TS
Ariel.Matsuyama
[FanFic] Kamen Rider Kabuto: Speed Hunter
![[FanFic] Kamen Rider Kabuto: Speed Hunter](https://dl.kaskus.id/arielmatsuyama.files.wordpress.com/2020/04/tak-berjudul6_20200304225028-1.png)
Kamen Rider Kabuto: Speed Hunter (仮面ライダーカブトスピードハンター)
Genre:Action | Drama | Adventure
Spoiler for Episode List:
Episode 1: Awal Mula
[[Act 01]] [[Act 02]]
[[Act 03 (End)]]
Episode 2: Topeng
[[Act 01]] [[Act 02 (End)]]
Episode 3: Masa Lalu Yang Pahit Dan Orang Baru
[[Act 01]] [[Act 02]]
[[Act 03]]
[[Act 04 (End)]]
Episode 4: Menengok Ke Belakang Dan Kembali Bertemu
[[Act 01]] [[Act 02]]
[[Act 03 (End)]]
Episode 5: Cintaku
[[Act 01]] [[Act 02(End)]]
Episode 6: Terungkapnya Sebuah Kebenaran
[[Act 01]] [[Act 02(End)]]
Episode 7: Musuh Bumi
[[Act 01]] [[Act 02(End)]]
Final Episode
[[Act 01]] [[Act 02(End)]]
[[Act 01]] [[Act 02]]
[[Act 03 (End)]]
Episode 2: Topeng
[[Act 01]] [[Act 02 (End)]]
Episode 3: Masa Lalu Yang Pahit Dan Orang Baru
[[Act 01]] [[Act 02]]
[[Act 03]]
[[Act 04 (End)]]
Episode 4: Menengok Ke Belakang Dan Kembali Bertemu
[[Act 01]] [[Act 02]]
[[Act 03 (End)]]
Episode 5: Cintaku
[[Act 01]] [[Act 02(End)]]
Episode 6: Terungkapnya Sebuah Kebenaran
[[Act 01]] [[Act 02(End)]]
Episode 7: Musuh Bumi
[[Act 01]] [[Act 02(End)]]
Final Episode
[[Act 01]] [[Act 02(End)]]
Spoiler for Special Story:
![[FanFic] Kamen Rider Kabuto: Speed Hunter](https://dl.kaskus.id/arielmatsuyama.files.wordpress.com/2020/03/tak-berjudul13_20201027014020.png)
Kamen Rider X Kamen Rider - Kabuto & Den-O: Legend Of Deux
Part 1
[[Act 01]] [[Act 02]]
[[Act 03 (End)]]
Part 2
[[Act 01]] [[Act 02 (End)]]
Part 3
[[Act 01]] [[Act 02]]
[[Act 03 (End)]]
Part 4
[[Act 01]] [[Act 02 (End)]]
Part 5
[[Act 01]] [[Act 02 (End)]]
Part 6
[[Act 01]] [[Act 02]]
[[Act 03 (End)]]
Part 7
[[Act 01]] [[Act 02 (End)]]
Final PartNEW!!
[[Act 01]] [[Act 02 (End)]]
Spoiler for Realms:
Bonus for Reviewer:
Event ditutup karena kurangnya peserta.
Diubah oleh Ariel.Matsuyama 30-09-2024 01:47
amekachi dan 6 lainnya memberi reputasi
7
19.3K
Kutip
92
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Fanstuff
1.9KThread•343Anggota
Tampilkan semua post
TS
Ariel.Matsuyama
#54
Kamen Rider X Kamen Rider - Kabuto & Den-O: Legend Of Deux (Part 3)
Update!!!
Maaf telat lagi
Maaf telat lagi
Spoiler for Legend of Deux: Part 3:
Tensai University, Kota Tokyo – Jepang, Selasa 05 Januari 2021, pukul 07:00 Waktu Jepang.
Di belakang kantin, dua orang pemuda berjalan menghampiri seorang pemuda pendek berkacamata dan berponi lurus tebal menutupi alisnya. Pemuda yang satu bertubuh gendut, berwajah kotak, botak, beralis mata tipis, bermata besar, berhidung cukup mancung, berbibir sedang, bertelinga ‘caplang’, dan berkulit cokelat. Setelan bajunya yakni kaos merah bergambar serigala dan celana jeans biru sobek-sobek, sepatu kets merah nampak memperbagus kakinya lengkap dengan kaos kaki biru. Sedangkan pemuda yang satu lagi bertubuh kekar, berkulit putih, berambut gondrong, berwajah segitiga, beralis mata tipis, bermata tajam, berhidung pipih, berbibir tipis, dan bertelinga kecil yang tertutup sedikt oleh rambutnya. Pakaiannya yakni kaos biru bergambar macan tutul dan celana tiga perempat, sementara sepatunya adalah sepatu kets yang keseluruhannya warna biru dengan kaos kaki warna merah.
Pemuda berkacamata yang dihampiri oleh dua pemuda itu gemetaran dan tubuhnya serasa kaku. Bibirnya yang tipis itu tidak berhenti bergetar dan sesekali ia menelan ludah. Wajahnya yang oval dan berkulit kuning langsat berkeringat dingin. Ia memiliki mata besar dengan alis tipis, hidung yang kecil, dan daun telinga yang besar. Pakaian yang dipakainya ialah kemeja kotak-kotak ungu yang dimasukkan ke dalam dan celana tiga perempat warna hitam, tak ketinggalan sepatu kets yang seluruhnya berwarna hitam yang lengkap dengan kaos kaki bergaris-garis merah dan ungu.
Begitu sampai di depan pemuda berkacamata kuda tersebut, si gondrong berkuping caplang menarik kerah baju si kacamata. “Tokichi! Mana PR kami? Apa sudah kau kerjakan? Jangan sampai kau lupa membawanya seperti waktu itu ya!”
“M-m-maaf, PR kalian … Lupa kubawa, Akagi,” jawab Tokichi.
“Apa???” Akagi memelototkan matanya. “Dasar dungu!” makinya sambil menempeleng keras kepala Tokichi.
Si gendut botak juga ikut menempeleng keras kepala Tokichi. “Dungu sekali kau!”
“Ampun, Chouzu,” ucap Tokichi sambil menatap si botak. “Dan ampun juga, Akagi.”
“Kemarin kau sudah kuampuni. Tapi sekarang, kau harus menanggung akibatnya!” kata Akagi.
Lalu Akagi dan Chouzu menyeret Tokichi dari sana tanpa mempedulikan ucapan “Ampun” berkali-kali dari Tokichi.
Akagi dan Chouzu membawa Tokichi ke kamar mandi laki-laki. Suasana di kamar mandi yang luas tersebut sangat sepi, cuma ada Akagi, Chouzu, dan Tokichi. Akagi dan Chouzu yang membawa Tokichi segera masuk ke dalam salah satu WC yang ada di sana dan tak lupa menguncinya dengan slot yang telah disediakan.
“Ini balasan untukmu, dungu!” kata Akagi yang kemudian memasukkan kepala Tokichi ke dalam bak mandi yang penuh dengan air.
Tokichi pun merasa pengap dan kesulitan bernapas, dadanya serasa sesak. Hal itu berlangsung selama kurang lebih dua menit.
Akagi dan Chouzu tertawa terbahak-bahak melihatnya. Kemudian Akagi mengangkat kepala Tokichi dari air.
Napas Tokichi terengah-engah, tapi ia bersyukur tidak kesulitan bernapas lagi.
Namun, Akagi kembali memasukkan kepala Tokichi ke dalam bak mandi. Tokichi pun langsung kesulitan bernapas.
Beberapa menit kemudian, Akagi mengangkat lagi kepala Tokichi. Akan tetapi, ia memasukkannya kembali ke dalam bak, begitu terus sampai beberapa kali.
Akagi dan Chouzu tertawa terbahak-bahak dan merasa sangat puas. Kali ini, kepala Tokichi dimasukkan ke dalam air dan tidak dikeluarkan lagi.
“Orang sepertimu lebih baik mati saja!” ucap Akagi sambil tertawa.
Akan tetapi…
BRUAK!!
Pintu kamar mandi terbuka. Seseorang telah ‘menendangnya’.
Akagi dan Chouzu kaget dan menoleh ke arah pintu.
Rupanya orang yang menendang pintu adalah Naoto.
“Wah wah…,” ucap Naoto. Ia lalu melirik ke Akagi yang tengah menahan kepala Tokichi di dalam bak mandi. “Sepertinya ada sesuatu yang seru di sini.”
“Apa maumu?” tanya Akagi sambil memicingkan matanya.
“Aku mau ikut bergabung. Boleh?” ujar Naoto.
Akagi dan Chouzu pun saling pandang, sebelum akhirnya Akagi berkata, “Baiklah.”
“Membully adalah hobiku. Akulah yang paling hebat dalam hal membully,” ucap Naoto sembari menghampiri Akagi dan Chouzu.
“Apa katamu??? Akulah yang paling hebat dalam hal membully!” bantah Akagi.
Naoto langsung menatap tajam Akagi. Tatapannya yang setajam ‘pedang’ membuat Akagi bergidik ngeri dan nyalinya ciut seketika.
Naoto lalu menyingkirkan tangan Akagi yang memegang kepala Tokichi kemudian mengangkat kepala Tokichi yang ada di dalam air. Hal itu membuat Tokichi bisa kembali menghirup udara meski terbatuk-batuk. Setelah itu, Naoto menghempaskan tubuh Tokichi hingga jatuh terjerembab.
“Ayo!” ajak Naoto sembari melirik Akagi dan Chouzu, kemudian ia menendangi tubuh Tokichi dengan sangat keras.
Akagi serta Chouzu pun mengikuti Naoto menendangi Tokichi tanpa belas kasihan sampai Tokichi mengaduh beberapa kali menahan sakit.
Namun, persis ketika Naoto menjambak rambut Tokichi dan ingin memasukkan kepala pemuda malang itu ke dalam bak mandi, dari ambang pintu kamar mandi, seseorang berteriak dengan lantang, “Hentikan perbuatan kalian sekarang juga!”
Naoto, Akagi, dan Chouzu kaget dan menengok ke arah pintu. Semua pembully kecuali Naoto bergidik ngeri begitu melihat yang berteriak adalah Ariel.
“Kau …” Naoto tersentak. Matanya kemudian memicing, menatap tajam Ariel dan berkata, “Jangan mengganggu kesenanganku!”
“Kau rupanya. Berhenti sekarang juga atau kuhabisi?!” gertak Ariel dengan nada dingin.
Naoto membalas, “Menghabisiku? Kaulah yang akan aku habisi!” Ia pun segera berlari beberapa langkah ke arah Ariel.
Ariel langsung memasang kuda-kuda. Ia mengepal kedua tangannya dengan posisi tangan kiri di depan dada dan tangan kanan agak lurus ke depan.
Begitu tinju Naoto tiba ke arahnya, Ariel segera menghalau tinju kanan Naoto dengan tepi luar tangan kanannya yang mengepal, membuat tinju Naoto terhempas ke arah kiri. Akan tetapi, ketika Ariel mengayunkan tangan kanannya yang mengepal dan digunakan untuk menepis tadi ke arah wajah Naoto, Naoto menangkap tangan Ariel dengan tangan kirinya dan langsung dipelintirnya tangan Ariel, kemudian menendang perut Ariel sembari melepas pelintirannya. Ariel pun terlempar beberapa langkah ke belakang dan punggungnya menabrak tembok.
Akagi dan Chouzu yang melihatnya dibuat kaget bukan kepalang.
“A-apa aku tidak salah lihat???” Akagi terbata.
“Di-dia menjatuhkan Ariel,” ucap Chouzu yang juga terbata.
Ariel yang jatuh terduduk dengan punggung menempel di tembok kembali berdiri.
“Bagaimana?” tanya Naoto. “Sekarang, akulah yang memenangkan persaingan kita.
“Persaingan apa?” tanya Akagi pada Naoto yang ada di depannya.
Naoto menoleh ke belakang, ia menatap tajam Akagi dan berkata, “Jangan ikut campur, lalat!”
Akagi tersentak, tatapan Naoto membuatnya lumpuh ke tulang sumsum. Dengan wajah pucat serta bibir bergetar, ia berkata, “B-b-baik.”
“Ta-ta-tatapan m-matanya se-seperti monster,” gumam Chouzu. Ia bergidik begitu melihat tatapan Naoto.
Naoto pun langsung berlari menghampiri Ariel, kemudian kaki kanannya menendang lurus ke arah perut Ariel. Akan tetapi, Ariel berhasil menangkap kaki kanan Naoto dengan cepat dan melemparnya ke atas, membuat Naoto terputar di udara. Sebelum tubuh Naoto menyentuh lantai, Ariel menendang perut Naoto dengan tendangan lurus ke depan serta posisi tubuh miring. Naoto pun terlempar dan punggunggnya menubruk bak mandi.
“Kau …” geram Naoto sambil berusaha bangkit.
“Bagaimana?” tanya Ariel yang jaraknya agak jauh.
“Se-sekarang gantian,” gumam Akagi. “Me-mereka sama kuatnya.”
“Brengseeekkk!!!” teriak Naoto yang kembali berlari menghampiri Ariel. Ketika jaraknya sudah dekat dengan Ariel, Naoto sesegera mungkin mengayunkan tangan kanannya yang mengepal ke arah wajah Ariel.
Akan tetapi, Ariel menepis tinjuan yang terarah di pipi kirinya itu dengan punggung tangan kirinya.
Naoto mendengus kesal. Dilancarkannya sebuah jurus pukulan yang dikombinasikan dengan tapakan.
Pukulan yang bergantian dengan tapakan yang dilayangkan Naoto ke dada dan perut Ariel berhasil ditangkis dan dihindari Ariel dengan cepat. Kemudian Ariel melakukan serangan balasan dengan pukulan serta tendangan beberapa kali ke arah Naoto yang ternyata dapat ditepis berulang kali oleh Naoto dengan ayunan tangan kanan dan kirinya.
Ariel tidak menyerah. Ia melakukan tinjuan, lalu tebangan, dan tapakan berulang kali dengan kedua tangannya secara bergantian ke titik-titik vital tubuh Naoto.
Tapi, Naoto berhasil menghindari semua serangan tersebut. Mereka terus beradu jurus serta bertahan dengan serangkaian ‘kombo-kombo’ yang lincah dan bertenaga selama beberapa saat.
“He-hebat…,” ucap Akagi dan Chouzu bersamaan.
Akan tetapi, Naoto tiba-tiba lengah, ia yang tidak bisa menghindari tendangan Ariel di lehernya pun terjatuh. Namun, sebelum terjatuh, Naoto sempat menendang dada Ariel hingga Ariel mundur beberapa tindak.
Di saat seperti itu, tiba-tiba dari kantung belakang sebelah kanan Naoto terdengar suara ‘musik’. Naoto pun merogoh kantungnya tersebut, ia mengambil smartphone bercasing ungu dari sana. Suara musik tersebut adalah suara dering smartphone itu.
Naoto kemudian mengetuk layar smartphonenya, lalu menempelkannya di telinga dan berkata, “Baik. Oke-oke. Tenang saja.” Setelah itu ia menutup panggilan pada smartphonenya.
“Bisa kita lanjutkan?” tanya Ariel yang berdiri beberapa langkah di hadapan Naoto.
“Sepertinya kita sudahi saja hari ini. Kita lanjutkan lagi lain waktu,” jawab Naoto. Ia kemudian berdiri dan pergi dari sana.
Ariel menatap tajam tajam Akagi dan Chouzu. Hal itu membuat mereka gemetar ketakutan.
“U-uwaaa!!!” teriak Akagi dan Chouzu berbarengan, sebelum akhirnya lari pontang panting.
Waktu berlalu begitu cepat. Jam istirahat pun tiba. Di salah satu bangku kantin, Naoto nampak sedang lahap menyantap semangkuk Udon. Begitu Udon tersebut habis, ia menyedot jus mangga yang terhidang di atas meja, kemudian menatap seorang wanita berambut panjang ikal warna cokelat dengan pipi yang tembam. Wajah wanita itu bisa dibilang sangat cantik dan enak dipandang.
“Katakan apa maumu sampai membawa bodyguard untuk mengusir gadis-gadis yang mendekatiku di kantin ini?” tanya Naoto. Untuk sesaat, ia menatap dua orang berbadan besar berpakaian serba hitam yang ada di sisi kanan dan kiri gadis itu.
“Sebelumnya, perkenalkan, Aku Ayame. Meski kita satu kelas, kau belum tahu namaku kan?” ucap gadis itu.
“Pentingkah itu?” balas Naoto ketus.
“Be-begitu ya.” Ayame tersenyum dipaksakan. “Jadi begini, a-aku … Ingin mengutarakan perasaanku padamu.”
“Perasaan apa?” tanya Naoto. “Oh iya, bodyguard-bodyguardmu itu suruh pergi saja! Risih aku melihatnya. Jika aku mau, aku bisa saja menghajar mereka sampai hancur!”
Kedua bodyguard Ayame pun kesal dibuatnya. “Apa katamu?!” ucap salah satunya.
Tapi Ayame menyuruh mereka tenang dengan isyarat tangannya.
Kedua bodyguard itu pun langsung terdiam.
“Baik. Aku akan langsung mengutarakannya,” kata Ayame. “Sebetulnya … Sejak pertama kali aku melihatmu aku langsung kagum dengan segala kesempurnaanmu. Lalu … Rasa itu muncul. Ya, rasa ingin memiliki laki-laki sesempurna dirimu. Aku … Aku mencintaimu. Mau kah kau jadi kekasihku?”
“Dengan kesempurnaanku?” tanya Naoto. Ia kemudian mendengus. “Mati saja kau! Aku tidak tertarik denganmu! Pergilah!”
“Hey, jaga ucapanmu!” teriak bodyguard di sebelah kiri Ayame yang berambut pendek berponi samping sambil melotot.
Ayame langsung menenangkan si bodyguard dengan isyarat tangan kirinya.
“Tcih! Menjengkelkan.” Naoto berdiri dari bangkunya kemudian melenggang pergi, meninggalkan Ayame yang meneteskan air mata.
Naoto berjalan di koridor dengan perasaan kesal. Bisa-bisanya Ayame mencintainya hanya karena ia sempurna di mata Ayame. Semua gadis sama saja. Selama hidupnya, Naoto tidak pernah menemukan gadis yang mencintainya bukan karena kesempurnaannya.
“Hey!!!” Tiba-tiba terdengar teriakan seseorang dari belakang Naoto yang membuat ia berhenti melangkah dan menoleh ke belakang.
Ternyata orang yang memanggilnya itu Akagi. Ia bersama dengan Chouzu.
“Ada apa?” tanya Naoto dingin.
“Tadi pagi itu hebat sekali! Kau bisa mengimbangi Ariel. Siapa namamu?” kata Akagi.
“Orang yang gagah berani dan kuat. Tsuyoshi Naoto,” balas Naoto.
“Baiklah, Tsuyoshi. maukah kau bergabung bersama kami dalam geng Warrior?” tanya Akagi. “Kau punya potensi yang besar dalam hal bertarung. Orang sepertimu sangat dibutuhkan dalam kelompok kami.”
“Warrior? Hmm …” Naoto berpikir sebentar, sebelum akhirnya berkata. “Bolehlah. Tapi ada syaratnya.”
“Apa?” Akagi menautkan alisnya.
“Aku yang menjadi ketuanya!” ujar Naoto.
Akagi dan Chouzu tersentak. Lalu Akagi berpikir beberapa saat.
“Baiklah. Aku relakan posisiku sebagai ketua untukmu,” ucap Akagi setelahnya.
“Apa? Kau ketuanya?” Naoto geleng-geleng kepala.
“Kenapa? Apa ada yang salah?” tanya Akagi.
Naoto mendengus. “Tikus sepertimu adalah ketua geng?”
Akagi tersenyum mangkir. Ia lalu menggaruk-garuk belakang kepalanya yang tak gatal.
Chouzu menatap Akagi. “Aku yakin, dengan bergabungnya Tsuyoshi dengan kita, geng Warrior akan kembali menjadi geng yang paling ditakuti seantero kampus sebelum kedatangan Ariel yang sekarang dikenal orang-orang dengan julukan ‘Jagoan Anti Bully’.”
“Jagoan Anti Bully?” tanya Naoto.
Chouzu mengangguk. “Orang yang sangat membenci tindakan bully dan akan menghabisi siapapun yang melakukannya. Menyebalkan sekali manusia seperti itu!”
“Kalau begitu, serahkan dia padaku!” ujar Naoto.
“Um!” Chouzu mengangguk. “Dengan begini, kami berharap kau sebagai ketua baru bisa membuat Ariel segera angkat kaki dari kampus ini!”
Naoto tersenyum miring. “Khuh! Tenang saja, aku adalah orang yang paling ahli dalam memimpin geng.”
Di belakang kantin, dua orang pemuda berjalan menghampiri seorang pemuda pendek berkacamata dan berponi lurus tebal menutupi alisnya. Pemuda yang satu bertubuh gendut, berwajah kotak, botak, beralis mata tipis, bermata besar, berhidung cukup mancung, berbibir sedang, bertelinga ‘caplang’, dan berkulit cokelat. Setelan bajunya yakni kaos merah bergambar serigala dan celana jeans biru sobek-sobek, sepatu kets merah nampak memperbagus kakinya lengkap dengan kaos kaki biru. Sedangkan pemuda yang satu lagi bertubuh kekar, berkulit putih, berambut gondrong, berwajah segitiga, beralis mata tipis, bermata tajam, berhidung pipih, berbibir tipis, dan bertelinga kecil yang tertutup sedikt oleh rambutnya. Pakaiannya yakni kaos biru bergambar macan tutul dan celana tiga perempat, sementara sepatunya adalah sepatu kets yang keseluruhannya warna biru dengan kaos kaki warna merah.
Pemuda berkacamata yang dihampiri oleh dua pemuda itu gemetaran dan tubuhnya serasa kaku. Bibirnya yang tipis itu tidak berhenti bergetar dan sesekali ia menelan ludah. Wajahnya yang oval dan berkulit kuning langsat berkeringat dingin. Ia memiliki mata besar dengan alis tipis, hidung yang kecil, dan daun telinga yang besar. Pakaian yang dipakainya ialah kemeja kotak-kotak ungu yang dimasukkan ke dalam dan celana tiga perempat warna hitam, tak ketinggalan sepatu kets yang seluruhnya berwarna hitam yang lengkap dengan kaos kaki bergaris-garis merah dan ungu.
Begitu sampai di depan pemuda berkacamata kuda tersebut, si gondrong berkuping caplang menarik kerah baju si kacamata. “Tokichi! Mana PR kami? Apa sudah kau kerjakan? Jangan sampai kau lupa membawanya seperti waktu itu ya!”
“M-m-maaf, PR kalian … Lupa kubawa, Akagi,” jawab Tokichi.
“Apa???” Akagi memelototkan matanya. “Dasar dungu!” makinya sambil menempeleng keras kepala Tokichi.
Si gendut botak juga ikut menempeleng keras kepala Tokichi. “Dungu sekali kau!”
“Ampun, Chouzu,” ucap Tokichi sambil menatap si botak. “Dan ampun juga, Akagi.”
“Kemarin kau sudah kuampuni. Tapi sekarang, kau harus menanggung akibatnya!” kata Akagi.
Lalu Akagi dan Chouzu menyeret Tokichi dari sana tanpa mempedulikan ucapan “Ampun” berkali-kali dari Tokichi.
Akagi dan Chouzu membawa Tokichi ke kamar mandi laki-laki. Suasana di kamar mandi yang luas tersebut sangat sepi, cuma ada Akagi, Chouzu, dan Tokichi. Akagi dan Chouzu yang membawa Tokichi segera masuk ke dalam salah satu WC yang ada di sana dan tak lupa menguncinya dengan slot yang telah disediakan.
“Ini balasan untukmu, dungu!” kata Akagi yang kemudian memasukkan kepala Tokichi ke dalam bak mandi yang penuh dengan air.
Tokichi pun merasa pengap dan kesulitan bernapas, dadanya serasa sesak. Hal itu berlangsung selama kurang lebih dua menit.
Akagi dan Chouzu tertawa terbahak-bahak melihatnya. Kemudian Akagi mengangkat kepala Tokichi dari air.
Napas Tokichi terengah-engah, tapi ia bersyukur tidak kesulitan bernapas lagi.
Namun, Akagi kembali memasukkan kepala Tokichi ke dalam bak mandi. Tokichi pun langsung kesulitan bernapas.
Beberapa menit kemudian, Akagi mengangkat lagi kepala Tokichi. Akan tetapi, ia memasukkannya kembali ke dalam bak, begitu terus sampai beberapa kali.
Akagi dan Chouzu tertawa terbahak-bahak dan merasa sangat puas. Kali ini, kepala Tokichi dimasukkan ke dalam air dan tidak dikeluarkan lagi.
“Orang sepertimu lebih baik mati saja!” ucap Akagi sambil tertawa.
Akan tetapi…
BRUAK!!
Pintu kamar mandi terbuka. Seseorang telah ‘menendangnya’.
Akagi dan Chouzu kaget dan menoleh ke arah pintu.
Rupanya orang yang menendang pintu adalah Naoto.
“Wah wah…,” ucap Naoto. Ia lalu melirik ke Akagi yang tengah menahan kepala Tokichi di dalam bak mandi. “Sepertinya ada sesuatu yang seru di sini.”
“Apa maumu?” tanya Akagi sambil memicingkan matanya.
“Aku mau ikut bergabung. Boleh?” ujar Naoto.
Akagi dan Chouzu pun saling pandang, sebelum akhirnya Akagi berkata, “Baiklah.”
“Membully adalah hobiku. Akulah yang paling hebat dalam hal membully,” ucap Naoto sembari menghampiri Akagi dan Chouzu.
“Apa katamu??? Akulah yang paling hebat dalam hal membully!” bantah Akagi.
Naoto langsung menatap tajam Akagi. Tatapannya yang setajam ‘pedang’ membuat Akagi bergidik ngeri dan nyalinya ciut seketika.
Naoto lalu menyingkirkan tangan Akagi yang memegang kepala Tokichi kemudian mengangkat kepala Tokichi yang ada di dalam air. Hal itu membuat Tokichi bisa kembali menghirup udara meski terbatuk-batuk. Setelah itu, Naoto menghempaskan tubuh Tokichi hingga jatuh terjerembab.
“Ayo!” ajak Naoto sembari melirik Akagi dan Chouzu, kemudian ia menendangi tubuh Tokichi dengan sangat keras.
Akagi serta Chouzu pun mengikuti Naoto menendangi Tokichi tanpa belas kasihan sampai Tokichi mengaduh beberapa kali menahan sakit.
Namun, persis ketika Naoto menjambak rambut Tokichi dan ingin memasukkan kepala pemuda malang itu ke dalam bak mandi, dari ambang pintu kamar mandi, seseorang berteriak dengan lantang, “Hentikan perbuatan kalian sekarang juga!”
Naoto, Akagi, dan Chouzu kaget dan menengok ke arah pintu. Semua pembully kecuali Naoto bergidik ngeri begitu melihat yang berteriak adalah Ariel.
“Kau …” Naoto tersentak. Matanya kemudian memicing, menatap tajam Ariel dan berkata, “Jangan mengganggu kesenanganku!”
“Kau rupanya. Berhenti sekarang juga atau kuhabisi?!” gertak Ariel dengan nada dingin.
Naoto membalas, “Menghabisiku? Kaulah yang akan aku habisi!” Ia pun segera berlari beberapa langkah ke arah Ariel.
Ariel langsung memasang kuda-kuda. Ia mengepal kedua tangannya dengan posisi tangan kiri di depan dada dan tangan kanan agak lurus ke depan.
Begitu tinju Naoto tiba ke arahnya, Ariel segera menghalau tinju kanan Naoto dengan tepi luar tangan kanannya yang mengepal, membuat tinju Naoto terhempas ke arah kiri. Akan tetapi, ketika Ariel mengayunkan tangan kanannya yang mengepal dan digunakan untuk menepis tadi ke arah wajah Naoto, Naoto menangkap tangan Ariel dengan tangan kirinya dan langsung dipelintirnya tangan Ariel, kemudian menendang perut Ariel sembari melepas pelintirannya. Ariel pun terlempar beberapa langkah ke belakang dan punggungnya menabrak tembok.
Akagi dan Chouzu yang melihatnya dibuat kaget bukan kepalang.
“A-apa aku tidak salah lihat???” Akagi terbata.
“Di-dia menjatuhkan Ariel,” ucap Chouzu yang juga terbata.
Ariel yang jatuh terduduk dengan punggung menempel di tembok kembali berdiri.
“Bagaimana?” tanya Naoto. “Sekarang, akulah yang memenangkan persaingan kita.
“Persaingan apa?” tanya Akagi pada Naoto yang ada di depannya.
Naoto menoleh ke belakang, ia menatap tajam Akagi dan berkata, “Jangan ikut campur, lalat!”
Akagi tersentak, tatapan Naoto membuatnya lumpuh ke tulang sumsum. Dengan wajah pucat serta bibir bergetar, ia berkata, “B-b-baik.”
“Ta-ta-tatapan m-matanya se-seperti monster,” gumam Chouzu. Ia bergidik begitu melihat tatapan Naoto.
Naoto pun langsung berlari menghampiri Ariel, kemudian kaki kanannya menendang lurus ke arah perut Ariel. Akan tetapi, Ariel berhasil menangkap kaki kanan Naoto dengan cepat dan melemparnya ke atas, membuat Naoto terputar di udara. Sebelum tubuh Naoto menyentuh lantai, Ariel menendang perut Naoto dengan tendangan lurus ke depan serta posisi tubuh miring. Naoto pun terlempar dan punggunggnya menubruk bak mandi.
“Kau …” geram Naoto sambil berusaha bangkit.
“Bagaimana?” tanya Ariel yang jaraknya agak jauh.
“Se-sekarang gantian,” gumam Akagi. “Me-mereka sama kuatnya.”
“Brengseeekkk!!!” teriak Naoto yang kembali berlari menghampiri Ariel. Ketika jaraknya sudah dekat dengan Ariel, Naoto sesegera mungkin mengayunkan tangan kanannya yang mengepal ke arah wajah Ariel.
Akan tetapi, Ariel menepis tinjuan yang terarah di pipi kirinya itu dengan punggung tangan kirinya.
Naoto mendengus kesal. Dilancarkannya sebuah jurus pukulan yang dikombinasikan dengan tapakan.
Pukulan yang bergantian dengan tapakan yang dilayangkan Naoto ke dada dan perut Ariel berhasil ditangkis dan dihindari Ariel dengan cepat. Kemudian Ariel melakukan serangan balasan dengan pukulan serta tendangan beberapa kali ke arah Naoto yang ternyata dapat ditepis berulang kali oleh Naoto dengan ayunan tangan kanan dan kirinya.
Ariel tidak menyerah. Ia melakukan tinjuan, lalu tebangan, dan tapakan berulang kali dengan kedua tangannya secara bergantian ke titik-titik vital tubuh Naoto.
Tapi, Naoto berhasil menghindari semua serangan tersebut. Mereka terus beradu jurus serta bertahan dengan serangkaian ‘kombo-kombo’ yang lincah dan bertenaga selama beberapa saat.
“He-hebat…,” ucap Akagi dan Chouzu bersamaan.
Akan tetapi, Naoto tiba-tiba lengah, ia yang tidak bisa menghindari tendangan Ariel di lehernya pun terjatuh. Namun, sebelum terjatuh, Naoto sempat menendang dada Ariel hingga Ariel mundur beberapa tindak.
Di saat seperti itu, tiba-tiba dari kantung belakang sebelah kanan Naoto terdengar suara ‘musik’. Naoto pun merogoh kantungnya tersebut, ia mengambil smartphone bercasing ungu dari sana. Suara musik tersebut adalah suara dering smartphone itu.
Naoto kemudian mengetuk layar smartphonenya, lalu menempelkannya di telinga dan berkata, “Baik. Oke-oke. Tenang saja.” Setelah itu ia menutup panggilan pada smartphonenya.
“Bisa kita lanjutkan?” tanya Ariel yang berdiri beberapa langkah di hadapan Naoto.
“Sepertinya kita sudahi saja hari ini. Kita lanjutkan lagi lain waktu,” jawab Naoto. Ia kemudian berdiri dan pergi dari sana.
Ariel menatap tajam tajam Akagi dan Chouzu. Hal itu membuat mereka gemetar ketakutan.
“U-uwaaa!!!” teriak Akagi dan Chouzu berbarengan, sebelum akhirnya lari pontang panting.
Waktu berlalu begitu cepat. Jam istirahat pun tiba. Di salah satu bangku kantin, Naoto nampak sedang lahap menyantap semangkuk Udon. Begitu Udon tersebut habis, ia menyedot jus mangga yang terhidang di atas meja, kemudian menatap seorang wanita berambut panjang ikal warna cokelat dengan pipi yang tembam. Wajah wanita itu bisa dibilang sangat cantik dan enak dipandang.
“Katakan apa maumu sampai membawa bodyguard untuk mengusir gadis-gadis yang mendekatiku di kantin ini?” tanya Naoto. Untuk sesaat, ia menatap dua orang berbadan besar berpakaian serba hitam yang ada di sisi kanan dan kiri gadis itu.
“Sebelumnya, perkenalkan, Aku Ayame. Meski kita satu kelas, kau belum tahu namaku kan?” ucap gadis itu.
“Pentingkah itu?” balas Naoto ketus.
“Be-begitu ya.” Ayame tersenyum dipaksakan. “Jadi begini, a-aku … Ingin mengutarakan perasaanku padamu.”
“Perasaan apa?” tanya Naoto. “Oh iya, bodyguard-bodyguardmu itu suruh pergi saja! Risih aku melihatnya. Jika aku mau, aku bisa saja menghajar mereka sampai hancur!”
Kedua bodyguard Ayame pun kesal dibuatnya. “Apa katamu?!” ucap salah satunya.
Tapi Ayame menyuruh mereka tenang dengan isyarat tangannya.
Kedua bodyguard itu pun langsung terdiam.
“Baik. Aku akan langsung mengutarakannya,” kata Ayame. “Sebetulnya … Sejak pertama kali aku melihatmu aku langsung kagum dengan segala kesempurnaanmu. Lalu … Rasa itu muncul. Ya, rasa ingin memiliki laki-laki sesempurna dirimu. Aku … Aku mencintaimu. Mau kah kau jadi kekasihku?”
“Dengan kesempurnaanku?” tanya Naoto. Ia kemudian mendengus. “Mati saja kau! Aku tidak tertarik denganmu! Pergilah!”
“Hey, jaga ucapanmu!” teriak bodyguard di sebelah kiri Ayame yang berambut pendek berponi samping sambil melotot.
Ayame langsung menenangkan si bodyguard dengan isyarat tangan kirinya.
“Tcih! Menjengkelkan.” Naoto berdiri dari bangkunya kemudian melenggang pergi, meninggalkan Ayame yang meneteskan air mata.
Naoto berjalan di koridor dengan perasaan kesal. Bisa-bisanya Ayame mencintainya hanya karena ia sempurna di mata Ayame. Semua gadis sama saja. Selama hidupnya, Naoto tidak pernah menemukan gadis yang mencintainya bukan karena kesempurnaannya.
“Hey!!!” Tiba-tiba terdengar teriakan seseorang dari belakang Naoto yang membuat ia berhenti melangkah dan menoleh ke belakang.
Ternyata orang yang memanggilnya itu Akagi. Ia bersama dengan Chouzu.
“Ada apa?” tanya Naoto dingin.
“Tadi pagi itu hebat sekali! Kau bisa mengimbangi Ariel. Siapa namamu?” kata Akagi.
“Orang yang gagah berani dan kuat. Tsuyoshi Naoto,” balas Naoto.
“Baiklah, Tsuyoshi. maukah kau bergabung bersama kami dalam geng Warrior?” tanya Akagi. “Kau punya potensi yang besar dalam hal bertarung. Orang sepertimu sangat dibutuhkan dalam kelompok kami.”
“Warrior? Hmm …” Naoto berpikir sebentar, sebelum akhirnya berkata. “Bolehlah. Tapi ada syaratnya.”
“Apa?” Akagi menautkan alisnya.
“Aku yang menjadi ketuanya!” ujar Naoto.
Akagi dan Chouzu tersentak. Lalu Akagi berpikir beberapa saat.
“Baiklah. Aku relakan posisiku sebagai ketua untukmu,” ucap Akagi setelahnya.
“Apa? Kau ketuanya?” Naoto geleng-geleng kepala.
“Kenapa? Apa ada yang salah?” tanya Akagi.
Naoto mendengus. “Tikus sepertimu adalah ketua geng?”
Akagi tersenyum mangkir. Ia lalu menggaruk-garuk belakang kepalanya yang tak gatal.
Chouzu menatap Akagi. “Aku yakin, dengan bergabungnya Tsuyoshi dengan kita, geng Warrior akan kembali menjadi geng yang paling ditakuti seantero kampus sebelum kedatangan Ariel yang sekarang dikenal orang-orang dengan julukan ‘Jagoan Anti Bully’.”
“Jagoan Anti Bully?” tanya Naoto.
Chouzu mengangguk. “Orang yang sangat membenci tindakan bully dan akan menghabisi siapapun yang melakukannya. Menyebalkan sekali manusia seperti itu!”
“Kalau begitu, serahkan dia padaku!” ujar Naoto.
“Um!” Chouzu mengangguk. “Dengan begini, kami berharap kau sebagai ketua baru bisa membuat Ariel segera angkat kaki dari kampus ini!”
Naoto tersenyum miring. “Khuh! Tenang saja, aku adalah orang yang paling ahli dalam memimpin geng.”
0
Kutip
Balas