TS
Ariel.Matsuyama
[FanFic] Kamen Rider Kabuto: Speed Hunter
![[FanFic] Kamen Rider Kabuto: Speed Hunter](https://dl.kaskus.id/arielmatsuyama.files.wordpress.com/2020/04/tak-berjudul6_20200304225028-1.png)
Kamen Rider Kabuto: Speed Hunter (仮面ライダーカブトスピードハンター)
Genre:Action | Drama | Adventure
Spoiler for Episode List:
Episode 1: Awal Mula
[[Act 01]] [[Act 02]]
[[Act 03 (End)]]
Episode 2: Topeng
[[Act 01]] [[Act 02 (End)]]
Episode 3: Masa Lalu Yang Pahit Dan Orang Baru
[[Act 01]] [[Act 02]]
[[Act 03]]
[[Act 04 (End)]]
Episode 4: Menengok Ke Belakang Dan Kembali Bertemu
[[Act 01]] [[Act 02]]
[[Act 03 (End)]]
Episode 5: Cintaku
[[Act 01]] [[Act 02(End)]]
Episode 6: Terungkapnya Sebuah Kebenaran
[[Act 01]] [[Act 02(End)]]
Episode 7: Musuh Bumi
[[Act 01]] [[Act 02(End)]]
Final Episode
[[Act 01]] [[Act 02(End)]]
[[Act 01]] [[Act 02]]
[[Act 03 (End)]]
Episode 2: Topeng
[[Act 01]] [[Act 02 (End)]]
Episode 3: Masa Lalu Yang Pahit Dan Orang Baru
[[Act 01]] [[Act 02]]
[[Act 03]]
[[Act 04 (End)]]
Episode 4: Menengok Ke Belakang Dan Kembali Bertemu
[[Act 01]] [[Act 02]]
[[Act 03 (End)]]
Episode 5: Cintaku
[[Act 01]] [[Act 02(End)]]
Episode 6: Terungkapnya Sebuah Kebenaran
[[Act 01]] [[Act 02(End)]]
Episode 7: Musuh Bumi
[[Act 01]] [[Act 02(End)]]
Final Episode
[[Act 01]] [[Act 02(End)]]
Spoiler for Special Story:
![[FanFic] Kamen Rider Kabuto: Speed Hunter](https://dl.kaskus.id/arielmatsuyama.files.wordpress.com/2020/03/tak-berjudul13_20201027014020.png)
Kamen Rider X Kamen Rider - Kabuto & Den-O: Legend Of Deux
Part 1
[[Act 01]] [[Act 02]]
[[Act 03 (End)]]
Part 2
[[Act 01]] [[Act 02 (End)]]
Part 3
[[Act 01]] [[Act 02]]
[[Act 03 (End)]]
Part 4
[[Act 01]] [[Act 02 (End)]]
Part 5
[[Act 01]] [[Act 02 (End)]]
Part 6
[[Act 01]] [[Act 02]]
[[Act 03 (End)]]
Part 7
[[Act 01]] [[Act 02 (End)]]
Final PartNEW!!
[[Act 01]] [[Act 02 (End)]]
Spoiler for Realms:
Bonus for Reviewer:
Event ditutup karena kurangnya peserta.
Diubah oleh Ariel.Matsuyama 30-09-2024 01:47
amekachi dan 6 lainnya memberi reputasi
7
19.3K
Kutip
92
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Fanstuff
1.9KThread•343Anggota
Tampilkan semua post
TS
Ariel.Matsuyama
#14
Spoiler for Episode 2 Act 2 (End):
Tidak lama kemudian bel pun berbunyi, dan beberapa orang yang masih di luar langsung masuk kelas. Beberapa saat setelah itu, seorang pria berambut belah pinggir lurus masuk ke dalam kelas tersebut. Pria berkulit putih itu memiliki ciri fisik mata agak bulat dengan kantung mata yang tidak hitam, alis panjang tipis, hidung mancung, bibir sedang, dan daun telinga kecil yang tertutup rambutnya yang sedikit panjang. Wajahnya yang oval dihiasi kumis dan janggut serta tahi lalat di sebelah kanan dagunya. Ia mengenakan kemeja putih yang dilapisi jas hitam dan dihiasi dasi hitam, untuk bawahannya ia memakai celana panjang hitam.
“Pagi semuanya!!!” kata pria itu sambil berjalan menuju meja yang menghadap ke depan meja para mahasiswa yang terletak di pojok.
“Pagi Pak Sato!!!” balas para mahasiswa serentak.
“Nah, hari ini kita kedatangan mahasiswa baru pindahan dari Tendouji University,” ucap pria bernama Sato itu. Ia lalu bertepuk tangan.
Tak lama, masuklah seorang pemuda berambut belah pinggir dan berhoodie hitam dengan garis-garis merah di tangannya. Dia tak lain adalah Ariel. Ariel berjalan ke arah Sato yang sedang duduk di bangkunya.
Asuka terkejut. “Hah?? Ariel??” gumamnya.
Beberapa mahasiswi langsung berbisik karena terpesona dengan wajah tampan Ariel.
“Kyaaa tampan!!” teriak beberapa mahasiswi.
“Nah, sekarang, perkenalkan dirimu!” perintah Sato pada Ariel.
Ariel pun menghadap ke arah para mahasiswa dan mahasiswi lalu berkata, “Salam kenal semuanya. Namaku Matsuyama Ariel.” Ia lalu membungkukkan badannya.
Seisi kelas langsung riuh membicarakan nama marga Ariel. Siapa yang tidak kenal keluarga Matsuyama? Pemilik perusahaan nomor satu di dunia.
“Matsuyama-san, sudah punya pacar belum?” teriak salah satu mahasiswi berambut twintail yang langsung ditertawakan oleh seisi kelas.
“Sudah-sudah, jangan menanyakan yang tidak penting!” sergah Sato. “Nah, Matsuyama, sekarang kau boleh duduk di bangku kosong yang ada di sana!” tunjuknya pada bangku yang ada di depan Asuka.
Ariel lalu berjalan ke arah bangku tersebut. Dahinya mengernyit begitu melihat Asuka, sebelum akhirnya duduk di bangku itu.
“Psst… Psstt… Ariel, ternyata kau satu kelas denganku!” bisik Asuka pada Ariel.
“Aku juga tidak menyangkanya,” balas Ariel tanpa menoleh.
Mai menepuk pundak Asuka. “Kau kenal dia?”
“Tentu saja! Dia itu sahabatku,” jawab Asuka.
Mai tersentak. “Sahabatmu??”
“Um!” Angguk Asuka.
Pada jam istirahat, nama Ariel langsung terkenal seantero kampus karena berhasil menjawab soal yang selama ini tidak bisa dijawab oleh siapapun. Dan gosip lainnya adalah Ariel yang pastinya sangat kaya karena berasal dari keluarga Matsuyama yang memiliki perusahaan Matsuyama Enterprises. Para mahasiswi langsung berlomba-lomba untuk mendapatkan cinta Ariel. Ada yang memberikan Ariel cokelat, surat cinta, dan sebagainya. Tapi, Ariel mengacuhkan semua itu.
Ariel pergi ke kantin. Tapi, di tengah jalan, ia dihadang oleh tiga orang laki-laki. Yang satu berambut gondrong dan berbadan besar dengan otot yang kasar, yang satu gendut dan botak.
“Hey, kau!” ucap si gondrong sambil menahan bahu Ariel dari belakang. “Hari ini, siapapun yang ingin ke kantin harus bayar upeti pada kami!”
Ariel hanya diam.
“Bos, menurut gosip yang beredar, dia itu dari keluarga kaya, pastinya uangnya banyak,” kata si gendut pada si gondrong.
“Bagus sekali kalau begitu!” ucap si gondrong. “Cepat, berikan semua uangmu atau kuhabisi kau hari ini juga!”
Ariel kembali diam.
“KURANG AJAR!” teriak si gondrong. Ia pun langsung mengayunkan tinju ke arah kepala Ariel.
Namun, Ariel hanya mengelak tipis ke samping tanpa membalikkan badannya sehingga tinjuan itu hanya mengenai angin. Kemudian dengan cepat Ariel memutar tubuhnya ke belakang dan menendang samping kiri kepala si gondrong dengan ujung sepatu kanannya sambil berputar ke depan lagi. Si gondrong pun langsung tumbang kemudian pingsan dengan mulut penuh darah.
Melihat hal itu, si gendut teman si gondrong langsung lari pontang panting. Sementara Ariel, kembali meneruskan langkahnya.
Beberapa langkah kemudian, Ariel pun sampai di kantin. Ada banyak penjual makanan dan minuman di kantin yang cukup besar tersebut. Meja dan kursi di kantin yang terbuat dari plastik itu tertata rapih dan bersih.
Asuka yang duduk di salah satu bangku kantin langsung melambaikan tangannya pada Ariel dari jauh. Ariel yang melihatnya segera menghampiri Asuka dan kemudian duduk di kursi yang berhadapan dengan Asuka.
“Bagaimana, kau suka dengan kampus ini?” tanya Asuka.
“Lumayan,” jawab Ariel.
“Semoga betah ya di sini!” ucap Asuka sambil mengaduk es limun-nya dengan sedotan.
“Ngomong-ngomong, kau masih belum bisa menaklukkan Zecter-mu?” tanya Ariel.
Asuka menggeleng pelan. “Entahlah. Padahal segala upaya telah kulakukan, tapi tetap saja dia tidak muncul saat kupanggil. Padahal Worm sudah muncul.”
“Ya sudah, sabar saja dulu,” ucap Ariel.
“Oh iya, kenapa kemarin kau pergi begitu saja setelah mengalahkan Worm dan meninggalkanku?” tanya Asuka yang kemudian cemberut sambil menggembungkan pipinya.
“Aku ada urusan penting di kantor,” jawab Ariel.
Tiba-tiba, Mai datang.
“Wah wah… Boleh aku bergabung,” tanya Mai dengan senyum ceria, membuat Asuka dan Ariel menengok ke arahnya.
“Tentu saja boleh,” balas Asuka sambil tersenyum.
Ariel langsung berdiri dari bangkunya. “Aku pergi dulu!”
“Lho lho, kenapa??” tanya Asuka dengan dahi mengernyit.
Tanpa menjawab pertanyaan itu, Ariel pun langsung pergi. Ia tak peduli dengan Asuka yang memanggil-manggilnya beberapa kali.
“Yaaah… Pangerannya pergi,” keluh Mai yang kemudian duduk di bangku tempat Ariel tadi duduk.
“Yasudahlah biar saja, mungkin dia sedang ada urusan,” ucap Asuka.
“Oh iya, Asuka, kau mau tidak hutang 2000 Yen-mu lunas?” tanya Mai.
Asuka tersentak. Matanya langsung berbinar. “Sungguh??”
Mai mengangguk. “Tapi kau harus membantuku!”
Asuka menaikkan alisnya. “Bantu apa??” Lalu ia menyedot es limun-nya dengan sedotan yang tersedia.
“Bantu aku mendapatkan cinta Ariel!”
Mendengar hal itu, Asuka langsung tersedak dan batuk-batuk. “A-apa???”
“Dia itu sahabatmu kan?” kata Mai. “Jadi akan lebih mudah jika aku meminta bantuanmu.”
“Tapi …”
“Apa?”
“Ariel tidak percaya pada yang namanya cinta.”
“Hah?? Padahal aku jatuh cinta padanya dari pandangan pertama.” Mai menggembungkan pipinya.
“Lebih baik kau urungkan saja niatmu. Hati Ariel itu beku.”
Mai berpikir selama beberapa saat, sebelum akhirnya berkata, “Kalau begitu akulah yang akan mencairkan es di hatinya! Kau bantu aku yaa?!”
Asuka menghela napas lalu menghembuskannya perlahan. “Baik.”
Sepulang kuliah, Asuka pergi menemui seseorang di dalam mobil van khusus berwarna perak. Di dalam mobil itu ada seorang pria berambut pendek rapih dengan berpakaian ‘kantoran’ serba hitam. Kulitnya agak cokelat, wajahnya agak kotak, alisnya tebal, matanya tegas dengan kantung mata yang tidak hitam serta garis tipis, hidungnya mancung, bibirnya sedang, dan daun telinganya kecil.
“Tuan Tadokoro, apakah kau yang menelponku?” tanya Asuka.
Pria itu, Tadokoro, mengangguk. “Karena dari sekian orang yang mengikuti audisi ZECT, kau lah yang lulus. ZECT dibentuk lagi setelah aku mendapatkan info dari temanku yang memberitahu kalau Worm akan datang lagi ke Bumi. Aku senang begitu tahu kalau kau adalah keponakan Kagami Arata yang pernah bekerja di organisasi ini.”
“Terimakasih. Lalu apa tugasku di sini?” tanya Asuka.
“Kau ditempatkan pada posisi penyelidik Worm. Tugasmu menyelidiki Worm,” jawab Tadokoro. “Sekarang, duduklah dulu!”
Asuka pun duduk di bangku berwarna hitam yang tersedia di sana.
“Akhir-akhir ini banyak orang yang mati tidak wajar dan korbannya adalah orang-orang kaya. Mungkin saja Worm ada dibalik kasus ini,” ucap Tadokoro. “Asuka, sekarang kau coba cari info mengenai itu di komputer!”
“Baik!” balas Asuka. Ia pun langsung mencari informasi lewat komputer yang tersedia di sana..
Sore menjelang. Masato bersama istri dan anaknya baru saja pulang dari mall, membeli banyak pakaian dan makanan. Sayo sangat senang karena ayahnya mendapatkan pekerjaan baru dari temannya dengan gaji besar. Padahal sebetulnya, Masato membunuh orang-orang kaya dan diambil uangnya.
“Akhirnya, aku sekarang memiliki baju baru. Terimakasih, ayah,” ucap Sayo sambil menoleh ke kanan, ke arah ayahnya.
Masato tersenyum. “Melihatmu senang, ayah pun senang.”
Di saat seperti itu, Masato yang melihat mobil mewah lewat di sampingnya langsung berhenti berjalan.
“Ayako, kau dan Sayo tunggu di sini sebentar ya,” kata Masato.
“Lho, kenapa?” tanya Ayako sembari menoleh ke arah Masato.
“Aku ingin buang air kecil dan mencari toilet umum,” jawab Masato.
Ayako mengangguk. “Baik. Jangan lama-lama ya.”
Masato mengangguk, kemudian berbalik ke belakang dan berlari. Tak lama kemudian, Masato sudah dekat dengan mobil tadi lalu berhenti di depannya. Bapak-bapak dengan rambut penuh uban dan pakaian kantoran serba hitam yang mengendarai mobil mewah berwarna merah tersebut langsung menghentikan mobilnya.
“Hey, apa yang kau lakukan?” teriak bapak-bapak itu sambil mengeluarkan kepalanya dari balik kaca mobil setelah ia membuka kaca mobilnya.
Masato segera menghampiri bapak-bapak itu dan tanpa basa-basi langsung mencekik leher si bapak-bapak.
Bapak-bapak itu pun meronta-ronta dan berusaha melepaskan cekikan tersebut. Namun, upayanya sia-sia.
“HENTIKAN!!” Tiba-tiba terdengar suara seorang gadis dari belakang Masato.
Masato pun menoleh ke belakang tanpa melepaskan cekikannya dari si bapak-bapak. “Siapa kau?”
“Kau tidak perlu tahu siapa aku!” balas gadis itu yang ternyata Asuka. “Lepaskan orang itu sekarang!”
“Baik!” ucap Masato. Ia pun langsung mematahkan leher si bapak-bapak yang membuat bapak-bapak itu ambruk dan tewas seketika.
“Kau!” Asuka langsung berlari ke arah Masato. “HAAAAA!!!”
Begitu tiba di hadapan Masato, Asuka segera melayangkan tendangan ke arah kepala Masato. Tapi, Masato menghindar sehingga tendangan Asuka mengenai mobil.
Melihat kesempatan, Masato pun menarik kaki Asuka, memelintirnya, lalu menjatuhkan tubuh gadis itu. Kemudian ia menginjaknya. Namun, Asuka menghindari injakan demi injakan yang dilancarkan Masato, kemudian ia berdiri dengan cara melentingkan tubuhnya ke atas dan menyerang Masato dengan beberapa kali tinjuan.
Masato terus menerus menghindar dari tinjuan Asuka. Sampai akhirnya, ia melihat celah pada pertahanan Asuka dan langsung menendang perutnya yang membuat gadis itu terlontar beberapa langkah ke belakang. Setelah itu, Masato melompat dan menginjak tubuh Asuka yang terbaring di tanah.
“Bagaimana, hah?” tanya Masato.
Asuka mencengkram kaki Masato yang menginjaknya, mencoba menyingkirkannya sekuat tenaga. Namun, usahanya sia-sia.
Di saat seperti itu…
“Nenek pernah berkata, menggunakan kekuatan sendiri itu baik. Tapi juga harus mengetahui keinginan takdir.” Terdengar suara seorang pemuda dari arah kanan Masato.
Masato dan Asuka langsung menoleh ke arah sumber suara itu.
“Ariel?” kata Asuka lirih sembari tersenyum begitu melihat si pemuda yang ternyata adalah Ariel tengah mengacungkan jari telunjuknya ke atas.
“Siapa kau?” tanya Masato.
“Lepaskan gadis itu!” perintah Ariel dengan nada dingin. “Akulah lawanmu!”
“Banyak omong!” teriak Masato. Ia pun berlari ke arah Ariel dan mengayunkan kepalan tinju kanannya ke arah kepala Ariel.
Dengan tenang Ariel berkelit ke samping kanan sehingga tinjuan Masato hanya mengenai angin. Emosi pun langsung menguasai Masato, ia melakukan tinjuan serta tapakan berkali-kali ke arah titik-titik vital tubuh Ariel.
Namun, Ariel menghindari dan menangkis setiap serangan Masato dengan tenang. Begitu melihat celah, segera dilayangkannya tinju ke ujung dagu Masato yang membuat tubuh Masato tersentak ke atas. Setelah tinjuan, tendangan pun Ariel lancarkan ke dada Masato yang menyebabkan Masato terlempar beberapa meter ke belakang, menubruk tiang jalanan, dan jatuh mencium tanah.
“BRENGSEK!!” geram Masato. Ia pun berdiri. Tubuhnya langsung bersinar dan berubah menjadi ‘monster’ bertubuh hijau dengan sirip di belakangnya yang lebih dikenal dengan nama ‘Worm’.
“Ternyata benar dia Worm,” ucap Asuka yang terkejut melihat perubahan Masato.
“Khuh,” Ariel mendengus. Diambilnya sabuk perak seperti yang ia gunakan sebelumnya dan memasangnya sabuk tersebut di pinggangnya.
Sebuah robot kumbang berwarna merah metalik bernama Kabuto Zecter muncul dari langit, terbang ke arah Ariel dan hinggap di telapak tangan pemuda itu yang mengangkat telapak tangannya setinggi wajah.
“Henshin!!” seru Ariel seraya menempelkan Kabuto Zecter pada landasan di depan sabuknya.
Kabuto Zecter pun mengeluarkan suara, “HENSHIN!!”
Tubuh Ariel langsung dilapisi hologram berbentuk diagram hexagonal yang kemudian berubah menjadi armor merah dan perak yang terlihat berat di bagian atasnya serta bodysuit hitam bergaris-garis dari ujung kaki sampai ujung kepala. Di helm yang melapisi kepalanya ada tanduk seperti huruf V yang melebar. Lensa mata biru besar pada helmnya berkedip. Wujud Ariel sudah berubah menjadi Kamen Rider Kabuto dalam tahap ‘Masked Form’.
Masato yang sudah berubah menjadi Worm langsung berlari menyerang Kabuto dengan cakarnya. Tapi, Kabuto menghindar ke samping kiri. Worm itu tidak menyerah, ditendangnya perut Kabuto dengan kaki kanannya yang dilanjutkan dengan mencakarnya kembali, lalu memukul beberapa kali. Namun, gerakan Worm itu sangat lambat sehingga Kabuto dapat dengan mudah menghindari setiap serangannya. Setelah Kabuto menghindar, muncul empat Worm lagi dari semak-semak dan langsung menyerang Kabuto.
Tapi, meski harus meladeni lima Worm sekaligus, Kabuto tidak terlihat kepayahan. Ia lalu mengangkat tangannya ke langit hingga keluarlah sebuah kapak berwarna perak dengan beberapa aksen warna merah dan hitam. Setelah menggenggam kapak itu, Kabuto menebasi Worm yang ada di samping kanan dan kirinya masing-masing berulang kali hingga Worm-worm tersebut meledak dengan api dan asap berwarna hijau. Melihat banyak celah yang terbuka, Kabuto sesegera mungkin memutar posisi kapaknya hingga membentuk sebuah pistol dan menembaki dua Worm yang ada di depannya berulang kali secara bergantian. Worm-worm itu pun sukses dibuat meledak oleh serangan Kabuto. Sisanya, yaitu Worm jelmaan Masato, Kabuto tebas beberapa kali dengan pistol yang dibalik lagi posisinya menjadi kapak dan tendang di bagian perutnya, membuat Worm itu terlempar beberapa langkah ke belakang.
Worm yang terlempar tersebut kembali bangkit dan berdiri. Tubuhnya bersinar dan kulit tubuhnya meleleh, memperlihatkan tubuh barunya yang secara keseluruhan berwarna hijau. Di kepalanya ada sepasang tanduk yang menekuk ke bawah, di kedua bahunya ada sepasang tanduk yang juga menekuk ke bawah dan bergerigi di tepi dalamnya, di tangan kanannya ada tanduk kecil yang mencuat ke belakang, di tangan kirinya terdapat ‘sabit’ cukup panjang dengan sedikit bulu halus berwarna cokelat, di tubuhnya ada garis-garis menyerupai kerangka, dan di pinggangnya ada semacam mantel pinggang berwarna hijau. Kini, nama Worm itu adalah Sectio Worm.
![kaskus-image]()
Melihat hal itu, Kabuto langsung melempar kapaknya ke samping kanan dan mencungkil tanduk Kabuto Zecter ke arah kanan tubuhnya. Armor-armor berat yang melapisi lengannya yang seperti gelang besar berbaris, pundak, dada sekaligus punggung, dan kepalanya merenggang, diikuti dengan listrik yang mengalir di setiap bagian tubuhnya. Saat itu Sectio Worm berlari ke arah Kabuto.
“Cast Off!” seru Kabuto dengan nada dingin seraya menarik tanduk Zecter-nya ke arah kanan tubuhnya.
“CAST OFF!!” Zecter tersebut mengeluarkan suara dan lampu di tubuh benda itu berkelap-kelip.
Bagian-bagian armor yang merenggang tadi langsung tercerai berai ke segala arah dan ada yang menubruk Sectio Worm yang tengah berlari, membuatnya harus terpental ke belakang dan terguling-guling di tanah.
“CHANGE BEETLE!” Kabuto Zecter bergaung ketika tanduk merah yang menempel di dada Kabuto mencuat ke atas dan menempel di tengah-tengah lensa helmnya.
Sekarang, tubuh Kabuto jadi terlihat lebih ringan dari sebelumnya dengan armor merah di bagian dada yang menyerupai bagian atas tubuh kumbang badak serta bagian kedua bahunya nampak lebih kecil dari sebelumnya dan berwarna merah dengan sedikit warna putih serta hitam. Tahap ini disebut ‘Rider Form’.
Sectio Worm berusaha bangun, lalu tubuhnya langsung lenyap dengan cepat dari pandangan Kabuto.
“Clock Up!” seru Kabuto sambil menepuk sisi kanan sabuknya.
“CLOCK UP!!” Sabuk Kabuto mengeluarkan suara.
Tubuh Kabuto pun langsung lenyap dari pandangan mata Asuka yang melihatnya. Tiba-tiba, hujan turun dengan lebat. Asuka cepat-cepat berlari ke dalam rumah kosong untuk berteduh. Sekilas, ia bisa melihat Kabuto dan Sectio Worm tengah mengadu pukulan serta tendangan. Namun, sesaat kemudian, tubuh mereka kembali menghilang, lalu terlihat lagi, kemudian menghilang lagi. Itulah yang terjadi jika Kabuto dan Worm bertarung menggunakan kecepatan Clock Up.
Kabuto memukul perut Sectioworm beberapa kali. Butiran air hujan di sekitar mereka nampak diam di udara. Puas memukul, Kabuto memutar tubuhnya sambil kemudian menendang Sectio Worm tepat di dadanya, menyebabkan Sectio Worm terlontar sejauh empat meter ke belakang.
Sectio Worm yang jatuh ke tanah segera berdiri kembali, berlari, lalu melompat sambil mengayunkan sabitnya ke arah kepala Kabuto. Akan tetapi, Kabuto memutar bahu kirinya ke belakang, membuat serangan Sectio Worm luput dan hanya mengenai air hujan. Dengan sangat pelan, air hujan terhambur akibat terkena serangan tersebut. Meski begitu, Sectio Worm tak menyerah dan mengubah pola serangan sabitnya ke samping, persis ke arah dada Kabuto. Namun, lagi-lagi serangan Sectio Worm hanya mengenai air hujan karena Kabuto merunduk guna menghindari serangan itu. Tak mau membuang waktu, Kabuto yang posisi kepalanya dekat beberapa senti dengan perut Sectio Worm segera meninju perut Worm itu bertubi-tubi yang diakhiri dengan tendangan keras. Akibatnya, tubuh Sectio Worm terlempar cukup jauh.
Kabuto lalu berjalan menuju ke tempat Sectio Worm terlempar sambil menekan tiga tombol pada kaki Kabuto Zecter secara berurutan hingga Zecter tersebut bersuara, “ONE. TWO. THREE!” sambil mendorong setengah badan Zecter itu sekaligus membalik tanduknya ke arah kiri tubuhnya. Saat itu, Sectio Worm sudah berdiri lalu berlari ke arah Kabuto
“Rider … Kick,” ucap Kabuto sambil menarik tanduk Kabuto Zecter yang teracung ke kiri badannya ke arah sebaliknya.
“RIDER KICK!!” Kabuto Zecter bergaung. Aliran listrik langsung mengalir dari Kabuto Zecter menuju tanduk dan kemudian kaki kanan Kabuto lalu berkumpul di sana.
Begitu jarak Sectio Worm sudah cukup dengannya, Kabuto segera melakukan tendangan ke samping kiri kepala Sectio Worm dengan ujung sepatunya sambil berputar ke belakang, menyebabkan tubuh Sectio Worm terputar ke belakang dan jatuh mencium tanah. Posisi tubuh Kabuto juga jadi agak merunduk sedikit.
“CLOCK OVER!!” Sabuk Kabuto mengeluarkan suara.
Air hujan yang tadinya terhenti bagi Kabuto dan Sectio Worm langsung turun dengan lebatnya. Sectio Worm berusaha berdiri, tapi sesaat kemudian ia kembali jatuh kemudian meledak dengan suara yang cukup keras dan menimbulkan seberkas api serta asap berwarna hijau. Di depan ledakan itu, Kabuto berdiri sambil menekuk lengan kanannya dan perlahan mengacungkan jari telunjuknya ke arah langit. Satu pertempuran lagi telah usai.
“Pagi semuanya!!!” kata pria itu sambil berjalan menuju meja yang menghadap ke depan meja para mahasiswa yang terletak di pojok.
“Pagi Pak Sato!!!” balas para mahasiswa serentak.
“Nah, hari ini kita kedatangan mahasiswa baru pindahan dari Tendouji University,” ucap pria bernama Sato itu. Ia lalu bertepuk tangan.
Tak lama, masuklah seorang pemuda berambut belah pinggir dan berhoodie hitam dengan garis-garis merah di tangannya. Dia tak lain adalah Ariel. Ariel berjalan ke arah Sato yang sedang duduk di bangkunya.
Asuka terkejut. “Hah?? Ariel??” gumamnya.
Beberapa mahasiswi langsung berbisik karena terpesona dengan wajah tampan Ariel.
“Kyaaa tampan!!” teriak beberapa mahasiswi.
“Nah, sekarang, perkenalkan dirimu!” perintah Sato pada Ariel.
Ariel pun menghadap ke arah para mahasiswa dan mahasiswi lalu berkata, “Salam kenal semuanya. Namaku Matsuyama Ariel.” Ia lalu membungkukkan badannya.
Seisi kelas langsung riuh membicarakan nama marga Ariel. Siapa yang tidak kenal keluarga Matsuyama? Pemilik perusahaan nomor satu di dunia.
“Matsuyama-san, sudah punya pacar belum?” teriak salah satu mahasiswi berambut twintail yang langsung ditertawakan oleh seisi kelas.
“Sudah-sudah, jangan menanyakan yang tidak penting!” sergah Sato. “Nah, Matsuyama, sekarang kau boleh duduk di bangku kosong yang ada di sana!” tunjuknya pada bangku yang ada di depan Asuka.
Ariel lalu berjalan ke arah bangku tersebut. Dahinya mengernyit begitu melihat Asuka, sebelum akhirnya duduk di bangku itu.
“Psst… Psstt… Ariel, ternyata kau satu kelas denganku!” bisik Asuka pada Ariel.
“Aku juga tidak menyangkanya,” balas Ariel tanpa menoleh.
Mai menepuk pundak Asuka. “Kau kenal dia?”
“Tentu saja! Dia itu sahabatku,” jawab Asuka.
Mai tersentak. “Sahabatmu??”
“Um!” Angguk Asuka.
Pada jam istirahat, nama Ariel langsung terkenal seantero kampus karena berhasil menjawab soal yang selama ini tidak bisa dijawab oleh siapapun. Dan gosip lainnya adalah Ariel yang pastinya sangat kaya karena berasal dari keluarga Matsuyama yang memiliki perusahaan Matsuyama Enterprises. Para mahasiswi langsung berlomba-lomba untuk mendapatkan cinta Ariel. Ada yang memberikan Ariel cokelat, surat cinta, dan sebagainya. Tapi, Ariel mengacuhkan semua itu.
Ariel pergi ke kantin. Tapi, di tengah jalan, ia dihadang oleh tiga orang laki-laki. Yang satu berambut gondrong dan berbadan besar dengan otot yang kasar, yang satu gendut dan botak.
“Hey, kau!” ucap si gondrong sambil menahan bahu Ariel dari belakang. “Hari ini, siapapun yang ingin ke kantin harus bayar upeti pada kami!”
Ariel hanya diam.
“Bos, menurut gosip yang beredar, dia itu dari keluarga kaya, pastinya uangnya banyak,” kata si gendut pada si gondrong.
“Bagus sekali kalau begitu!” ucap si gondrong. “Cepat, berikan semua uangmu atau kuhabisi kau hari ini juga!”
Ariel kembali diam.
“KURANG AJAR!” teriak si gondrong. Ia pun langsung mengayunkan tinju ke arah kepala Ariel.
Namun, Ariel hanya mengelak tipis ke samping tanpa membalikkan badannya sehingga tinjuan itu hanya mengenai angin. Kemudian dengan cepat Ariel memutar tubuhnya ke belakang dan menendang samping kiri kepala si gondrong dengan ujung sepatu kanannya sambil berputar ke depan lagi. Si gondrong pun langsung tumbang kemudian pingsan dengan mulut penuh darah.
Melihat hal itu, si gendut teman si gondrong langsung lari pontang panting. Sementara Ariel, kembali meneruskan langkahnya.
Beberapa langkah kemudian, Ariel pun sampai di kantin. Ada banyak penjual makanan dan minuman di kantin yang cukup besar tersebut. Meja dan kursi di kantin yang terbuat dari plastik itu tertata rapih dan bersih.
Asuka yang duduk di salah satu bangku kantin langsung melambaikan tangannya pada Ariel dari jauh. Ariel yang melihatnya segera menghampiri Asuka dan kemudian duduk di kursi yang berhadapan dengan Asuka.
“Bagaimana, kau suka dengan kampus ini?” tanya Asuka.
“Lumayan,” jawab Ariel.
“Semoga betah ya di sini!” ucap Asuka sambil mengaduk es limun-nya dengan sedotan.
“Ngomong-ngomong, kau masih belum bisa menaklukkan Zecter-mu?” tanya Ariel.
Asuka menggeleng pelan. “Entahlah. Padahal segala upaya telah kulakukan, tapi tetap saja dia tidak muncul saat kupanggil. Padahal Worm sudah muncul.”
“Ya sudah, sabar saja dulu,” ucap Ariel.
“Oh iya, kenapa kemarin kau pergi begitu saja setelah mengalahkan Worm dan meninggalkanku?” tanya Asuka yang kemudian cemberut sambil menggembungkan pipinya.
“Aku ada urusan penting di kantor,” jawab Ariel.
Tiba-tiba, Mai datang.
“Wah wah… Boleh aku bergabung,” tanya Mai dengan senyum ceria, membuat Asuka dan Ariel menengok ke arahnya.
“Tentu saja boleh,” balas Asuka sambil tersenyum.
Ariel langsung berdiri dari bangkunya. “Aku pergi dulu!”
“Lho lho, kenapa??” tanya Asuka dengan dahi mengernyit.
Tanpa menjawab pertanyaan itu, Ariel pun langsung pergi. Ia tak peduli dengan Asuka yang memanggil-manggilnya beberapa kali.
“Yaaah… Pangerannya pergi,” keluh Mai yang kemudian duduk di bangku tempat Ariel tadi duduk.
“Yasudahlah biar saja, mungkin dia sedang ada urusan,” ucap Asuka.
“Oh iya, Asuka, kau mau tidak hutang 2000 Yen-mu lunas?” tanya Mai.
Asuka tersentak. Matanya langsung berbinar. “Sungguh??”
Mai mengangguk. “Tapi kau harus membantuku!”
Asuka menaikkan alisnya. “Bantu apa??” Lalu ia menyedot es limun-nya dengan sedotan yang tersedia.
“Bantu aku mendapatkan cinta Ariel!”
Mendengar hal itu, Asuka langsung tersedak dan batuk-batuk. “A-apa???”
“Dia itu sahabatmu kan?” kata Mai. “Jadi akan lebih mudah jika aku meminta bantuanmu.”
“Tapi …”
“Apa?”
“Ariel tidak percaya pada yang namanya cinta.”
“Hah?? Padahal aku jatuh cinta padanya dari pandangan pertama.” Mai menggembungkan pipinya.
“Lebih baik kau urungkan saja niatmu. Hati Ariel itu beku.”
Mai berpikir selama beberapa saat, sebelum akhirnya berkata, “Kalau begitu akulah yang akan mencairkan es di hatinya! Kau bantu aku yaa?!”
Asuka menghela napas lalu menghembuskannya perlahan. “Baik.”
Sepulang kuliah, Asuka pergi menemui seseorang di dalam mobil van khusus berwarna perak. Di dalam mobil itu ada seorang pria berambut pendek rapih dengan berpakaian ‘kantoran’ serba hitam. Kulitnya agak cokelat, wajahnya agak kotak, alisnya tebal, matanya tegas dengan kantung mata yang tidak hitam serta garis tipis, hidungnya mancung, bibirnya sedang, dan daun telinganya kecil.
“Tuan Tadokoro, apakah kau yang menelponku?” tanya Asuka.
Pria itu, Tadokoro, mengangguk. “Karena dari sekian orang yang mengikuti audisi ZECT, kau lah yang lulus. ZECT dibentuk lagi setelah aku mendapatkan info dari temanku yang memberitahu kalau Worm akan datang lagi ke Bumi. Aku senang begitu tahu kalau kau adalah keponakan Kagami Arata yang pernah bekerja di organisasi ini.”
“Terimakasih. Lalu apa tugasku di sini?” tanya Asuka.
“Kau ditempatkan pada posisi penyelidik Worm. Tugasmu menyelidiki Worm,” jawab Tadokoro. “Sekarang, duduklah dulu!”
Asuka pun duduk di bangku berwarna hitam yang tersedia di sana.
“Akhir-akhir ini banyak orang yang mati tidak wajar dan korbannya adalah orang-orang kaya. Mungkin saja Worm ada dibalik kasus ini,” ucap Tadokoro. “Asuka, sekarang kau coba cari info mengenai itu di komputer!”
“Baik!” balas Asuka. Ia pun langsung mencari informasi lewat komputer yang tersedia di sana..
Sore menjelang. Masato bersama istri dan anaknya baru saja pulang dari mall, membeli banyak pakaian dan makanan. Sayo sangat senang karena ayahnya mendapatkan pekerjaan baru dari temannya dengan gaji besar. Padahal sebetulnya, Masato membunuh orang-orang kaya dan diambil uangnya.
“Akhirnya, aku sekarang memiliki baju baru. Terimakasih, ayah,” ucap Sayo sambil menoleh ke kanan, ke arah ayahnya.
Masato tersenyum. “Melihatmu senang, ayah pun senang.”
Di saat seperti itu, Masato yang melihat mobil mewah lewat di sampingnya langsung berhenti berjalan.
“Ayako, kau dan Sayo tunggu di sini sebentar ya,” kata Masato.
“Lho, kenapa?” tanya Ayako sembari menoleh ke arah Masato.
“Aku ingin buang air kecil dan mencari toilet umum,” jawab Masato.
Ayako mengangguk. “Baik. Jangan lama-lama ya.”
Masato mengangguk, kemudian berbalik ke belakang dan berlari. Tak lama kemudian, Masato sudah dekat dengan mobil tadi lalu berhenti di depannya. Bapak-bapak dengan rambut penuh uban dan pakaian kantoran serba hitam yang mengendarai mobil mewah berwarna merah tersebut langsung menghentikan mobilnya.
“Hey, apa yang kau lakukan?” teriak bapak-bapak itu sambil mengeluarkan kepalanya dari balik kaca mobil setelah ia membuka kaca mobilnya.
Masato segera menghampiri bapak-bapak itu dan tanpa basa-basi langsung mencekik leher si bapak-bapak.
Bapak-bapak itu pun meronta-ronta dan berusaha melepaskan cekikan tersebut. Namun, upayanya sia-sia.
“HENTIKAN!!” Tiba-tiba terdengar suara seorang gadis dari belakang Masato.
Masato pun menoleh ke belakang tanpa melepaskan cekikannya dari si bapak-bapak. “Siapa kau?”
“Kau tidak perlu tahu siapa aku!” balas gadis itu yang ternyata Asuka. “Lepaskan orang itu sekarang!”
“Baik!” ucap Masato. Ia pun langsung mematahkan leher si bapak-bapak yang membuat bapak-bapak itu ambruk dan tewas seketika.
“Kau!” Asuka langsung berlari ke arah Masato. “HAAAAA!!!”
Begitu tiba di hadapan Masato, Asuka segera melayangkan tendangan ke arah kepala Masato. Tapi, Masato menghindar sehingga tendangan Asuka mengenai mobil.
Melihat kesempatan, Masato pun menarik kaki Asuka, memelintirnya, lalu menjatuhkan tubuh gadis itu. Kemudian ia menginjaknya. Namun, Asuka menghindari injakan demi injakan yang dilancarkan Masato, kemudian ia berdiri dengan cara melentingkan tubuhnya ke atas dan menyerang Masato dengan beberapa kali tinjuan.
Masato terus menerus menghindar dari tinjuan Asuka. Sampai akhirnya, ia melihat celah pada pertahanan Asuka dan langsung menendang perutnya yang membuat gadis itu terlontar beberapa langkah ke belakang. Setelah itu, Masato melompat dan menginjak tubuh Asuka yang terbaring di tanah.
“Bagaimana, hah?” tanya Masato.
Asuka mencengkram kaki Masato yang menginjaknya, mencoba menyingkirkannya sekuat tenaga. Namun, usahanya sia-sia.
Di saat seperti itu…
“Nenek pernah berkata, menggunakan kekuatan sendiri itu baik. Tapi juga harus mengetahui keinginan takdir.” Terdengar suara seorang pemuda dari arah kanan Masato.
Masato dan Asuka langsung menoleh ke arah sumber suara itu.
“Ariel?” kata Asuka lirih sembari tersenyum begitu melihat si pemuda yang ternyata adalah Ariel tengah mengacungkan jari telunjuknya ke atas.
“Siapa kau?” tanya Masato.
“Lepaskan gadis itu!” perintah Ariel dengan nada dingin. “Akulah lawanmu!”
“Banyak omong!” teriak Masato. Ia pun berlari ke arah Ariel dan mengayunkan kepalan tinju kanannya ke arah kepala Ariel.
Dengan tenang Ariel berkelit ke samping kanan sehingga tinjuan Masato hanya mengenai angin. Emosi pun langsung menguasai Masato, ia melakukan tinjuan serta tapakan berkali-kali ke arah titik-titik vital tubuh Ariel.
Namun, Ariel menghindari dan menangkis setiap serangan Masato dengan tenang. Begitu melihat celah, segera dilayangkannya tinju ke ujung dagu Masato yang membuat tubuh Masato tersentak ke atas. Setelah tinjuan, tendangan pun Ariel lancarkan ke dada Masato yang menyebabkan Masato terlempar beberapa meter ke belakang, menubruk tiang jalanan, dan jatuh mencium tanah.
“BRENGSEK!!” geram Masato. Ia pun berdiri. Tubuhnya langsung bersinar dan berubah menjadi ‘monster’ bertubuh hijau dengan sirip di belakangnya yang lebih dikenal dengan nama ‘Worm’.
“Ternyata benar dia Worm,” ucap Asuka yang terkejut melihat perubahan Masato.
“Khuh,” Ariel mendengus. Diambilnya sabuk perak seperti yang ia gunakan sebelumnya dan memasangnya sabuk tersebut di pinggangnya.
Sebuah robot kumbang berwarna merah metalik bernama Kabuto Zecter muncul dari langit, terbang ke arah Ariel dan hinggap di telapak tangan pemuda itu yang mengangkat telapak tangannya setinggi wajah.
“Henshin!!” seru Ariel seraya menempelkan Kabuto Zecter pada landasan di depan sabuknya.
Kabuto Zecter pun mengeluarkan suara, “HENSHIN!!”
Tubuh Ariel langsung dilapisi hologram berbentuk diagram hexagonal yang kemudian berubah menjadi armor merah dan perak yang terlihat berat di bagian atasnya serta bodysuit hitam bergaris-garis dari ujung kaki sampai ujung kepala. Di helm yang melapisi kepalanya ada tanduk seperti huruf V yang melebar. Lensa mata biru besar pada helmnya berkedip. Wujud Ariel sudah berubah menjadi Kamen Rider Kabuto dalam tahap ‘Masked Form’.
Masato yang sudah berubah menjadi Worm langsung berlari menyerang Kabuto dengan cakarnya. Tapi, Kabuto menghindar ke samping kiri. Worm itu tidak menyerah, ditendangnya perut Kabuto dengan kaki kanannya yang dilanjutkan dengan mencakarnya kembali, lalu memukul beberapa kali. Namun, gerakan Worm itu sangat lambat sehingga Kabuto dapat dengan mudah menghindari setiap serangannya. Setelah Kabuto menghindar, muncul empat Worm lagi dari semak-semak dan langsung menyerang Kabuto.
Tapi, meski harus meladeni lima Worm sekaligus, Kabuto tidak terlihat kepayahan. Ia lalu mengangkat tangannya ke langit hingga keluarlah sebuah kapak berwarna perak dengan beberapa aksen warna merah dan hitam. Setelah menggenggam kapak itu, Kabuto menebasi Worm yang ada di samping kanan dan kirinya masing-masing berulang kali hingga Worm-worm tersebut meledak dengan api dan asap berwarna hijau. Melihat banyak celah yang terbuka, Kabuto sesegera mungkin memutar posisi kapaknya hingga membentuk sebuah pistol dan menembaki dua Worm yang ada di depannya berulang kali secara bergantian. Worm-worm itu pun sukses dibuat meledak oleh serangan Kabuto. Sisanya, yaitu Worm jelmaan Masato, Kabuto tebas beberapa kali dengan pistol yang dibalik lagi posisinya menjadi kapak dan tendang di bagian perutnya, membuat Worm itu terlempar beberapa langkah ke belakang.
Worm yang terlempar tersebut kembali bangkit dan berdiri. Tubuhnya bersinar dan kulit tubuhnya meleleh, memperlihatkan tubuh barunya yang secara keseluruhan berwarna hijau. Di kepalanya ada sepasang tanduk yang menekuk ke bawah, di kedua bahunya ada sepasang tanduk yang juga menekuk ke bawah dan bergerigi di tepi dalamnya, di tangan kanannya ada tanduk kecil yang mencuat ke belakang, di tangan kirinya terdapat ‘sabit’ cukup panjang dengan sedikit bulu halus berwarna cokelat, di tubuhnya ada garis-garis menyerupai kerangka, dan di pinggangnya ada semacam mantel pinggang berwarna hijau. Kini, nama Worm itu adalah Sectio Worm.
Spoiler for Sectioworm:

Melihat hal itu, Kabuto langsung melempar kapaknya ke samping kanan dan mencungkil tanduk Kabuto Zecter ke arah kanan tubuhnya. Armor-armor berat yang melapisi lengannya yang seperti gelang besar berbaris, pundak, dada sekaligus punggung, dan kepalanya merenggang, diikuti dengan listrik yang mengalir di setiap bagian tubuhnya. Saat itu Sectio Worm berlari ke arah Kabuto.
“Cast Off!” seru Kabuto dengan nada dingin seraya menarik tanduk Zecter-nya ke arah kanan tubuhnya.
“CAST OFF!!” Zecter tersebut mengeluarkan suara dan lampu di tubuh benda itu berkelap-kelip.
Bagian-bagian armor yang merenggang tadi langsung tercerai berai ke segala arah dan ada yang menubruk Sectio Worm yang tengah berlari, membuatnya harus terpental ke belakang dan terguling-guling di tanah.
“CHANGE BEETLE!” Kabuto Zecter bergaung ketika tanduk merah yang menempel di dada Kabuto mencuat ke atas dan menempel di tengah-tengah lensa helmnya.
Sekarang, tubuh Kabuto jadi terlihat lebih ringan dari sebelumnya dengan armor merah di bagian dada yang menyerupai bagian atas tubuh kumbang badak serta bagian kedua bahunya nampak lebih kecil dari sebelumnya dan berwarna merah dengan sedikit warna putih serta hitam. Tahap ini disebut ‘Rider Form’.
Sectio Worm berusaha bangun, lalu tubuhnya langsung lenyap dengan cepat dari pandangan Kabuto.
“Clock Up!” seru Kabuto sambil menepuk sisi kanan sabuknya.
“CLOCK UP!!” Sabuk Kabuto mengeluarkan suara.
Tubuh Kabuto pun langsung lenyap dari pandangan mata Asuka yang melihatnya. Tiba-tiba, hujan turun dengan lebat. Asuka cepat-cepat berlari ke dalam rumah kosong untuk berteduh. Sekilas, ia bisa melihat Kabuto dan Sectio Worm tengah mengadu pukulan serta tendangan. Namun, sesaat kemudian, tubuh mereka kembali menghilang, lalu terlihat lagi, kemudian menghilang lagi. Itulah yang terjadi jika Kabuto dan Worm bertarung menggunakan kecepatan Clock Up.
Kabuto memukul perut Sectioworm beberapa kali. Butiran air hujan di sekitar mereka nampak diam di udara. Puas memukul, Kabuto memutar tubuhnya sambil kemudian menendang Sectio Worm tepat di dadanya, menyebabkan Sectio Worm terlontar sejauh empat meter ke belakang.
Sectio Worm yang jatuh ke tanah segera berdiri kembali, berlari, lalu melompat sambil mengayunkan sabitnya ke arah kepala Kabuto. Akan tetapi, Kabuto memutar bahu kirinya ke belakang, membuat serangan Sectio Worm luput dan hanya mengenai air hujan. Dengan sangat pelan, air hujan terhambur akibat terkena serangan tersebut. Meski begitu, Sectio Worm tak menyerah dan mengubah pola serangan sabitnya ke samping, persis ke arah dada Kabuto. Namun, lagi-lagi serangan Sectio Worm hanya mengenai air hujan karena Kabuto merunduk guna menghindari serangan itu. Tak mau membuang waktu, Kabuto yang posisi kepalanya dekat beberapa senti dengan perut Sectio Worm segera meninju perut Worm itu bertubi-tubi yang diakhiri dengan tendangan keras. Akibatnya, tubuh Sectio Worm terlempar cukup jauh.
Kabuto lalu berjalan menuju ke tempat Sectio Worm terlempar sambil menekan tiga tombol pada kaki Kabuto Zecter secara berurutan hingga Zecter tersebut bersuara, “ONE. TWO. THREE!” sambil mendorong setengah badan Zecter itu sekaligus membalik tanduknya ke arah kiri tubuhnya. Saat itu, Sectio Worm sudah berdiri lalu berlari ke arah Kabuto
“Rider … Kick,” ucap Kabuto sambil menarik tanduk Kabuto Zecter yang teracung ke kiri badannya ke arah sebaliknya.
“RIDER KICK!!” Kabuto Zecter bergaung. Aliran listrik langsung mengalir dari Kabuto Zecter menuju tanduk dan kemudian kaki kanan Kabuto lalu berkumpul di sana.
Begitu jarak Sectio Worm sudah cukup dengannya, Kabuto segera melakukan tendangan ke samping kiri kepala Sectio Worm dengan ujung sepatunya sambil berputar ke belakang, menyebabkan tubuh Sectio Worm terputar ke belakang dan jatuh mencium tanah. Posisi tubuh Kabuto juga jadi agak merunduk sedikit.
“CLOCK OVER!!” Sabuk Kabuto mengeluarkan suara.
Air hujan yang tadinya terhenti bagi Kabuto dan Sectio Worm langsung turun dengan lebatnya. Sectio Worm berusaha berdiri, tapi sesaat kemudian ia kembali jatuh kemudian meledak dengan suara yang cukup keras dan menimbulkan seberkas api serta asap berwarna hijau. Di depan ledakan itu, Kabuto berdiri sambil menekuk lengan kanannya dan perlahan mengacungkan jari telunjuknya ke arah langit. Satu pertempuran lagi telah usai.
To Be Continued
Diubah oleh Ariel.Matsuyama 25-06-2023 02:05
noprirf memberi reputasi
1
Kutip
Balas