue juga ga peduli.
Saat gue lagi asik mendengarkan lagu sambil rebahan di kasur, tiba-tiba ada satu panggilan masuk.
Inui menelpon gue.
"Hallo.." Gue menjawab panggilan itu.
"Hallo juga, Hai Rul lagi apa nih?" Suaranya terdengar lembut dari balik telepon seluler.
"Lagi rebahan aja, tumben nelpon gue?" Tanya gue. Karna emang baru kali ini dia yang menelpon duluan. Biasa cuma sms, sedangkan yang menelpon duluan biasanya gue.
"Engga, bosen aja pengen denger suara lu. hihi" jawab dia sambil tertawa, suara tawa dia juga sangat lembut. Aduh, gue makin penasaran sama wajahnya.
"Lu engga jalan, Rul?" Tanya dia lagi.
"Engga nih, ga ada tujuan"
"Hmm, kebetulan nih. Hihi" ujarnya. Gue semakin penasaran sama tujuannya.
"Kebetulan apa, Nui?" Gue balik nanya.
"Mau engga, nemenin gue jalan" Mak, mimpi apa gue. Kenalan gue yang lain aja belum pernah ada yang berani ajak gue jalan. "Ah mustahil, pasti dia bercanda" batin gue.
"Lu ga bercanda kan?" Gue coba memastikan.
"Serius, lu jemput gue ya" jawab dia dengan nada serius. Gue masih percaya ga percaya sih. Gue udah pernah trauma soalnya dibohongi sama Arini. Gue udah nyampai depan rumahnya, eh dianya ternyata udah jalan sama cowok lain. Kampret
"Yaaaaa........ boleh sih, tapi gue ga tau alamat rumah lu" ujar gue mencoba mastiin lagi.
"Lu tau warung Kompas yang cat biru kan? Nah, rumah gue sebelum warung itu" ujar dia. "Lah, itu kan ga jauh dari rumah Arini" batin gue lagi.
"Iya, tau. Trus rumah lu yang sebelah mana?" Gue nanya lagi, takutnya dia bohongin gue.
"Nanti kalau sudah nyampai depan warung itu, lu sms atau telpon gue aja" kata dia, kayanya dia serius sih.
"Oke deh, gue siap-siap"
"Oke, gue tunggu ya. Bye"
"Bye.. " tuutt. (Kentut) Panggilan pun berakhir.
Gue beranjak dari tempat tidur dan mulai berkemas. Mengenakan baju kaos biasa dengan celana jeans panjang. Gue berdiri di depan cermin besar yang ada di depan pintu lemari memandangi penampilan gue, rambut gue terlihat sedikit acak-acakan. Gue lalu mengambil pomade yang biasa gue taruh di atas lemari, mencoleknya sedikit dan mengosokkan ke rambut gue. Lalu gue "sisir" dengan jari tangan, gue gosok rambut gue yang pendek ke atas lalu gue arahkan ke kanan, atau ke kiri sesuai selera gue. Entah sejak kapan gue malas pakai sisir, gue selalu merapiin rambut gue pakai jari.
***
Akhirnya gue sampai di depan warung Kompas yang dia maksud. Gue mematikan mesin motor Supra gue, lalu mengeluarkan HP dari saku kiri celana jeans. Tampak jam di layar HP menunjukkan 08.20 PM. Gue mencoba meng-sms Inui, sambil memperhatikan rumah-rumah yang ada di sekeliling gue. Kalau-kalau ada dia yang menunggu di luar rumah.
"Gue udah di depan warung nih" Gue mulai mengirim sms.
"Cling!!!"sms gue dibalas.
"Tunggu bentar, gue keluar" balas sms dari dia. Gue lalu meng-oke-kan. Sambil menunggu di pinggir jalan, dan sesekali memandang sekeliling. Namun tidak tampak juga Inui. Gue semakin tidak tenang. Perasaan gue udah engga enak. Gue lalu menelpon dia.
"tuuuuut..... tuuuuut... cekleg" Panggilan gue diangkat.
"Nui, lu di mana? Gue dari tadi nunggu" ujar gue lewat telepon.
"Ini gue udah di jalan Rul, deket jembatan" jawab dia. "Hah? Jembatan?" Batin gue. Padahal di depan gue juga ada jembatan
"Jembatan mana?" Tanya gue lagi.
"Dekat mesjid" jawab dia. Gue baru sadar ada mesjid tak jauh dari sini. "Kok ga sesuai alamat ya?" Batin gue lagi. Ga bener nih cewek.
"Oke, tungguin. Gue ke sana" ujar gue, langsung mengakhiri panggilan dan bergegas dengan sepeda motor Supra (butut) gue.
Tak butuh satu menit, dari kejauhan gue melihat siluet seorang gadis yang sedang berdiri di pinggir jembatan. Gue semakin dekat, sinar lampu motor gue mengarah ke wajahnya. Dia yang merasa silau, menutupi wajahnya dengan tangan. Gue kemudian berhenti di depan nya. Mematikan mesin motor, lalu menarik nafas dalam-dalam untuk mempersiapkan mental gue sebelum mulai bertanya.
"Ini, Inui ya" Gue mulai bertanya dengan suara pelan. Gadis itu masih menunduk, diam sambil mengusap sedikit matanya menghilangkan rasa silau efek "tembakan" lampu motor gue tadi. Gue yang masih menunggu jawaban, terus memandanginya Gue bisa melihat rambut hitamnya yang lurus mengkilap terkena pantulan cahaya lampu jalan. Rambutnya benar-benar lurus alami, semakin indah dengan hiasan bando berpita putih yang terpasang di rambutnya.
"Iya, ini Gue. Lu Irul kan?" jawab dia, yang kemudian memandang ke arah gue. Sekarang gue bisa melihat wajahnya dengan jelas. Dengan warna kulit hitam manis, hampir tidak ada bekas jerawat di wajahnya. Benar-benar bersih. Dagunya lancip, hidungnya mancung, bahkan warna hitam matanya terlihat sangat indah seperti bola mutiara hitam yang mengkilap. Gue seketika kagum melihat kecantikan nya.
"Iya, gue Irul" jawab gue sambil mengulurkan tangan. Dia lalu membalas uluran tangan gue. "Duh lembut banget tangannya" batin gue.
Gue kemudian berdiri di sebelahnya, Dia sepertinya sedang sibuk membalas sms dari seseorang. Gue cuma bisa diam sambil sedikit memperhatikan bentuk tubuhnya. Ternyata tinggi badannya hampir sama dengan gue, bahkan gue ngerasa dia sedikit lebih tinggi. Badannya kurus sih menurut gue, bahkan saking kurusnya gue tidak bisa melihat adanya gundukan "gunung" di dadanya. Semuanya rata, datar. Tapi, karna dia tinggi, gue engga peduli dengan semua itu. Wajahnya juga cantik.
"Eh, rumah lu di mana?" Gue mencoba bertanya. Dia yang sepertinya sadar kemudian menoleh.
"Itu di belakang" dia menunjuk ke arah jalan setapak yang mengarah ke gang.
"Kok, lu nyuruh gue nunggu jauh banget di sana" balas gue.
"Hehe, di sana juga ada tembusan jalannya. Cuma gue takut, soalnya ada beberapa lampu jalan gang yang mati. Jadi gue terpaksa lewat sini deh" jawab dia dengan senyum. Senyumnya manis banget.
"Oooh" gue pun ber-Oh ria dan mengangguk.
"Jalan yuk" Ujar dia tiba-tiba, dia masih tersenyum ke arah gue.
"Eh iya, ayuk" Gue langsung duduk di motor dan menyalakan mesin dengan engkol kaki. (ga ada starter tangannya kawan). Mesin pun menyala, gue bisa ngerasa dia naik di belakang. Ternyata dia duduk menyamping. Jujur aja, gue belum pernah ngebonceng cewek yang duduk menyamping. Menurut gue, ngebonceng dengan posisi itu sulit buat ngejaga keseimbangan. Tapi gue bodo amat lah. Yang penting bonceng cewek.
***
Untuk pertama kalinya kami berdua jalan bareng. Gue bahkan tidak tau tujuan kita malam ini mau ke mana. Saat gue tanya, dia hanya bilang "Jalan aja, keliling-keliling". Ya, bagus lah. Gue juga cuma bawa uang 15 ribu, buat jaga-jaga bensin habis. Namun, meski begitu. Gue nyoba basa-basi nawarin.
"Mau beli gorengan ga?".
"Engga, gue udah kenyang" jawab dia.
"Alhamdulillah"batin gue, lega.
Meskipun malam minggu, entah kenapa malam ini kelihatan sepi. Seperti malam Jum'at saja. Udara malam semakin dingin, gue sesekali menggigil menahan hawa dingin angin malam.
"Eh, lu udah punya pacar belum?" Tiba-tiba Inui kepo sama gue.
"Belum, ga laku gue" jawab gue.
"Nah, lu udah punya, belum" Gue balik bertanya.
"Belum sih, tapi gue lagi suka sama satu cowok" jawab dia membuat gue penasaran dan balik nanya.
"Siapa?"
"Ada deh, anak SMA" jawab dia. Gue yang sadar bukan anak SMA, hanya bisa ber-oh ria saja.
"Kenapa ga nyari pacar?" Tanya dia lagi.
"Gue masih trauma, baru aja putus sih. Sementara mau bebas dulu" jawab gue yang ga sengaja curhat.
"Putus gara-gara apa? Kapan?" Dia yang sepertinya penasaran, lalu menghujani gue dengan banyak pertanyaan (kepo). Gue yang udah terlanjur bicara akhirnya menjelaskan.
"Baru beberapa bulan sih. Gue dibohongi, pertama dia ngakunya kelas 1 SMK, ternyata masih SMP. Dan yang paling parah dan ga bisa gue maafin adalah dia ternyata jadian juga sama temen sekelas gue"
"Haha. Kok bisa?" ujar dia tertawa.
"Iya, temen gue itu cerita tentang pacar barunya. Awalnya gue engga curiga. Sampai dia bilang alamat, nama, bahkan ternyata no HP nya juga sama. Sontak kita bedua kaget. Gue, sama temen gue itu sama-sama engga tau kalau kita pacaran sama orang yang sama" ujar gue menjelaskan. Dia yang serius mendengarkan langsung tertawa terbahak-bahak. Karna ketawanya yang lucu akhirnya gue ketularan tertawa juga.
Malam itu pun kami habiskan untuk berkeliling dan pulang lewat jalur yang berbeda. Namun, sayang jalanan pulang yang kami lewati sedikit berlubang dan bergelombang. Gue sempat oleng saat menjaga keseimbangan karna posisi duduk Inui yang menyamping. Akhirnya, mau tidak mau, dia pun mengubah posisi duduknya menghadap ke depan. Dengan demikian, gue pun bisa lebih leluasa mengendalikan motor.
Karna jalanan yang rusak, tak jarang gue menekan rem dan sesekali badannya yang "rata" menyentuh belakang gue. Rasanya mirip boncengan sama cowok saja. wkwkwk..
Kurang lebih jam 10.35 PM, kami akhirnya sampai di jembatan tempat awal kami bertemu. Gue mencoba mengantar dia sampai ke depan rumahnya. Tapi dia tidak mau, dengan berbagai alasan. Karna gue tidak ingin memaksa, akhirnya gue cuma bisa melihat dia berjalan meninggalkan gue. Gue masih menunggu di pinggir jembatan, sampai bayangan dia menghilang di ujung jalan.
Gue akhirnya sampai di rumah, jam sudah menunjukkan pukul 11.10 PM. Gue memasukkan motor ke garasi lalu langsung mengunci pintu dan masuk ke kamar. Aroma parfum Inui masih melekat di baju gue. "Mmpssshhh... wangiiii" Gue lalu menggantung baju itu di kamar, dan membiarkanya berhari-hari sampai aroma wangi itu hilang.
Lanjut >> Spesial Chapter 10.3 Kenalan Baru
Diubah oleh irulfm24 26-06-2021 12:49
Menthog memberi reputasi
1













