- Beranda
- Stories from the Heart
Cerita Waras (untold story)
...
TS
irulfm24
Cerita Waras (untold story)
Setelah sekian lama vakum dalam dunia perceritaan, aku kembali terniat ingin berbagi cerita dan kisah hidupku.
Sebenarnya sebelum ini aku sudah pernah membuat sebuah cerita di sini. Tapi sepertinya aku tidak bisa untuk melanjutkan cerita tersebut. Maaf ya.
Jika seandainya tulisanku ini kurang menarik. Harap maklum ya gan, aku cuma lulusan TSM (teknik sepeda motor).
Tapi aku akan mencoba menyampaikan kisah ini semaksimal mungkin.
Jangan berharap ada hal menarik dari kisah ini, karena ini hanya perjalanan hidupku. Aku hanya menceritakan apa adanya saja.
Status : On going

Sebenarnya sebelum ini aku sudah pernah membuat sebuah cerita di sini. Tapi sepertinya aku tidak bisa untuk melanjutkan cerita tersebut. Maaf ya.
Jika seandainya tulisanku ini kurang menarik. Harap maklum ya gan, aku cuma lulusan TSM (teknik sepeda motor).
Tapi aku akan mencoba menyampaikan kisah ini semaksimal mungkin.
Jangan berharap ada hal menarik dari kisah ini, karena ini hanya perjalanan hidupku. Aku hanya menceritakan apa adanya saja.
Status : On going

Quote:
Spoiler for Q&A:
Spoiler for INDEX:
Quote:
Quote:
Diubah oleh irulfm24 11-07-2022 08:19
wong.tanpo.aran dan 10 lainnya memberi reputasi
9
16.7K
243
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.9KAnggota
Tampilkan semua post
TS
irulfm24
#41
Chapter 37 : Liontin
Seisi ruangan kelas mendadak sepi setelah peserta dari dalam kota meninggalkan ruangan. Kami, sepuluh orang peserta yang masih tinggal di dalam kelas hanya bisa saling tatap, dan terdiam. Pak Herman berjalan ke arah meja yang ada di depan, dan duduk sambil menghela nafas lalu berbicara.
"Selamat! Anda kena prank" ucapnya sambil tertawa terbahak-bahak.
Kami yang sudah tegang akan suasana canggung itu, tambah bingung. Ini ada apa sebenarnya?
"ada apa sebenarnya Pak? Kenapa mereka disuruh keluar?" Suara seorang peserta yang duduk di barisan paling belakang. Aku menoleh ke arah suara, ternyata itu si Darwin. Dia emang suka nanya-nanya gitu.
"Jadi gini, sengaja kita pisahkan kalian dari peserta dari dalam kota. Karena, kalian ini spesial, dan khusus buat kalian aja. Kami bakal kasih uang saku, sebagai ganti biaya transport dan uang makan kalian di perjalanan" terang Pak Herman. Beliau lalu mengeluarkan selembar kertas dan mulai memanggil satu per satu nama kami.
Tibalah giliran namaku dipanggil.
"Hairul" panggilnya.
Aku segera berdiri dan berjalan mendatangi Pak Herman, lalu duduk di kursi yang ada di hadapan mejanya. Di meja itu ada selembar kertas dengan isi daftar nama peserta dari luar kota dan dua kolom sebelahnya kosong.
"Kamu berangkat dari rumah naik apa?" tanya dia.
"Diantar pakai motor pak, sama bos kemarin" jawabku.
"Oh, iya ya, lupa saya" dia menepuk kening dan sedikit menggelengkan kepala.
"Kamu tau engga kira-kira berapa ongkos dari Sambas ke Pontianak?" tanyanya lagi.
"ga tau Pak, aku baru kali ini ke Pontianak" jawabku apa adanya.
"Duh, ada yang tau engga kira-kira berapa ongkos dari sambas-pontianak" Beliau pun bertanya ke para peserta yang ada di belakang ku. Aku ikut menoleh ke belakang. Memastikan apakah ada yang tau.
"Kalau sampai Singkawang kurang lebih 70 ribu pak" jawab satu peserta yang duduk di barisan paling depan sebelah kiri. Itu adalah Febri, satu-satunya peserta yang masih satu arah, satu kabupaten denganku.
"Kalau Hairul paling jauh ya lokasinya" Pak Herman balik menanyaiku.
"Iya pak, harus nyebrang sungai lagi" jawab ku.
Beliau pun langsung mengeluarkan uang 500 ribu, dan diserahkan padaku.
"Kamu tanda tangan di sini ya" tangannya menunjuk ke sebuah kolom kosong pada lembar kertas. Aku pun langsung tanda tangan.
"Ini uangnya ganti ongkos pergi-pulang, sama buat makan di perjalanan juga. Nah, nanti kalau ada undangan training lagi, kamu catat aja berapa biayanya. Kalau naik taksi kamu minta struk pembayaran ya" ucapnya sambil menunggu aku selesai tanda tangan.
FYI, biaya ku bukan yang paling besar. Bahkan ada beberapa peserta harus berangkat dan pulang menggunakan pesawat. Jadi mereka bakal dipesankan dulu tiket pesawat, dan selanjutnya hanya dikasih buat ongkos transportasi darat atau air serta ongkos makan di perjalanan saja. Ya memang seperti inilah pelayanan yang kami dapatkan dari Astra, agar tidak ada alasan lagi buat tidak bisa ikut. Karna semua biaya pasti ditanggung. Kecuali yang dalam kota, karna mereka deket aja.
Akhirnya kami pun pulang, namun tidak langsung ke penginapan, tapi kami dibawa jalan-jalan dulu lalu singgah untuk makan dan sekalian belanja di Mall.
Setelah selesai makan-makan, kami diberikan waktu untuk belanja oleh-oleh. Aku pun mulai berjalan keliling-keliling di Mall bersama teman-teman juga tentunya.
Karena kami berkerumun dengan seragam yang sama, kami pun menjadi pusat perhatian pengunjung Mall dan para karyawan di sana. Agak sedikit memalukan memang. Karna risih diliatin terus, aku pun mengajak Ikhsan menemaniku mencari oleh-oleh buat Ayunda. Kami berdua pun meninggalkan kerumunan.
"Lu mau beli apa bro?" tanya Ikhsan.
"Gw mau beliin sesuatu buat pacar gw bro" jawabku, mataku masih memandang sekeliling mencari apa yang nanti mau aku beli.
"Harga di Mall ternyata lumayan mahal-mahal ya"batinku. Aku sampai ragu mau beli, apa tidak. Namun pandanganku tiba-tiba tertuju pada kalung liontin dengan batu permata berwarna biru. Aku pun mendekati kalung itu. Tertulis harga yang lumayan. Lumayan cukup lah buat ku beli.
Tanpa ragu lagi, aku langsung saja membeli kalung itu. Karna sepertinya kami juga sudah terlalu lama berjalan. Mungkin sudah ditunggu di bawah. Daripada aku engga beli apa-apa, mending aku beli ini aja, karna kapan lagi aku ke sini. Aku juga ga ada kendaraan buat jalan-jalan keliling kota.
Singkat cerita, kami pun segera bergegas menyusul rombongan yang ternyata sudah berkumpul di parkiran.
"Woii lama bener kalian" teriak Darwin dari arah mobil yang terparkir di ujung. Kami pun mempercepat langkah menuju mobil.
"Oke, sudah masuk semua?" tanya Pak Cipta yang sudah siap-siap menyalakan mesin.
"Sudah pak" jawab kami.
Mesin mobil pun dinyalakan dan kami langsung diantar pulang ke penginapan.
Bersambung...
"Selamat! Anda kena prank" ucapnya sambil tertawa terbahak-bahak.
Kami yang sudah tegang akan suasana canggung itu, tambah bingung. Ini ada apa sebenarnya?
"ada apa sebenarnya Pak? Kenapa mereka disuruh keluar?" Suara seorang peserta yang duduk di barisan paling belakang. Aku menoleh ke arah suara, ternyata itu si Darwin. Dia emang suka nanya-nanya gitu.
"Jadi gini, sengaja kita pisahkan kalian dari peserta dari dalam kota. Karena, kalian ini spesial, dan khusus buat kalian aja. Kami bakal kasih uang saku, sebagai ganti biaya transport dan uang makan kalian di perjalanan" terang Pak Herman. Beliau lalu mengeluarkan selembar kertas dan mulai memanggil satu per satu nama kami.
Tibalah giliran namaku dipanggil.
"Hairul" panggilnya.
Aku segera berdiri dan berjalan mendatangi Pak Herman, lalu duduk di kursi yang ada di hadapan mejanya. Di meja itu ada selembar kertas dengan isi daftar nama peserta dari luar kota dan dua kolom sebelahnya kosong.
"Kamu berangkat dari rumah naik apa?" tanya dia.
"Diantar pakai motor pak, sama bos kemarin" jawabku.
"Oh, iya ya, lupa saya" dia menepuk kening dan sedikit menggelengkan kepala.
"Kamu tau engga kira-kira berapa ongkos dari Sambas ke Pontianak?" tanyanya lagi.
"ga tau Pak, aku baru kali ini ke Pontianak" jawabku apa adanya.
"Duh, ada yang tau engga kira-kira berapa ongkos dari sambas-pontianak" Beliau pun bertanya ke para peserta yang ada di belakang ku. Aku ikut menoleh ke belakang. Memastikan apakah ada yang tau.
"Kalau sampai Singkawang kurang lebih 70 ribu pak" jawab satu peserta yang duduk di barisan paling depan sebelah kiri. Itu adalah Febri, satu-satunya peserta yang masih satu arah, satu kabupaten denganku.
"Kalau Hairul paling jauh ya lokasinya" Pak Herman balik menanyaiku.
"Iya pak, harus nyebrang sungai lagi" jawab ku.
Beliau pun langsung mengeluarkan uang 500 ribu, dan diserahkan padaku.
"Kamu tanda tangan di sini ya" tangannya menunjuk ke sebuah kolom kosong pada lembar kertas. Aku pun langsung tanda tangan.
"Ini uangnya ganti ongkos pergi-pulang, sama buat makan di perjalanan juga. Nah, nanti kalau ada undangan training lagi, kamu catat aja berapa biayanya. Kalau naik taksi kamu minta struk pembayaran ya" ucapnya sambil menunggu aku selesai tanda tangan.
FYI, biaya ku bukan yang paling besar. Bahkan ada beberapa peserta harus berangkat dan pulang menggunakan pesawat. Jadi mereka bakal dipesankan dulu tiket pesawat, dan selanjutnya hanya dikasih buat ongkos transportasi darat atau air serta ongkos makan di perjalanan saja. Ya memang seperti inilah pelayanan yang kami dapatkan dari Astra, agar tidak ada alasan lagi buat tidak bisa ikut. Karna semua biaya pasti ditanggung. Kecuali yang dalam kota, karna mereka deket aja.
***
Akhirnya kami pun pulang, namun tidak langsung ke penginapan, tapi kami dibawa jalan-jalan dulu lalu singgah untuk makan dan sekalian belanja di Mall.
Setelah selesai makan-makan, kami diberikan waktu untuk belanja oleh-oleh. Aku pun mulai berjalan keliling-keliling di Mall bersama teman-teman juga tentunya.
Karena kami berkerumun dengan seragam yang sama, kami pun menjadi pusat perhatian pengunjung Mall dan para karyawan di sana. Agak sedikit memalukan memang. Karna risih diliatin terus, aku pun mengajak Ikhsan menemaniku mencari oleh-oleh buat Ayunda. Kami berdua pun meninggalkan kerumunan.
"Lu mau beli apa bro?" tanya Ikhsan.
"Gw mau beliin sesuatu buat pacar gw bro" jawabku, mataku masih memandang sekeliling mencari apa yang nanti mau aku beli.
"Harga di Mall ternyata lumayan mahal-mahal ya"batinku. Aku sampai ragu mau beli, apa tidak. Namun pandanganku tiba-tiba tertuju pada kalung liontin dengan batu permata berwarna biru. Aku pun mendekati kalung itu. Tertulis harga yang lumayan. Lumayan cukup lah buat ku beli.
Tanpa ragu lagi, aku langsung saja membeli kalung itu. Karna sepertinya kami juga sudah terlalu lama berjalan. Mungkin sudah ditunggu di bawah. Daripada aku engga beli apa-apa, mending aku beli ini aja, karna kapan lagi aku ke sini. Aku juga ga ada kendaraan buat jalan-jalan keliling kota.
Singkat cerita, kami pun segera bergegas menyusul rombongan yang ternyata sudah berkumpul di parkiran.
"Woii lama bener kalian" teriak Darwin dari arah mobil yang terparkir di ujung. Kami pun mempercepat langkah menuju mobil.
"Oke, sudah masuk semua?" tanya Pak Cipta yang sudah siap-siap menyalakan mesin.
"Sudah pak" jawab kami.
Mesin mobil pun dinyalakan dan kami langsung diantar pulang ke penginapan.
Bersambung...
Diubah oleh irulfm24 23-06-2021 17:00
Menthog dan 2 lainnya memberi reputasi
3













