- Beranda
- Stories from the Heart
Cerita Waras (untold story)
...
TS
irulfm24
Cerita Waras (untold story)
Setelah sekian lama vakum dalam dunia perceritaan, aku kembali terniat ingin berbagi cerita dan kisah hidupku.
Sebenarnya sebelum ini aku sudah pernah membuat sebuah cerita di sini. Tapi sepertinya aku tidak bisa untuk melanjutkan cerita tersebut. Maaf ya.
Jika seandainya tulisanku ini kurang menarik. Harap maklum ya gan, aku cuma lulusan TSM (teknik sepeda motor).
Tapi aku akan mencoba menyampaikan kisah ini semaksimal mungkin.
Jangan berharap ada hal menarik dari kisah ini, karena ini hanya perjalanan hidupku. Aku hanya menceritakan apa adanya saja.
Status : On going

Sebenarnya sebelum ini aku sudah pernah membuat sebuah cerita di sini. Tapi sepertinya aku tidak bisa untuk melanjutkan cerita tersebut. Maaf ya.
Jika seandainya tulisanku ini kurang menarik. Harap maklum ya gan, aku cuma lulusan TSM (teknik sepeda motor).
Tapi aku akan mencoba menyampaikan kisah ini semaksimal mungkin.
Jangan berharap ada hal menarik dari kisah ini, karena ini hanya perjalanan hidupku. Aku hanya menceritakan apa adanya saja.
Status : On going

Quote:
Spoiler for Q&A:
Spoiler for INDEX:
Quote:
Quote:
Diubah oleh irulfm24 11-07-2022 08:19
wong.tanpo.aran dan 10 lainnya memberi reputasi
9
16.7K
243
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.9KAnggota
Tampilkan semua post
TS
irulfm24
#88
Chapter 61 : Kedamaian di Rumah Hantu
19 Oktober 2014
"Kalian sebelumnya kerja apa?" Di dalam mobil, bos sedikit bertanya.
"Kerja pruning bos" Jawab bapakku singkat
"Kalian tiga orang ini pruning semua?"
"Iya bos"
"Berapa orang kalian semua kerja di sana?"
"Dua puluh lebih orang mungkin"
"Oww" bos pun ber oh ria.
"Apa hal kalian lari dari sana?" Bos kembali bertanya.
"Kita semua kena tipu bos, Tidak sesuai perjanjian"
Tanpa menjawab, bos itu hanya menganggukkan kepala saja.
Beberapa jam kemudian, kami tiba di sebuah pasar. Mobil hilux yang membawa kami berhenti di sebuah toko besar.
"Kita belanja peralatan kerja dulu, sama keperluan kalian buat bermalam dan memasak juga" Ujar bos sambil membuka pintu mobil, lalu berjalan keluar. Kami bertiga mengikuti dari belakang. Kemudian ikut masuk ke dalam toko tersebut.
Kami membeli beberapa perlengkapan seperti tabung gas, kompor gas, periuk dan lain-lain buat memasak. Minyak goreng, beras, lampu senter LED dan tak lupa perlengkapan tidur serta perlengkapan mandi.
Setelah kami tau, ternyata si pemilik toko tersebut adalah rekan dari bos kami. Sekaligus bos kedua. Jadi mereka berdua itu join, untuk membangun sebuah perusahaan baru. Dia sebelumnya juga berprofesi sebagai kepala mekanik alat berat di perusahaan lama mereka.
"Nah, ini bos kalian juga" bos tua memperkenalkan temannya yang sedikit tampak lebih muda, dengan tubuh agak kurus dan memakai kacamata.
"Iya, saya hanya bos kecil saja. Dia yang bos besarnya. Tauke kalian ini, hahaha" mereka pun saling tertawa. Kami bertiga juga ikutan tertawa. Mereka ternyata sangat ramah.
"Oke kalau sudah siap semua, kita pergi makan dulu" Ajak tauke besar.
"Siap tauke" ujar kami bertiga.
Singkat cerita, kami semua kemudian menuju sebuah toko makan. Ternyata Tauke kami memilih satu toko yang menyediakan makanan halal. Karna di pasar itu Mayoritas bukan muslim, jadi untuk menemukan makanan halal agak sedikit sulit.
Hari sudah semakin sore. Kami semua kembali diantar menuju lokasi kerja. Tak menunggu waktu lama, kurang lebih setengah jam perjalanan. Kami akhirnya sampai di sebuah lokasi pinggir jalan raya. Di sana terlihat hamparan lahan sawit di sisi kiri dan kanan jalanan. Sawit itu masih berumur kurang lebih 2-3 tahun, masih belum berbuah, namun beberapa sudah ada yang berbunga. Kondisi lahannya lumayan rimbun, dipenuhi rumput-rumput liar dan beberapa pepohonan kecil.
Tauke menunjukkan kepada kami bertiga, kalau itu adalah lahan yang akan kami kerjakan nantinya. Kamudian, Tauke membawa kami sedikit lebih jauh ke lokasi lainnya. Di sana juga terdapat satu lahan lagi. Di ujung lahan, kami melihat ada sebuah gubuk reot yang tertimpa pohon durian. Pohon itu masih tepat menimpa atap rumah.
Mobil kemudian berjalan masuk ke lokasi lahan, tidak jauh dari jalan raya. Mungkin hanya sekitar 20 meter saja. Kami semua turun dari mobil.
"Nah, inilah rumah kalian nanti. Rumah hantu, hahaha" Tauke itu tertawa ke arah kami.
"Rumahnya seram Tauke" ujarku sambil memandangi kondisi gubuk itu.
"Mana ada seram, itu jalan raya dekat. Tiap hari kalian bisa liat mobil lewat. Nah, di seberang sana itu ada kampung orang. Kalau kalian mau main, pergilah ke sana" ujarnya sambil menunjuk ke arah seberang sungai, di ujung jalan raya.
"Udah, angkat semua barang kalian. Besok, kalian spray dulu rumput liar dekat rumah itu. Dibersihkan dulu rumahnya" ujarnya lagi.
Kami bertiga bergotong-royong mengangkut barang belanjaan kami, lalu berjalan menuju rumah hantu tersebut. Yang atapnya ditimpa pohon durian.
Di lihat dari dekat, rumah itu lumayan besar. Masih terbuat dari kayu, beberapa lantainya ada yang sudah lapuk. Atapnya juga berlubang-lubang. Yang lebih menambah kesan seram adalah, tidak ada satupun pintu yang utuh. Semuanya rusak.
Tak jauh di depan pintu rumah, ada sebuah sungai kecil. Sungai itu yang akan kami gunakan untuk mandi nantinya.
Tauke kembali berjalan menghampiri kami tampak dia membawa beberapa crack minuman kaleng.
"Eh, ini air buat kalian. Eh, lu ambil satu kotak air mineral lagi di sana" Ujar Tauke. Dia tampak menyuruhku mengambil air mineral yang ada di mobilnya.
Tanpa basa-basi, aku pun beranjak ke mobil lalu membawa kembali satu dust air mineral dalam kemasan botol.
"Itu semua air buat kalian, biar tidak perlu masak air lagi. Cukup masak buat makan saja" Ujarnya.
"Duh, bos baru ini, baik banget" batinku.
Kami semua kembali merapikan rumah tua itu. Bapak membersihkan sekeliling rumah, Syahdan tampak sibuk menyapu, sedangkan aku merapikan barang-barang lain. Tauke masih belum pulang. Dia masih terus memperhatikan kami bertiga.
"Sementara, kalian kerja di lahan ini dulu. Ini lahannya tidak terlalu besar. Ditambah dua lahan yang di sana tadi. Kurang lebih total ada 1000 pohon sawit. Paling 1 minggu kalian sudah selesai" Ujarnya sambil memperhatikan kami berkemas.
"Kalau sudah selesai di sini. Kami kerja apa lagi Tauke?" Tanya Bapak.
"Habis ini, kalian saya antar ke Company baru yang saya sama bos satunya tadi bikin. Letaknya di Kemena Balingian sana. Lumayan jauh dari sini. Kalau lahan ini, punya saya sendiri" balas dia.
"Dah dulu ya. Hari sudah mau malam. Saya pulang dulu. Besok pagi saya ke sini lagi sama mandor kalian. Dia nanti yang bakal potong pohon ini. Sekalian besok kita bicarakan harga. Oke" Ujarnya lagi. Kemudian pamit meninggalkan kami.
Tampak Tauke sedikit kelelahan berjalan melewati rerumputan yang tinggi itu. Langkahnya sedikit lambat, karna usianya yang sudah lumayan tua. Sayup-sayup terdengar suara mesin mobil menyala. Lalu perlahan menghilang dari kejauhan.
***
Matahari sudah semakin rendah di ufuk barat. Terdengar gemuruh suara mesin listrik di area Rumah Panjang yang tak jauh dari lokasi kami. Aku masih berada di pinggir sungai. Baru saja selesai mandi. Di hilir sungai, aku bisa mendengar suara-suara orang yang sedang mandi di sana.
Aku kemudian berpaling menghadap rumah tua itu. Dari sini, aku tidak bisa melihat jalan raya, karna lokasinya yang lebih rendah. Namun, aku bisa mendengar dengan jelas suara-suara kendaraan yang berlalu lalang, seperti tidak ada hentinya.
Aku berjalan perlahan, langkah demi langkah. Kemudian meniti tangga rumah. Pondasi rumahnya lumayan tinggi. Saking tingginya, kamu bahkan bisa berdiri di kolong rumah itu. Tampak Bapak sudah selesai memasak. Hanya nasi, dan telur goreng. Itu sudah cukup bagi kami.
Hari semakin gelap. Kami tidak memiliki mesin listrik di sini. Tapi tidak masalah, karna kami di sini hanya sementara. Setelah selesai, kami akan pindah ke lokasi perusahaan besarnya. Dan di sana, mungkin sudah ada mesin listriknya.
Setelah selesai makan malam. Aku pun mengeluarkan HP ku dari dalam tas. Kami hanya diterangi oleh lampu senter LED yang cahayanya bisa di setel, terang redup. Baterai HP ku masih setengah, aku bisa melihat banyak sekali sinyal di sini. Rasanya di sini benar-benar damai. Aku tidak peduli dengan kondisi gubuk tua yang kami tempati ini, selama ketenangan itu bisa aku rasakan. Rasanya tidak ada yang lebih bahagia dari itu.
Rasa kedamaian ini, sangat berbeda jauh dari tempat kami bekerja sebelumnya. Di sini, aku bisa bernafas sedikit lega. Karna aku tidak perlu repot lagi mendaki gunung untuk mencari sinyal.
Aku duduk di beranda kecil yang ada di depan pintu. Di sini, aku bisa melihat penerangan dari lampu-lampu jalan. Aku juga bisa melihat dengan jelas mobil-mobil besar yang melintas. Di sela-sela waktu ini, aku ingin berbagi kabarku dengan Ayunda. Apa kabar dia di sana ya?
Aku pun menyalakan koneksi internet, lalu membuka facebook. Berharap Ayunda bisa menemaniku chat malam ini.
Bersambung...
Spoiler for Rumah Hantu:
Menthog dan 3 lainnya memberi reputasi
4














