- Beranda
- Stories from the Heart
Cerita Waras (untold story)
...
TS
irulfm24
Cerita Waras (untold story)
Setelah sekian lama vakum dalam dunia perceritaan, aku kembali terniat ingin berbagi cerita dan kisah hidupku.
Sebenarnya sebelum ini aku sudah pernah membuat sebuah cerita di sini. Tapi sepertinya aku tidak bisa untuk melanjutkan cerita tersebut. Maaf ya.
Jika seandainya tulisanku ini kurang menarik. Harap maklum ya gan, aku cuma lulusan TSM (teknik sepeda motor).
Tapi aku akan mencoba menyampaikan kisah ini semaksimal mungkin.
Jangan berharap ada hal menarik dari kisah ini, karena ini hanya perjalanan hidupku. Aku hanya menceritakan apa adanya saja.
Status : On going

Sebenarnya sebelum ini aku sudah pernah membuat sebuah cerita di sini. Tapi sepertinya aku tidak bisa untuk melanjutkan cerita tersebut. Maaf ya.
Jika seandainya tulisanku ini kurang menarik. Harap maklum ya gan, aku cuma lulusan TSM (teknik sepeda motor).
Tapi aku akan mencoba menyampaikan kisah ini semaksimal mungkin.
Jangan berharap ada hal menarik dari kisah ini, karena ini hanya perjalanan hidupku. Aku hanya menceritakan apa adanya saja.
Status : On going

Quote:
Spoiler for Q&A:
Spoiler for INDEX:
Quote:
Quote:
Diubah oleh irulfm24 11-07-2022 08:19
wong.tanpo.aran dan 10 lainnya memberi reputasi
9
16.7K
243
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.9KAnggota
Tampilkan semua post
TS
irulfm24
#70
Spesial Chapter 10.4 : "Obat Batuk"
<<Sebelumnya Spesial Chapter 10.3 Kenalan Baru
Lanjut>>Spesial Chapter 10.5 Ciuman Di Kala Hujan
Malam itu, gue habis bertengkar dengan Rini, gue benar-benar ga bisa mengerti akan pola fikirnya. Mungkin karna dia masih anak SMP, jadi tidak sebanding dengan gue yang sudah berfikiran dewasa. Gue selalu saja disalahkan atas kesibukan gue. Gue memang sibuk di bengkel, karna setelah magang, gue jadi menetap di sana untuk bekerja sampingan, sehingga gue jadi tidak punya banyak waktu untuk hanya sekedar basa-basi membalas sms dari dia.
"Nui, loe senggang engga? Gue lagi gabut nih" Gue meng-sms Inui.
"Gue lagi jalan nih sama pacar gue" Balasnya.
"Haduh, sialan" batin gue. Gue ga punya tempat tujuan malam ini, akhirnya gue putuskan untuk menghubungi teman-teman gue.
"Bro, loe lagi di mana?" Gue menelpon nomor Galang.
"Lagi ngumpul nih di rumah gue, biasalah" Jawab dia.
"Rame engga?"
"Rame lah, ada Zaky juga di sini"
Mendengar Zaky ada di sana, gue pun memutuskan untuk ikut ngumpul di rumah Galang. Gue bersiap-siap, dan menurunkan sepeda motor gue yang baru saja gue beli. Motor bekas, tapi gue modif sedikit agar terlihat lebih bergaya.
Singkat cerita, gue akhirnya sampai di depan rumah Galang. Di depan sudah terparkir beberapa sepeda motor temen gue yang sepertinya sudah rame ngumpul di dalam. Memang rumah Galang ini sering sekali kami jadikan tempat ngumpul bareng, kalau lagi ga ada tujuan. Gue bahkan jarang melihat orang tuanya, yang gue tau bapaknya tinggal bersama istri barunya, dan ibunya jarang keluar, paling sering nonton TV di belakang atau sudah tidur di kamar. Kami pun ngumpul beramai di ruang tamu. Di atas meja sudah tersedia beberapa botol minuman keras, dan beberapa bungkus kuaci yang ga bakal habis kalau loe makan sendiri. Gue kemudian duduk di kursi sofa, di sebelah gue ada satu teman sebut saja namanya Romin, dia sedang asik memetik gitar akustik.
"Bro, ajarin gue main gitar dong" ujar gue menggoda Romin. Badannya lebih tinggi dari gue, dengan bibir tebal dan kulit agak gelap, rambutnya persis mirip vokalis band yang sedang viral saat itu. Rambut tirai selamat datang, itulah gue memberinya gelar.
"Males, ngerepotin gue aja lu" balas dia. Gue hanya membalas dengan tawa.
Gue pun memandang sekeliling, di sebelah Galang sudah ada Zaky yang sedang sibuk sms-an dengan kenalannya yang gue ga tau entah siapa. Selain mereka juga ada beberapa teman lain yang ikutan ngumpul.
Asap rokok mulai memenuhi seisi ruangan, ditambah aroma minuman keras yang menusuk hingga ke dalam kepala. Kami semua masih asik ngobrol, tertawa bareng dan bernyanyi tidak jelas arah tujuannya.
"Guys ke mana kita habis ini?" Romin yang sepertinya mulai bosan duduk, akhirnya berbicara.
"Ga tau nih, ga ada acara malam ini. Ada pun lokasinya jauh" Jawab Galang yang masih sibuk membalas komentar dari facebooknya.
"Nih, ada cewek ngajak ngumpul juga" Zaky ikut berbicara sekarang. Sambil melihatkan layar HP miliknya ke Galang.
"Siapa?" Tanya Galang, dia pun membaca sms dari layar HP Zaky.
"Ah, Waty. Males, jauh. Di sana kan jalannya rusak. Mana habis hujan, becek pasti" ujarnya lagi.
Gue yang dari tadi hanya diam, terus memperhatikan obrolan mereka. Kepala gue mulai pusing efek minuman keras, ditambah masalah yang gue alami dengan pacar gue, Rini.
"Ke rumah Arini mau engga?" Tanya Romin ke mereka.
"Ga ah, nanti orang tuanya marah lagi, ini kan udah hampir jam 10 malam" jawab Galang lagi.
"Ga ada orang tuanya katanya" balas Romin.
"Ya udah, capcus aja. Deket kok rumahnya" Gue pun ikutan setuju kalau kami ngumpul lagi ke rumah Arini.
"Siapa aja nih yang mau ikut?" Tanya Romin lagi.
Teman-teman yang lain tidak menjawab, sepertinya mereka sudah punya tujuan. Akhirnya kami berempat berangkat menuju rumah Arini.
Sampai di rumah Arini, di sana sudah ada dua orang cewek. Arini seorang cewek agak kurus berambut pendek dengan satu tahi lalat ada di atas sebelah kiri bibirnya, kulitnya sawo matang dengan tinggi hampir menyamai gue sedangkan satu cewek lagi temannya, Wiwit, bertubuh mungil dengan wajah imut dan berambut panjang, namun sedikit nakal. Kulitnya putih, hidungnya mancung, dia sedikit lebih cantik dari Arini, umurnya juga setahun lebih muda.
"Eh, Irul. Tumben lu ikut ngumpul ke sini?" Tanya Arini, karna sudah lama gue tidak ikut ngumpul bareng lagi.
"Iya nih, ga ada tujuan gue"
"Loe ga jalan sama pacar loe?" Tanya dia lagi.
"Engga, jarang mau dia kalau diajak keluar" balas gue.
Malam pun semakin larut, kami berenam hanya sekedar ngobrol biasa saja. Namun, tiba-tiba Romin mengeluarkan satu bungkusan kecil, di dalamnya ada beberapa butir pil berwarna putih.
"Apa ini bro?" Tanya gue
"Iya, apa tuh. Kaya obat?" Arini ikut penasaran.
"Ini cuma obat batuk kawan" jawab Romin.
"Jangan bercanda lu bro, masa lu bawa obat batuk sih" ujar gue lagi.
"Lu coba dulu sebutir" ujarnya. Tanpa berfikir panjang, gue langsung menelan satu pil itu. Seketika rasa pusing di kepala gue menghilang, gue jadi lebih tenang, namun badan gue sedikit panas dan pipi gue terasa memerah.
"Wah mantap banget obat batuk loe bro? Bagi lagi dong" pinta gue lagi.
"Nih, masih banyak" Romin mengeluarkan beberapa lagi dari saku celananya. Gue pun mengambil beberapa pil itu buat gue.
Gue akhirnya duduk terdiam menikmati ketenangan yang sedang gue rasakan. Gue merasa sedikit lebih pede sekarang. Mungkin efek dari obat itu. Gue kemudian memandang ke luar, di halaman. Ada Galang dan Zaky yang sedang mengobrol dengan Wiwit. Namun sepertinya wiwit sudah pamit untuk pulang, karna rumahnya tidak jauh, hanya berada di seberang jalan sana.
Gue lalu memandangi layar HP untuk memeriksa jam, ternyata sudah jam 12.10 PM. Tak ada satupun pesan masuk di HP gue. Yah, bodo amat lah. Gue balik memandang ke depan gue, di sana Arini masih sibuk berduaan dengan Romin, sedangkan gue jadi obat nyamuk sendirian. Karna bosan, gue pun menelan beberapa pil itu lagi.
"Rul, Inui mau ke sini katanya" ujar Arini tiba-tiba.
"Heh? Serius loe? Ini kan sudah jam 12 lewat" Tanya gue ga percaya. Ya tidak heran sih, sekarang lagi libur sekolah. Jadi bergadang sesekali tidak masalah.
"Rul, gue sama Zaky mau pulang duluan" Teriak Galang dari luar halaman.
"Iya, gue nanti aja" balas gue. Karna gue masih pengen nunggu Inui datang ke sini.
Sekarang hanya tinggal kami bertiga, tak lama muncul seorang cewek dari depan pintu yang sengaja tidak ditutup.
"Weh, dah pada bubar ya" Tanya Inui yang tiba-tiba datang.
"Iya nih, gue dari tadi nungguin loe" Jawab gue.
"Hehe, maaf ya. Tadi jalan dulu sama pacar gue" balas Inui yang kemudian duduk di sebelah gue.
Entah kenapa kepala gue mulai sedikit pusing, gue pun meremas-remas kening gue yang terasa sakit. Gue bahkan sudah tidak bisa lagi mendengar obrolan dari Arini dan Romin yang duduknya tak jauh dari tempat duduk gue.
"Loe kenapa Rul?" Tanya Inui, dia mendekat ke arah gue dan menyentuh tangan gue.
"Kepala gue pusing"
"Ini obat apa?" Tanya dia lagi, sambil mengambil bungkusan yang ada di meja yang di dalamnya masih terlihat beberapa butir obat.
"Cuma obat batuk" Jawab gue.
"Ini obat bahaya, kamu udah makan berapa banyak?" Tanya dia lagi.
"Baru tiga butir" balas gue. Dia lalu mengambil bungkusan itu dan menjauhkannya dari gue.
"Udah ga usah dimakan lagi" ujarnya. Gue pun cuma diam saja.
"Ga usah banyak-banyak Rul, nanti loe mati lagi" Romin pun ikut mengatai gue.
"Kan loe yang ngasih bro" balas gue, kepala gue semakin berat dan pusing.
"Gue cuma nyuruh loe nyoba sedikit aja. Ternyata loe mudah kena efeknya, hahaha" Romin malah mentertawai gue.
Gue yang ga mau tau, hanya diam saja mendengar tawanya. Gue udah ga kuat nahan kepala. Akhirnya gue bersandar di bahu Inui.
"Nui, gue numpang bersandar bentar ya" ujar gue pelan seperti menahan ngantuk.
"Iya, kamu baring di sini aja" balasnya yang dari gue-elo, berubah jadi aku-kamu.
Dia sedikit menggeser posisi duduknya, merapatkan kedua pahanya yang mulus karna dia sedang memakai celana pendek saat itu. Kepala gue yang awalnya berada di bahunya, digesernya perlahan sampai mendarat di kedua pahanya.
Gue pun akhirnya terbaring di pangkuan Inui, gue pejamkan mata sebentar, menunggu efek obatnya reda. Gue masih bisa merasakan lembutnya tangan Inui yang membelai rambut gue. Entah kenapa, gue merasa lebih nyaman berada di dekat Inui dibandingkan berada di dekat pacar gue sendiri.
"Nui, loe senggang engga? Gue lagi gabut nih" Gue meng-sms Inui.
"Gue lagi jalan nih sama pacar gue" Balasnya.
"Haduh, sialan" batin gue. Gue ga punya tempat tujuan malam ini, akhirnya gue putuskan untuk menghubungi teman-teman gue.
"Bro, loe lagi di mana?" Gue menelpon nomor Galang.
"Lagi ngumpul nih di rumah gue, biasalah" Jawab dia.
"Rame engga?"
"Rame lah, ada Zaky juga di sini"
Mendengar Zaky ada di sana, gue pun memutuskan untuk ikut ngumpul di rumah Galang. Gue bersiap-siap, dan menurunkan sepeda motor gue yang baru saja gue beli. Motor bekas, tapi gue modif sedikit agar terlihat lebih bergaya.
Singkat cerita, gue akhirnya sampai di depan rumah Galang. Di depan sudah terparkir beberapa sepeda motor temen gue yang sepertinya sudah rame ngumpul di dalam. Memang rumah Galang ini sering sekali kami jadikan tempat ngumpul bareng, kalau lagi ga ada tujuan. Gue bahkan jarang melihat orang tuanya, yang gue tau bapaknya tinggal bersama istri barunya, dan ibunya jarang keluar, paling sering nonton TV di belakang atau sudah tidur di kamar. Kami pun ngumpul beramai di ruang tamu. Di atas meja sudah tersedia beberapa botol minuman keras, dan beberapa bungkus kuaci yang ga bakal habis kalau loe makan sendiri. Gue kemudian duduk di kursi sofa, di sebelah gue ada satu teman sebut saja namanya Romin, dia sedang asik memetik gitar akustik.
"Bro, ajarin gue main gitar dong" ujar gue menggoda Romin. Badannya lebih tinggi dari gue, dengan bibir tebal dan kulit agak gelap, rambutnya persis mirip vokalis band yang sedang viral saat itu. Rambut tirai selamat datang, itulah gue memberinya gelar.
"Males, ngerepotin gue aja lu" balas dia. Gue hanya membalas dengan tawa.
Gue pun memandang sekeliling, di sebelah Galang sudah ada Zaky yang sedang sibuk sms-an dengan kenalannya yang gue ga tau entah siapa. Selain mereka juga ada beberapa teman lain yang ikutan ngumpul.
Asap rokok mulai memenuhi seisi ruangan, ditambah aroma minuman keras yang menusuk hingga ke dalam kepala. Kami semua masih asik ngobrol, tertawa bareng dan bernyanyi tidak jelas arah tujuannya.
"Guys ke mana kita habis ini?" Romin yang sepertinya mulai bosan duduk, akhirnya berbicara.
"Ga tau nih, ga ada acara malam ini. Ada pun lokasinya jauh" Jawab Galang yang masih sibuk membalas komentar dari facebooknya.
"Nih, ada cewek ngajak ngumpul juga" Zaky ikut berbicara sekarang. Sambil melihatkan layar HP miliknya ke Galang.
"Siapa?" Tanya Galang, dia pun membaca sms dari layar HP Zaky.
"Ah, Waty. Males, jauh. Di sana kan jalannya rusak. Mana habis hujan, becek pasti" ujarnya lagi.
Gue yang dari tadi hanya diam, terus memperhatikan obrolan mereka. Kepala gue mulai pusing efek minuman keras, ditambah masalah yang gue alami dengan pacar gue, Rini.
"Ke rumah Arini mau engga?" Tanya Romin ke mereka.
"Ga ah, nanti orang tuanya marah lagi, ini kan udah hampir jam 10 malam" jawab Galang lagi.
"Ga ada orang tuanya katanya" balas Romin.
"Ya udah, capcus aja. Deket kok rumahnya" Gue pun ikutan setuju kalau kami ngumpul lagi ke rumah Arini.
"Siapa aja nih yang mau ikut?" Tanya Romin lagi.
Teman-teman yang lain tidak menjawab, sepertinya mereka sudah punya tujuan. Akhirnya kami berempat berangkat menuju rumah Arini.
Sampai di rumah Arini, di sana sudah ada dua orang cewek. Arini seorang cewek agak kurus berambut pendek dengan satu tahi lalat ada di atas sebelah kiri bibirnya, kulitnya sawo matang dengan tinggi hampir menyamai gue sedangkan satu cewek lagi temannya, Wiwit, bertubuh mungil dengan wajah imut dan berambut panjang, namun sedikit nakal. Kulitnya putih, hidungnya mancung, dia sedikit lebih cantik dari Arini, umurnya juga setahun lebih muda.
"Eh, Irul. Tumben lu ikut ngumpul ke sini?" Tanya Arini, karna sudah lama gue tidak ikut ngumpul bareng lagi.
"Iya nih, ga ada tujuan gue"
"Loe ga jalan sama pacar loe?" Tanya dia lagi.
"Engga, jarang mau dia kalau diajak keluar" balas gue.
Malam pun semakin larut, kami berenam hanya sekedar ngobrol biasa saja. Namun, tiba-tiba Romin mengeluarkan satu bungkusan kecil, di dalamnya ada beberapa butir pil berwarna putih.
"Apa ini bro?" Tanya gue
"Iya, apa tuh. Kaya obat?" Arini ikut penasaran.
"Ini cuma obat batuk kawan" jawab Romin.
"Jangan bercanda lu bro, masa lu bawa obat batuk sih" ujar gue lagi.
"Lu coba dulu sebutir" ujarnya. Tanpa berfikir panjang, gue langsung menelan satu pil itu. Seketika rasa pusing di kepala gue menghilang, gue jadi lebih tenang, namun badan gue sedikit panas dan pipi gue terasa memerah.
"Wah mantap banget obat batuk loe bro? Bagi lagi dong" pinta gue lagi.
"Nih, masih banyak" Romin mengeluarkan beberapa lagi dari saku celananya. Gue pun mengambil beberapa pil itu buat gue.
Gue akhirnya duduk terdiam menikmati ketenangan yang sedang gue rasakan. Gue merasa sedikit lebih pede sekarang. Mungkin efek dari obat itu. Gue kemudian memandang ke luar, di halaman. Ada Galang dan Zaky yang sedang mengobrol dengan Wiwit. Namun sepertinya wiwit sudah pamit untuk pulang, karna rumahnya tidak jauh, hanya berada di seberang jalan sana.
Gue lalu memandangi layar HP untuk memeriksa jam, ternyata sudah jam 12.10 PM. Tak ada satupun pesan masuk di HP gue. Yah, bodo amat lah. Gue balik memandang ke depan gue, di sana Arini masih sibuk berduaan dengan Romin, sedangkan gue jadi obat nyamuk sendirian. Karna bosan, gue pun menelan beberapa pil itu lagi.
"Rul, Inui mau ke sini katanya" ujar Arini tiba-tiba.
"Heh? Serius loe? Ini kan sudah jam 12 lewat" Tanya gue ga percaya. Ya tidak heran sih, sekarang lagi libur sekolah. Jadi bergadang sesekali tidak masalah.
"Rul, gue sama Zaky mau pulang duluan" Teriak Galang dari luar halaman.
"Iya, gue nanti aja" balas gue. Karna gue masih pengen nunggu Inui datang ke sini.
Sekarang hanya tinggal kami bertiga, tak lama muncul seorang cewek dari depan pintu yang sengaja tidak ditutup.
"Weh, dah pada bubar ya" Tanya Inui yang tiba-tiba datang.
"Iya nih, gue dari tadi nungguin loe" Jawab gue.
"Hehe, maaf ya. Tadi jalan dulu sama pacar gue" balas Inui yang kemudian duduk di sebelah gue.
Entah kenapa kepala gue mulai sedikit pusing, gue pun meremas-remas kening gue yang terasa sakit. Gue bahkan sudah tidak bisa lagi mendengar obrolan dari Arini dan Romin yang duduknya tak jauh dari tempat duduk gue.
"Loe kenapa Rul?" Tanya Inui, dia mendekat ke arah gue dan menyentuh tangan gue.
"Kepala gue pusing"
"Ini obat apa?" Tanya dia lagi, sambil mengambil bungkusan yang ada di meja yang di dalamnya masih terlihat beberapa butir obat.
"Cuma obat batuk" Jawab gue.
"Ini obat bahaya, kamu udah makan berapa banyak?" Tanya dia lagi.
"Baru tiga butir" balas gue. Dia lalu mengambil bungkusan itu dan menjauhkannya dari gue.
"Udah ga usah dimakan lagi" ujarnya. Gue pun cuma diam saja.
"Ga usah banyak-banyak Rul, nanti loe mati lagi" Romin pun ikut mengatai gue.
"Kan loe yang ngasih bro" balas gue, kepala gue semakin berat dan pusing.
"Gue cuma nyuruh loe nyoba sedikit aja. Ternyata loe mudah kena efeknya, hahaha" Romin malah mentertawai gue.
Gue yang ga mau tau, hanya diam saja mendengar tawanya. Gue udah ga kuat nahan kepala. Akhirnya gue bersandar di bahu Inui.
"Nui, gue numpang bersandar bentar ya" ujar gue pelan seperti menahan ngantuk.
"Iya, kamu baring di sini aja" balasnya yang dari gue-elo, berubah jadi aku-kamu.
Dia sedikit menggeser posisi duduknya, merapatkan kedua pahanya yang mulus karna dia sedang memakai celana pendek saat itu. Kepala gue yang awalnya berada di bahunya, digesernya perlahan sampai mendarat di kedua pahanya.
Gue pun akhirnya terbaring di pangkuan Inui, gue pejamkan mata sebentar, menunggu efek obatnya reda. Gue masih bisa merasakan lembutnya tangan Inui yang membelai rambut gue. Entah kenapa, gue merasa lebih nyaman berada di dekat Inui dibandingkan berada di dekat pacar gue sendiri.
Lanjut>>Spesial Chapter 10.5 Ciuman Di Kala Hujan
Diubah oleh irulfm24 02-07-2021 23:53
Menthog dan ekopermono memberi reputasi
2













