TS
Ariel.Matsuyama
[FanFic] Kamen Rider Blitzer
![[FanFic] Kamen Rider Blitzer](https://dl.kaskus.id/ic.pics.livejournal.com/arielmatsuyama/83052924/5659/5659_900.png)
Kamen Rider Blitzer (仮面ライダー ブリッツァー)
Genre:Action | Drama | Adventure
Quote:
ATTENTION:
Meski tokoh utama dalam cerita ini adalah "Kamen Rider Blitzer", tapi ceritanya hampir sama seperti manga "Kamen Rider Spirits", bedanya disini semua Kamen Rider dari era Showa sampai yang terbaru satu dunia.
Meski tokoh utama dalam cerita ini adalah "Kamen Rider Blitzer", tapi ceritanya hampir sama seperti manga "Kamen Rider Spirits", bedanya disini semua Kamen Rider dari era Showa sampai yang terbaru satu dunia.
Spoiler for List Episode:
Episode 1: Hobi Membunuh
[Act 1] [Act 2] [Act 3 (End)]
Episode 2: Gerombolan Raja Minyak
[Act 1] [Act 2] [Act 3 (End)]
Episode 3: Gerombolan Raja Minyak Part 2
[Act 1] [Act 2 (End)]
Episode 4: Rival
[Act 1] [Act 2 (End)]
Episode 5: Dendam VS Dendam (Ide by: Dhodo Rukanda)
[Act 1] [Act 2 (End)]
Episode 6: Jalan Kegelapan
[Act 1] [Act 2 (End)]
Episode 7: Game Kematian
[Act 1] [Act 2 (End)]
Episode 8: Belalang Hitam
[Act 1] [Act 2 (End)]
Episode 9: MECHA - MONSTER
[Act 1] [Act 2] [Act 3] [Act 4 (End)]
Episode 10: NEGA
[Act 1] [Act 2] [Act 3 (End)]
Episode 11: Inilah Diriku!
[Act 1] [Act 2] [Act 3 (End)]
Episode 12: Darker
[Act 1] [Act 2 (End)]
Episode 13: Kapsul Penyelesai Masalah
[Act 1] [Act 2 (End)]
Episode 14: Kasus Kematian Aneh
[Act 1] [Act 2 (End)]
Episode 15: Pencuri Kekuatan
[Act 1] [Act 2 (End)]
Episode 16: Yami Rider
[Act 1] [Act 2 (End)]
Episode 17: Meringkus Yami RiderNEW!!
[Act 1] [Act 2 (End)]
[Act 1] [Act 2] [Act 3 (End)]
Episode 2: Gerombolan Raja Minyak
[Act 1] [Act 2] [Act 3 (End)]
Episode 3: Gerombolan Raja Minyak Part 2
[Act 1] [Act 2 (End)]
Episode 4: Rival
[Act 1] [Act 2 (End)]
Episode 5: Dendam VS Dendam (Ide by: Dhodo Rukanda)
[Act 1] [Act 2 (End)]
Episode 6: Jalan Kegelapan
[Act 1] [Act 2 (End)]
Episode 7: Game Kematian
[Act 1] [Act 2 (End)]
Episode 8: Belalang Hitam
[Act 1] [Act 2 (End)]
Episode 9: MECHA - MONSTER
[Act 1] [Act 2] [Act 3] [Act 4 (End)]
Episode 10: NEGA
[Act 1] [Act 2] [Act 3 (End)]
Episode 11: Inilah Diriku!
[Act 1] [Act 2] [Act 3 (End)]
Episode 12: Darker
[Act 1] [Act 2 (End)]
Episode 13: Kapsul Penyelesai Masalah
[Act 1] [Act 2 (End)]
Episode 14: Kasus Kematian Aneh
[Act 1] [Act 2 (End)]
Episode 15: Pencuri Kekuatan
[Act 1] [Act 2 (End)]
Episode 16: Yami Rider
[Act 1] [Act 2 (End)]
Episode 17: Meringkus Yami RiderNEW!!
[Act 1] [Act 2 (End)]
Spoiler for Realms:
*Theme Song
*Main Character
*Main Character 2 (In Process)
*Supporting Character (In Process)
*Villain NEW!!
*Main Character
*Main Character 2 (In Process)
*Supporting Character (In Process)
*Villain NEW!!
Quote:
Cerita ini juga diterbitkan di: WATTPAD
Diubah oleh Ariel.Matsuyama 08-02-2020 18:50
0
12.1K
Kutip
52
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Fanstuff
1.9KThread•347Anggota
Tampilkan semua post
TS
Ariel.Matsuyama
#28
Spoiler for Episode 9 Act 4:
Akan tetapi, tiba-tiba...
DUAKH!!
Sesuatu menghantam punggung Double hingga ia terlempar dari tempatnya berpijak. Meski begitu, Double masih mampu menjaga keseimbangan tubuhnya dan mendarat di tanah dengan posisi setengah berlutut. Ia melihat apa yang telah menghantamnya. Ternyata di tempat ia menodongkan magnum pada Blitzer tadi berlututlah sesosok rider ber-suit biru dan berlensa mata merah besar. Dia adalah Kamen Rider Dhroider.
"Kau ..." ucap Blitzer tak menyangka.
Dhroider terkejut melihat serangan pamungkasnya tidak mencederai lawannya.
"Khuhuhuhu... Cuma segitukah seranganmu?" kata Double pada Dhroider.
"Jangan sombong kau!" balas Dhroider.
Blitzer menatap bingung ke arah Dhroider. "Kenapa kau menolongku?"
"Siapa yang menolongmu?" kata Dhroider sambil menoleh ke arah Blitzer. "Aku yang daritadi menonton pertarunganmu hanya tidak ingin melihat pertarungan yang berat sebelah, dan sepertinya dia yang melawanmu itu adalah lawan yang menarik bagiku untuk bersenang-senang."
"Bersenang-senang katamu??" ucap Blitzer bingung.
"Diam dan lihat saja," balas Dhroider. Ia lalu mengambil selembar kartu putih dari dalam kotak sebelah kanan sabuknya yakni Dhroidcase. Kartu tersebut sama seperti kartu 'Techno Blade' milik Blitzer, yang membedakan hanya motif segitiga dan kotak kecilnya berwarna biru serta tulisan 'TECNO BLADE'-nya. Bagian yang seharusnya berwarna merah dari gambar pedangnya memiliki warna biru. Kartu tersebut lalu Dhroider masukkan ke dalam lubang kotak tipis yang ada di atas kepala sabuknya.
"TECHNO BLADE" Sabuk Dhroider menggema. Tak lama kemudian, muncul sebilah pedang hologram seperti yang tergambar pada kartu. Hologram itu lalu menjadi nyata dan langsung digenggam pegangannya oleh Dhroider.
"Kau diam saja di sini dulu!" ujar Dhroider sambil menatap Blitzer. "Karena selanjutnya, aku akan melawanmu!" Ia lalu berlari ke arah Double.
"Kenapa fungsi kartu-kartu yang dia miliki hampir sama dengan kartuku ya?" gumam Blitzer.
Double yang sudah menyiapkan toya perak di genggaman tangannya langsung mengayunkannya untuk menangkis serangan Dhroider yang datang.
TRINGG!!
Senjata mereka berdua pun beradu keras.
Setelah beradu senjata, Dhroider dan Double saling memainkan jurus untuk dapat melukai lawannya dengan senjata masing-masing. Tapi masing-masing dari mereka mampu menghindari setiap jurus yang datang.
TRINGG!! TRANGG!! TRINGG!!
Kedua senjata mereka kali ini beradu di udara dan terus seperti itu sampai beberapa saat. Sampai pada akhirnya, Dhroider melihat celah pada pertahanan Double persis ketika mereka berdua kembali menginjak tanah. Dengan cepat, Dhroider menyarangkan sabetan besar dan bertenaga pada dada Double, membuat Double mundur cukup jauh ke belakang.
"Boleh juga," ucap Double.
Dhroider lalu menekan permata biru pada kepala sabuknya.
Kepala sabuk itu, Dhroidrive, mengeluarkan suara, "POWER!!"
Mata pedang Dhroider langsung diselimuti putaran angin. Dhroider pun langsung mengangkat pedangnya ke atas, lalu ia ayunkan dengan keras ke bawah, membuat angin yang menyelimutinya melesat cepat ke arah Double.
Akan tetapi, dengan mudah Double menghalau angin tersebut dengan toyanya, hingga angin itu menubruk salah satu pilar stasiun sampai hancur.
"Apa??" ucap Dhroider tak percaya.
"Kau pikir serangan seperti itu mempan padaku?" cemooh Double. Kemudian ia mencabut Gaia Memory biru gelap yang ada di slot depan sabuknya dan menekan permukaan kotak kecil perak yang menempel di depan bawah Gaia Memory itu.
"MECHA!!" gema Gaia Memory tersebut.
Lalu Double menancapkan Gaia Memory itu di slot sebelah kanan sabuknya.
Sabuk pun bersuara, "MAXIMUM DRIVE!!"
Tangan kanan Double pun berubah menjadi 'meriam' berwarna biru gelap. Perlahan, meriam tersebut mengumpulkan titik api pada moncongnya.
"Mecha Cannon!!" teriak Double seraya menarik tuas di atas meriamnya dengan tangan kirinya.
Meriam itu langsung memuntahkan cahaya bulat yang dilapisi api berkobar. Cahaya tersebut melesat kencang ke arah Dhroider.
Tak sempat mengelak, Dhroider pun terkena serangan itu hingga terseret mundur lumayan jauh ke belakang terbawa cahaya tersebut dan meledak cukup hebat lalu kembali ke wujud manusianya, Jeth Higashi.
"Agh! Cuh!" Jeth muntah darah, tubuhnya serasa amat sakit dan kesemutan.
"Masih bisa bertahan rupanya," ucap Double yang kemudian berjalan perlahan ke arah Jeth.
Blitzer yang menyaksikan hal tersebut mengambil selembar kartu bergambar 'ledakan' dari dalam Blitzcase dengan tulisan 'CRITICAL BOMB'. Kartu tersebut memiliki pola segitiga merah bertepi emas serta kotak kecil merah seperti pada kartu-kartu sebelumnya. "Mungkin terpaksa harus menggunakan ini," ucapnya sesaat sebelum memasukkan kartu itu ke dalam lubang kotak tipis di atas kepala sabuknya.
Sabuk pun bergema, "CRITICAL BOMB!!"
Tubuh Blitzer langsung melayang di udara.
"Jeth, cepat pergi dari sini!" teriak Blitzer, tubuhnya melayang menghampiri Double.
Double menoleh ke atas, ke arah Blitzer yang sedang melayang. "Apa yang akan dia lakukan?"
"Pergi cepat, Jeth! Jika tidak, kita tidak akan bisa bertarung lagi!" lanjut Blitzer.
Jeth pun berdiri meski harus susah payah, kemudian ia menyentakkan kedua kakinya ke tanah sehingga tubuhnya terlontar ke atap stasiun. Setelah menatap Blitzer sebentar, ia pun pergi dari sana.
"Sekarang, bersiap-siaplah kau!" ucap Blitzer yang kemudian menekan permata merah di kepala sabuknya.
"POWER!!" Suara sabuk Blitzer.
"Jika seranganku kali ini tidak mempan juga, maka kaulah pemenangnya," ucap Blitzer.
Tidak lama setelah itu, dari samping kanan dan kiri Blitzer muncul besi besar setengah lingkaran berwarna merah dengan banyak bolongan. Besi tersebut kemudian menyatu dan membungkus tubuh Blitzer dan menjadi bulatan utuh. Bolongan-bolongan besi tersebut mengeluarkan asap dan langsung meluncur ke arah Double.
"Tidak semudah itu!" teriak Double yang langsung mengeluarkan toya peraknya untuk menahan besi merah yang membungkus tubuh Blitzer tersebut.
Namun, tenaga besi bulat itu lebih kuat sehingga meniban tubuh Double lalu meledak hebat. Ledakan tersebut langsung melibas tubuh Double dan menghancurkan stasiun kota serta daerah sekitarnya yang terkena radius ledakan. Tekanan ledakan mengluluh lantahkan daerah sekitar stasiun kota, bahkan akibat ledakan tersebut membuat atsmosfir langit menjadi aneh. Kilatan-kilatan petir muncul di berbagai penjuru langit menandakan akan terjadinya badai. Akibat permunculan udara panas secara tiba-tiba dan menghasilkan gesekan terhadap udara dinginnya kota pada saat itu membuat beberapa badai angin muncul secara serentak.
Ledakan terjadi selama beberapa menit yang mengakibatkan penduduk sekitar berduyun-duyun keluar dari kediamannya untuk mengevakuasikan diri dan keluarganya. Begitu cahaya ledakan mereda, seluruh pandangan para penduduk langsung menjadi gelap gulita. Mungkin ini karena perubahan cahaya secara spontan yang mengakibatkan mata langsung dipaksa menyesuaikan diri. Mobil-mobil kepolisian,
pemadam kebakaran, dan ambulans segera datang ke tempat kejadian untuk memberikan pertolongan kepada warga sekitar yang masih selamat. Pemandangan di sana sungguh mengerikan, bagaikan neraka saja. Reruntuhan dan puing-puing terlihat dimana-mana, kepulan asap putih mengepul dari reruntuhan dan puing-puing. Para peneliti dari bagian bencana, peneliti nuklir, serta peneliti bagian gas alam mulai berjalan-jalan memasuki area pusat ledakan yang tak lain adalah stasiun kota yang kini sama sekali tak memperlihatkan ciri sebuah stasiun. Mereka semua menggunakan baju kedap udara yang sangat tebal, bahkan kepala mereka ditutupi oleh tabung udara.
"Tak ada indikasi yang
menunjukan radiasi nuklir di sini," ucap peneliti nuklir sambil terus memperhatikan alat yang dibawanya.
"Begitu juga dengan
kami, tak ada indikasi kebocoran pipa gas di sini. Bahkan kandungan gas di sini sangat normal,” ucap peneliti gas yang sama bingungnya dengan peneliti lainnya.
Para peneliti bencana yang sedang mengecek reruntuhan dan puing-puing mulai mencatat semua kemungkinan yang terjadi. Mereka mulai membuat hipotesa yang nantinya akan dicocokkan dengan hasil penelitian yang telah keluar.
Tiba-tiba seorang peneliti tertarik pada bagian reruntuhan di daerah puing-puing stasiun kota. Begitu ia mulai membongkar puing-puing tersebut, ia terkejut melihat sosok pemuda yang penuh luka bakar dan hampir seluruh pakaian yang dikenakannya hangus terbakar. Pemuda itu membuka matanya sedikit dan melihat seseorang yang mengenakan pakaian kedap udara secara samar-samar. Dengan menggunakan sisa tenaganya, ia mencoba menggerakan tangannya.
"A-Aku tak akan menyerah," ucap pemuda tersebut terbata-bata sebelum akhirnya kehilangan kesadaran dan pingsan.
"Hei semuanya, ada yang selamat di sini!" teriak peneliti itu.
Seluruh peneliti langsung berkumpul di sekeliling pemuda itu. Beberapa peneliti bencana langsung mencari data tentang si pemuda lewat laptop khusus dengan sehelai rambut pemuda tersebut sebagai medianya. Hingga akhirnya semua data telah terkumpul.
"Aku telah mendapatkan datanya, ketua," ucap salah satu peneliti.
"Sebutkan data dirinya!" perintah ketua peneliti bencana.
"Menurut data yang
kudapat, pemuda ini bernama Matsuyama Ariel, berumur dua puluh tiga tahun dan beralamat di Zippon. Ia juga merupakan CEO Techno Corporation, dan salah satu orang penting di Jepang,” kata peneliti itu sambil membaca data analisis pada laptopnya.
"Apa? Jadi beliau adalah tuan Matsuyama Ariel yang terkenal itu? Tak kusangka akan melihat anda dalam keadaan seperti ini, Tuan Matsuyama,” ucap ketua peneliti sambil memandang sedih kepada Ariel.
Suasana di daerah puing-puing itu terasa sangat sunyi dan kelam, bahkan jauh lebih mengerikan dibandingkan film horor yang menceritakan suasana kota mati yang sangat menyeramkan. Ini lebih menyerupai neraka mini yang muncul ke permukaan. Yang jelas nasib Ariel tergantung pada bala bantuan yang datang ke tempat itu.
DUAKH!!
Sesuatu menghantam punggung Double hingga ia terlempar dari tempatnya berpijak. Meski begitu, Double masih mampu menjaga keseimbangan tubuhnya dan mendarat di tanah dengan posisi setengah berlutut. Ia melihat apa yang telah menghantamnya. Ternyata di tempat ia menodongkan magnum pada Blitzer tadi berlututlah sesosok rider ber-suit biru dan berlensa mata merah besar. Dia adalah Kamen Rider Dhroider.
"Kau ..." ucap Blitzer tak menyangka.
Dhroider terkejut melihat serangan pamungkasnya tidak mencederai lawannya.
"Khuhuhuhu... Cuma segitukah seranganmu?" kata Double pada Dhroider.
"Jangan sombong kau!" balas Dhroider.
Blitzer menatap bingung ke arah Dhroider. "Kenapa kau menolongku?"
"Siapa yang menolongmu?" kata Dhroider sambil menoleh ke arah Blitzer. "Aku yang daritadi menonton pertarunganmu hanya tidak ingin melihat pertarungan yang berat sebelah, dan sepertinya dia yang melawanmu itu adalah lawan yang menarik bagiku untuk bersenang-senang."
"Bersenang-senang katamu??" ucap Blitzer bingung.
"Diam dan lihat saja," balas Dhroider. Ia lalu mengambil selembar kartu putih dari dalam kotak sebelah kanan sabuknya yakni Dhroidcase. Kartu tersebut sama seperti kartu 'Techno Blade' milik Blitzer, yang membedakan hanya motif segitiga dan kotak kecilnya berwarna biru serta tulisan 'TECNO BLADE'-nya. Bagian yang seharusnya berwarna merah dari gambar pedangnya memiliki warna biru. Kartu tersebut lalu Dhroider masukkan ke dalam lubang kotak tipis yang ada di atas kepala sabuknya.
"TECHNO BLADE" Sabuk Dhroider menggema. Tak lama kemudian, muncul sebilah pedang hologram seperti yang tergambar pada kartu. Hologram itu lalu menjadi nyata dan langsung digenggam pegangannya oleh Dhroider.
"Kau diam saja di sini dulu!" ujar Dhroider sambil menatap Blitzer. "Karena selanjutnya, aku akan melawanmu!" Ia lalu berlari ke arah Double.
"Kenapa fungsi kartu-kartu yang dia miliki hampir sama dengan kartuku ya?" gumam Blitzer.
Double yang sudah menyiapkan toya perak di genggaman tangannya langsung mengayunkannya untuk menangkis serangan Dhroider yang datang.
TRINGG!!
Senjata mereka berdua pun beradu keras.
Setelah beradu senjata, Dhroider dan Double saling memainkan jurus untuk dapat melukai lawannya dengan senjata masing-masing. Tapi masing-masing dari mereka mampu menghindari setiap jurus yang datang.
TRINGG!! TRANGG!! TRINGG!!
Kedua senjata mereka kali ini beradu di udara dan terus seperti itu sampai beberapa saat. Sampai pada akhirnya, Dhroider melihat celah pada pertahanan Double persis ketika mereka berdua kembali menginjak tanah. Dengan cepat, Dhroider menyarangkan sabetan besar dan bertenaga pada dada Double, membuat Double mundur cukup jauh ke belakang.
"Boleh juga," ucap Double.
Dhroider lalu menekan permata biru pada kepala sabuknya.
Kepala sabuk itu, Dhroidrive, mengeluarkan suara, "POWER!!"
Mata pedang Dhroider langsung diselimuti putaran angin. Dhroider pun langsung mengangkat pedangnya ke atas, lalu ia ayunkan dengan keras ke bawah, membuat angin yang menyelimutinya melesat cepat ke arah Double.
Akan tetapi, dengan mudah Double menghalau angin tersebut dengan toyanya, hingga angin itu menubruk salah satu pilar stasiun sampai hancur.
"Apa??" ucap Dhroider tak percaya.
"Kau pikir serangan seperti itu mempan padaku?" cemooh Double. Kemudian ia mencabut Gaia Memory biru gelap yang ada di slot depan sabuknya dan menekan permukaan kotak kecil perak yang menempel di depan bawah Gaia Memory itu.
"MECHA!!" gema Gaia Memory tersebut.
Lalu Double menancapkan Gaia Memory itu di slot sebelah kanan sabuknya.
Sabuk pun bersuara, "MAXIMUM DRIVE!!"
Tangan kanan Double pun berubah menjadi 'meriam' berwarna biru gelap. Perlahan, meriam tersebut mengumpulkan titik api pada moncongnya.
"Mecha Cannon!!" teriak Double seraya menarik tuas di atas meriamnya dengan tangan kirinya.
Meriam itu langsung memuntahkan cahaya bulat yang dilapisi api berkobar. Cahaya tersebut melesat kencang ke arah Dhroider.
Tak sempat mengelak, Dhroider pun terkena serangan itu hingga terseret mundur lumayan jauh ke belakang terbawa cahaya tersebut dan meledak cukup hebat lalu kembali ke wujud manusianya, Jeth Higashi.
"Agh! Cuh!" Jeth muntah darah, tubuhnya serasa amat sakit dan kesemutan.
"Masih bisa bertahan rupanya," ucap Double yang kemudian berjalan perlahan ke arah Jeth.
Blitzer yang menyaksikan hal tersebut mengambil selembar kartu bergambar 'ledakan' dari dalam Blitzcase dengan tulisan 'CRITICAL BOMB'. Kartu tersebut memiliki pola segitiga merah bertepi emas serta kotak kecil merah seperti pada kartu-kartu sebelumnya. "Mungkin terpaksa harus menggunakan ini," ucapnya sesaat sebelum memasukkan kartu itu ke dalam lubang kotak tipis di atas kepala sabuknya.
Sabuk pun bergema, "CRITICAL BOMB!!"
Tubuh Blitzer langsung melayang di udara.
"Jeth, cepat pergi dari sini!" teriak Blitzer, tubuhnya melayang menghampiri Double.
Double menoleh ke atas, ke arah Blitzer yang sedang melayang. "Apa yang akan dia lakukan?"
"Pergi cepat, Jeth! Jika tidak, kita tidak akan bisa bertarung lagi!" lanjut Blitzer.
Jeth pun berdiri meski harus susah payah, kemudian ia menyentakkan kedua kakinya ke tanah sehingga tubuhnya terlontar ke atap stasiun. Setelah menatap Blitzer sebentar, ia pun pergi dari sana.
"Sekarang, bersiap-siaplah kau!" ucap Blitzer yang kemudian menekan permata merah di kepala sabuknya.
"POWER!!" Suara sabuk Blitzer.
"Jika seranganku kali ini tidak mempan juga, maka kaulah pemenangnya," ucap Blitzer.
Tidak lama setelah itu, dari samping kanan dan kiri Blitzer muncul besi besar setengah lingkaran berwarna merah dengan banyak bolongan. Besi tersebut kemudian menyatu dan membungkus tubuh Blitzer dan menjadi bulatan utuh. Bolongan-bolongan besi tersebut mengeluarkan asap dan langsung meluncur ke arah Double.
"Tidak semudah itu!" teriak Double yang langsung mengeluarkan toya peraknya untuk menahan besi merah yang membungkus tubuh Blitzer tersebut.
Namun, tenaga besi bulat itu lebih kuat sehingga meniban tubuh Double lalu meledak hebat. Ledakan tersebut langsung melibas tubuh Double dan menghancurkan stasiun kota serta daerah sekitarnya yang terkena radius ledakan. Tekanan ledakan mengluluh lantahkan daerah sekitar stasiun kota, bahkan akibat ledakan tersebut membuat atsmosfir langit menjadi aneh. Kilatan-kilatan petir muncul di berbagai penjuru langit menandakan akan terjadinya badai. Akibat permunculan udara panas secara tiba-tiba dan menghasilkan gesekan terhadap udara dinginnya kota pada saat itu membuat beberapa badai angin muncul secara serentak.
Ledakan terjadi selama beberapa menit yang mengakibatkan penduduk sekitar berduyun-duyun keluar dari kediamannya untuk mengevakuasikan diri dan keluarganya. Begitu cahaya ledakan mereda, seluruh pandangan para penduduk langsung menjadi gelap gulita. Mungkin ini karena perubahan cahaya secara spontan yang mengakibatkan mata langsung dipaksa menyesuaikan diri. Mobil-mobil kepolisian,
pemadam kebakaran, dan ambulans segera datang ke tempat kejadian untuk memberikan pertolongan kepada warga sekitar yang masih selamat. Pemandangan di sana sungguh mengerikan, bagaikan neraka saja. Reruntuhan dan puing-puing terlihat dimana-mana, kepulan asap putih mengepul dari reruntuhan dan puing-puing. Para peneliti dari bagian bencana, peneliti nuklir, serta peneliti bagian gas alam mulai berjalan-jalan memasuki area pusat ledakan yang tak lain adalah stasiun kota yang kini sama sekali tak memperlihatkan ciri sebuah stasiun. Mereka semua menggunakan baju kedap udara yang sangat tebal, bahkan kepala mereka ditutupi oleh tabung udara.
"Tak ada indikasi yang
menunjukan radiasi nuklir di sini," ucap peneliti nuklir sambil terus memperhatikan alat yang dibawanya.
"Begitu juga dengan
kami, tak ada indikasi kebocoran pipa gas di sini. Bahkan kandungan gas di sini sangat normal,” ucap peneliti gas yang sama bingungnya dengan peneliti lainnya.
Para peneliti bencana yang sedang mengecek reruntuhan dan puing-puing mulai mencatat semua kemungkinan yang terjadi. Mereka mulai membuat hipotesa yang nantinya akan dicocokkan dengan hasil penelitian yang telah keluar.
Tiba-tiba seorang peneliti tertarik pada bagian reruntuhan di daerah puing-puing stasiun kota. Begitu ia mulai membongkar puing-puing tersebut, ia terkejut melihat sosok pemuda yang penuh luka bakar dan hampir seluruh pakaian yang dikenakannya hangus terbakar. Pemuda itu membuka matanya sedikit dan melihat seseorang yang mengenakan pakaian kedap udara secara samar-samar. Dengan menggunakan sisa tenaganya, ia mencoba menggerakan tangannya.
"A-Aku tak akan menyerah," ucap pemuda tersebut terbata-bata sebelum akhirnya kehilangan kesadaran dan pingsan.
"Hei semuanya, ada yang selamat di sini!" teriak peneliti itu.
Seluruh peneliti langsung berkumpul di sekeliling pemuda itu. Beberapa peneliti bencana langsung mencari data tentang si pemuda lewat laptop khusus dengan sehelai rambut pemuda tersebut sebagai medianya. Hingga akhirnya semua data telah terkumpul.
"Aku telah mendapatkan datanya, ketua," ucap salah satu peneliti.
"Sebutkan data dirinya!" perintah ketua peneliti bencana.
"Menurut data yang
kudapat, pemuda ini bernama Matsuyama Ariel, berumur dua puluh tiga tahun dan beralamat di Zippon. Ia juga merupakan CEO Techno Corporation, dan salah satu orang penting di Jepang,” kata peneliti itu sambil membaca data analisis pada laptopnya.
"Apa? Jadi beliau adalah tuan Matsuyama Ariel yang terkenal itu? Tak kusangka akan melihat anda dalam keadaan seperti ini, Tuan Matsuyama,” ucap ketua peneliti sambil memandang sedih kepada Ariel.
Suasana di daerah puing-puing itu terasa sangat sunyi dan kelam, bahkan jauh lebih mengerikan dibandingkan film horor yang menceritakan suasana kota mati yang sangat menyeramkan. Ini lebih menyerupai neraka mini yang muncul ke permukaan. Yang jelas nasib Ariel tergantung pada bala bantuan yang datang ke tempat itu.
=***=
To Be Continued
To Be Continued
Diubah oleh Ariel.Matsuyama 31-01-2020 18:40
0
Kutip
Balas