- Beranda
- Stories from the Heart
Cerita Waras (untold story)
...
TS
irulfm24
Cerita Waras (untold story)
Setelah sekian lama vakum dalam dunia perceritaan, aku kembali terniat ingin berbagi cerita dan kisah hidupku.
Sebenarnya sebelum ini aku sudah pernah membuat sebuah cerita di sini. Tapi sepertinya aku tidak bisa untuk melanjutkan cerita tersebut. Maaf ya.
Jika seandainya tulisanku ini kurang menarik. Harap maklum ya gan, aku cuma lulusan TSM (teknik sepeda motor).
Tapi aku akan mencoba menyampaikan kisah ini semaksimal mungkin.
Jangan berharap ada hal menarik dari kisah ini, karena ini hanya perjalanan hidupku. Aku hanya menceritakan apa adanya saja.
Status : On going

Sebenarnya sebelum ini aku sudah pernah membuat sebuah cerita di sini. Tapi sepertinya aku tidak bisa untuk melanjutkan cerita tersebut. Maaf ya.
Jika seandainya tulisanku ini kurang menarik. Harap maklum ya gan, aku cuma lulusan TSM (teknik sepeda motor).
Tapi aku akan mencoba menyampaikan kisah ini semaksimal mungkin.
Jangan berharap ada hal menarik dari kisah ini, karena ini hanya perjalanan hidupku. Aku hanya menceritakan apa adanya saja.
Status : On going

Quote:
Spoiler for Q&A:
Spoiler for INDEX:
Quote:
Quote:
Diubah oleh irulfm24 11-07-2022 08:19
wong.tanpo.aran dan 10 lainnya memberi reputasi
9
16.7K
243
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.9KAnggota
Tampilkan semua post
TS
irulfm24
#63
Chapter 46 : Ketemu PSK
Senin, 11 November 2013
Hari ini adalah hari pertama kami pelatihan mekanik untuk yang kedua kalinya. Aku tidak pernah menyangka bakal bertemu lagi dengan teman lamaku ini, Darwin. Setelah lebih satu tahun kami bertemu saat pelatihan level satu tahun kemarin. Pagi itu aku bangun tepat jam 6 pagi. Karna sengaja sebelum tidur aku sudah menyetel alarm pada HP ku. Suara hiruk-pikuk terdengar ramai dari luar jendela. Kebetulan di seberang jalan adalah pasar yang selalu rame saat pagi hari, apalagi ini adalah hari senin. Aku membuka tirai jendela yang berwarna biru itu, seketika sinar matahari masuk ke dalam ruang kamar. Aku sedikit memandang ke arah jalanan yang ramai di bawah. Tampak ramai sekali orang-orang yang berlalu lalang, sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Aku kemudian berbalik, tampak Darwin yang masih tertidur pulas di atas kasurnya. Aku tidak ingin membangunkannya secara langsung, namun aku selalu punya cara untuk melakukannya. Aku pun mulai dengan menyalakan TV, ku atur volume sebesar mungkin, namun tidak terlalu besar. Yang pasti cukup untuk membangunkan orang yang sedang tidur. Setelah itu, aku langsung bersiap untuk mandi.
Selesai mandi, aku melihat Darwin sudah bangun. Sepertinya dia masih mencoba mengumpulkan nyawanya untuk memulai kesadaran. Dia masih duduk, termenung memandang layar TV, sadangkan matanya yang sipit masih terlihat seperti sedang menahan ngantuk. Aku pun membiarkannya seperti itu.
"Rul, jam berapa sarapan kita" Tanya Darwin, sepertinya dia sudah lapar.
"Jam 7. Ayo buruan mandi" Jawabku.
Kebetulan kami sudah disiapkan kupon gratis sarapan setiap pagi. Kami hanya perlu mengambilnya di ruang sarapan dengan melaporkan nomor kamar dan mengisi daftar tamu. Aku bisa tau karna tadi malam instruktur kami sempat menelpon, menanyakan kabar dan memberi informasi tentang fasilitas apa saja yang ditanggung oleh Astra di hotel ini.
Singkat cerita, kami berdua sudah memulai sarapan di ruangan khusus yang ada di lantai 1. Aku memandang sekeliling, memastikan siapa saja peserta yang menginap di hotel ini. Aku melihat ada beberapa yang berpenampilan seperti kami, dengan sepatu dan tas, lalu ada juga yang sudah siap dengan baju mekanik. Namun, tidak ada satupun yang ku kenal dari mereka. Sambil menunggu jemputan, aku pun menyempatkan diri untuk meng-sms Ayunda. Sekedar menanyakan kabar dan basa-basi.
Entah kenapa, ketika berada jauh dari Ayunda. Aku selalu merasakan rindu. Rindu yang sangat berat, mungkin aku benar-benar sudah meyakinkan diri kalau pada akhirnya aku memang mencintai dia. Hubungan kami sudah berjalan lebih dari setahun, dan selama itu kami selalu baik-baik saja. Meskipun terkadang ada sedikit pertengkaran karna hal sepele, namun itu tidak pernah membekas di hati. Mungkinkah ini yang dinamakan jodoh?
***
Mobil jemputan akhirnya tiba, kami para peserta dari luar kota mulai bersiap untuk berangkat ke lokasi pelatihan. Kali ini, aku bisa menghitung dengan pasti jumlah kami yang menginap di hotel ini. Ternyata hanya 7 orang saja. Sedikit sekali ya. Pantas saja hanya ada satu mobil jemputan.
Beberapa menit kemudian, kami akhirnya tiba di lokasi pelatihan. Seketika aku kembali mengingat kenangan yang ada di sini. Seperti biasa, tampak di halaman sudah penuh dengan sepeda motor baru yang berjejer. Setelah aku tau, ternyata perharinya ada kurang lebih 600-700 unit sepeda motor yang sampai. Kami kemudian masuk ke ruangan, mengganti baju seragam dan memulai pelajaran.
Tibalah waktu istirahat, kami semua menuju ruangan biasa, ternyata di sini sudah tersusun rapi meja dan kursi yang telah siap dipakai. Dengan berbagai jenis makanan yang juga telah tersedia. Aku memilih meja paling ujung, disusul Darwin dan dua peserta yang satu hotel dengan kami, yang kemudian aku tau namanya adalah Joni dan Rofy. Kami pun saling berkenalan, saling ngobrol dan bercerita tentang pengalaman kami saat pertama datang ke sini.
***
Malam pun tiba, aku masih menunggu Darwin yang belum selesai berkemas. Kami rencananya mau keluar sebentar untuk nyari makan. Tentu saja dengan jalan kaki. Aku pun membuka pintu kamar, mencoba berjalan sebentar. Ternyata teman-teman yang lain juga sudah menunggu. Di depan kamar kami, juga ada dua peserta yang aku tau namanya adalah Rendi dan Azis. Awalnya aku fikir, si Rendi ini adalah china, karna mukanya mirip kaya china, ternyata bukan. Aku sedikit kaget saat dia berbicara lancar dengan Bahasa Sambas, ternyata dia ini berasal dari Singkawang, masih satu arah denganku.
"Eh bro, gua duluan ya" ujar Rendi yang sudah siap dengan penampilannya.
"Kok ga ikut bareng bro" Tanyaku yang sudah masuk ke dalam kamarnya.
"Pacar gue udah nunggu di bawah" Jawab dia, lalu beranjak pergi.
"Yah, ga setia kawan lu" batin gue.
Kami pun tinggal berenam, ada Rofy, Joni, dan Laksono yang satu kamar, lalu Darwin, Azis dan gue. Azis tampaknya tidak bersiap-siap, masih dengan kaos tanpa lengan warna hitam dan celana pendek. Azis ini satu kamar dengan Rendi.
"Bro, lu ga ikut" Tanya Darwin ke Azis
"Engga, gue lagi ga enak badan" Jawab dia.
"Lu mau nitip engga" Tanya Darwin lagi.
"Gue udah pesen sama temen gue, nanti dia ke sini" Jawab dia lagi. Ya udah akhirnya kami berlima meninggalkan Azis sendirian di kamar.
Kami pun berjalan kaki menyusuri jalanan kota yang ramai, entah kenapa lokasi ini sangat ramai dan pesat sekali. Sangat berbeda dengan lokasi di sekitar Wisma yang dulu kami pernah menginap. Bahkan saking ramainya, untuk menyeberang jalan saja kami kesulitan, karna banyak sekali kendaraan yang berlalu-lalang. Kami pun terus berjalan mencari lokasi makan yang pas. Sampai akhirnya kami menemukan satu penjual nasi goreng yang berjualan di pinggir jalan.
"Gue dengar, hotel tempat kita itu, banyak yang jualan" Darwin memulai obrolan saat kami tengah makan.
"Jualan apa bro" Tanyaku
"Banyak perempuan jualan" balas dia.
"Lu ga jauh-jauh ya, mikirnya perempuan mulu. Ingat bini tuh di rumah" balas ku sambil tertawa.
"Eh, liat aja ntar tengah malam. Gue mau nanya-nanya harga" kata dia lagi. Kami semua pun hanya bisa tertawa melihat tingkah Darwin yang selalu saja ngomongin perempuan.
Selesai makan, kami semua balik ke hotel. Aku pun menyempatkan diri untuk menelpon Ayunda. Sambil duduk di kasur dan menonton tv.
"Yank, kangen" ujarku lewat telepon.
"Aku juga kangen yank, gimana hari ini, lancar?" Tanya Ayunda.
"Alhamdulillah, lancar. Aku dapat teman baru, hehe" Balasku.
"Kamu jangan nakal ya di sana" ujar dia lagi.
"Engga kok yank, aku kan setia sama kamu" Kami terus mengobrol hal-hal ga penting sampai larut malam.
***
Jam sudah menunjukkan waktu tengah malam. Aku masih belum bisa tidur, sementara Darwin tidak tau entah pergi ke mana. Aku masih terbaring sendirian di kamar, dengan lampu kamar yang sengaja aku matikan, namun cahaya dari layar TV dan lampu kamar mandi masih menyala. Membuat suasana kamar sedikit remang-remang.
Entah kenapa, aku sedikit mengingat momen-momen yang terjadi selama 2013. Awal tahun 2013, aku sedikit kewalahan di bengkel, karna rekan kerjaku, Ardi sudah jarang masuk. Sampai beberapa bulan kemudian dia pun keluar dari bengkel. Aku akhirnya benar-benar harus mandiri, bekerja sendiri dengan kemampuan level 1 yang masih seadanya. Beruntung tak lama setelah Ardi keluar, aku sedikit diringankan dengan adanya dua orang anak SMK yang magang selama beberapa bulan di bengkel. Namun, tetap saja kemampuan mereka masih di bawah ku. Aku benar-benar kewalahan saat setiap pagi-pagi sekali pasti aku ditelpon oleh bos jika ada konsumen yang datang. Membuatku seperti merasakan kerja paksa secara tidak langsung. Bagaimana tidak, jam 6 pagi aku sudah ditelpon, sedangkan aku masih belum bangun bahkan belum sempat sarapan. Yah, mau bagaimana lagi, inilah tuntutan kerja yang harus aku hadapi sebagai kuli. Namun, baru-baru ini, ada seorang mekanik baru di bengkel tempatku bekerja. Kemampuannya lumayan, sehingga aku sedikit teringankan. Dan akhirnya aku dibolehkan kembali untuk meninggalkan bengkel dan mengikuti pelatihan.
Sedangkan hubunganku dengan Ayunda, tidak ada yang berubah. Kami masih baik-baik saja. Meskipun sempat beberapa kali dia ngambek karna aku tidak ada waktu buat dia, saking sibuknya dengan pekerjaan.
Lamunanku terhenti saat Darwin datang mengetuk pintu. Aku pun bangkit dari kasur lalu membukakan pintu kamar.
"Lu belum tidur, Rul" Tanya Darwin sambil berjalan masuk dan melepas jaketnya.
"Belum ngantuk gue" Jawabku, lalu menyalakan lampu.
"Gue udah cape nih, pengen tidur" ujar Darwin yang kemudian langsung merebahkan diri di kasur.
Aku yang masih belum bisa tidur mencoba berjalan keluar sebentar. Suasana hotel sudah sepi, hanya terdengar sedikit suara langkah kaki dari orang-orang yang berjalan di koridor, serta deru suara mesin dari kipas AC yang ada di luar. Di persimpangan koridor, aku berbelok ke arah kiri. Di sana ada ruangan sedikit luas dengan sebuah kursi untuk bersantai. Aku lalu duduk di kursi itu, kemudian menyalakan HP dan mulai internetan.
Baru beberapa menit aku duduk, tiba-tiba ada seorang cewek menghampiriku. Tubuhnya mungil dengan baju warna merah yang terlihat seksi dengan menampakkan sedikit belahan dadanya. Cewek itu lalu menyapaku.
"Sendirian aja Bang?" Tanya cewek itu. Aku yang masih bingung terus menoleh dan menatap wajahnya. Wajahnya menurutku biasa-biasa saja, hanya saja penampilannya lumayan seksi. Membuatku sedikit terpesona pada belahan dadanya. Dan aroma parfum dari tubuhnya.
"Iya, aku ga bisa tidur" Jawabku yang masih terus memandanginya.
"Adek temenin mau engga" ujar cewek itu, lalu tiba-tiba duduk di sebelahku. Aroma parfumnya semakin menyengat, membuat otakku seperti melayang ke udara. Aku sedikit menggeser duduk menjauhi cewek itu untuk menjaga jarak. Sedangkan tanganku masih tetap memegang HP.
"Kok menjauh sih, ga mau ya adek duduk di sini?" Tanya dia sambil tersenyum.
"Engga, duduk aja Dek" Jawabku yang masih kebingungan namun tetap waspada.
"500 aja Bang" ujar cewek itu tiba-tiba sambil menatap ke arahku. Aku yang masih polos ini tambah bingung.
"Engga Dek, coba tanya yang lain aja" ujarku menolak dengan senyum terpaksa.
"Coba di pegang dulu Bang" tiba-tiba cewek itu meraih tanganku dan mengarahkannya ke belahan dadanya. Aku sempat kaget namun tetap membiarkan tanganku itu menyentuh dadanya. Terasa hangat dan lembut. Namun, seketika pula aku langsung tersadar dan menarik tenganku.
"Engga Dek, maaf ya" ujarku, lalu berdiri dan meninggalkan dia sendirian di kursi.
Bersambung...
Diubah oleh irulfm24 27-06-2021 01:21
Menthog dan ekopermono memberi reputasi
2













