- Beranda
- Stories from the Heart
Cerita Waras (untold story)
...
TS
irulfm24
Cerita Waras (untold story)
Setelah sekian lama vakum dalam dunia perceritaan, aku kembali terniat ingin berbagi cerita dan kisah hidupku.
Sebenarnya sebelum ini aku sudah pernah membuat sebuah cerita di sini. Tapi sepertinya aku tidak bisa untuk melanjutkan cerita tersebut. Maaf ya.
Jika seandainya tulisanku ini kurang menarik. Harap maklum ya gan, aku cuma lulusan TSM (teknik sepeda motor).
Tapi aku akan mencoba menyampaikan kisah ini semaksimal mungkin.
Jangan berharap ada hal menarik dari kisah ini, karena ini hanya perjalanan hidupku. Aku hanya menceritakan apa adanya saja.
Status : On going

Sebenarnya sebelum ini aku sudah pernah membuat sebuah cerita di sini. Tapi sepertinya aku tidak bisa untuk melanjutkan cerita tersebut. Maaf ya.
Jika seandainya tulisanku ini kurang menarik. Harap maklum ya gan, aku cuma lulusan TSM (teknik sepeda motor).
Tapi aku akan mencoba menyampaikan kisah ini semaksimal mungkin.
Jangan berharap ada hal menarik dari kisah ini, karena ini hanya perjalanan hidupku. Aku hanya menceritakan apa adanya saja.
Status : On going

Quote:
Spoiler for Q&A:
Spoiler for INDEX:
Quote:
Quote:
Diubah oleh irulfm24 11-07-2022 08:19
wong.tanpo.aran dan 10 lainnya memberi reputasi
9
16.7K
243
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•2Anggota
Tampilkan semua post
TS
irulfm24
#113
Chapter 70 : Antara Dirimu Dan Dirinya
"Rul, Ibu mau ngomong sama kamu, nanti malam kamu ke rumah ya"
Begitulah pesan Ananda lewat smsnya pada sore itu.
Ku letakkan HP ku di atas meja, lalu ku nyalakan sebatang rokok sambil kembali merenungkan semua tindakan yang sudah ku lakukan. Mau sampai kapan aku seperti ini? Aku merasakan hubunganku benar-benar menggantung dengan Ayunda. Jujur dari hati, sebenarnya aku tidak ada niat untuk bermain-main lagi dengan cinta, namun semua ini ku lakukan hanya atas dasar keegoisanku saja, serta rasa dendam yang masih tersimpan di lubuk hati. Aku tidak bisa begitu saja mengikhlaskan rasa sakit hati yang sudah ku pendam selama ini.
"huuuussshhh" Ku hembuskan asap rokok ke udara. Lalu ku pejamkan mataku erat. Sambil tangan kiriku menopang kening, aku menunduk.
Aku mengingat kembali masa-masa yang telah kami lalui bersama dulu, apakah semua itu hanya akan menjadi kenangan?
Di tengah keheningan itu, aku seperti bisa mendengar suara dari hati kecilku. Suara itu selalu dan selalu mengatakan hal yang sama. Hatiku, tidak ingin kehilangan Ayunda. Entahlah, aku sendiri bingung dengan kepribadianku ini. Kadang jalan fikiran tak selalu selaras dengan hati.
Aku pun mematikan rokokku, lalu bergegas mandi. Malam ini, aku akan pergi ke rumah Ayunda.
Singkat cerita, malam itu aku pun datang sendirian ke rumah Ayunda. Dia masih berada di Pontianak pada saat itu.
"Di minum dulu Rul kopinya" ujar Ibu Ayunda. Seperti biasa, beliau pasti membuatkanku segelas kopi saat aku berkunjung ke rumahnya.
"Iya Buk" Aku pun meniup perlahan kopi yang tampak masih panas itu.
"Rul, Ibu mau ngomong masalah hubungan kamu sama Ayunda, maaf ya kalau kami sebagai orang tuanya jadi ikut campur"
"Gapapa Buk, ngomong aja"
"Apa benar kamu sudah putus sama Ayunda?"
Aku terdiam sejenak, lalu berbicara.
"Iya, tapi yang minta putus itu dia Buk"
"Hmmb, kemarin Ibu dengar kamu jalan sama cewek lain. Apa itu pacar baru kamu?"
"Bukan Buk, itu kenalanku aja. Cuma temen"
Tak lama, datanglah Bapak Ayunda yang kemudian ikut menginterogasiku. Entah kenapa, mereka sangat peduli sekali dengan hubungan kami. Aku pun tidak mengerti kenapa mereka bisa sampai sejauh itu.
"Rul, kemarin Ayunda nangis-nangis nelpon ke sini. Katanya dia sudah tidak betah kerja di Pontianak" ujar Bapaknya saat itu.
"Tidak betah kenapa Pak?"
"Dia gak betah karna kamu sudah ada di kampung, dan dia juga tampaknya menyesal sudah putus sama kamu"
"Apa kamu ga mau balikan lagi Rul, sama Ayunda?" Ibunya kini kembali bertanya.
"Entahlah Buk, aku fikir-fikir dulu"
"Kamu tunggu saja nanti kalau Ayunda sudah pulang ke sini Rul, kamu tanyakan lagi baik-baik. Sayang banget hubungan kalian kan sudah lama, apalagi kalian sudah berencana buat nikah kan?" Tanya Bapaknya lagi.
"Iya Pak, sebenarnya aku juga ga mau putus sama dia. Waktu itu dia ketahuan punya hubungan sama cowok lain, dan bahkan sempat jalan bareng. Setelah itu kami bertengkar hebat, dan akhirnya aku malah diputusin" Aku pun menjelaskan.
"Tapi sekarang dia udah benar-benar menyesal kok Rul, mungkin itu emang cuma temennya" Balas Ibunya.
"Kami selalu berharap Rul, hubungan kalian itu baik-baik saja, sampai kalian menikah nanti" Bapaknya juga ikut bicara.
Aku tidak tau harus berkata apa lagi. Aku hanya terdiam mendengar kata-kata dari mereka. Saat ini, mungkin hanya diriku saja yang masih terlalu egois. Apakah aku harus tetap dengan keegoisanku, atau aku harus berdamai dengan rasa sakit ini? Entahlah, saat ini biarkan saja semuanya mengalir mengikuti arus. Aku siap jika harus hanyut bersama arus itu. Karna memang saat ini, aku sudah merasa kehilangan arah dan tujuanku.
Beberapa hari kian berlalu. Aku masih belum juga mendapatkan pekerjaan. Hari-hari terasa mulai membosankan. Akhirnya, aku membuat keputusan untuk kembali bekerja di Bengkel itu lagi. Tempat yang sebelumnya pernah aku tinggalkan.
Malam itu, aku pun pergi mengunjungi Bos di rumahnya. Mereka menyambutku dengan hangat. Tampak dari raut wajah mereka, sepertinya mereka sudah tau maksud kedatanganku kemari.
"Bos, aku mau ngomong, bisa engga kalau aku kembali bekerja di sini?" Setelah sedikit basa-basi di awal, aku pun langsung menyampaikan niatku.
"Bisa kok, sangat bisa. Sudah lama kami menunggu kamu kerja kembali di sini Rul" Jawab Bos dengan senyum lebar.
"Jadi, kapan rencananya kamu mau mulai kerja?" Tanya dia lagi.
"Besok pun aku siap kerja Bos" jawabku.
"Baiklah kalau begitu, kamu saya terima kembali"
Akhirnya, aku kembali bekerja di Bangkel itu. Kali ini semoga semuanya semakin membaik lagi.
Keesokan harinya, aku pun sudah mulai masuk kerja. Beberapa konsumen ku merasa senang karna aku kembali kerja di sini. Tak butuh waktu lama, satu demi satu dari mereka mulai ingin menservis mesin motornya yang dulu sempat ditunda karna masih setia menunggu ku kembali. Untuk yang kesekian kalinya, aku sangat kagum dengan kesetiaan konsumenku itu. Setelah itu, hari-hari ku pun semakin sibuk di bengkel.
Satu bulan sudah aku berada di Kampung halaman. Saat ini ada dua orang cewek yang selalu dekat denganku, Nuri dan Rini. Sesekali aku masih jalan berdua dengan Nuri, bahkan kami tampak mulai semakin dekat. Namun, di saat yang sama, aku juga mulai mendekati Rini, mantan pacarku. Sedangkan Ayunda, dia juga masih terus menelponku, aku sudah mulai sedikit terbiasa dengan situasi ini. Ayunda masih tetap mencoba memberikan perhatiannya buatku, meskipun sampai saat ini, aku masih belum menerimanya untuk balikan lagi, tapi tampaknya dia tetap terus berjuang untuk mendapatkan hatiku kembali.
"Bang, jadi engga nanti malam ke rumah?" Tanya Rini lewat telpon.
"Jadi kok Dek, tunggu aja ya?" Balasku.
Nanti malam memang bukanlah malam minggu, tapi sepertinya Rini sudah tidak sabar untuk mengajakku bertemu. Sama halnya dengan diriku yang sudah lama tidak melihat kembali wajah mantanku itu.
Malam itupun aku bersiap-siap untuk berangkat ke rumah Rini. Untuk saat ini, Nuri aku abaikan dulu. Nuri punya giliran pada malam lain pastinya, haha.
Tak butuh waktu lama, aku akhirnya tiba di depan rumah Rini. Seorang cewek tampak sudah duduk di depan teras. Aku pun berjalan mendekati rumahnya. Begitu terpesonanya diriku saat melihat cewek yang menungguku itu. Rini, kini dia tampak semakin cantik dan putih, bodynya juga semakin berisi dan membuatku seketika terlena akan kecantikan dirinya.
"Naik lah Bang" ujarnya dengan senyum.
"Duh manisnya senyummu" ucapku dalam hati.
"Eh, iya. Assalamualaikum"
"Wa'alaikumsalam, hehe" balas dia sembari mempersilahkan aku masuk ke dalam.
Seperti sebuah mimpi, malam ini aku kembali dipertemukan dengan mantanku ini. Meskipun dulu aku sempat terluka olehnya, namun tidak apa. Aku sudah melupakan masa lalu itu, karna saat ini ada masa depan yang baru di hadapanku.
"Di minum Bang, Kopinya" Rini mempersilahkan.
"Iya Dek, masih panas,, hehe"
"Bang, makin kurus ya"
"Ah masa sih, emang dulu gendut ya? Hehe"
"Iya, hihi.. Tapi kalau kurus gini, makin ganteng" ujarnya lalu tertawa.
"Duh.. Jadi geregetan deh liat tawanya" batinku.
Kami pun terus mengobrol tanpa ada rasa canggung seperti saat itu. Setelah selesai ngobrol, aku pun mengajaknya untuk pergi makan malam di cafe. Dengan senang hati, Rini pun setuju untuk pergi denganku. Tampaknya dia sudah semakin dewasa, tak seperti dulu lagi.
Singkat cerita, malam itu aku pun jalan berdua dengan Rini. Di perjalanan, kami kembali mengobrol dan bercerita. Kami saling bercanda dan tertawa. Membuatku melupakan sejenak rasa gundah.
Kami pun tiba di sebuah Cafe yang biasa ku kunjungi dengan Ayunda dulu. Rini duduk tepat di sebelahku, kami memesan makanan yang sama, dan minuman yang sama. Rini tampak mulai semakin manja saat dia mengajakku untuk foto berdua.
Dengan berbagai macam pose dia pun mengambil gambar. Entah sudah berapa banyak foto yang diambilnya saat itu.
"Bang, sini lebih dekat lagi" ujarnya sambil mendekatkan wajahnya ke wajahku.
Saking dekatnya, pipi kami pun bersentuhan.
"Cekrek!" Untuk ke sekian kali, dia mengambil foto.
"Mau diapain nanti fotonya Dek?" Tanyaku penasaran.
"Di upload ke facebook boleh engga, hehe" Jawabnya sembari tertawa nakal.
"Boleh, terserah kamu lah"
Usai makan malam, kami pun kembali berkeliling-keliling. Aku kembali mengajaknya ngobrol dan bercanda. Semakin lama, Rini tampak semakin asik saat diajak ngomong. Duduknya pun semakin dekat ke arahku, tiba-tiba dia membisikkan kata yang tak terduga olehku
"Bang, kita balikan mau engga?"
"Degg!" Aku kaget mendengarnya. Aku bingung harus jawab apa.
Bukannya aku tidak mau atau tidak suka. Aku hanya belum siap untuk pacaran lagi saat ini. Aku masih pengen menikmati suasana ini. Aku masih ingin bersenang-senang dengan kehidupan baruku ini.
Aku senang saat berada di dekat Rini, begitu juga dengan Nuri. Aku ingin Rini, aku ingin Nuri. Dan tentu saja, aku masih ingin Ayunda.
Ya aku memang egois. Ini mungkin adalah sifat alami dari laki-laki. Iya, laki-laki sepertiku ini.
"Mau engga Bang?" Kembali Rini menanyakan.
"Apa engga terlalu cepat Dek?" Dengan berat aku mengatakan itu.
"Hmmb, gapapa kalau belum siap. Ga harus dijawab sekarang, hehe" Dia pun tertawa.
Tiba-tiba aku merasakan ada tangan yang melingkar di perutku. Rini memelukku, erat. Semakin erat, dia pun ikut menyandarkan kepalanya di atas bahuku. Ini benar-benar seperti mimpi.
"Irul, aku jatuh cinta lagi sama kamu" Kata-kata itupun terucap dari bibirnya.
Bagaimana ini? Rasanya kisahku ini semakin rumit saja ya? Udahlah, nikmatin saja.
Bersambung...
Begitulah pesan Ananda lewat smsnya pada sore itu.
Ku letakkan HP ku di atas meja, lalu ku nyalakan sebatang rokok sambil kembali merenungkan semua tindakan yang sudah ku lakukan. Mau sampai kapan aku seperti ini? Aku merasakan hubunganku benar-benar menggantung dengan Ayunda. Jujur dari hati, sebenarnya aku tidak ada niat untuk bermain-main lagi dengan cinta, namun semua ini ku lakukan hanya atas dasar keegoisanku saja, serta rasa dendam yang masih tersimpan di lubuk hati. Aku tidak bisa begitu saja mengikhlaskan rasa sakit hati yang sudah ku pendam selama ini.
"huuuussshhh" Ku hembuskan asap rokok ke udara. Lalu ku pejamkan mataku erat. Sambil tangan kiriku menopang kening, aku menunduk.
Aku mengingat kembali masa-masa yang telah kami lalui bersama dulu, apakah semua itu hanya akan menjadi kenangan?
Di tengah keheningan itu, aku seperti bisa mendengar suara dari hati kecilku. Suara itu selalu dan selalu mengatakan hal yang sama. Hatiku, tidak ingin kehilangan Ayunda. Entahlah, aku sendiri bingung dengan kepribadianku ini. Kadang jalan fikiran tak selalu selaras dengan hati.
Aku pun mematikan rokokku, lalu bergegas mandi. Malam ini, aku akan pergi ke rumah Ayunda.
***
Singkat cerita, malam itu aku pun datang sendirian ke rumah Ayunda. Dia masih berada di Pontianak pada saat itu.
"Di minum dulu Rul kopinya" ujar Ibu Ayunda. Seperti biasa, beliau pasti membuatkanku segelas kopi saat aku berkunjung ke rumahnya.
"Iya Buk" Aku pun meniup perlahan kopi yang tampak masih panas itu.
"Rul, Ibu mau ngomong masalah hubungan kamu sama Ayunda, maaf ya kalau kami sebagai orang tuanya jadi ikut campur"
"Gapapa Buk, ngomong aja"
"Apa benar kamu sudah putus sama Ayunda?"
Aku terdiam sejenak, lalu berbicara.
"Iya, tapi yang minta putus itu dia Buk"
"Hmmb, kemarin Ibu dengar kamu jalan sama cewek lain. Apa itu pacar baru kamu?"
"Bukan Buk, itu kenalanku aja. Cuma temen"
Tak lama, datanglah Bapak Ayunda yang kemudian ikut menginterogasiku. Entah kenapa, mereka sangat peduli sekali dengan hubungan kami. Aku pun tidak mengerti kenapa mereka bisa sampai sejauh itu.
"Rul, kemarin Ayunda nangis-nangis nelpon ke sini. Katanya dia sudah tidak betah kerja di Pontianak" ujar Bapaknya saat itu.
"Tidak betah kenapa Pak?"
"Dia gak betah karna kamu sudah ada di kampung, dan dia juga tampaknya menyesal sudah putus sama kamu"
"Apa kamu ga mau balikan lagi Rul, sama Ayunda?" Ibunya kini kembali bertanya.
"Entahlah Buk, aku fikir-fikir dulu"
"Kamu tunggu saja nanti kalau Ayunda sudah pulang ke sini Rul, kamu tanyakan lagi baik-baik. Sayang banget hubungan kalian kan sudah lama, apalagi kalian sudah berencana buat nikah kan?" Tanya Bapaknya lagi.
"Iya Pak, sebenarnya aku juga ga mau putus sama dia. Waktu itu dia ketahuan punya hubungan sama cowok lain, dan bahkan sempat jalan bareng. Setelah itu kami bertengkar hebat, dan akhirnya aku malah diputusin" Aku pun menjelaskan.
"Tapi sekarang dia udah benar-benar menyesal kok Rul, mungkin itu emang cuma temennya" Balas Ibunya.
"Kami selalu berharap Rul, hubungan kalian itu baik-baik saja, sampai kalian menikah nanti" Bapaknya juga ikut bicara.
Aku tidak tau harus berkata apa lagi. Aku hanya terdiam mendengar kata-kata dari mereka. Saat ini, mungkin hanya diriku saja yang masih terlalu egois. Apakah aku harus tetap dengan keegoisanku, atau aku harus berdamai dengan rasa sakit ini? Entahlah, saat ini biarkan saja semuanya mengalir mengikuti arus. Aku siap jika harus hanyut bersama arus itu. Karna memang saat ini, aku sudah merasa kehilangan arah dan tujuanku.
***
Beberapa hari kian berlalu. Aku masih belum juga mendapatkan pekerjaan. Hari-hari terasa mulai membosankan. Akhirnya, aku membuat keputusan untuk kembali bekerja di Bengkel itu lagi. Tempat yang sebelumnya pernah aku tinggalkan.
Malam itu, aku pun pergi mengunjungi Bos di rumahnya. Mereka menyambutku dengan hangat. Tampak dari raut wajah mereka, sepertinya mereka sudah tau maksud kedatanganku kemari.
"Bos, aku mau ngomong, bisa engga kalau aku kembali bekerja di sini?" Setelah sedikit basa-basi di awal, aku pun langsung menyampaikan niatku.
"Bisa kok, sangat bisa. Sudah lama kami menunggu kamu kerja kembali di sini Rul" Jawab Bos dengan senyum lebar.
"Jadi, kapan rencananya kamu mau mulai kerja?" Tanya dia lagi.
"Besok pun aku siap kerja Bos" jawabku.
"Baiklah kalau begitu, kamu saya terima kembali"
Akhirnya, aku kembali bekerja di Bangkel itu. Kali ini semoga semuanya semakin membaik lagi.
Keesokan harinya, aku pun sudah mulai masuk kerja. Beberapa konsumen ku merasa senang karna aku kembali kerja di sini. Tak butuh waktu lama, satu demi satu dari mereka mulai ingin menservis mesin motornya yang dulu sempat ditunda karna masih setia menunggu ku kembali. Untuk yang kesekian kalinya, aku sangat kagum dengan kesetiaan konsumenku itu. Setelah itu, hari-hari ku pun semakin sibuk di bengkel.
***
Maret 2015
Maret 2015
Satu bulan sudah aku berada di Kampung halaman. Saat ini ada dua orang cewek yang selalu dekat denganku, Nuri dan Rini. Sesekali aku masih jalan berdua dengan Nuri, bahkan kami tampak mulai semakin dekat. Namun, di saat yang sama, aku juga mulai mendekati Rini, mantan pacarku. Sedangkan Ayunda, dia juga masih terus menelponku, aku sudah mulai sedikit terbiasa dengan situasi ini. Ayunda masih tetap mencoba memberikan perhatiannya buatku, meskipun sampai saat ini, aku masih belum menerimanya untuk balikan lagi, tapi tampaknya dia tetap terus berjuang untuk mendapatkan hatiku kembali.
"Bang, jadi engga nanti malam ke rumah?" Tanya Rini lewat telpon.
"Jadi kok Dek, tunggu aja ya?" Balasku.
Nanti malam memang bukanlah malam minggu, tapi sepertinya Rini sudah tidak sabar untuk mengajakku bertemu. Sama halnya dengan diriku yang sudah lama tidak melihat kembali wajah mantanku itu.
Malam itupun aku bersiap-siap untuk berangkat ke rumah Rini. Untuk saat ini, Nuri aku abaikan dulu. Nuri punya giliran pada malam lain pastinya, haha.
Tak butuh waktu lama, aku akhirnya tiba di depan rumah Rini. Seorang cewek tampak sudah duduk di depan teras. Aku pun berjalan mendekati rumahnya. Begitu terpesonanya diriku saat melihat cewek yang menungguku itu. Rini, kini dia tampak semakin cantik dan putih, bodynya juga semakin berisi dan membuatku seketika terlena akan kecantikan dirinya.
"Naik lah Bang" ujarnya dengan senyum.
"Duh manisnya senyummu" ucapku dalam hati.
"Eh, iya. Assalamualaikum"
"Wa'alaikumsalam, hehe" balas dia sembari mempersilahkan aku masuk ke dalam.
Seperti sebuah mimpi, malam ini aku kembali dipertemukan dengan mantanku ini. Meskipun dulu aku sempat terluka olehnya, namun tidak apa. Aku sudah melupakan masa lalu itu, karna saat ini ada masa depan yang baru di hadapanku.
"Di minum Bang, Kopinya" Rini mempersilahkan.
"Iya Dek, masih panas,, hehe"
"Bang, makin kurus ya"
"Ah masa sih, emang dulu gendut ya? Hehe"
"Iya, hihi.. Tapi kalau kurus gini, makin ganteng" ujarnya lalu tertawa.
"Duh.. Jadi geregetan deh liat tawanya" batinku.
Kami pun terus mengobrol tanpa ada rasa canggung seperti saat itu. Setelah selesai ngobrol, aku pun mengajaknya untuk pergi makan malam di cafe. Dengan senang hati, Rini pun setuju untuk pergi denganku. Tampaknya dia sudah semakin dewasa, tak seperti dulu lagi.
Singkat cerita, malam itu aku pun jalan berdua dengan Rini. Di perjalanan, kami kembali mengobrol dan bercerita. Kami saling bercanda dan tertawa. Membuatku melupakan sejenak rasa gundah.
Kami pun tiba di sebuah Cafe yang biasa ku kunjungi dengan Ayunda dulu. Rini duduk tepat di sebelahku, kami memesan makanan yang sama, dan minuman yang sama. Rini tampak mulai semakin manja saat dia mengajakku untuk foto berdua.
Dengan berbagai macam pose dia pun mengambil gambar. Entah sudah berapa banyak foto yang diambilnya saat itu.
"Bang, sini lebih dekat lagi" ujarnya sambil mendekatkan wajahnya ke wajahku.
Saking dekatnya, pipi kami pun bersentuhan.
"Cekrek!" Untuk ke sekian kali, dia mengambil foto.
"Mau diapain nanti fotonya Dek?" Tanyaku penasaran.
"Di upload ke facebook boleh engga, hehe" Jawabnya sembari tertawa nakal.
"Boleh, terserah kamu lah"
Usai makan malam, kami pun kembali berkeliling-keliling. Aku kembali mengajaknya ngobrol dan bercanda. Semakin lama, Rini tampak semakin asik saat diajak ngomong. Duduknya pun semakin dekat ke arahku, tiba-tiba dia membisikkan kata yang tak terduga olehku
"Bang, kita balikan mau engga?"
"Degg!" Aku kaget mendengarnya. Aku bingung harus jawab apa.
Bukannya aku tidak mau atau tidak suka. Aku hanya belum siap untuk pacaran lagi saat ini. Aku masih pengen menikmati suasana ini. Aku masih ingin bersenang-senang dengan kehidupan baruku ini.
Aku senang saat berada di dekat Rini, begitu juga dengan Nuri. Aku ingin Rini, aku ingin Nuri. Dan tentu saja, aku masih ingin Ayunda.
Ya aku memang egois. Ini mungkin adalah sifat alami dari laki-laki. Iya, laki-laki sepertiku ini.
"Mau engga Bang?" Kembali Rini menanyakan.
"Apa engga terlalu cepat Dek?" Dengan berat aku mengatakan itu.
"Hmmb, gapapa kalau belum siap. Ga harus dijawab sekarang, hehe" Dia pun tertawa.
Tiba-tiba aku merasakan ada tangan yang melingkar di perutku. Rini memelukku, erat. Semakin erat, dia pun ikut menyandarkan kepalanya di atas bahuku. Ini benar-benar seperti mimpi.
"Irul, aku jatuh cinta lagi sama kamu" Kata-kata itupun terucap dari bibirnya.
Bagaimana ini? Rasanya kisahku ini semakin rumit saja ya? Udahlah, nikmatin saja.
Quote:
Bersambung...
Diubah oleh irulfm24 10-08-2021 21:12
Menthog dan pulaukapok memberi reputasi
2
Tutup













