Kaskus

Story

irulfm24Avatar border
TS
irulfm24
Cerita Waras (untold story)
Setelah sekian lama vakum dalam dunia perceritaan, aku kembali terniat ingin berbagi cerita dan kisah hidupku.

Sebenarnya sebelum ini aku sudah pernah membuat sebuah cerita di sini. Tapi sepertinya aku tidak bisa untuk melanjutkan cerita tersebut. Maaf ya.

Jika seandainya tulisanku ini kurang menarik. Harap maklum ya gan, aku cuma lulusan TSM (teknik sepeda motor).

Tapi aku akan mencoba menyampaikan kisah ini semaksimal mungkin.

Jangan berharap ada hal menarik dari kisah ini, karena ini hanya perjalanan hidupku. Aku hanya menceritakan apa adanya saja.

Status : On going
Cerita Waras (untold story)


Quote:


Spoiler for Q&A:


Spoiler for INDEX:


Quote:

Quote:
Diubah oleh irulfm24 11-07-2022 08:19
aryanti.storyAvatar border
MenthogAvatar border
wong.tanpo.aranAvatar border
wong.tanpo.aran dan 10 lainnya memberi reputasi
9
16.7K
243
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread51.9KAnggota
Tampilkan semua post
irulfm24Avatar border
TS
irulfm24
#90
Chapter 62 : Tersengat Tawon Ndas
20 Oktober 2014

 Segelas kopi hangat mengawali hari pertamaku di rumah ini. Sebuah gubuk tua yang sudah mirip seperti rumah hantu dengan sebatang pohon durian yang terbaring tepat di atapnya. Pagi yang dingin itu menampakkan seluruh wajahnya, tampak cahaya matahari yang cerah menembus bulir embun yang bergelantungan di dedaunan yang melengkung. Hawa dingin masih memeluk tubuh. Ku hirup perlahan kopi itu, sambil menikmati ketenangan pagi.

 Aku pun menyempatkan diri memainkan HP sebentar, sementara menunggu Tauke datang menemui kami pagi ini. Jam menunjukkan pukul 06.05 AM. Satu pesan masuk sudah ada di inbox facebookku. Siapa lagi kalau bukan dari Ayunda. Aku sangat senang, karna sampai saat ini hubungan kami masih baik-baik saja. Semoga hubungan ini akan kekal selamanya. Ya, aku selalu berdo'a seperti itu. Karna tidak ada tujuan lain aku merantau, selain untuk demi dirinya.

 "Nett!!.. Nett!!.."Suara klakson mobil terdengar di luar rumah.

 Tampaknya, Tauke tua sudah datang. Kami menengok sedikit ke luar jendela. Ternyata itu benar beliau.

 "Heii, sini bantu" Dia melambaikan tangan, isyarat menyuruh kami mendatanginya.

 Kami bertiga turun dari rumah, lalu berjalan mendekati. Tampak beberapa barang yang dibawanya di box belakang mobil.

 "Itu racun rumput buat kalian nyeprai nanti" Ujar Tauke sambil tangannya menunjuk beberapa barang di belakang mobilnya.

 Kami yang mengerti maksud beliau, segera menurunkan barang-barang tersebut, beberapa galon berukuran 20 liter kami angkut satu per satu. Serta beberapa semprotan hama yang turut di bawanya.

 "Eh lu, sini angkat barang sini" Tauke menunjuk ke arahku, lalu membukakan pintu mobil.

 Dia mengeluarkan satu kardus kecil berisi Ayam yang tampak masih hidup. Di saat yang sama, turun 2 ekor makhluk kecil berbulu dari dalam mobil. Ya, itu adalah kucing. Satu berbulu putih dengan bintik-bintik hitam berbadan gendut. Sedangkan satu lagi berbulu putih dengan belang-belang oren, sedikit lebih kurus namun tampak sehat.

 "Ini Ayam, buat makan kalian. Sengaja saya tidak beli yang sudah dipotong. Takutnya tidak halal. Jadi kalian sembelih sendiri saja ayamnya" Ujarnya, tampak giginya ompong satu dari balik senyuman.

 "Kalau itu Tauke, kucing buat siapa?" Tanyaku sembari menoleh ke dua ekor kucing yang sedang duduk santai di tanah.

 "Nah, ini kucing buat teman kalian, buat ngusir tikus sama ngusir hantu, hahaha" Jawab dia sembari tertawa.

 "Ini sekalian kamu bawa makanan mereka" Ujar Tauke lagi, sambil menyerahkan satu bungkus makanan kucing kepadaku.

 Setelah selesai membereskan barang-barang. Tauke dan Bapak kembali berbincang-bincang masalah harga. Sedangkan aku dan Syahdan hanya menyimak pembicaraan mereka.

 Singkat cerita, hari itu kami mulai bekerja. Mulai dari memotong pohon-pohon kecil yang tumbuh di sekeliling sawit, sampai menyemprot beberapa lahan yang rumputnya tampak rimbun.

***

 Sore pun tiba, saat itu datang satu orang dengan mobil hilux tua, laki-laki tua berbadan kurus, kulitnya sedikit cokelat, dengan topi di kepalanya. Bajunya biasa saja, mirip baju pekerja kebun seperti kami. Dia tampak membawa sebilah parang yang tergantung di ikat pinggang, serta sebuah mesin gergaji (chain saw). Dia ternyata adalah Mandor kami yang dimaksud.

 Setelah berbincang-bincang dengan beliau, tampaknya orangnya sangat ramah, yang aku tau namanya adalah Bang Udin. Mirip seperti nama Driver kami di perusahaan yang lama. Sore itu, beliau ditugaskan untuk memotong pohon durian yang menimpa pondok kami. Singkat cerita, akhirnya kami bertiga ikut membantu beliau membersihkan sisa-sisa potongan kayu yang habis dipotongnya.

 Selesai memotong pohon itu. Kami mengobrol sebentar dengan Bang Udin, Mandor kami itu.

 "Di sini kalian tidak dikasih genset ya?" Tanya dia, sembari menyalakan rokok di tangannya.

 "Tidak Bang, kata Tauke paling kami sebentar saja di sini. Habis itu kami pindah lagi" Jawab Bapak.

 "Iya sih, dia punya satu lagi lahan paling luas di Kemena sana. Di sana ada mesin genset, sinyal juga banyak. Dekat sama kampung juga"

 "Eh, kalian kalau mau numpang charge handphone kalian, bisa numpang sebentar di mobil saya sana. Kalau belum penuh, besok saya ke sini lagi. Tiap hari saya ke sini buat mantau kalian kerja" Ujarnya lagi, dengan senang hati beliau menawari kami untuk menumpangkan HP untuk di charge sebentar.

 Mendengar itu, aku dan Syahdan bergantian mengecharge HP kami di adaptor mobil, tak lupa HP bapak juga. Meskipun tidak sampai penuh semua, tapi cukuplah untuk esok hari.

 Kami bertiga kemudian diajak berjalan kaki sebentar mengitari lahan tersebut, mendengarkan Mandor menjelaskan cerita-cerita dari para pekerja yang lama. Mendengar kami berasal dari suku yang bisa dibilang masih "saudaraan" sama suku beliau. Beliau pun tampak lebih percaya dengan kami bertiga.

 "Dulu, ini Tauke banyak kena tipu. Udah habis sekian ongkos tapi tidak ada nampak hasilnya" Ujar dia.

 "Ini Taukenya baik, bahkan terlalu baik. Kalian jangan sampai lah tipu dia. Kasian dia sudah tua, walaupun lebih tua umur saya, hahaha" Ujarnya lagi.

 "Bang Udin sudah berapa lama jadi Mador di sini?" Tanya Bapak.

 "Saya sebenarnya tidak mau jadi mandornya. Tapi saya sudah kenal lama sama Tauke. Istrinya sama istri saya itu kakak adik. Tapi beliau hidupnya lebih kaya dari saya. Mungkin karna dia percaya sama saya, makanya dia minta saya jadi mandor kalian. Padahal saya sudah punya kerjaan lain, setiap pagi juga saya harus antar anak sekolah. Habis pulang kerja, baru saya bisa liat-liat kalian di sini" Terang Bang Udin panjang lebar.

 Asik mengobrol, tak terasa hari mulai semakin sore. Langit sudah tampak berganti warna kemerahan. Bang Udin pun memutuskan untuk pulang. Setelah menyerahkan HP kami yang tadi sempat dicharge di mobil. Beliau langsung pamit.

 Malam itu, kami kehadiran dua anggota baru. Yaitu dua ekor kucing pemalas yang kerjanya hanya makan saja. Aku pun bermain-main dengan mereka. Mereka tampak manja, tidak takut sama sekali dengan kami.

***

 Keesokan harinya.

 Kami kembali bekerja, hari ini kami melanjutkan menyemprot hama di lahan sawit yang tak jauh dari rumah. Kucing-kucing itu juga ikut menemani kami. Entah apa yang mereka kerjakan, yang aku lihat, mereka hanya berlari-lari di sela-sela rerumputan saja.

 Aku yang saat itu menggendong tangki semprotan, berjalan ke lokasi yang ada di atas bukit kecil. Bukit itu tepat di seberang jalan raya.

 Tengah asik berjalan sambil mengayunkan pompa tangki, sepatuku tiba-tiba ambruk ke dalam sebuah lubang. Dari lubang itu, aku melihat serangga yang sangat mengerikan. Serangga hitam sebesar jempol tangan itu berterbangan dari sarangnya yang saat itu tak sengaja aku injak.

 Sontak aku panik dan berlari sekuat tenaga, sambil menggendong tangki semprotan yang saat itu lumayan berat, karna masih setengah berisi. Aku terus berlari tanpa arah tujuan, sampai akhirnya aku melompati tebing tinggi lalu jatuh tepat di sisi jalan raya.

 Aku merasakan panas di belakang lutut dan di telinga kananku. Aku di sengat oleh dua ekor Tawon Tanah (Tawon Ndas) atau dalam istilah orang di sana, mereka menyebutnya "Gamaeng".

 Rasanya benar-benar sakit, mataku sampai berair seperti ingin manangis menahan rasa perih itu. Aku mulai merasakan telingaku panas dan membengkak. Kakiku terasa kaku dan sulit digerakkan.

 Dengan masih posisi telungkup, aku perlahan menoleh ke belakang. Memastikan tidak ada lagi serangga itu mengejarku.

 "Ada apa Rul?" Teriak Bapak yang menyadari sesuatu terjadi padaku.

 "Ada Tebuan di atas sana Pa, Aku kena sengat" Teriakku dari bawah tebing.

 Syahdan yang ikut mendengar, datang menghampiriku. Dia pun membantuku bangun lalu membawaku pulang ke rumah. Aku mulai kesulitan untuk berjalan, rasanya kakiku mati rasa dan kaku.

 Sampai di rumah, aku melepas celana panjang yang saat itu aku pakai. Tampak sedikit robek dibagian lukanya. Baru kali ini aku melihat luka bekas sengatan sebesar itu. Saking besarnya, luka itu tampak seperti ditusuk dengan sebilah paku. Aku juga melihat kulit di sekeliling lukanya mulai membiru. Sengatan itu pasti mengandung Bisa.

 Karna tragedi itu, aku memutuskan untuk beristirahat sebentar. Tak ada obat luka yang kami bawa, satu-satunya hanya Balsem saja. Aku pun mengolesi luka itu dengan Balsem, di ketiak lutut dan di belakang daun telinga kananku.

 Malam itu, badanku sudah mulai terasa tidak enak. Keringat dingin mulai bercucuran. Aku tidak bisa tidur. Telingaku sakit, kakiku mati rasa. Aku seperti merasakan lumpuh di sebagian kakiku. Aku semakin khawatir saat rasa sakit itu mulai menjalar dari kaki ke pinggangku. Lalu dari telinga sampai ke leherku. Sekarang aku sudah tidak bisa bergerak lagi. Aku juga mulai kesulitan untuk bernafas. Aku takut, bagaimana jika ini semakin parah. Apa yang akan terjadi dengan nasibku.

 Aku menghela nafas sejenak. Malam semakin larut, udara terasa semakin dingin. Aku meyakinkan diri bahwa aku akan baik-baik saja. Ini tidaklah seberapa. Ya, aku yakin. Esok hari pasti akan bersinar jua. Di tengah kesunyian malam itu, akupun terlelap tanpa sadar.

Bersambung...
Diubah oleh irulfm24 22-07-2021 22:06
limdarmawan
pulaukapok
Menthog
Menthog dan 2 lainnya memberi reputasi
3
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.