TS
Ariel.Matsuyama
[FanFic] Kamen Rider Kabuto: Speed Hunter
![[FanFic] Kamen Rider Kabuto: Speed Hunter](https://dl.kaskus.id/arielmatsuyama.files.wordpress.com/2020/04/tak-berjudul6_20200304225028-1.png)
Kamen Rider Kabuto: Speed Hunter (仮面ライダーカブトスピードハンター)
Genre:Action | Drama | Adventure
Spoiler for Episode List:
Episode 1: Awal Mula
[[Act 01]] [[Act 02]]
[[Act 03 (End)]]
Episode 2: Topeng
[[Act 01]] [[Act 02 (End)]]
Episode 3: Masa Lalu Yang Pahit Dan Orang Baru
[[Act 01]] [[Act 02]]
[[Act 03]]
[[Act 04 (End)]]
Episode 4: Menengok Ke Belakang Dan Kembali Bertemu
[[Act 01]] [[Act 02]]
[[Act 03 (End)]]
Episode 5: Cintaku
[[Act 01]] [[Act 02(End)]]
Episode 6: Terungkapnya Sebuah Kebenaran
[[Act 01]] [[Act 02(End)]]
Episode 7: Musuh Bumi
[[Act 01]] [[Act 02(End)]]
Final Episode
[[Act 01]] [[Act 02(End)]]
[[Act 01]] [[Act 02]]
[[Act 03 (End)]]
Episode 2: Topeng
[[Act 01]] [[Act 02 (End)]]
Episode 3: Masa Lalu Yang Pahit Dan Orang Baru
[[Act 01]] [[Act 02]]
[[Act 03]]
[[Act 04 (End)]]
Episode 4: Menengok Ke Belakang Dan Kembali Bertemu
[[Act 01]] [[Act 02]]
[[Act 03 (End)]]
Episode 5: Cintaku
[[Act 01]] [[Act 02(End)]]
Episode 6: Terungkapnya Sebuah Kebenaran
[[Act 01]] [[Act 02(End)]]
Episode 7: Musuh Bumi
[[Act 01]] [[Act 02(End)]]
Final Episode
[[Act 01]] [[Act 02(End)]]
Spoiler for Special Story:
![[FanFic] Kamen Rider Kabuto: Speed Hunter](https://dl.kaskus.id/arielmatsuyama.files.wordpress.com/2020/03/tak-berjudul13_20201027014020.png)
Kamen Rider X Kamen Rider - Kabuto & Den-O: Legend Of Deux
Part 1
[[Act 01]] [[Act 02]]
[[Act 03 (End)]]
Part 2
[[Act 01]] [[Act 02 (End)]]
Part 3
[[Act 01]] [[Act 02]]
[[Act 03 (End)]]
Part 4
[[Act 01]] [[Act 02 (End)]]
Part 5
[[Act 01]] [[Act 02 (End)]]
Part 6
[[Act 01]] [[Act 02]]
[[Act 03 (End)]]
Part 7
[[Act 01]] [[Act 02 (End)]]
Final PartNEW!!
[[Act 01]] [[Act 02 (End)]]
Spoiler for Realms:
Bonus for Reviewer:
Event ditutup karena kurangnya peserta.
Diubah oleh Ariel.Matsuyama 30-09-2024 01:47
amekachi dan 6 lainnya memberi reputasi
7
19.3K
Kutip
92
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Fanstuff
1.9KThread•343Anggota
Tampilkan semua post
TS
Ariel.Matsuyama
#53
Spoiler for Legend of Deux: Part 2 Act 2 (End):
Bel kampus berbunyi sangat lantang menandakan jam pelajaran akan segera dimulai. Sato sang Pembimbing Akademik langsung masuk ke dalam kelas, seketika itu juga suasana kelas langsung menjadi hening. Ketua kelas segera mengomandokan mahasiswa lainnya untuk mengucapkan salam. Ariel terlihat berdiri dengan sangat lemas, membuat Asuka bertanya-tanya. Sato langsung membalas salam dari para murid dan segera menyiapkan materi untuk jam pelajaran saat itu.
Dari awal Sato menerangkan, Ariel hanya menaruh kepalanya di atas tangan yang ia lipat di meja sambil melamun. Hingga akhirnya sebatang spidol melayang ke kepala Ariel yang membuatnya terkejut.
“Matsuyama, bisa kau kerjakan soal di depan ini?” tanya Sato.
Ariel segera berjalan ke depan dan mengerjakan soal tersebut dengan cepat dan benar yang membuat para mahasiswi terpesona. Begitu ia selesai mengerjakannya, Ariel langsung berjalan menuju pintu kelas. Kontan saja membuat sang Pembimbing Akademik menjadi sangat marah, ia langsung mengambil bambu panjang tipis dari mejanya dan menyentuhkannya pada pundak Ariel.
“Mau kemana kau?” tanya Sato.
“Keluar dari kelas membosankan ini,” ucap Ariel datar tanpa menoleh sedikitpun ke arah Sato.
“Kau memang mahasiswa kebanggaan dan terkenal di sini, tapi bukan berarti kau bisa seenaknya!” teriak Sato.
Ariel langsung menoleh ke arah Pembimbing Akademik tersebut dan memandangnya dengan nafsu membunuh. Dari ekspresinya jelas sekali jika ia tak bermain-main. “Enyahlah!” ucapnya datar.
Sato langsung terkejut melihat pandangan Ariel yang membuatnya terasa lumpuh hingga ke sumsum tulang. Tanpa disadari tubuhnya langsung roboh dan tercengang. Begitu Ariel melihat tingkah laku Sato yang memalukan, ia langsung berbalik dan keluar kelas.
Langit biru yang selimut di atap gedung terlihat sangat indah, angin sepoi-sepoi menyentuh lembut wajah Ariel yang sedang tertidur di permukaan atap. Ia merasa sangat nyaman menikmati sejuknya udara dan kedamaian yang tenang di sini. Tak ada orang yang membuatnya terganggu dan kesal, hanya ada dia seorang dan ia senang akan hal itu.
Kelopak matanya terbuka, ia menatap tajam langit yang ada di hadapannya. Terlihat sangat jauh dan luas, matanya melirik ke berbagai arah dan terlihat tak tenang. Sepertinya ada sesuatu yang mengganggu kenyamanannya. Ia bangkit dari rebahannya dan melihat ke arah pintu masuk gedung kampus. Sepertinya dugaan Ariel tepat, ternyata ia kini tak sendiri lagi di tempat itu.
Sesosok monster berbentuk manusia bunglon muncul di hadapannya, tak lama kemudian muncul kembali sosok monster berbentuk manusia kadal dan monster berbentuk manusia buaya. Ketiganya terlihat sangat bernafsu untuk segera membunuh Ariel.
“Hoo, ternyata sudah ada sambutan secara langsung dari kalian ya? Tak kusangka baru saja aku terbangun sudah mendapat sambutan seperti ini,” ucap Ariel.
“Serahkan kekuatanmu sekarang, Kamen Rider Deux!” ucap monster bunglon. lengannya tak mau berhenti meremas udara.
“Jika aku memang Kamen Rider Deux, apa mau kalian?” tanya Ariel dengan nada dingin.
“Kepalamu akan menjadi milik kami!” kata monster kadal cengengesan.
Ariel melirik ke daerah sekitar, ia menyadari sesuatu yang tak beres terjadi. Lalu ia menatap tajam ketiganya. “Sepertinya kalian tidak hanya bertiga ya?”
“Instingmu tajam juga ya?” ucap monster buaya.
Tak beberapa lama kemudian muncul delapan monster di atas atap gedung. Lima monster diantaranya berwujud serangga kumbang capit yang cukup besar berwarna ungu. Sementara ketiga sisanya ialah monster berwujud manusia kelabang hitam yang seluruh tubuhnya memiliki corak kaca mozaik.
“Hooo, banyak juga kalian ya?” kata Ariel sambil mengelus-elus dagunya.
Seluruh monster itu berlari ke arah Ariel dan bersiap menyerang kapan saja. Ariel hanya tersenyum miring melihat mereka dan bersiap menyambut serangan mereka. Para monster kumbang capit berusaha memukul Ariel namun selalu gagal, gerakan tubuhnya terlalu lambat sehingga semua serangannya selalu dapat terbaca dengan mudah.
Sedangkan para monster kelabang yang lebih cepat dari para monster kumbang capit pun masih terlihat kesulitan saat hendak memukul tubuh Ariel. Ini semua karena Ariel dapat membaca semua gerakan serangan para monster itu. Monster kadal menjulurkan lidah besinya dan mencengkram lengan Ariel, tak lama kemudian monster buaya pun mencengkram lengan Ariel lainnya dan mengunci gerakan pemuda itu.
“Sekarang juga akan ku ambil kekuatanmu!” kata monster bunglon yang kini mengeluarkan pedang dari taringnya.
“Apa kau yakin begitu?” tanya Ariel dengan wajah tersenyum menantang.
“Kau!” teriak monster bunglon dan memberikan aba-aba pada rekan-rekannya untuk menyerang Ariel secara serempak. Kesebelas monster itu pun melancarkan serangannya secara serentak.
Terdengar suara ledakan keras secara beruntun dari arah atas gedung kampus. Seluruh penghuni gedung langsung terkejut dengan suara ledakan dan guncangan yang baru saja terjadi. Beberapa orang dosen, karyawan kampus dan mahasiswa langsung beranjak dari kelas dan berlari ke arah sumber suara, termasuk salah satunya Asuka. Gadis itu sangat khawatir dengan Ariel yang sampai saat ini tak diketahui keberadaannya, apalagi ia tahu kalau atap gedung kampus merupakan salah satu tempat favorit Ariel untuk menghabiskan waktunya.
Asuka kemudian berlari di lorong dan menyalip beberapa orang yang sedang berlari ke arah yang sama. Ketika ia berlari melewati lorong yang tedapat mesin penjual minuman, Asuka melihat sosok yang sedang dicarinya sedang memasukan beberapa koin ke dalam mesin dan mengambil sebotol kopi susu yang dingin.
“Ariel? Kau tak apa-apa?” tanya Asuka dengan nada sangat khawatir.
Ariel nampak kebingungan dengan ekspresi yang ditunjukkan Asuka padanya. Ia kemudian mengangguk bingung. “Memangnya ada apa?”
“Apa kau tak mendengar ledakan keras dan guncangan yang baru saja terjadi?” tanya Asuka.
Ariel terkejut mendengar ucapan Asuka, lalu ia mengingat-ingat sesuatu. “Memangnya hal itu pernah terjadi ya?”
Asuka menatap wajah Ariel yang terlihat sangat kebingungan. Tidak mungkin Ariel berbohong akan hal ini jika ia mendengar suara ledakan yang terdengar jelas seperti itu. Lalu kalau begitu kenapa Ariel hingga tak menyadari kejadian itu, apakah ia tak menyadarinya ataukah ia sedang kehilangan kesadaran?
“Memangnya dari tadi kau dari mana?” tanya Asuka.
“Sepertinya aku tertidur di bawah tangga, begitu aku tersadar aku langsung ke sini untuk membeli ini,” ucap Ariel sambil memperlihatkan sebotol penuh susu kopi dingin di tangannya.
Mendengar jawaban Ariel, perasaan Asuka langsung tenang. Bodoh sekali dirinya mencurigai Ariel, mungkin ini karena tingkah laku Ariel yang aneh sebelumnya. Tak lama kemudian para dosen, karyawan dan mahasiswa yang turun dari atap gedung langsung mendisukusikan kejadian ini.
“Pak Akira, apa yang terjadi?” tanya Ariel pada dosen berambut keriting, berkulit hitam, serta bermata bulat.
Akira tak menjawabnya, hanya memberikan ekspresi bahwa tak ada masalah di atas sana. Ia dan beberapa dosen lainnya langsung menuju ruang dosen, sedangkan salah satu diantaranya sedang menghubungi kantor polisi untuk melaporkan kejadian yang baru saja terjadi.
Tak lama kemudian terdengar suara pengumuman yang menggema ke seluruh isi gedung, pengumuman itu menghimbau para mahasiswa agar segera meninggalkan gedung kampus dan mengevakuasikan diri. Para mahasiswa pun keluar dari gedung secara teratur dan tertib.
Sepulangnya dari kampus, Ariel tidak kembali ke rumah Tendou, melainkan ke rumahnya sendiri yang sangat besar dan megah. Begitu sampai di dalam rumah, ia segera mandi. Setelah selesai mandi dan membersihkan diri, Ariel duduk di meja makan khusus untuk dirinya. Ia sama sekali tak mau makan di ruang makan keluarga, karena ruangan itu terlalu besar dan terasa terlalu formal. Jadi semenjak lima tahun lalu ia meminta sebuah ruangan yang menghadap ke sebuah taman dan ingin ditata selayaknya ruang makan pada umumnya yang hanya terdiri dari meja, kursi, beberapa kabinet, dapur bersih, kulkas dan sebuah televisi.
Ariel mengambil nasi dari ‘rice cooker’ yang ada di mejanya. Kemudian ia isi lagi piringnya dengan lauk ikan cakalang dan cumi-cumi bakar. Sesudah itu, ia duduk di bangku yang telah disediakan. Namun, sebelum Ariel sempat menyantap makan siangnya, sesuatu terbesit di benaknya. Sesuatu tersebut yakni sikap Asuka yang sangat mengkhawatirkan dirinya, padahal seingatnya tidak ada yang terjadi pada dirinya. Setelah sarapan pagi di kampus, ia langsung berada di tangga kampus dan membeli minuman. Tapi, kenapa hanya itu yang bisa ia ingat? Sejak kapan ia ada di tangga setelah sarapan? Jangan-jangan ada sesuatu yang tak beres.
Di saat seperti itu, tiba-tiba seorang pria tua dengan rambut, kumis, dan janggut beruban, serta berjas hitam masuk ke ruangan tersebut.
“Tuan Ariel!” panggil pria tua itu yang membuat Ariel menoleh ke arahnya.
“Hn,” sahut Ariel malas.
“Ada yang ingin bertemu dengan tuan. Dia sedang menunggu di teras rumah,” ucap pria itu.
Dengan malas, Ariel pun beranjak dari tempat duduknya dan melenggang pergi. Pergi menuju teras rumah. begitu sampai di dekat pintu teras rumah, Ariel menoleh ke samping, ke arah seorang gadis yang sedang duduk di salah satu bangku yang ada.
Gadis berdress hitam itu pun menoleh ke arah Ariel.
Bukan main terkejutnya Ariel begitu melihat wajah si gadis. Sambil terkejut, ia bergumam, “M-M-Mai??”
Gadis yang sangat mirip dengan Mai Yatsushi yang sudah mendonorkan hatinya untuk Ariel itu tersenyum, lalu berkata, “Kau pemilik rumah ini ya? Terimakasih sudah mau menemuiku.”
Ariel yang masih terkejut hanya mengangguk, berusaha untuk mengendalikan keterkejutannya. Sementara gadis itu menyodorkan mangkuk berisi pudding mangga pada Ariel. Dengan tangan bergetar, Ariel menerima mangkuk berisi pudding tersebut.
“Kau kenapa? Apa kau kurang sehat?” tanya gadis itu dengan dahi mengernyit.
Ariel menggeleng cepat.
“Baguslah kalau begitu,” ucap si gadis sembari tersenyum. “Oh iya, namaku Miu, aku baru pindah ke sini dan membagikan pudding untuk para tetangga yang ada, sebagai salam perkenalan. Rumahku ada di sebelah rumahmu. Salam kenal yaa…”
Ariel yang sudah berhasil mengendalikan keterkejutannya tersenyum tipis dan berkata, “Terimakasih.”
“Sama-sama. Ngomong-ngomong, jika tak keberatan, mainlah ke rumahku,” kata miu.
Ariel mengangguk.
Miu tersenyum, “Aku pulang dulu yaa… Permisi….” Ia kemudian membungkuk, lalu pergi.
“Mai,” gumam Ariel dengan tatapan sayu menatap kepergian Miu.
Di sebuah gua yang terletak di perbukitan yang terdapat di ujung kota Tokyo, tempat yang sama sekali tak menarik perhatian orang-orang untuk memasukinya. Apalagi selama ini selalu saja ada kabar yang beredar mengenai keberadaan setan yang selalu memangsa siapa saja yang masuk ke dalam gua tersebut.
Di dalam gua terdapat banyak sekali lorong dan menyerupai sebuah labirin yang membingungkan. Jika melalui jalur yang benar maka akan menemui sebuah pintu besi raksasa yang memiliki rantai besar pada permukaannya.
Di salah satu ruangan yang ada di sana, seorang monster gurita, monster yang dilawan Sasword tempo hari bernama Octo, tengah berlutut di hadapan seseorang berjubah hitam yang hampir menutupi seluruh wajahnya. Seseorang berjubah hitam tersebut duduk di bangku hitam bertahtakan beberapa berlian.
“Jadi Kamen Rider Deux sudah menunjukkan dirinya?” kata orang berjubah itu. Dari suaranya yang berat jelas sekali bahwa dia laki-laki.
“Betul,” ucap Octo yang masih berlutut. “Maafkan hamba karena hamba tidak berani melawannya, karena para monster kuat kelas atas yang tergabung dalam pasukan ‘The Striker’ utusan tuan saja dikalahkan dengan mudah. Apalagi hamba. Sekali lagi, maafkan hamba.”
“Sepertinya mengambil kekuatan Deux tak semudah yang diperkirakan ya. Kalau begitu aku akan kerahkan pasukan yang lebih kuat lagi. Kali ini pasti berhasil!”
“Se-semoga saja.”
Dari awal Sato menerangkan, Ariel hanya menaruh kepalanya di atas tangan yang ia lipat di meja sambil melamun. Hingga akhirnya sebatang spidol melayang ke kepala Ariel yang membuatnya terkejut.
“Matsuyama, bisa kau kerjakan soal di depan ini?” tanya Sato.
Ariel segera berjalan ke depan dan mengerjakan soal tersebut dengan cepat dan benar yang membuat para mahasiswi terpesona. Begitu ia selesai mengerjakannya, Ariel langsung berjalan menuju pintu kelas. Kontan saja membuat sang Pembimbing Akademik menjadi sangat marah, ia langsung mengambil bambu panjang tipis dari mejanya dan menyentuhkannya pada pundak Ariel.
“Mau kemana kau?” tanya Sato.
“Keluar dari kelas membosankan ini,” ucap Ariel datar tanpa menoleh sedikitpun ke arah Sato.
“Kau memang mahasiswa kebanggaan dan terkenal di sini, tapi bukan berarti kau bisa seenaknya!” teriak Sato.
Ariel langsung menoleh ke arah Pembimbing Akademik tersebut dan memandangnya dengan nafsu membunuh. Dari ekspresinya jelas sekali jika ia tak bermain-main. “Enyahlah!” ucapnya datar.
Sato langsung terkejut melihat pandangan Ariel yang membuatnya terasa lumpuh hingga ke sumsum tulang. Tanpa disadari tubuhnya langsung roboh dan tercengang. Begitu Ariel melihat tingkah laku Sato yang memalukan, ia langsung berbalik dan keluar kelas.
Langit biru yang selimut di atap gedung terlihat sangat indah, angin sepoi-sepoi menyentuh lembut wajah Ariel yang sedang tertidur di permukaan atap. Ia merasa sangat nyaman menikmati sejuknya udara dan kedamaian yang tenang di sini. Tak ada orang yang membuatnya terganggu dan kesal, hanya ada dia seorang dan ia senang akan hal itu.
Kelopak matanya terbuka, ia menatap tajam langit yang ada di hadapannya. Terlihat sangat jauh dan luas, matanya melirik ke berbagai arah dan terlihat tak tenang. Sepertinya ada sesuatu yang mengganggu kenyamanannya. Ia bangkit dari rebahannya dan melihat ke arah pintu masuk gedung kampus. Sepertinya dugaan Ariel tepat, ternyata ia kini tak sendiri lagi di tempat itu.
Sesosok monster berbentuk manusia bunglon muncul di hadapannya, tak lama kemudian muncul kembali sosok monster berbentuk manusia kadal dan monster berbentuk manusia buaya. Ketiganya terlihat sangat bernafsu untuk segera membunuh Ariel.
“Hoo, ternyata sudah ada sambutan secara langsung dari kalian ya? Tak kusangka baru saja aku terbangun sudah mendapat sambutan seperti ini,” ucap Ariel.
“Serahkan kekuatanmu sekarang, Kamen Rider Deux!” ucap monster bunglon. lengannya tak mau berhenti meremas udara.
“Jika aku memang Kamen Rider Deux, apa mau kalian?” tanya Ariel dengan nada dingin.
“Kepalamu akan menjadi milik kami!” kata monster kadal cengengesan.
Ariel melirik ke daerah sekitar, ia menyadari sesuatu yang tak beres terjadi. Lalu ia menatap tajam ketiganya. “Sepertinya kalian tidak hanya bertiga ya?”
“Instingmu tajam juga ya?” ucap monster buaya.
Tak beberapa lama kemudian muncul delapan monster di atas atap gedung. Lima monster diantaranya berwujud serangga kumbang capit yang cukup besar berwarna ungu. Sementara ketiga sisanya ialah monster berwujud manusia kelabang hitam yang seluruh tubuhnya memiliki corak kaca mozaik.
“Hooo, banyak juga kalian ya?” kata Ariel sambil mengelus-elus dagunya.
Seluruh monster itu berlari ke arah Ariel dan bersiap menyerang kapan saja. Ariel hanya tersenyum miring melihat mereka dan bersiap menyambut serangan mereka. Para monster kumbang capit berusaha memukul Ariel namun selalu gagal, gerakan tubuhnya terlalu lambat sehingga semua serangannya selalu dapat terbaca dengan mudah.
Sedangkan para monster kelabang yang lebih cepat dari para monster kumbang capit pun masih terlihat kesulitan saat hendak memukul tubuh Ariel. Ini semua karena Ariel dapat membaca semua gerakan serangan para monster itu. Monster kadal menjulurkan lidah besinya dan mencengkram lengan Ariel, tak lama kemudian monster buaya pun mencengkram lengan Ariel lainnya dan mengunci gerakan pemuda itu.
“Sekarang juga akan ku ambil kekuatanmu!” kata monster bunglon yang kini mengeluarkan pedang dari taringnya.
“Apa kau yakin begitu?” tanya Ariel dengan wajah tersenyum menantang.
“Kau!” teriak monster bunglon dan memberikan aba-aba pada rekan-rekannya untuk menyerang Ariel secara serempak. Kesebelas monster itu pun melancarkan serangannya secara serentak.
Terdengar suara ledakan keras secara beruntun dari arah atas gedung kampus. Seluruh penghuni gedung langsung terkejut dengan suara ledakan dan guncangan yang baru saja terjadi. Beberapa orang dosen, karyawan kampus dan mahasiswa langsung beranjak dari kelas dan berlari ke arah sumber suara, termasuk salah satunya Asuka. Gadis itu sangat khawatir dengan Ariel yang sampai saat ini tak diketahui keberadaannya, apalagi ia tahu kalau atap gedung kampus merupakan salah satu tempat favorit Ariel untuk menghabiskan waktunya.
Asuka kemudian berlari di lorong dan menyalip beberapa orang yang sedang berlari ke arah yang sama. Ketika ia berlari melewati lorong yang tedapat mesin penjual minuman, Asuka melihat sosok yang sedang dicarinya sedang memasukan beberapa koin ke dalam mesin dan mengambil sebotol kopi susu yang dingin.
“Ariel? Kau tak apa-apa?” tanya Asuka dengan nada sangat khawatir.
Ariel nampak kebingungan dengan ekspresi yang ditunjukkan Asuka padanya. Ia kemudian mengangguk bingung. “Memangnya ada apa?”
“Apa kau tak mendengar ledakan keras dan guncangan yang baru saja terjadi?” tanya Asuka.
Ariel terkejut mendengar ucapan Asuka, lalu ia mengingat-ingat sesuatu. “Memangnya hal itu pernah terjadi ya?”
Asuka menatap wajah Ariel yang terlihat sangat kebingungan. Tidak mungkin Ariel berbohong akan hal ini jika ia mendengar suara ledakan yang terdengar jelas seperti itu. Lalu kalau begitu kenapa Ariel hingga tak menyadari kejadian itu, apakah ia tak menyadarinya ataukah ia sedang kehilangan kesadaran?
“Memangnya dari tadi kau dari mana?” tanya Asuka.
“Sepertinya aku tertidur di bawah tangga, begitu aku tersadar aku langsung ke sini untuk membeli ini,” ucap Ariel sambil memperlihatkan sebotol penuh susu kopi dingin di tangannya.
Mendengar jawaban Ariel, perasaan Asuka langsung tenang. Bodoh sekali dirinya mencurigai Ariel, mungkin ini karena tingkah laku Ariel yang aneh sebelumnya. Tak lama kemudian para dosen, karyawan dan mahasiswa yang turun dari atap gedung langsung mendisukusikan kejadian ini.
“Pak Akira, apa yang terjadi?” tanya Ariel pada dosen berambut keriting, berkulit hitam, serta bermata bulat.
Akira tak menjawabnya, hanya memberikan ekspresi bahwa tak ada masalah di atas sana. Ia dan beberapa dosen lainnya langsung menuju ruang dosen, sedangkan salah satu diantaranya sedang menghubungi kantor polisi untuk melaporkan kejadian yang baru saja terjadi.
Tak lama kemudian terdengar suara pengumuman yang menggema ke seluruh isi gedung, pengumuman itu menghimbau para mahasiswa agar segera meninggalkan gedung kampus dan mengevakuasikan diri. Para mahasiswa pun keluar dari gedung secara teratur dan tertib.
Sepulangnya dari kampus, Ariel tidak kembali ke rumah Tendou, melainkan ke rumahnya sendiri yang sangat besar dan megah. Begitu sampai di dalam rumah, ia segera mandi. Setelah selesai mandi dan membersihkan diri, Ariel duduk di meja makan khusus untuk dirinya. Ia sama sekali tak mau makan di ruang makan keluarga, karena ruangan itu terlalu besar dan terasa terlalu formal. Jadi semenjak lima tahun lalu ia meminta sebuah ruangan yang menghadap ke sebuah taman dan ingin ditata selayaknya ruang makan pada umumnya yang hanya terdiri dari meja, kursi, beberapa kabinet, dapur bersih, kulkas dan sebuah televisi.
Ariel mengambil nasi dari ‘rice cooker’ yang ada di mejanya. Kemudian ia isi lagi piringnya dengan lauk ikan cakalang dan cumi-cumi bakar. Sesudah itu, ia duduk di bangku yang telah disediakan. Namun, sebelum Ariel sempat menyantap makan siangnya, sesuatu terbesit di benaknya. Sesuatu tersebut yakni sikap Asuka yang sangat mengkhawatirkan dirinya, padahal seingatnya tidak ada yang terjadi pada dirinya. Setelah sarapan pagi di kampus, ia langsung berada di tangga kampus dan membeli minuman. Tapi, kenapa hanya itu yang bisa ia ingat? Sejak kapan ia ada di tangga setelah sarapan? Jangan-jangan ada sesuatu yang tak beres.
Di saat seperti itu, tiba-tiba seorang pria tua dengan rambut, kumis, dan janggut beruban, serta berjas hitam masuk ke ruangan tersebut.
“Tuan Ariel!” panggil pria tua itu yang membuat Ariel menoleh ke arahnya.
“Hn,” sahut Ariel malas.
“Ada yang ingin bertemu dengan tuan. Dia sedang menunggu di teras rumah,” ucap pria itu.
Dengan malas, Ariel pun beranjak dari tempat duduknya dan melenggang pergi. Pergi menuju teras rumah. begitu sampai di dekat pintu teras rumah, Ariel menoleh ke samping, ke arah seorang gadis yang sedang duduk di salah satu bangku yang ada.
Gadis berdress hitam itu pun menoleh ke arah Ariel.
Bukan main terkejutnya Ariel begitu melihat wajah si gadis. Sambil terkejut, ia bergumam, “M-M-Mai??”
Gadis yang sangat mirip dengan Mai Yatsushi yang sudah mendonorkan hatinya untuk Ariel itu tersenyum, lalu berkata, “Kau pemilik rumah ini ya? Terimakasih sudah mau menemuiku.”
Ariel yang masih terkejut hanya mengangguk, berusaha untuk mengendalikan keterkejutannya. Sementara gadis itu menyodorkan mangkuk berisi pudding mangga pada Ariel. Dengan tangan bergetar, Ariel menerima mangkuk berisi pudding tersebut.
“Kau kenapa? Apa kau kurang sehat?” tanya gadis itu dengan dahi mengernyit.
Ariel menggeleng cepat.
“Baguslah kalau begitu,” ucap si gadis sembari tersenyum. “Oh iya, namaku Miu, aku baru pindah ke sini dan membagikan pudding untuk para tetangga yang ada, sebagai salam perkenalan. Rumahku ada di sebelah rumahmu. Salam kenal yaa…”
Ariel yang sudah berhasil mengendalikan keterkejutannya tersenyum tipis dan berkata, “Terimakasih.”
“Sama-sama. Ngomong-ngomong, jika tak keberatan, mainlah ke rumahku,” kata miu.
Ariel mengangguk.
Miu tersenyum, “Aku pulang dulu yaa… Permisi….” Ia kemudian membungkuk, lalu pergi.
“Mai,” gumam Ariel dengan tatapan sayu menatap kepergian Miu.
Di sebuah gua yang terletak di perbukitan yang terdapat di ujung kota Tokyo, tempat yang sama sekali tak menarik perhatian orang-orang untuk memasukinya. Apalagi selama ini selalu saja ada kabar yang beredar mengenai keberadaan setan yang selalu memangsa siapa saja yang masuk ke dalam gua tersebut.
Di dalam gua terdapat banyak sekali lorong dan menyerupai sebuah labirin yang membingungkan. Jika melalui jalur yang benar maka akan menemui sebuah pintu besi raksasa yang memiliki rantai besar pada permukaannya.
Di salah satu ruangan yang ada di sana, seorang monster gurita, monster yang dilawan Sasword tempo hari bernama Octo, tengah berlutut di hadapan seseorang berjubah hitam yang hampir menutupi seluruh wajahnya. Seseorang berjubah hitam tersebut duduk di bangku hitam bertahtakan beberapa berlian.
“Jadi Kamen Rider Deux sudah menunjukkan dirinya?” kata orang berjubah itu. Dari suaranya yang berat jelas sekali bahwa dia laki-laki.
“Betul,” ucap Octo yang masih berlutut. “Maafkan hamba karena hamba tidak berani melawannya, karena para monster kuat kelas atas yang tergabung dalam pasukan ‘The Striker’ utusan tuan saja dikalahkan dengan mudah. Apalagi hamba. Sekali lagi, maafkan hamba.”
“Sepertinya mengambil kekuatan Deux tak semudah yang diperkirakan ya. Kalau begitu aku akan kerahkan pasukan yang lebih kuat lagi. Kali ini pasti berhasil!”
“Se-semoga saja.”
End Of Part
Diubah oleh Ariel.Matsuyama 26-10-2020 01:13
0
Kutip
Balas