Kaskus

Story

irulfm24Avatar border
TS
irulfm24
Cerita Waras (untold story)
Setelah sekian lama vakum dalam dunia perceritaan, aku kembali terniat ingin berbagi cerita dan kisah hidupku.

Sebenarnya sebelum ini aku sudah pernah membuat sebuah cerita di sini. Tapi sepertinya aku tidak bisa untuk melanjutkan cerita tersebut. Maaf ya.

Jika seandainya tulisanku ini kurang menarik. Harap maklum ya gan, aku cuma lulusan TSM (teknik sepeda motor).

Tapi aku akan mencoba menyampaikan kisah ini semaksimal mungkin.

Jangan berharap ada hal menarik dari kisah ini, karena ini hanya perjalanan hidupku. Aku hanya menceritakan apa adanya saja.

Status : On going
Cerita Waras (untold story)


Quote:


Spoiler for Q&A:


Spoiler for INDEX:


Quote:

Quote:
Diubah oleh irulfm24 11-07-2022 08:19
aryanti.storyAvatar border
MenthogAvatar border
wong.tanpo.aranAvatar border
wong.tanpo.aran dan 10 lainnya memberi reputasi
9
16.7K
243
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread51.9KAnggota
Tampilkan semua post
irulfm24Avatar border
TS
irulfm24
#106
Chapter 68 : Welcome Home
12 Januari 2015

 Hari ini adalah hari pertama kami bekerja di sini.

 Belaga, Tubau. Itulah nama tempat itu. Lahan sawit milik teman Tauke ini tidak terlalu luas, bahkan hanya setengah luas lahan milik pribadi Tauke yang ada di pinggir jalan raya pada waktu itu. Hanya saja, kondisi lahannya sangat rimbun dan sawitnya sudah lumayan besar, membuat kami terkadang kewalahan saat berjalan menyusuri deretan pohon-pohon sawit.

 Saat istirahat siang, kami kembali pulang ke rumah karna jarak dari lahan ke rumah tidak terlalu jauh. Siang itu, secara kebetulan aku menemukan adanya sinyal di salah satu sudut rumah. Aku pun kegirangan saking senangnya. Tanpa berfikir lama, aku langsung membuka facebook di HP ku.

 Aku melihat ada 3 buah inbox yang masuk.

 "Bang gimana kabarnya?" pesan dari Rini.

 "Yank,, maafin aku, aku kangen😕" Tiba-tiba saja Ayunda juga mengirimi pesan inbox yang isinya tak diduga-duga.

 Namun ada satu lagi pesan yang membuatku penasaran.

 "Hi Bang, boleh kenalan gak?" Dari seorang cewek yang aku tidak kenal sama sekali.

 Aku pun membalas pesan dari Rini "Baik Dek, Sekarang Abang pindah lokasi kerja, jadi sinyal agak susah. Tapi hari ini ada ketemu sinyal, hehe"

 Kemudian aku berpindah ke pesan Ayunda, aku sudah tidak heran dengan sifatnya, pasti ujung-ujungnya dia bakal kangen dan pengen balikan lagi. Tapi aku masih sakit hati dan sengaja aku membalasnya dengan cuek saat itu.

"Urusin tuh pacar barumu"balasku pada Ayunda.

 Dan terakhir, dari siapa ini?

 "Hi juga, siapa ya?" balasku ke cewek itu.

 Dalam sekejap, pesanku langsung dibalasnya.

 "Namaku Nurizan Bang, Abang temennya Mardi ya"

 Loh, kok kenal sama Mardi ya? Batinku. Aku pun semakin penasaran dengan dia. Ku perhatikan satu demi satu foto di albumnya, semuanya pakai jilbab.

 "Iya Aku temennya Mardi, panggil saja Irul" Aku pun membalasnya kembali.

 Singkat cerita, kami pun saling berkenalan dan berbalas chat. Ternyata cewek itu dapat akunku dari Mardi, dia juga berasal dari Desa yang sama denganku. Tampaknya Nurizan ini asik juga diajak chatan.

***

 Beberapa hari telah berlalu.

 Pekerjaan kami di sini sebentar lagi selesai. Sore itu aku berjalan menyusuri sungai yang ada di belakang rumah. Sungai itu sangat dangkal sekali, banyak sekali bebatuan kerikil yang berwarna-warni bertaburan di tengah aliran sungai. Aku berjalan kaki sendirian menyusuri sungai tersebut.

 Aku pun duduk di sebuah tanah lapang yang ada di tikungan aliran sungai. Sambil memandangi pepohonan dan merenung.

 Aku kembali memikirkan Ayunda yang saat ini tampaknya menyesal dan ingin kembali memulai hubungan kami. Namun, rasa sakit di hati ini rasanya belum terobati. Aku masih ingin membalaskan rasa sakit yang ku rasakan selama ini. Memang terdengar egois dan kejam. Tapi batinku rasanya telah rusak dan hancur. Aku sudah tidak peduli lagi dengan namanya cinta sejati.

 Setelah ini, kami semua berencana untuk pulang. Bapak dan Syahdan juga merasa kalau pekerjaan kami sudah tidak ada lagi setelah ini. Daripada menganggur menghabiskan uang, lebih baik kami cuti sebentar ke kampung halaman.

 Setelah pulang nanti, aku ingin bertemu dengan Rini, aku juga ingin bertemu dengan Nuri dan terakhir aku ingin bertemu juga dengan Devi. Aku sudah tidak peduli apakah ini terdengar egois sekali. Tapi aku pasti akan mewujudkan keinginanku tersebut.

20 Januari 2015

 Tanpa terasa, ini adalah hari terakhir kami di Tubau. Keesokan harinya kami kembali dijemput oleh Tauke dan pulang ke Kemena. Di Perjalanan, kami sempat singgah sebentar di pasar, membeli beberapa makanan dan tak lupa aku pun membeli pulsa.

 Sesampai di Kemena, Bapak menyampaikan keinginan kami ke Tauke bahwa kami ingin cuti sebentar ke kampung halaman. Karna pekerjaan sudah tidak banyak lagi, Tauke pun mengizinkan kami untuk pulang. Kami pun menitipkan Ketiga passport kami kepada Tauke untuk nantinya dicap ke PLBN.

 Tauke meminta bantuan dari temannya yang kebetulan supir bus untuk mengirimkan passport kami tersebut. Sambil menunggu cap passport selesai, kami kembali mengerjakan pekerjaan yang tersisa yaitu merawat bibit sawit yang sudah kami tanam di dalam polybag.

 Malam itu, aku berjalan ke tempat biasa aku bersantai, di atas bukit yang tak jauh dari rumah. Aku pun menelpon Ayunda. Ya, setelah sekian lama, akhirnya ku putuskan malam ini aku akan menelponnya.

"tuuuuttt.... cekleg"Dengan cepat panggilanku pun diangkat.

 "Yank.... Aku minta maaf.. " Suara Ayunda terdengar sedih, entah karna sudah terbiasa. Panggilan "Yank" darinya untukku tak pernah hilang.

 "Hmmmb.." Aku hanya berdemem pelan. Jujur saat mendengar suaranya yang sedih membuatku sedikit tidak tega.

 Beberapa hari yang lalu, Ayunda berkali-kali mengirim pesan maaf dan maaf padaku. Dari sejak dulu, kami memang tidak pernah putus sampai sebegitu lamanya. Seolah-olah kata putus itu hanya mainan untuknya. Aku ingin dia benar-benar menyesal karna bermain-main dengan kata putus.

 "Yank, kamu maafin aku engga" lagi-lagi Ayunda terdengar sedih.

 "Aku belum bisa maafin kamu" balasku pelan.

 "Kenapa?.. hiks.. " Terdengar dia mulai menangis.

 "Hatiku masih sakit, sakit banget!"

 "Aku kangen Yank, aku engga selingkuh. Cowok itu udah aku blokir. Kamu buka aja akunku lagi. Passwordnya udah aku balikin yang lama" Terang dia.

 "Aku udah ga peduli sama cowok itu. Aku nelpon malam ini cuma mau ngasih tau, kalau aku bentar lagi pulang"

 "Kapan yank?" Suara Ayunda masih terdengar pelan, seperti menahan tangis.

 "Mungkin minggu depan"

 "Aku juga mau pulang dari sini, aku pengen berhenti kerja aja" balas dia.

 "Yank, kita balikan ya.. Aku mohon, aku masih sayang sama kamu. Aku gak serius saat ngomong putus waktu itu. Aku menyesal.. hiks.. Aku masih sayang kamu" Tangis Ayunda pecah dibalik telepon. Aku yang tidak sanggup mendengar suara tangisnya lebih memilih mengakhiri panggilan.

 "Maafkan aku, aku masih belum bisa kembali ke hati kamu. Tapi jujur di lubuk hati terdalam, aku juga masih sayang sama kamu" Ucapku dalam hati.

 Aku kembali termenung di tengah kegelapan malam. Apa yang harus aku lakukan setelah ini? Apakah jalan yang aku pilih ini sudah benar?

 Di saat fikiranku memikirkan hal lain, namun hatiku selalu bertolak belakang. Hatiku seolah hanya untuk dia. Hatiku lah yang memilih dia, bukan otakku. Otakku berkata aku harus meninggalkan dia, namun, hatiku selalu dan selalu menyuruh untuk kembali padanya.

 Aku menggeleng-gelengkan kepala, membuang jauh-jauh fikiranku. Ku nyalakan kembali layar HP, aku pun menelpon Devi.

 "Hai Rul, gimana kabarnya?" Ucap Devi dari balik telepon.

 "Baik Dev. Minggu depan aku pulang nih... hehe"

 "Wah, Gak kena tipu lagi kan? "

 "Mudah-mudahan engga lah. Kami rencana mau pulang sendiri aja tanpa Agen, cuman cap passport Tauke yang ngurus"

 "Oww, syukurlah. Jangan lupa ya oleh-oleh buat aku, hihi"

 "Iya pasti. Tapi kamu mau engga kalau aku ajak ketemuan?"

 "Ketemuan di mana Rul, kan aku kerja di Singkawang"

 "Ya ketemu di Singkawang lah. Nanti kita ketemu di sana"

 "Habis ketemu, kita ngapain, hihi" Si Devi mulai terdengar nakal, seperti biasa.

 "Kita ketemuan di hotel mau engga, Dev?" Dengan sengaja aku memancingnya.

 "Hmmb, kalau kamu jadi pacarku, aku mau kok"

 "Ha? Serius Dev?" Aku terkaget mendengarnya.

 FYI, Devi sempat cerita kalau dia sudah pernah tidur sama mantan pacarnya, dan yang paling parah, mantannya itu adalah suami orang. Ini benar-benar terjadi dan aku tidak mengada-ngada mengarang cerita. Makanya aku dengan berani blak-blakan ngomong sama Devi. Dan itu juga salah satu sebab, kenapa aku suka chatan sama dia. Orangnya jujur gak munafik.

 "Iya serius, makanya jadian sama aku Rul"

 Sebenarnya kalau dari penampilan, Devi bukanlah tipeku. Menurutku wajahnya biasa saja, tapi bodynya lumayan montok. Aku tau karna dulu aku sudah pernah bertemu dengannya. Karna dia adalah teman masa kecil Ayunda.

 "Hehe.. Nanti aku apa-apain kamu gimana? Aku ini mesum loh, haha"

 "Gapapa Rul, kalau sebagai pacar aku mau kok. Kalau temen aku ga mau"

 Tampaknya Devi sangat serius ingin mengajakku pacaran. Dia sudah tau kalau aku sudah pernah berhubungan seks dengan Ayunda, dan dia juga bersikap terbuka denganku. Intinya kami sama-sama tau kalau kami ini sudah tidak perawan dan perjaka lagi.

 Yah, setiap kali berbicara dengan Devi, pasti topiknya tak jauh-jauh dari masalah seks. Membuatku semakin tidak sabar untuk bertemu dengannya.

 Bagaimana dengan Rini dan Nuri? Aku tau dulunya Rini adalah cewek yang soleha dan taat Agama, meskipun pada akhirnya dia selingkuh juga. Ya, tapi sekarang aku tidak tau apakah dia masih setaat dulu dalam masalah Agama.

 Sedangkan Nuri? Cewek ini masih misteri. Yang aku tau, dia masih sangat muda, mungkin seumuran Inui, atau sedikit lebih muda. Entahlah, yang menarik dari dia adalah ternyata dia juga punya kembaran.

***

 Empat hari kemudian. Tauke membawa kabar yang sangat-sangat berat saat itu, bahwa ternyata passport kami belum bisa dicap karna sedang ada pemeriksaan di PLBN. Namun, bukan Tauke namanya kalau dia tidak bisa menemukan solusi terbaik. Beliau pun menyerahkan kami pada temannya yang kebetulan supir bus. Untuk tetap memulangkan kami walaupun tanpa passport.

 Kami terpaksa meninggalkan passport di sana, dan nanti akan dititipkan pada Tauke kalau sudah siap dicap. Karna Tauke yakin, kami pasti akan balik lagi ke lahan ini. Ya, kecuali aku.

 Siang itu, kami sudah selesai mengemasi barang-barang kami. Tauke pun bersedia mengantar kami sampai ke terminal. Di terminal, Tauke menerangkan pada temannya yang saat itu akan menjadi supir bus kami. Menjelaskan kalau kami bertiga tidak membawa passport dan memohon untuk tetap menjaga kami dari pemeriksaan saat di perjalanan.

 Singkat cerita, akhirnya siang itu kami bertiga pulang. Waktu terus berlaku, tanpa terasa hari mulai malam. Di perjalanan sesekali aku terbangun saat Bus tiba-tiba berhenti saat ada razia.

 Aku sempat mendengar pembicaraan supir dengan salah satu polisi yang saat itu merazia Bus kami. Aku masih pura-pura tidur, namun telingaku fokus mendengarkan pembicaraan mereka.

 "Ada bawa gelap kah?" Tanya salah satu polisi.

 Karna aku pura-pura tidur, aku pun hanya mendengarkan saja.

 "Ada, cuma tiga orang" balas supir bus.

 "Owh, ya sudah. Lewat saja"

 Entah karna sudah saling kenal atau ada bayaran tertentu dari sang supir. Bus kami malah bisa lepas dengan mudahnya.

 Tak hanya ada satu razia, yang ku ingat saat itu ada sampai 3 kali pemeriksaan. Bahkan barang-barang bawaan kami juga ikut diperiksa saat itu. Namun lagi dan lagi, nasib baik masih menyertai kami bertiga. Bus kami tetap diizinkan lewat oleh petugas razia. Sampai menjelang pagi, akhirnya kami semua sampai di perbatasan.

 Dari sini, awalnya kami bertiga bingung mau pulang dengan siapa, dan pakai apa. Namun, untuk yang kesekian kalinya, kami secara beruntung bertemu dengan salah satu supir taxi yang kebetulan sedang butuh penumpang. Dan beruntungnya, supir taxi privat itu berasal dari Desa yang sama dengan kami. Tak butuh fikir panjang, kami pun ikut pulang bersamanya.

 Aku ingat, saat perjalanan pulang, kami sempat menerjang banjir di beberapa lokasi. Bahkan mobil sempat mogok ketika melewati genangan banjir. Bagaimana tidak, ketinggian air bahkan ada yang sampai setengah jendela mobil. Membuat sebagian celana kami juga ikut basah. Beruntung beberapa penduduk sudah siap membantu kendaraan yang mogok saat melewati banjir.

 Saat itu, kami berangkat dari perbatasan setelah makan siang, dan sampai pagi hari di keesokan harinya. 27 Januari 2015, Akhirnya kami tiba di kampung halaman.

 Selamat Datang, Selamat Kembali. Tampak wajah kegembiraan dari Ibu dan Adik-adikku saat kami tiba di depan rumah. Rasanya sudah sekian lama aku tidak bertemu mereka. Aku benar-benar sangat rindu.

 Aku mengangkat satu per satu barang-barang kami. Mengucapkan salam, dan kembali menciumi tangan Ibu. Aku naik ke rumah dengan penuh semangat. Aku bisa melihat motorku kembali, aku juga bisa melihat kamarku lagi. Ah, sungguh suatu kebahagian yang sangat indah. Tidak ada rumah yang lebih indah daripada ini.

 Setelah ini, seperti apa kehidupanku ya? Rasanya sudah tidak sabar untuk berkeliling kampung dan bertemu teman-teman. Tak terkecuali, Rini, Nuri, dan Devi tunggu saja. Aku akan segera menemui kalian.

Bersambung...
Diubah oleh irulfm24 01-08-2021 21:35
limdarmawan
Menthog
Menthog dan limdarmawan memberi reputasi
2
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.