- Beranda
- Stories from the Heart
Cerita Waras (untold story)
...
TS
irulfm24
Cerita Waras (untold story)
Setelah sekian lama vakum dalam dunia perceritaan, aku kembali terniat ingin berbagi cerita dan kisah hidupku.
Sebenarnya sebelum ini aku sudah pernah membuat sebuah cerita di sini. Tapi sepertinya aku tidak bisa untuk melanjutkan cerita tersebut. Maaf ya.
Jika seandainya tulisanku ini kurang menarik. Harap maklum ya gan, aku cuma lulusan TSM (teknik sepeda motor).
Tapi aku akan mencoba menyampaikan kisah ini semaksimal mungkin.
Jangan berharap ada hal menarik dari kisah ini, karena ini hanya perjalanan hidupku. Aku hanya menceritakan apa adanya saja.
Status : On going

Sebenarnya sebelum ini aku sudah pernah membuat sebuah cerita di sini. Tapi sepertinya aku tidak bisa untuk melanjutkan cerita tersebut. Maaf ya.
Jika seandainya tulisanku ini kurang menarik. Harap maklum ya gan, aku cuma lulusan TSM (teknik sepeda motor).
Tapi aku akan mencoba menyampaikan kisah ini semaksimal mungkin.
Jangan berharap ada hal menarik dari kisah ini, karena ini hanya perjalanan hidupku. Aku hanya menceritakan apa adanya saja.
Status : On going

Quote:
Spoiler for Q&A:
Spoiler for INDEX:
Quote:
Quote:
Diubah oleh irulfm24 11-07-2022 08:19
wong.tanpo.aran dan 10 lainnya memberi reputasi
9
16.7K
243
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.9KAnggota
Tampilkan semua post
TS
irulfm24
#80
Chapter 56 : Dunia Asing
28 Agustus 2014
Hari ini, adalah hari terakhir aku memijakkan kaki di kota ini, sebuah kota kelahiranku dengan sejuta kenangan di dalamnya. Hari ini pula, aku akan mengawali kehidupan yang baru. Sebuah perjalanan hidup, yang belum pernah aku rasakan sebelumnya.
Di stasiun, aku tidak menelpon Ayunda, aku tau jam segini pasti dia sedang sibuk. Sekarang hampir jam 3 sore, aku hanya sedikit mengirimi pesan lewat sms saja waktu itu.
"Sayang, hari ini aku mulai berangkat. Do'akan aku, semoga selamat sampai tujuan, ya" Pesan itupun aku kirim, tanpa ada balasan dari dia. Tapi tidak apa-apa, aku tau nanti pasti dia akan membalasnya.
"Ayo.. Berangkat, berangkat, berangkat!" Teriakan dari kernet Bus memecah lamunan. Aku beranjak dari tempat duduk, dan mulai berjalan menaiki Bus jurusan Sambas-Entikong yang berwarna biru itu. Aku duduk di sebuah kursi paling belakang, di sebelah kaca jendela paling kanan. Penumpang lain mulai memenuhi seisi Bus, semakin lama, semakin sesak. Harap maklum, bus ini sepertinya tidak tau aturan, mereka masih tetap memaksakan muatan, meskipun mereka tau sudah terlampau ramai. Semua penumpang bus ini, menuju suatu tujuan yang sama. Yaitu pergi ke perbatasan Indonesia-Malaysia.
Bus mulai berangkat, semakin lama semakin jauh meninggalkan kota. Aku kembali menatap ke luar kaca di sebelahku. Memperhatikan satu demi satu rumah yang kami lewati, pepohonan, persawahan. Semua itu, aku pasti akan merindukannya.
Tidak ada sedikitpun kegembiraan yang kurasakan saat itu. Hanya kesepian, hampa, ketakutan dan kesedihan. Semua itu, aku tahan demi satu tujuan. Andai saja aku terlahir di keluarga yang kaya, aku pasti tidak perlu melakukan semua ini. Dan andai pula jika aku memiliki pendidikan yang tinggi, aku juga tidak mau harus hidup menderita. Tapi, aku membuka pandanganku lebih luas, ada lebih banyak orang di luar sana yang bahkan lebih menderita daripada aku. Aku harus selalu bersyukur dengan apa yang sudah aku miliki. Dan aku harus berjuang, untuk keluar dari lingkaran ini.
Sebuah perjalanan yang sangat jauh, bahkan setelah aku terbangun, kami masih tetap di perjalanan. Berada di dalam bus yang penuh sesak ini, membuat kepalaku pusing. Aku memeriksa jam di HPku, sudah menunjukkan hampir jam 7 malam. Ada satu balasan sms dari Ayunda.
"Iya sayang. Hati-hati, semoga selamat sampai tujuan. Nanti kalau sudah sampai, jangan lupa kasih kabar" Karna sedang pusing, dan perut mual. Akupun tidak membalas sms itu. Dan kembali memasukkan HP ke dalam saku celana.
Tak lama, bus berhenti di sebuah rumah makan. Kami istirahat sebentar, untuk makan dan mungkin sekedar buang air atau bersantai saja. Aku tidak tau kami sekarang ada di mana. Yang aku dengar, perjalanan masih memakan waktu kurang lebih 5 jam lagi. Aku hanya sesekali memainkan HP, karna untuk menghemat baterai sebelum sampai ke tujuan nanti.
Singkat cerita, kami kembali melanjutkan perjalanan malam itu. Aku kembali tertidur. Malam itu sangat dingin, bahkan di dalam bus tanpa AC itu terasa seperti membeku. Aku menarik ke atas retsleting sweaterku. Bibirku bergetar menahan hawa dingin itu. Di luar sangat gelap, entah di mana kami berada. Tiba-tiba suara kernet bus kembali terdengar.
"Bagi penumpang gelap. Harap keluar dan bersembunyi di atap. Kita akan segera memasuki wilayah pemeriksaan" Teriak kernet itu. Aku yang tidak tau maksudnya apa, hanya diam dan bingung. Yang aku tau, penumpang gelap adalah mereka yang tidak mempunyai kartu Indentitas apapun. Baik KTP, maupun Passport.
Bus seketika berhenti, beberapa penumpang gelap mulai keluar dari bus. Tempat duduk yang sesak tadi, mulai terasa lebih luas. Aku bisa mendengar beberapa langkah kaki yang berpijak di bagian atap bus. Mereka ditutup dengan sebuah tarpal tebal, untuk bersembunyi dari razia pemeriksaan yang mungkin menunggu kami di depan. Mungkin terdengar tidak masuk akal, dengan bersembunyi di atap bisa terhindar dari razia. Tapi mau bagaimana lagi, mereka sebagai penumpang yang tidak tau apa-apa, hanya bisa pasrah menuruti semua yang diperintahkan.
Kurang lebih jam 3 subuh. Kami telah sampai di sebuah pasar tak jauh dari pintu gerbang PLBN Entikong. Aku memesan segelas kopi hitam, untuk menghangatkan tubuh dan menghilangkan rasa kantuk dari lelahnya perjalanan jauh. Aku kembali meng-sms Ayunda. Memberi kabar kalau aku sudah sampai di depan pintu gerbang. Tepat jam 5 pagi, pintu gerbang itu akan dibuka. Sambil menunggu, aku sedikit mengobrol dengan beberapa orang di sana. Satu orang yang ikut menemaniku dan satu lokasi kerja denganku nanti adalah Ridwan. Dia adalah sepupuku. Umurnya satu tahun lebih tua dariku.
"Rid, masih jauh engga perjalanan kita?" Aku bertanya kepada Ridwan yang duduk disebelahku.
"Masih lama, mungkin masih satu hari satu malam perjalanan kita nanti" Jawab dia.
Aku mendengar jawaban itu, sontak kaget. Seberapa jauh sih tempat kerja itu? Fikirku. Memang, Ridwan ini sudah pernah pergi satu kali ke sana. Ke tempat kerja yang akan kami tuju nantinya. Dia pulang kampung sebentar, untuk mencari rekan kerja sekaligus cuti lebaran.
Aku kembali terdiam, membayangkan betapa jauhnya aku meninggalkan kampung halaman. Seperti apa perjalananku selanjutnya nanti? Aku terus memandangi pintu gerbang itu, kapan dia akan terbuka?
Azan subuh sayup-sayup terdengar menggema dari atas bukit seberang sana. Langit mulai cerah, matahari akan segera menampakkan diri. Tak lama, suara gemerisik pintu gerbang telah dibuka. Kami segera memasuki lokasi PLBN. Dengan terus berjalan kaki, menuju sebuah tempat yang sudah disediakan khusus pengunjung. Terdapat beberapa kantin juga di sana. Kami pun berjalan menuju kantin itu. Sambil menunggu jemputan selanjutnya.
***
Embun pagi sudah mulai menghilang, matahari terbang semakin tinggi di langit. Selesai sarapan, aku kembali memeriksa HP. Tampak baterainya sudah setengah berkurang. Aku ingin menelpon Ayunda, namun sinyal HP mendadak telah berubah menjadi Roaming, jam juga berganti GMT+8. pantas saja, cepat sekali waktu sudah berganti hampir pukul 8 pagi. Padahal di Indonesia bagian barat, ini masih pukul 7 pagi. Aku beranjak sebentar dari tempat duduk, sinyal kembali bertukar-tukar. Sesekali roaming, sesekali tidak. Aku akhirnya memilih untuk mengirim foto saja lewat facebook. Aku pun mengarahkan kamera HP ku ke sebuah tugu Garuda berwarna hitam, memfotonya dan mengirimkannya ke Ayunda. Aku hanya ingin memberi kabar, bahwa aku baik-baik saja. Setidaknya ini adalah kali terakhir aku bisa menggunakan kartu prabayar Indonesia ini. Selanjutnya, aku tidak akan bisa lagi menggunakan kartu SIM ini untuk menghubungi dia.
Tak lama kemudian, kami dijemput oleh sebuah taxi privat yang akan membantu mengeluarkan kami dan membawa barang bawaan kami melewati pos lintas batas. Pengecapan passport keluar dan masuk Malaysia sudah diurus oleh Agen yang membawa kami. Kami hanya cukup menunggu saja di mobil dengan tenang.
Semua urusan telah berjalan lancar. Sekarang kami sudah tiba di Negara Tetangga. Aku kembali turun dari mobil. Kami kembali berhenti di sebuah terminal yang ada di sana. Aku tidak tau itu terminal apa. Yang pasti, kami akan kembali dijemput oleh sebuah Bus lagi. HP ku sudah tidak berfungsi lagi. Hanya untuk melihat jam saja, karna sinyalnya sudah total Roaming.
Aku pun mengeluarkan uang yang sudah aku tukarkan dari Rupiah ke Ringgit tadi, saat masih di lokasi pintu gerbang. Aku berjalan menuju sebuah toko yang menjual kartu prabayar. Dengan ditemani Ridwan, aku akhirnya membeli kartu baru. Ternyata untuk membeli kartu SIM di sana, tidak mudah. Kamu harus memiliki IC (Identity Card) untuk meregistrasi kartunya. Beruntung, sang pemilik toko siap membantu mendaftarkan kartu SIM itu.
Kami kembali menunggu bus jemputan selanjutnya. Aku menyempatkan diri untuk mengecharge kembali HPku di terminal itu. Kurang lebih jam 10 pagi. Akhirnya kami kembali melanjutkan perjalanan. Sebuah perjalanan yang sangat panjang. Aku ingat kami kemudian sampai di persimpangan menuju lokasi kerja, jam 8 pagi besok harinya.
Di persimpangan itu, kami kembali dijemput oleh sebuah Truk sawit. Dari sana, kami lanjut lagi memasuki lokasi perusahaan sawit. Sebuah perusahaan yang sangat besar dan luas. Sejauh mata memandang hanya pepohonan sawit saja yang terlihat. Dari persimpangan itu, perjalanan kurang lebih memakan waktu 3 jam, sampai akhirnya kami tiba di sebuah Office besar milik perusahaan tempatku akan bekerja.
Lagi-lagi, kami kembali di jemput. Kali ini, seseorang datang dengan menggunakan kendaraan khusus perkebunan sawit. Sebuah John Deere tua dengan suara yang berisik akan mengantarkan kami ke tujuan akhir.
Benar-benar sebuah perjalanan yang sangat jauh yang pernah aku alami. Aku bahkan merasa telah pergi ke ujung dunia entah-berantah. Di sebuah lokasi perkebunan sawit yang sangat luas sejauh mata memandang, sebuah tempat yang bersembunyi di balik gunung dan lembah. Jalanan yang semula aspal mulus, semakin jauh semakin berubah menjadi jalanan dengan bebatuan kasar dan tanah kuning. Semakin jauh, semakin tinggi menaiki bukit. Aku bisa melihat dengan jelas hamparan hijau pepohonan sawit dari atas bukit itu. Seperti sebuah mimpi, seketika aku merasa telah hanyut di dunia yang sangat asing.
Hampir jam 3 sore akhirnya kami tiba di lokasi tujuan. Beberapa barisan rumah panjang tampak dari kejauhan. Apakah rumah-rumah yang tak layak disebut rumah itu akan menjadi tempat tinggalku nanti? Gubuk reyot tak berdinding, dengan atap yang diselimuti tanaman liar, menjalar dan merambat membungkus gubuk tua itu.
Tidak mungkin...?!!! Ini tidak mungkin!!! Siapa yang mau tinggal di gubuk menyeramkan itu? Ahh, tak jauh dari sana ada beberapa pondok kecil yang sudah rapi. Beberapa orang sedang berdiri di luar sana. Sepertinya mereka menyambut kedatangan kami. Salah satu dari mereka adalah Bapakku. Entah kenapa, aku sedikit merasa bahagia melihatnya. Setidaknya, aku tidak harus bermalam di pondok hantu yang aku lihat tadi.
Akhirnya aku telah tiba di lokasi. Sebuah tempat entah-berantah di pedalaman hutan sawit. Sebuah dunia asing, sebuah dunia yang akan membuat mentalku berbalik 180 derajat. Sebuah dunia yang membuatku hilang waras!
Bersambung...
Diubah oleh irulfm24 11-07-2021 11:14
Menthog dan limdarmawan memberi reputasi
2













