TS
Ariel.Matsuyama
[FanFic] Kamen Rider Kabuto: Speed Hunter
![[FanFic] Kamen Rider Kabuto: Speed Hunter](https://dl.kaskus.id/arielmatsuyama.files.wordpress.com/2020/04/tak-berjudul6_20200304225028-1.png)
Kamen Rider Kabuto: Speed Hunter (仮面ライダーカブトスピードハンター)
Genre:Action | Drama | Adventure
Spoiler for Episode List:
Episode 1: Awal Mula
[[Act 01]] [[Act 02]]
[[Act 03 (End)]]
Episode 2: Topeng
[[Act 01]] [[Act 02 (End)]]
Episode 3: Masa Lalu Yang Pahit Dan Orang Baru
[[Act 01]] [[Act 02]]
[[Act 03]]
[[Act 04 (End)]]
Episode 4: Menengok Ke Belakang Dan Kembali Bertemu
[[Act 01]] [[Act 02]]
[[Act 03 (End)]]
Episode 5: Cintaku
[[Act 01]] [[Act 02(End)]]
Episode 6: Terungkapnya Sebuah Kebenaran
[[Act 01]] [[Act 02(End)]]
Episode 7: Musuh Bumi
[[Act 01]] [[Act 02(End)]]
Final Episode
[[Act 01]] [[Act 02(End)]]
[[Act 01]] [[Act 02]]
[[Act 03 (End)]]
Episode 2: Topeng
[[Act 01]] [[Act 02 (End)]]
Episode 3: Masa Lalu Yang Pahit Dan Orang Baru
[[Act 01]] [[Act 02]]
[[Act 03]]
[[Act 04 (End)]]
Episode 4: Menengok Ke Belakang Dan Kembali Bertemu
[[Act 01]] [[Act 02]]
[[Act 03 (End)]]
Episode 5: Cintaku
[[Act 01]] [[Act 02(End)]]
Episode 6: Terungkapnya Sebuah Kebenaran
[[Act 01]] [[Act 02(End)]]
Episode 7: Musuh Bumi
[[Act 01]] [[Act 02(End)]]
Final Episode
[[Act 01]] [[Act 02(End)]]
Spoiler for Special Story:
![[FanFic] Kamen Rider Kabuto: Speed Hunter](https://dl.kaskus.id/arielmatsuyama.files.wordpress.com/2020/03/tak-berjudul13_20201027014020.png)
Kamen Rider X Kamen Rider - Kabuto & Den-O: Legend Of Deux
Part 1
[[Act 01]] [[Act 02]]
[[Act 03 (End)]]
Part 2
[[Act 01]] [[Act 02 (End)]]
Part 3
[[Act 01]] [[Act 02]]
[[Act 03 (End)]]
Part 4
[[Act 01]] [[Act 02 (End)]]
Part 5
[[Act 01]] [[Act 02 (End)]]
Part 6
[[Act 01]] [[Act 02]]
[[Act 03 (End)]]
Part 7
[[Act 01]] [[Act 02 (End)]]
Final PartNEW!!
[[Act 01]] [[Act 02 (End)]]
Spoiler for Realms:
Bonus for Reviewer:
Event ditutup karena kurangnya peserta.
Diubah oleh Ariel.Matsuyama 30-09-2024 01:47
amekachi dan 6 lainnya memberi reputasi
7
19.3K
Kutip
92
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Fanstuff
1.9KThread•343Anggota
Tampilkan semua post
TS
Ariel.Matsuyama
#13
UPDATE!!!
Episode 2: Topeng
Pinggir jalan Kota Tokyo – Jepang, Minggu 06 September 2020, pukul 22:00 Waktu Jepang.
Seorang pria paruh baya berjaket hitam lusuh duduk di pinggir jalan dengan sebuah plastik persegi warna biru yang menghampar yang di atasnya ada banyak sekali ‘topeng’ dengan beragam jenis.
“Topeng topeng!! Ayo dibeli dibeli!!” ucap pria itu ketika melihat orang berlalu lalang. Ia memiliki kulit agak gelap, alis mata tipis, mata sayu, bibir tipis yang dihiasi kumis panjang, dagu lancip yang dihiasi janggut, dan daun telinga kecil yang tertutupi oleh rambutnya yang agak panjang. Sesekali ia menguap serta menepuki nyamuk yang hinggap di tangannya.
Beberapa menit berlalu. Dagangannya belum juga laku, padahal perutnya sudah keroncongan. Mau beli makanan uang tak ada. Akhirnya, ia membereskan topengnya dan memasukkannya ke dalam dua kantong plastik hitam, sementara plastik persegi yang menjadi alas topeng tadi ia masukkan di sebuah kantong plastik biru besar. Setelah itu, ia pergi dari sana.
Beberapa lama kemudian, pria itu sampai di sebuah rumah reyot di sebuah perkampungan Tokyo yang terbuat dari kayu. Ia kemudian mengetuk pintu dan pintu pun dibuka oleh seorang wanita paruh baya. Wanita itu berkulit kuning langsat, beralis tebal, bermata sipit, berhidung pipih, berbibir kecil, berdagu tumpul, dan berdaun telinga kecil yang ditutupi oleh rambut keriting yang panjang. Ia mengenakan baju merah dan celana pendek ungu yang terlihat sangat usang.
“Masato? Akhirnya kau pulang,” ucap wanita itu sambil tersenyum hingga terlihatlah giginya yang gingsul dan agak menguning. “Topengnya laku berapa?”
Masato diam sejenak, kemudian menggeleng pelan. “Tidak sama sekali.”
Wanita tadi menghela napas. Tak terasa air matanya menetes.
“Apa menu makanan hari ini, Ayako?” tanya Masato seraya masuk ke dalam rumah tersebut.
“Sedang dimasak,” jawab Ayako.
Masato kemudian berjalan ke sebuah ruangan dan membuka gorden yang menggantung di ruangan itu. Di sana terlihat seorang anak kecil berkaos hijau bergambar beruang dengan banyak tambalan sedang tertidur sambil memegang perutnya. Celana pendeknya yang berwarna merah juga memiliki banyak tambalan. Anak itu memiliki kulit kuning langsat, alis sedang, mata sayu, hidung kecil, bibir tipis, dagu tumpul, dan daun telinga kecil yang tertutup sedikit dengan rambut panjangnya yang lurus. Masato pun langsung menghampirinya.
“Sayo, kau kenapa, nak?” tanya Masato sambil mengelus rambut anak itu dan jongkok di hadapannya sambil menaruh tiga kantong plastik yang ia bawa.
“Aku lapar…,” jawab Sayo lirih. “Daritadi pagi belum makan. Masakan ibu sampai sekarang belum matang.”
Masato terkejut. Ia kemudian berdiri, keluar ruangan itu, dan pergi ke dapur yang lantainya terbuat dari tanah. Di sana terlihat Ayako berdiri di depan tungku sambil menangis.
“Ayako!” panggil Masato.
Ayako langsung menghapus air matanya dan menoleh ke samping. “A-apa?”
“Sebetulnya apa yang kau masak?? Masa anak kita dari pagi belum makan??” tanya Masato.
“Sabarlah dulu,” jawab Ayako. “Aku juga dari pagi belum makan.”
Masato yang penasaran berjalan ke arah tungku. “Sebenarnya apa yang kau masak?”
Ayako langsung menghadang Masato. “Jangan!! Belum matang!!”
“Minggir!!” Masato langsung mendorong tubuh Ayako ke samping hingga jatuh dan membuka penutup tungku yang terbuat dari alumunium itu.
Masato pun membelalak begitu melihat tiga buah batu direndam di dalam air panas.
Ayako menangis. “Bagaimana? Puas?”
“Kau … Kenapa memasak batu?? Apa tidak ada persediaan uang sampai kau memasak batu??” tanya Masato dengan nada keras. “Kau tahu, anak kita Sayo bisa mati!”
“Uangnya sudah habis untuk membayar uang sekolah Sayo. Saat itu kupikir topengmu akan laku. Jadi untuk sementara aku masak saja batu sampai kau pulang untuk setidaknya membuat Sayo senang karena aku sedang memasak untuknya,” jawab Ayako dengan isak tangis.
“Bodoh!” teriak Masato yang kemudian menghela napas panjang dan menghembuskannya dengan keras. Ia berpikir sebentar, kemudian berkata, “Baik, apapun akan kulakukan agar anakku bisa makan!”
Setelah itu, Masato pergi keluar rumah.
Masato bingung hendak mencari makanan kemana, karena ia tidak memiliki uang sama sekali. Ia berjalan tak tentu arah sembari memikirkan anaknya di rumah yang kelaparan. Sampai akhirnya, ia berhenti di sebuah mini market dengan plang bertuliskan 'Kaizu Mart'. Dengan langkah perlahan ia masuk ke dalam mini market tersebut.
Di dalam, Masato mencari-cari makanan yang ia butuhkan. Setelah mendapatkan makanan yang ia butuhkan, yaitu beras setengah kilo dan beberapa bahan makanan lainnya, Masato menyembunyikan semua itu di balik jaketnya. Setelah itu ia beranjak dari sana.
Namun, ketika Masato mendorong pintu mini market tersebut, terdengar suara alarm yang berbunyi lantang.
Seorang kasir wanita langsung terbelalak dan menatap ke arah Masato. "Pencuri!!!" teriaknya.
Semua yang ada di dalam mini market langsung geger dan menatap ke arah Masato. Seorang 'satpam' yang ada di mini market itu langsung mengejar Masato yang melarikan diri ketika ia diteriaki 'pencuri'.
Satpam itu terus mengejar Masato yang berlari menuju hutan sepi. Tapi, tiba-tiba Masato menghilang dari pandangan matanya. Satpam tersebut terus mencari ke seluruh pelosok hutan.
Sementara itu, Masato yang ketakutan atengah bersembunyi di balik salah satu semak-semak hutan tersebut. Nafas Masato memburu dan jantungnya berdetak kencang.
Tiba-tiba, Masato terkejut karena merasakan sesuatu yang menyenggol punggungnya. Perlahan, ia pun menoleh ke belakang. Alangkah terkejutnya ia melihat makhluk berkulit hijau dengan kedua lengan kecil di kedua pipinya, di belakangnya terdapat sirip yang cukup besar dan bagian kepalanya agak lancip ke atas, ia memiliki dua tangan dan dua kaki layaknya manusia. Makhluk itu adalah 'Worm'. Makhluk itu menatap Masato cukup lama. Sementara Masato diam mematung, tubuhnya menolak untuk bergerak karena keterkejutannya.
Perlahan, wujud Worm tersebut berubah menjadi 'sangat mirip' dengan Masato, bahkan pakaiannya pun juga mirip. Masato pun makin terkejut dibuatnya.
Setelah tersenyum miring, Worm itu langsung mencekik leher Masato.
Masato meronta-ronta sekuat tenaga agar bisa lepas dari cekikan sang Worm. Namun, tenaga Worm itu jauh lebih kuat dibanding dirinya. Hingga pada akhirnya, Masato kehabisan nafas dan mati. Worm itu langsung melemparkan tubuh Masato yang terkulai lemas.
"Kemana perginya orang itu?" ucap satpam yang tadi mengejar Masato sembari mengecek ke semak-semak. Tapi, ketika ia membalikkan badannya, ia melihat sosok seseorang tengah berdiri tegak menatapnya. Ia langsung mengarahkan senter yang dipegangnya ke arah orang tersebut. Rupanya orang itu adalah Masato.
"Bagus. Disitu kau rupanya," ucap sang satpam dengan ekspresi senang. Ia segera berjalan mendekati Masato sambil mengambil sebuah borgol yang menggantung di ikat pinggangnya.
Namun, begitu jaraknya sudah dekat dengan Masato, pria itu dengan cepat mencekik leher si satpam.
Si satpam terus berusaha memberontak dari cekikan Masato. Tapi semua usahanya sia-sia. Bahkan ketika si satpam mencoba menendang Masato pun tidak berhasil, karena Masato bisa menangkis dengan tangan yang satunya. Akhirnya tubuh satpam itu melemas. Nyawa si satpam sudah hilang. Masato langsung melemparkannya dengan satu tangan ke semak-semak, setelah itu ia berlalu pergi.
Worm yang sudah berubah menjadi Masato itu berjalan pulang ke rumahnya.
Setelah sampai di depan rumah, Masato langsung membuka pintu dan masuk ke dalam, kemudian menghampiri Ayako dan menyerahkan semua yang ia dapatkan dari mini market tadi pada Ayako untuk dimasak. Ayako terkejut tapi ia terlihat sangat senang karena Masato tidak pulang dengan tangan hampa. Ia pun bertanya pada Masato darimana Masato mendapatkan itu semua? Masato menjawab ia mendapatkan itu dari temannya. Ayako yang sangat senang pun lalu memasak makanan yang Masato bawa, dan setelah matang langsung ia hidangkan untuk Masato dan anaknya. Anak mereka, Sayo, sangat bersyukur bisa makan hari ini.
Komplek Haito, Kota Tokyo – Jepang, Senin 07 September 2020, pukul 06:00 Waktu Jepang.
Setelah bangun tidur, Ariel langsung pergi ke ruang dojo. Disana, ia melatih fisiknya dengan melakukan push up dengan dua tangan, lalu satu tangan dengan tangan kanan dan kiri sebagai penopang secara bergantian, itu semua ia lakukan sebanyak 100 kali. Dilanjutkan dengan angkat barbel kecil di tangan kanan dan kirinya sebanyak 100 kali. Lalu angkat barbel besar sebanyak 100 kali pula. Kemudian ia bergelantung di sebuah alat besi dan menaik turunkan tubuhnya sebanyak 100 kali. Terakhir, ia memukul-mukul dan menendang-nendang ‘sandsack’ berkali-kali dengan kemampuan beladiri yang ia miliki. Tubuh Ariel tidak terlalu kekar, ototnya cenderung kecil, tapi terlihat padat dan sangat terlatih.
Selesainya berolahraga, Ariel pergi ke kamar mandi. Usai mandi, Ariel berjalan ke kamarnya dan membuka lemari pakaian. Di dalam lemari, terdapat banyak sekali Zip Up Hoodie yang menggantung dengan bentuk yang sama seperti Zip UP Hoodie yang ia kenakan kemarin, selain itu juga ada banyak kaos merah dan celana panjang hitam yang juga sama seperti yang ia kenakan kemarin.
Ariel mengambil salah satu kaos merah dan celana panjang hitam, kemudian memakainya satu persatu. Ia juga mengambil Zip Up Hoodie hitam dengan tiga garis merah di lengan kirinya kemudian memakainya. Lalu ia berkaca dan menyisir rambutnya. Ia menyisir poninya ke arah samping kanan. Setelah itu, ia mengambil sabuk perak yang kemarin ia gunakan untuk berubah wujud menjadi Kamen Rider Kabuto dan sebuah jam tangan hitam di dalamnya serta sepasang sarung tangan hitam, meski jumlah sarung tangan itu ada beberapa pasang ia hanya mengambil sepasang. Ia lalu menyembunyikan sabuk yang diambilnya tadi di saku Zip Up Hoodie samping kanannya, yang mana di hoodie itu memiliki saku yang besar dan dalam. Sesudah memakai sepasang sarung tangan hitamnya, ia memakai jam tangan hitam di pergelangan tangan kirinya. Semua benda itu sama seperti yang ia kenakan kemarin. Tak lupa, ia juga menyemprotkam ‘parfum’ bermerek “Red Beetle” ke seluruh tubuhnya. Terakhir, ia mengambil beberapa buah buku dari rak buku yang terletak disamping lemari. Kemudian ia memasukkan buku-buku tersebut ke dalam tas gemblok berwarna hitam yang ia letakkan di atas meja lalu memakainya dan keluar dari kamarnya menuju ruang makan.
Di ruang makan, seorang pria dengan rambut poni menyamping duduk di bangku sambil membaca koran. Hidungnya mancung, matanya sipit, bibirnya sedang dan berwarna agak kemerah jambuan, dan dagunya agak lancip. Bangku yang diduduki pria itu letaknya agak berjauhan dari meja makan. Pria tersebut mengenakan seragam ‘beladiri’ warna putih lengkap dengan celana berwarna sama. Di dada sebelah kiri seragam itu tertera tulisan ‘Tokyo’ di bagian atasnya, di tengahnya ada gambar tangan mengepal, dan di bagian bawahnya tertera tulisan ‘Karate-Do’. Sabuk kain tebal berwarna hitam terikat kuat di pinggangnya. Pria itu terlihat serius membaca koran.
Tak lama kemudian, pintu ruang makan terbuka. Ariel lah yang membuka pintu itu.
“Selamat pagi, Paman Yaguruma,” ucap Ariel sembari melangkah masuk ke ruang makan.
“Selamat pagi,” balas pria yang membaca koran itu. Ia berhenti sejenak dari kegiatan membaca korannya dan menatap Ariel sambil tersenyum.
Ketika Ariel duduk di meja makan, seorang perempuan berwajah oval, bermata sipit, beralis tipis, berhidung kecil, dan berbibir merah jambu masuk ke ruang makan. Rambutnya yang panjang tergerai indah.
“Selamat pagi, Paman Yaguruma,” kata perempuan itu sambil tersenyum manis. Kulitnya yang putih mulus terbalut t-shirt putih dengan bagian leher yang membentuk seperti bunga. Sedangkan kakinya mengenakan celana panjang warna cokelat yang agak mengetat. Ia juga mengenakan tas selempang warna putih.
Yaguruma menoleh dan tersenyum ke arah perempuan itu. “Selamat pagi.”
Setelah itu, perempuan tersebut berjalan menuju meja makan.
“Apa menu hari ini?” tanya perempuan cantik itu sebelum ia duduk.
“Sama seperti kemarin, Kak Jyuka,” kata Ariel.
Perempuan itu, Jyuka, langsung duduk di meja. “Ooh… Tidak apa-apa. Aku suka kok menu yang kemarin,” ucapnya yang kemudian mengambil mangkuk lalu mengisinya dengan nasi dan lauk tumisan kol yang dicampur daging sapi.
Ariel juga mengambil mangkuk dan mengisinya dengan nasi. Sementara lauknya ia ambil ikan tanpa tulang dan tumisan kol dengan daging sapi, seperti Jyuka.
Jyuka lalu menyendok makanannya lalu makanannya. “Hmm… Enak sekali!” ucapnya kemudian. “Masakan Paman Yaguruma memang tidak kalah dengan masakan Kakak. Good!”
Yaguruma tersenyum. “Terimakasih.”
Jyuka dan Ariel pun makan dengan lahap.
Setelah makan, Jyuka dan Ariel berpamitan pada Yaguruma dan pergi keluar rumah. Ariel pergi dengan motor sport berwarna merah, sementara Jyuka pergi dengan motor matic berwarna pink.
Yaguruma tersenyum menatap kepergian mereka. Tiba-tiba ia teringat dengan kematian Tendou Souji yang diceritakan oleh Ariel. Yaguruma ingat amanat dari Ariel yang diberikan oleh Tendou untuk menjaga adik Tendou yaitu Jyuka dan Hiyori serta Ariel sendiri yang orangtuanya sudah tiada dan terkadang suka menginap di rumah Tendou. Yaguruma dan Tendou adalah guru beladiri Ariel yang paling baik dan sudah Ariel anggap sebagai saudaranya sendiri.
Tensai University, Kota Tokyo – Jepang, pukul 07:45 Waktu Jepang.
Asuka dan seorang gadis berambut panjang lurus dan berkulit putih bersih tengah berjalan di aula sambil mengobrol. Gadis yang sangat cantik itu memiliki wajah oval berpipi agak tembam, mata yang cukup kecil, alis panjang tipis, hidung agak mancung, bibir sedang, dan daun telinga kecil. Ia mengenakan baju hitam yang bagian tangannya transparan berhias motif bunga-bunga yang membuat si gadis nampak seksi, sementara bawahannya adalah rok mini hitam, dan sepatunya adalah sepatu hak tinggi merah. Sedangkan Asuka busananya sama seperti kemarin. Mereka berdua bercakap-cakap sambil makan snack kentang.
![kaskus-image]()
Created by: Mr.Thonie
“Ngomong-ngomong, kau masih hutang 2000 Yen padaku, Asuka,” ucap gadis yang bersama Asuka tersebut.
“Iya iya…,” balas Asuka. “Oh iya, tugas kelompok yang kemarin sudah kau kerjakan, Mai?”
“Sudah.” Angguk Mai. “Tapi kau curang, tidak ikut mengerjakan! Aku capek mengerjakannya sendiri tahu!” Pipinya kemudian menggembung sambil cemberut.
Asuka memeletkan lidah. “Maaf. Lain kali aku ikut membantu deh kalau ada tugas kelompok lagi.”
Tak terasa mereka akhirnya sampai di depan kelas mereka kemudian masuk. Asuka duduk di bangku urutan ketiga dari barisan paling pojok dekat jendela. Sementara Mai duduk di samping Asuka.
Spoiler for Episode 2: Topeng:
Episode 2: Topeng
Pinggir jalan Kota Tokyo – Jepang, Minggu 06 September 2020, pukul 22:00 Waktu Jepang.
Seorang pria paruh baya berjaket hitam lusuh duduk di pinggir jalan dengan sebuah plastik persegi warna biru yang menghampar yang di atasnya ada banyak sekali ‘topeng’ dengan beragam jenis.
“Topeng topeng!! Ayo dibeli dibeli!!” ucap pria itu ketika melihat orang berlalu lalang. Ia memiliki kulit agak gelap, alis mata tipis, mata sayu, bibir tipis yang dihiasi kumis panjang, dagu lancip yang dihiasi janggut, dan daun telinga kecil yang tertutupi oleh rambutnya yang agak panjang. Sesekali ia menguap serta menepuki nyamuk yang hinggap di tangannya.
Beberapa menit berlalu. Dagangannya belum juga laku, padahal perutnya sudah keroncongan. Mau beli makanan uang tak ada. Akhirnya, ia membereskan topengnya dan memasukkannya ke dalam dua kantong plastik hitam, sementara plastik persegi yang menjadi alas topeng tadi ia masukkan di sebuah kantong plastik biru besar. Setelah itu, ia pergi dari sana.
Beberapa lama kemudian, pria itu sampai di sebuah rumah reyot di sebuah perkampungan Tokyo yang terbuat dari kayu. Ia kemudian mengetuk pintu dan pintu pun dibuka oleh seorang wanita paruh baya. Wanita itu berkulit kuning langsat, beralis tebal, bermata sipit, berhidung pipih, berbibir kecil, berdagu tumpul, dan berdaun telinga kecil yang ditutupi oleh rambut keriting yang panjang. Ia mengenakan baju merah dan celana pendek ungu yang terlihat sangat usang.
“Masato? Akhirnya kau pulang,” ucap wanita itu sambil tersenyum hingga terlihatlah giginya yang gingsul dan agak menguning. “Topengnya laku berapa?”
Masato diam sejenak, kemudian menggeleng pelan. “Tidak sama sekali.”
Wanita tadi menghela napas. Tak terasa air matanya menetes.
“Apa menu makanan hari ini, Ayako?” tanya Masato seraya masuk ke dalam rumah tersebut.
“Sedang dimasak,” jawab Ayako.
Masato kemudian berjalan ke sebuah ruangan dan membuka gorden yang menggantung di ruangan itu. Di sana terlihat seorang anak kecil berkaos hijau bergambar beruang dengan banyak tambalan sedang tertidur sambil memegang perutnya. Celana pendeknya yang berwarna merah juga memiliki banyak tambalan. Anak itu memiliki kulit kuning langsat, alis sedang, mata sayu, hidung kecil, bibir tipis, dagu tumpul, dan daun telinga kecil yang tertutup sedikit dengan rambut panjangnya yang lurus. Masato pun langsung menghampirinya.
“Sayo, kau kenapa, nak?” tanya Masato sambil mengelus rambut anak itu dan jongkok di hadapannya sambil menaruh tiga kantong plastik yang ia bawa.
“Aku lapar…,” jawab Sayo lirih. “Daritadi pagi belum makan. Masakan ibu sampai sekarang belum matang.”
Masato terkejut. Ia kemudian berdiri, keluar ruangan itu, dan pergi ke dapur yang lantainya terbuat dari tanah. Di sana terlihat Ayako berdiri di depan tungku sambil menangis.
“Ayako!” panggil Masato.
Ayako langsung menghapus air matanya dan menoleh ke samping. “A-apa?”
“Sebetulnya apa yang kau masak?? Masa anak kita dari pagi belum makan??” tanya Masato.
“Sabarlah dulu,” jawab Ayako. “Aku juga dari pagi belum makan.”
Masato yang penasaran berjalan ke arah tungku. “Sebenarnya apa yang kau masak?”
Ayako langsung menghadang Masato. “Jangan!! Belum matang!!”
“Minggir!!” Masato langsung mendorong tubuh Ayako ke samping hingga jatuh dan membuka penutup tungku yang terbuat dari alumunium itu.
Masato pun membelalak begitu melihat tiga buah batu direndam di dalam air panas.
Ayako menangis. “Bagaimana? Puas?”
“Kau … Kenapa memasak batu?? Apa tidak ada persediaan uang sampai kau memasak batu??” tanya Masato dengan nada keras. “Kau tahu, anak kita Sayo bisa mati!”
“Uangnya sudah habis untuk membayar uang sekolah Sayo. Saat itu kupikir topengmu akan laku. Jadi untuk sementara aku masak saja batu sampai kau pulang untuk setidaknya membuat Sayo senang karena aku sedang memasak untuknya,” jawab Ayako dengan isak tangis.
“Bodoh!” teriak Masato yang kemudian menghela napas panjang dan menghembuskannya dengan keras. Ia berpikir sebentar, kemudian berkata, “Baik, apapun akan kulakukan agar anakku bisa makan!”
Setelah itu, Masato pergi keluar rumah.
Masato bingung hendak mencari makanan kemana, karena ia tidak memiliki uang sama sekali. Ia berjalan tak tentu arah sembari memikirkan anaknya di rumah yang kelaparan. Sampai akhirnya, ia berhenti di sebuah mini market dengan plang bertuliskan 'Kaizu Mart'. Dengan langkah perlahan ia masuk ke dalam mini market tersebut.
Di dalam, Masato mencari-cari makanan yang ia butuhkan. Setelah mendapatkan makanan yang ia butuhkan, yaitu beras setengah kilo dan beberapa bahan makanan lainnya, Masato menyembunyikan semua itu di balik jaketnya. Setelah itu ia beranjak dari sana.
Namun, ketika Masato mendorong pintu mini market tersebut, terdengar suara alarm yang berbunyi lantang.
Seorang kasir wanita langsung terbelalak dan menatap ke arah Masato. "Pencuri!!!" teriaknya.
Semua yang ada di dalam mini market langsung geger dan menatap ke arah Masato. Seorang 'satpam' yang ada di mini market itu langsung mengejar Masato yang melarikan diri ketika ia diteriaki 'pencuri'.
Satpam itu terus mengejar Masato yang berlari menuju hutan sepi. Tapi, tiba-tiba Masato menghilang dari pandangan matanya. Satpam tersebut terus mencari ke seluruh pelosok hutan.
Sementara itu, Masato yang ketakutan atengah bersembunyi di balik salah satu semak-semak hutan tersebut. Nafas Masato memburu dan jantungnya berdetak kencang.
Tiba-tiba, Masato terkejut karena merasakan sesuatu yang menyenggol punggungnya. Perlahan, ia pun menoleh ke belakang. Alangkah terkejutnya ia melihat makhluk berkulit hijau dengan kedua lengan kecil di kedua pipinya, di belakangnya terdapat sirip yang cukup besar dan bagian kepalanya agak lancip ke atas, ia memiliki dua tangan dan dua kaki layaknya manusia. Makhluk itu adalah 'Worm'. Makhluk itu menatap Masato cukup lama. Sementara Masato diam mematung, tubuhnya menolak untuk bergerak karena keterkejutannya.
Perlahan, wujud Worm tersebut berubah menjadi 'sangat mirip' dengan Masato, bahkan pakaiannya pun juga mirip. Masato pun makin terkejut dibuatnya.
Setelah tersenyum miring, Worm itu langsung mencekik leher Masato.
Masato meronta-ronta sekuat tenaga agar bisa lepas dari cekikan sang Worm. Namun, tenaga Worm itu jauh lebih kuat dibanding dirinya. Hingga pada akhirnya, Masato kehabisan nafas dan mati. Worm itu langsung melemparkan tubuh Masato yang terkulai lemas.
"Kemana perginya orang itu?" ucap satpam yang tadi mengejar Masato sembari mengecek ke semak-semak. Tapi, ketika ia membalikkan badannya, ia melihat sosok seseorang tengah berdiri tegak menatapnya. Ia langsung mengarahkan senter yang dipegangnya ke arah orang tersebut. Rupanya orang itu adalah Masato.
"Bagus. Disitu kau rupanya," ucap sang satpam dengan ekspresi senang. Ia segera berjalan mendekati Masato sambil mengambil sebuah borgol yang menggantung di ikat pinggangnya.
Namun, begitu jaraknya sudah dekat dengan Masato, pria itu dengan cepat mencekik leher si satpam.
Si satpam terus berusaha memberontak dari cekikan Masato. Tapi semua usahanya sia-sia. Bahkan ketika si satpam mencoba menendang Masato pun tidak berhasil, karena Masato bisa menangkis dengan tangan yang satunya. Akhirnya tubuh satpam itu melemas. Nyawa si satpam sudah hilang. Masato langsung melemparkannya dengan satu tangan ke semak-semak, setelah itu ia berlalu pergi.
Worm yang sudah berubah menjadi Masato itu berjalan pulang ke rumahnya.
Setelah sampai di depan rumah, Masato langsung membuka pintu dan masuk ke dalam, kemudian menghampiri Ayako dan menyerahkan semua yang ia dapatkan dari mini market tadi pada Ayako untuk dimasak. Ayako terkejut tapi ia terlihat sangat senang karena Masato tidak pulang dengan tangan hampa. Ia pun bertanya pada Masato darimana Masato mendapatkan itu semua? Masato menjawab ia mendapatkan itu dari temannya. Ayako yang sangat senang pun lalu memasak makanan yang Masato bawa, dan setelah matang langsung ia hidangkan untuk Masato dan anaknya. Anak mereka, Sayo, sangat bersyukur bisa makan hari ini.
Komplek Haito, Kota Tokyo – Jepang, Senin 07 September 2020, pukul 06:00 Waktu Jepang.
Setelah bangun tidur, Ariel langsung pergi ke ruang dojo. Disana, ia melatih fisiknya dengan melakukan push up dengan dua tangan, lalu satu tangan dengan tangan kanan dan kiri sebagai penopang secara bergantian, itu semua ia lakukan sebanyak 100 kali. Dilanjutkan dengan angkat barbel kecil di tangan kanan dan kirinya sebanyak 100 kali. Lalu angkat barbel besar sebanyak 100 kali pula. Kemudian ia bergelantung di sebuah alat besi dan menaik turunkan tubuhnya sebanyak 100 kali. Terakhir, ia memukul-mukul dan menendang-nendang ‘sandsack’ berkali-kali dengan kemampuan beladiri yang ia miliki. Tubuh Ariel tidak terlalu kekar, ototnya cenderung kecil, tapi terlihat padat dan sangat terlatih.
Selesainya berolahraga, Ariel pergi ke kamar mandi. Usai mandi, Ariel berjalan ke kamarnya dan membuka lemari pakaian. Di dalam lemari, terdapat banyak sekali Zip Up Hoodie yang menggantung dengan bentuk yang sama seperti Zip UP Hoodie yang ia kenakan kemarin, selain itu juga ada banyak kaos merah dan celana panjang hitam yang juga sama seperti yang ia kenakan kemarin.
Ariel mengambil salah satu kaos merah dan celana panjang hitam, kemudian memakainya satu persatu. Ia juga mengambil Zip Up Hoodie hitam dengan tiga garis merah di lengan kirinya kemudian memakainya. Lalu ia berkaca dan menyisir rambutnya. Ia menyisir poninya ke arah samping kanan. Setelah itu, ia mengambil sabuk perak yang kemarin ia gunakan untuk berubah wujud menjadi Kamen Rider Kabuto dan sebuah jam tangan hitam di dalamnya serta sepasang sarung tangan hitam, meski jumlah sarung tangan itu ada beberapa pasang ia hanya mengambil sepasang. Ia lalu menyembunyikan sabuk yang diambilnya tadi di saku Zip Up Hoodie samping kanannya, yang mana di hoodie itu memiliki saku yang besar dan dalam. Sesudah memakai sepasang sarung tangan hitamnya, ia memakai jam tangan hitam di pergelangan tangan kirinya. Semua benda itu sama seperti yang ia kenakan kemarin. Tak lupa, ia juga menyemprotkam ‘parfum’ bermerek “Red Beetle” ke seluruh tubuhnya. Terakhir, ia mengambil beberapa buah buku dari rak buku yang terletak disamping lemari. Kemudian ia memasukkan buku-buku tersebut ke dalam tas gemblok berwarna hitam yang ia letakkan di atas meja lalu memakainya dan keluar dari kamarnya menuju ruang makan.
Di ruang makan, seorang pria dengan rambut poni menyamping duduk di bangku sambil membaca koran. Hidungnya mancung, matanya sipit, bibirnya sedang dan berwarna agak kemerah jambuan, dan dagunya agak lancip. Bangku yang diduduki pria itu letaknya agak berjauhan dari meja makan. Pria tersebut mengenakan seragam ‘beladiri’ warna putih lengkap dengan celana berwarna sama. Di dada sebelah kiri seragam itu tertera tulisan ‘Tokyo’ di bagian atasnya, di tengahnya ada gambar tangan mengepal, dan di bagian bawahnya tertera tulisan ‘Karate-Do’. Sabuk kain tebal berwarna hitam terikat kuat di pinggangnya. Pria itu terlihat serius membaca koran.
Tak lama kemudian, pintu ruang makan terbuka. Ariel lah yang membuka pintu itu.
“Selamat pagi, Paman Yaguruma,” ucap Ariel sembari melangkah masuk ke ruang makan.
“Selamat pagi,” balas pria yang membaca koran itu. Ia berhenti sejenak dari kegiatan membaca korannya dan menatap Ariel sambil tersenyum.
Ketika Ariel duduk di meja makan, seorang perempuan berwajah oval, bermata sipit, beralis tipis, berhidung kecil, dan berbibir merah jambu masuk ke ruang makan. Rambutnya yang panjang tergerai indah.
“Selamat pagi, Paman Yaguruma,” kata perempuan itu sambil tersenyum manis. Kulitnya yang putih mulus terbalut t-shirt putih dengan bagian leher yang membentuk seperti bunga. Sedangkan kakinya mengenakan celana panjang warna cokelat yang agak mengetat. Ia juga mengenakan tas selempang warna putih.
Yaguruma menoleh dan tersenyum ke arah perempuan itu. “Selamat pagi.”
Setelah itu, perempuan tersebut berjalan menuju meja makan.
“Apa menu hari ini?” tanya perempuan cantik itu sebelum ia duduk.
“Sama seperti kemarin, Kak Jyuka,” kata Ariel.
Perempuan itu, Jyuka, langsung duduk di meja. “Ooh… Tidak apa-apa. Aku suka kok menu yang kemarin,” ucapnya yang kemudian mengambil mangkuk lalu mengisinya dengan nasi dan lauk tumisan kol yang dicampur daging sapi.
Ariel juga mengambil mangkuk dan mengisinya dengan nasi. Sementara lauknya ia ambil ikan tanpa tulang dan tumisan kol dengan daging sapi, seperti Jyuka.
Jyuka lalu menyendok makanannya lalu makanannya. “Hmm… Enak sekali!” ucapnya kemudian. “Masakan Paman Yaguruma memang tidak kalah dengan masakan Kakak. Good!”
Yaguruma tersenyum. “Terimakasih.”
Jyuka dan Ariel pun makan dengan lahap.
Setelah makan, Jyuka dan Ariel berpamitan pada Yaguruma dan pergi keluar rumah. Ariel pergi dengan motor sport berwarna merah, sementara Jyuka pergi dengan motor matic berwarna pink.
Yaguruma tersenyum menatap kepergian mereka. Tiba-tiba ia teringat dengan kematian Tendou Souji yang diceritakan oleh Ariel. Yaguruma ingat amanat dari Ariel yang diberikan oleh Tendou untuk menjaga adik Tendou yaitu Jyuka dan Hiyori serta Ariel sendiri yang orangtuanya sudah tiada dan terkadang suka menginap di rumah Tendou. Yaguruma dan Tendou adalah guru beladiri Ariel yang paling baik dan sudah Ariel anggap sebagai saudaranya sendiri.
Tensai University, Kota Tokyo – Jepang, pukul 07:45 Waktu Jepang.
Asuka dan seorang gadis berambut panjang lurus dan berkulit putih bersih tengah berjalan di aula sambil mengobrol. Gadis yang sangat cantik itu memiliki wajah oval berpipi agak tembam, mata yang cukup kecil, alis panjang tipis, hidung agak mancung, bibir sedang, dan daun telinga kecil. Ia mengenakan baju hitam yang bagian tangannya transparan berhias motif bunga-bunga yang membuat si gadis nampak seksi, sementara bawahannya adalah rok mini hitam, dan sepatunya adalah sepatu hak tinggi merah. Sedangkan Asuka busananya sama seperti kemarin. Mereka berdua bercakap-cakap sambil makan snack kentang.
Spoiler for Si gadis:

Created by: Mr.Thonie
“Ngomong-ngomong, kau masih hutang 2000 Yen padaku, Asuka,” ucap gadis yang bersama Asuka tersebut.
“Iya iya…,” balas Asuka. “Oh iya, tugas kelompok yang kemarin sudah kau kerjakan, Mai?”
“Sudah.” Angguk Mai. “Tapi kau curang, tidak ikut mengerjakan! Aku capek mengerjakannya sendiri tahu!” Pipinya kemudian menggembung sambil cemberut.
Asuka memeletkan lidah. “Maaf. Lain kali aku ikut membantu deh kalau ada tugas kelompok lagi.”
Tak terasa mereka akhirnya sampai di depan kelas mereka kemudian masuk. Asuka duduk di bangku urutan ketiga dari barisan paling pojok dekat jendela. Sementara Mai duduk di samping Asuka.
Diubah oleh Ariel.Matsuyama 06-08-2022 01:40
noprirf memberi reputasi
1
Kutip
Balas