Kamen Rider X Kamen Rider - Kabuto & Den-O: Legend Of Deux (Part 4)
Spoiler for Legend of Deux: Part 4:
Di sebuah ruang rahasia di gua yang terletak di perbukitan ujung kota Tokyo yang dinamai ‘Force Secret Base’, seorang pria berjubah serta bertudung hitam berdiri di tembok yang di sampingnya ada layar vitual yang menampilkan sosok Kamen Rider Deux dengan berbagai tulisan di setiap penjuru. Di hadapan orang berjubah itu berdirilah sosok yang ada di mimpi Naoto, yakni Cyborg.
Spoiler for Cyborg:
“Kamen Rider Deux. Ariel Matsuyama. Dia sudah menghabisi para monster yang kukirim termasuk para monster kelas elit,” ucap orang berjubah hitam itu. “Dia harus segera ditangkap, apapun caranya! Cyborg, kali ini kau yang maju!”
Cyborg menempelkan telapak tangan kanannya di depan dada sambil kemudian membungkuk sedikit. “Serahkan padaku!” ucapnya dengan suara seperti mesin.
“Aku sudah memberimu alat pelacak aura Kamen Rider Deux yang bisa melacak di mana keberadaannya. Bekerjalah semaksimal mungkin!”
“Siap!!”
“Kekuatannya harus jadi milikku!” gumam pria berjubah tersebut sambil mengepalkan tangan kanannya.
***
“Kyaaa… Ariel!!!”
“Ariel!!! jadilah pacarku!!!”
“I love you Pangeran Es!!!”
Teriakan demi teriakan mengema di sepanjang koridor Tensai University. Hampir setiap paginya suasana keributan seperti ini terjadi. Penyebabnya apalagi kalau bukan karena kedatangan si Pangeran Es, Ariel Matsuyama. Ariel yang diteriaki seperti itu hanya diam saja sambil memasukkan kedua tangannya di dalam saku celana dan mempercepat langkahnya.
“Tcih! Aku bisa tuli,” gumam Ariel yang hampir sampai di pintu salah satu kelas.
Sesampainya di dalam kelas, Ariel yang berjalan ke arah bangkunya dikejutkan dengan pemandangan yang tak biasa. Pemandangan itu ialah Asuka dan Naoto yang sedang bercanda di bangku seberangnya. Ariel melirik ke arah tempat biasa Asuka duduk, yaitu di belakangnya. Tempat itu kosong, tidak ada lagi kursi yang biasa diduduki Asuka.
“Ada apa ini?” gumam Ariel dengan dahi mengernyit.
Asuka yang ada di seberang melirik Ariel sebentar, setelah itu kembali mengobrol dan bercanda dengan Naoto.
Ariel mengangkat bahunya, ia menghela napas, setelah itu duduk di bangkunya. Ia lalu mengambil sebuah buku dari dalam tasnya kemudian membacanya dengan khidmat.