TS
Ariel.Matsuyama
[FanFic] Kamen Rider Blitzer
![[FanFic] Kamen Rider Blitzer](https://dl.kaskus.id/ic.pics.livejournal.com/arielmatsuyama/83052924/5659/5659_900.png)
Kamen Rider Blitzer (仮面ライダー ブリッツァー)
Genre:Action | Drama | Adventure
Quote:
ATTENTION:
Meski tokoh utama dalam cerita ini adalah "Kamen Rider Blitzer", tapi ceritanya hampir sama seperti manga "Kamen Rider Spirits", bedanya disini semua Kamen Rider dari era Showa sampai yang terbaru satu dunia.
Meski tokoh utama dalam cerita ini adalah "Kamen Rider Blitzer", tapi ceritanya hampir sama seperti manga "Kamen Rider Spirits", bedanya disini semua Kamen Rider dari era Showa sampai yang terbaru satu dunia.
Spoiler for List Episode:
Episode 1: Hobi Membunuh
[Act 1] [Act 2] [Act 3 (End)]
Episode 2: Gerombolan Raja Minyak
[Act 1] [Act 2] [Act 3 (End)]
Episode 3: Gerombolan Raja Minyak Part 2
[Act 1] [Act 2 (End)]
Episode 4: Rival
[Act 1] [Act 2 (End)]
Episode 5: Dendam VS Dendam (Ide by: Dhodo Rukanda)
[Act 1] [Act 2 (End)]
Episode 6: Jalan Kegelapan
[Act 1] [Act 2 (End)]
Episode 7: Game Kematian
[Act 1] [Act 2 (End)]
Episode 8: Belalang Hitam
[Act 1] [Act 2 (End)]
Episode 9: MECHA - MONSTER
[Act 1] [Act 2] [Act 3] [Act 4 (End)]
Episode 10: NEGA
[Act 1] [Act 2] [Act 3 (End)]
Episode 11: Inilah Diriku!
[Act 1] [Act 2] [Act 3 (End)]
Episode 12: Darker
[Act 1] [Act 2 (End)]
Episode 13: Kapsul Penyelesai Masalah
[Act 1] [Act 2 (End)]
Episode 14: Kasus Kematian Aneh
[Act 1] [Act 2 (End)]
Episode 15: Pencuri Kekuatan
[Act 1] [Act 2 (End)]
Episode 16: Yami Rider
[Act 1] [Act 2 (End)]
Episode 17: Meringkus Yami RiderNEW!!
[Act 1] [Act 2 (End)]
[Act 1] [Act 2] [Act 3 (End)]
Episode 2: Gerombolan Raja Minyak
[Act 1] [Act 2] [Act 3 (End)]
Episode 3: Gerombolan Raja Minyak Part 2
[Act 1] [Act 2 (End)]
Episode 4: Rival
[Act 1] [Act 2 (End)]
Episode 5: Dendam VS Dendam (Ide by: Dhodo Rukanda)
[Act 1] [Act 2 (End)]
Episode 6: Jalan Kegelapan
[Act 1] [Act 2 (End)]
Episode 7: Game Kematian
[Act 1] [Act 2 (End)]
Episode 8: Belalang Hitam
[Act 1] [Act 2 (End)]
Episode 9: MECHA - MONSTER
[Act 1] [Act 2] [Act 3] [Act 4 (End)]
Episode 10: NEGA
[Act 1] [Act 2] [Act 3 (End)]
Episode 11: Inilah Diriku!
[Act 1] [Act 2] [Act 3 (End)]
Episode 12: Darker
[Act 1] [Act 2 (End)]
Episode 13: Kapsul Penyelesai Masalah
[Act 1] [Act 2 (End)]
Episode 14: Kasus Kematian Aneh
[Act 1] [Act 2 (End)]
Episode 15: Pencuri Kekuatan
[Act 1] [Act 2 (End)]
Episode 16: Yami Rider
[Act 1] [Act 2 (End)]
Episode 17: Meringkus Yami RiderNEW!!
[Act 1] [Act 2 (End)]
Spoiler for Realms:
*Theme Song
*Main Character
*Main Character 2 (In Process)
*Supporting Character (In Process)
*Villain NEW!!
*Main Character
*Main Character 2 (In Process)
*Supporting Character (In Process)
*Villain NEW!!
Quote:
Cerita ini juga diterbitkan di: WATTPAD
Diubah oleh Ariel.Matsuyama 08-02-2020 18:50
0
12.1K
Kutip
52
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Fanstuff
1.9KThread•343Anggota
Tampilkan semua post
TS
Ariel.Matsuyama
#32
UPDATE!!
Spoiler for Episode 11: Inilah Diriku!:
Aizawa University, Kota Zippon - Jepang, Senin 10 Februari 2020, pukul 07:00.
Di aula kampus, Jito dan Bakugou mencegat Tokichi yang sedang berjalan.
"Hey, beri aku uang dong! Kebetulan aku sedang tidak punya uang banyak," kata Jito sambil mengadahkan tangan pada Tokichi.
Dengan perasaan takut Tokichi berkata, "Uangku juga pas-pasan. Besok kalau ada uang lebih aku berikan."
"Hey!" Jito menarik kerah baju Tokichi dan mencengkramnya dengan keras. "Aku butuh sekarang!"
Bakugou yang ada di samping Jito langsung merogoh setiap saku di baju dan celana Tokichi, dan akhirnya Bakugou menemukan dompet berwarna cokelat di saku belakang sebelah kanan celana Tokichi.
"Hey, kembalikan!" ucap Tokichi. "Aku nanti tidak ada uang untuk ongkos pulang."
"Itu deritamu," kata Jito yang kemudian melepas cengkramannya dari kerah baju Tokichi dan melihat Bakugou yang sedang menghitung uang di dompet Tokichi.
"Lumayan juga," ucap Bakugou sambil menghitung uang itu.
"Kembalikan... Kumohon kembalikan...," pinta Tokichi memelas dan kemudian mencoba meraih dompetnya dari tangan Bakugou.
Tapi dengan gesit tangan Bakugou berkelit, hingga Tokichi tidak mendapatkan apapun.
"Hahaha. Dengan uang ini, kami bisa puas jajan!" ujar Bakugou.
Di saat seperti itu, tiba-tiba tangan Bakugou yang memegang dompet Tokichi dipegang oleh seseorang.
"Kembalikan dompet itu!" perintah orang tersebut.
"A-A-Ariel?" ucap Bakugou sambil melirik orang itu.
"Ariel...." Tokichi yang melihatnya langsung tersenyum lega.
"Kembalikan kubilang!" perintah Ariel lagi.
Dengan tangan bergetar dan perasaan takut, Bakugou mengembalikan dompet yang dipegangnya pada Tokichi. Setelah itu, ia dan Jito lari pontang-panting.
"Terimakasih, Ariel...," ucap Tokichi. "Bagaimana caranya agar kuat sepertimu? Aku ingin menjadi sepertimu agar tidak diinjak-injak oleh orang lain."
Ariel hanya diam.
"Kumohon Ariel... Beritahu padaku." Tokichi lalu membungkuk. "Kumohon..."
Ariel memejamkan matanya sebentar, kemudian menjawab, "Satu-satunya cara adalah berusaha keras. Latih tubuhmu sampai kau kuat menghadapi orang-orang macam mereka tadi."
"Hanya itu saja?" tanya Tokichi yang sudah tidak membungkuk lagi.
"Dulu aku juga sepertimu, bahkan lebih parah lagi. Tapi aku berusaha keras hingga bisa seperti sekarang." Ariel kemudian berjalan meninggalkan Tokichi.
ketika berjalan, pikiran Ariel melayang ke masa dia masih duduk di bangku SD.
-Flashback-
Saat masih SD, Ariel adalah orang yang dikucilkan oleh teman-temannya karena lemah dan tak bisa apa-apa. Di sekolah bernama SD Zippon, begitu masuk melewati gerbang, Ariel melihat dua orang siswi tengah mengobrol di bangku panjang sambil membaca buku pelajaran. Ariel menghampiri mereka.
Dengan senyum di wajahnya, ia menyapa dua murid perempuan tersebut, "Halo... Aku boleh ikut gabung tidak?"
Dua orang murid perempuan itu menatap Ariel dengan tatapan sinis kemudian berbisik-bisik.
Salah seorang dari mereka lalu berkata, "Enak saja ikut gabung! Kamu itu kan 'Si Pecundang', yang paling hina disini. Nanti yang ada kita juga diejek plus dijauhi oleh orang lagi kalau berteman denganmu. Pergi sana!"
Dengan menahan sedih di hatinya, Ariel pun melanjutkan langkahnya. Namun, cobaan tidak sampai disitu saja. Begitu ia berjalan di aula sekolah, ia diselengkat oleh seseorang hingga jatuh. Orang-orang yang ada disekitar aula menertawakannya. Itu adalah perbuatan seorang anak bertubuh jangkung dan bermata belo bernama 'Akab' yang merupakan algojo di sekolah tersebut. Ia ditemani oleh temannya, `Dungo`, yang berbadan gendut dan matanya sangat sipit serta berambut botak. Meski baru kelas 4, tapi semua siswa takut padanya, termasuk siswa kelas 5 dan 6. Tidak cukup sampai disitu, Akab merampas semua uang jajan milik Ariel dan kemudian melemparkan tasnya ke atas genteng. Air mata Ariel menetes dan ia tumpahkan semua kesedihannya. Setelah Akab dan Dungo pergi, tiba-tiba seseorang muncul dan berkata, "Butuh bantuan?"
Ketika masuk kelas, Akab dan Dungo yang kebetulan sekelas dengan Ariel kaget melihat Ariel yg sedang membaca komik di mejanya. Ia pun berpikir ingin membully Ariel lagi, tapi tiba-tiba guru datang. Akab dan Dungo langsung pergi ke tempat duduk mereka dan pelajaran pun dimulai.
Pada jam istirahat, Ariel menyapa ramah orang-orang yang sedang mengobrol di dekat aula, malah ia ingin bergabung. Namun, ia malah ditolak dan diejek. Berkali-kali ia menyapa dan ingin bergabung dengan teman-teman sekolahnya yang sedang bermain, mengobrol, dan lain-lain, tapi yg ada mereka selalu mengejek serta menolak Ariel untuk bergabung. Di saat seperti itu, tiba-tiba Akab dan Dungo datang.
"Hey, Si Pecundang. Bukumu sepertinya bagus. Bisa kau berikan padaku?" ucap Akab yang melirik buku komik berjudul 'Strong Knight' yang dipegang Ariel.
"A-aku b-belum selesai membacanya. Nanti saja ya...," jawab Ariel.
Mendengarnya, Akab jadi emosi dan langsung menarik kerah baju Ariel. "Kubilang sekarang, Pecundang!"
Tiba-tiba, tanpa disadari Akab, lengannya dipelintir oleh seseorang lalu perutnya ditendang hingga terpental dan jatuh terduduk.
Dungo yang melihatnya terkejut. "Kau!"
"Kazuya?" ucap Akab, menyebut nama orang yang membuatnya terpental itu.
"Pergi kalian dari sini, atau kuhabisi!" gertak Kazuya. Matanya tajam seperti elang dihiasi oleh kacamata kotak. Ia memiliki hidung mancung, bibir tipis, daun telinga kecil, dan rambut pendek belah pinggir.
Akab berdiri dan berlari dari sana, diikuti oleh Dungo di belakangnya.
"Terimakasih, Kazuya," ucap Ariel sambil tersenyum.
Kazuya membalas senyuman Ariel. "Sama-sama. Kita ke kantin yuk!"
"Um!" Angguk Ariel sembari tersenyum.
Mereka berdua pun akhirnya pergi ke kantin. Disana, Ariel yang sudah tidak punya uang lagi dibelikan makanan serta minuman oleh Kazuya dan sekalian mengobrol. Sekali lagi, Ariel berterimakasih pada Kazuya atas semuanya, termasuk sudah repot-repot meminjam tangga untuk mengambilkan tas Ariel yg disangkutkan oleh Akab diatas genteng. Ariel merasa sedih, ia tak mau terus merepotkan Kazuya yang selalu menolongnya. Apalagi, dari sekian banyak siswa yang menjauhinya, cuma Kazuya lah yang mau berteman dengannya. Meski bagi Kazuya hal itu bukanlah suatu masalah. Ia akan tetap membantu Ariel kapanpun dibutuhkan. Karena baginya, berteman itu tidak boleh pilih-pilih. Kazuya adalah anak yang baik, ramah, sopan, kuat, pintar, dan pemberani. Di sekolah, cuma dia yang mampu menumbangkan Akab dan Dungo. Sementara Ariel, mulai dari ia beranjak naik kelas 2, ia sering dikerjai Akab dan Dungo karena satu kelas. Sampai akhirnya, Ariel jadi langganan bully kedua anak bandel itu karena Ariel tidak mampu melawan serta tidak pernah melaporkannya ke guru. Dan dari sekian banyak anak, dialah yg paling lemah dan tak bisa apa-apa. Dari sanalah, Akab menjulikinya 'Si Pecundang'. Sejak saat itu, tidak ada yg mau berteman bahkan dekat dgn anak seperti Ariel biarpun Ariel terus mencoba untuk berteman dengan teman-teman sekitarnya tersebut. Mengenal Kazuya adalah suatu keberuntungan bagi Ariel. Berawal dari dia dikerjai di kantin dan ditolong Kazuya. Setelah kejadian itu, mereka berteman dan sering bertukar pikiran, meski sampai sekarang mereka selalu beda kelas.
Tak terasa bel masuk berbunyi. Mendengarnya, Ariel dan Kazuya pun kembali ke kelas masing-masing. Ariel di kelas 4A, sementara Kazuya kelas 4B.
Tak lama kemudian, guru masuk ke kelas Ariel dan pelajaran pun dimulai.
Ketika sang guru memberikan pertanyaan pada murid-muridnya, Ariel selalu menjawab pertanyaan tersebut dengan jawaban salah, semua siswa langsung menertawakannya, terutama Akab dan Dungo mereka paling keras tertawanya.
Waktu berlalu begitu cepat, semua pelajaran di sekolah usai sudah. Semua siswa pulang ke rumahnya masing-masing.
Ariel dijemput oleh sopirnya, ia pulang naik mobil. Begitu sudah sampai di depan pintu rumah, Ariel mengetuk pintu dan berkata, "Aku pulang!"
Tak lama, pintu dibuka oleh seorang wanita berambut panjang lurus dan berponi, berwajah oval, serta berhidung mancung. Matanya yang sayu terlihat teduh. "Selamat datang!" ucap bibir sensualnya sambil tersenyum.
Setelah itu, Ariel langsung masuk ke dalam rumah besar dan mewah tersebut.
"Ayo Ariel makan dulu! Ibu masak makanan kesukaanmu lho!" ucap wanita bernama Hammy Matsuyama itu.
"Benarkah?" Mata Ariel berbinar. "Terimakasih, ibu."
Tiba-tiba seorang pria tinggi tegap dan berkumis tebal datang. Pria itu memiliki wajah lonjong, mata sipit, hidung pipih, bibir kecil, daun telinga sedang, dan rahang yang kokoh. Rambutnya yang ikal terlihat disir rapih ke samping.
"Ariel, perlihatkan nilai sekolahmu hari ini padaku!" pinta laki-laki itu. Ia bernama Ren Matsuyama.
Dengan perasaan takut dan tangan gemetaran, Ariel mengambil beberapa buku dari tas hitamnya kemudian ia berikan pada Ren.
Ren mengambil lalu memeriksa buku-buku itu. Sesekali, ia menggeleng melihat halaman demi halaman buku tersebut. "Apa tidak ada nilai yang lebih bagus lagi selain 2?" tanya Ren dengan nada keras.
Ariel tertunduk.
"KENAPA KAU DIAM SAJA, HAH?!" bentak Ren. "Nilaimu semuanya 0, paling tinggi hanya 2."
"Cukup ayah!" kata Hammy sambil memandang Ren. "Ariel... Ayo sekarang kau istirahat dulu! Setelah itu jangan lupa makan yaa...," lanjutnya sambil melirik Ariel dan tersenyum.
Ariel mengangguk, dengan wajah lesu ia pun pergi dari sana. Begitu sampai di kamarnya yang terletak di lantai atas, Ariel langsung merebahkan dirinya di kasur. Ia sangat sedih dengan kehidupannya yang sangat menderita. Ia berpikir kenapa ia harus lahir ke dunia jika harus mengalami berbagai macam hal buruk yang membuatnya tidak ingin hidup lagi? Di saat seperti itu, tiba-tiba Ariel mendengar suara ribut-ribut dari lantai bawah. Suara itu milik ibu dan ayahnya yang berdebat mengenai dirinya. Ibunya terus membela Ariel, sedangkan ayahnya terus memojokkan Ariel dan mengatakan Ariel anak yang tidak berguna dan lebih baik ditaruh di panti asuhan saja. Ariel memang kaya raya, tapi hidupnya tidaklah bahagia, karena hampir setiap hari ia mendengar pertengkaran ayah dan ibunya yang berbeda pendapat mengenai dirinya, ayahnya selalu memojokkannya sementara ibunya selalu membelanya. Ariel hanya bisa berharap agar hal itu cepat berlalu.
Esoknya di SD Zippon, Akab dan Dungo terlihat sedang memalak seorang anak berkulit hitam dengan rambut yang keriting. Ariel yang kebetulan melihat hal itu segera berlari ke tempat kejadian.
"Hey kalian! Hentikan!" teriak Ariel.
Akab dan Dungo pun menoleh ke arah Ariel.
"Apa kau bilang?" Dungo langsung menarik kerah baju Ariel.
"Apa kalian tidak kasihan pada orang-orang yang selalu kalian palak?" tanya Ariel. "Mereka kan juga butuh uang untuk jajan. Di mana hati kalian?!"
"Berisik!!" teriak Dungo yang langsung meninju Ariel hingga jatuh terjerembab dan berdarah di bibirnya.
"Tolong kembalikan uang dia! Sebagai gantinya, kalian boleh mengambil semua uangku!" ucap Ariel.
"Hmm ..." Akab berpikir sebentar, sebelum akhirnya berkata, "Baiklah."
Ariel pun mengeluarkan semua uang yang dia punya dan langsung diambil oleh Dungo.
Setelah mengembalikan uang si bocah keriting bernama Kizama itu, Akab dan Dungo pergi dengan hati riang sambil tertawa terbahak-bahak karena ternyata uang Ariel jauh lebih banyak dibanding uang Kizama.
.
.
.
Ketika jam istirahat tiba, di kantin, Kizama akhirnya bisa gembira. Ia jajan bersama teman-temannya, bercanda, dan bercengkrama. Tak lama kemudian, Ariel datang. Ia ikut senang melihat Kizama senang.
"Hai, Kizama...," sapa Ariel. "Akhirnya kau bisa jajan juga ya." Ia pun tersenyum.
Dahi Kizama mengernyit. Dengan tatapan sinis ia berkata, "Dasar Pecundang! Untuk apa kau ke sini, hah?! Ingin meminta jajan padaku kah?"
"Ti-tidak kok," jawab Ariel. "Aku hanya senang saja melihat temanku senang. Apakah aku boleh bergabung dengan kalian?"
"Teman?? Bergabung?? Lebih baik kau berkaca sana!" balas Kizama. "Orang sepertimu tidak pantas bergabung di sini! PERGI!"
Ariel langsung tertunduk lesu. Dengan perasaan sedih, ia pergi dari tempat itu.
Setelah bel masuk berbunyi dan semua murid masuk ke kelas masing-masing, di kelas 4A wali kelas mengumumkan kalau besok libur caturwulan selama satu bulan. Dan selama satu bulan itu mereka harus menulis pengalaman paling berharga mereka selama satu bulan penuh. Setelah itu, sekolah dibubarkan. Hari ini pulang cepat. Di depan gerbang sekolah, setelah agak sepi, Akab mendorong Ariel yg baru saja keluar hingga jatuh. Seperti biasa, ia berdua dgn Dungo. Akab bilang, "Maaf, sengaja." sambil tertawa terbahak-bahak. Setelah itu Ariel ditendangi habis-habisan oleh mereka berdua. Setelah puas, mereka berdua pun pergi meninggalkan Ariel yang menangis dan meringis kesakitan di tepi jalan. Seragam sekolah bocah itu kotor semua.
Di aula kampus, Jito dan Bakugou mencegat Tokichi yang sedang berjalan.
"Hey, beri aku uang dong! Kebetulan aku sedang tidak punya uang banyak," kata Jito sambil mengadahkan tangan pada Tokichi.
Dengan perasaan takut Tokichi berkata, "Uangku juga pas-pasan. Besok kalau ada uang lebih aku berikan."
"Hey!" Jito menarik kerah baju Tokichi dan mencengkramnya dengan keras. "Aku butuh sekarang!"
Bakugou yang ada di samping Jito langsung merogoh setiap saku di baju dan celana Tokichi, dan akhirnya Bakugou menemukan dompet berwarna cokelat di saku belakang sebelah kanan celana Tokichi.
"Hey, kembalikan!" ucap Tokichi. "Aku nanti tidak ada uang untuk ongkos pulang."
"Itu deritamu," kata Jito yang kemudian melepas cengkramannya dari kerah baju Tokichi dan melihat Bakugou yang sedang menghitung uang di dompet Tokichi.
"Lumayan juga," ucap Bakugou sambil menghitung uang itu.
"Kembalikan... Kumohon kembalikan...," pinta Tokichi memelas dan kemudian mencoba meraih dompetnya dari tangan Bakugou.
Tapi dengan gesit tangan Bakugou berkelit, hingga Tokichi tidak mendapatkan apapun.
"Hahaha. Dengan uang ini, kami bisa puas jajan!" ujar Bakugou.
Di saat seperti itu, tiba-tiba tangan Bakugou yang memegang dompet Tokichi dipegang oleh seseorang.
"Kembalikan dompet itu!" perintah orang tersebut.
"A-A-Ariel?" ucap Bakugou sambil melirik orang itu.
"Ariel...." Tokichi yang melihatnya langsung tersenyum lega.
"Kembalikan kubilang!" perintah Ariel lagi.
Dengan tangan bergetar dan perasaan takut, Bakugou mengembalikan dompet yang dipegangnya pada Tokichi. Setelah itu, ia dan Jito lari pontang-panting.
"Terimakasih, Ariel...," ucap Tokichi. "Bagaimana caranya agar kuat sepertimu? Aku ingin menjadi sepertimu agar tidak diinjak-injak oleh orang lain."
Ariel hanya diam.
"Kumohon Ariel... Beritahu padaku." Tokichi lalu membungkuk. "Kumohon..."
Ariel memejamkan matanya sebentar, kemudian menjawab, "Satu-satunya cara adalah berusaha keras. Latih tubuhmu sampai kau kuat menghadapi orang-orang macam mereka tadi."
"Hanya itu saja?" tanya Tokichi yang sudah tidak membungkuk lagi.
"Dulu aku juga sepertimu, bahkan lebih parah lagi. Tapi aku berusaha keras hingga bisa seperti sekarang." Ariel kemudian berjalan meninggalkan Tokichi.
ketika berjalan, pikiran Ariel melayang ke masa dia masih duduk di bangku SD.
-Flashback-
Saat masih SD, Ariel adalah orang yang dikucilkan oleh teman-temannya karena lemah dan tak bisa apa-apa. Di sekolah bernama SD Zippon, begitu masuk melewati gerbang, Ariel melihat dua orang siswi tengah mengobrol di bangku panjang sambil membaca buku pelajaran. Ariel menghampiri mereka.
Dengan senyum di wajahnya, ia menyapa dua murid perempuan tersebut, "Halo... Aku boleh ikut gabung tidak?"
Dua orang murid perempuan itu menatap Ariel dengan tatapan sinis kemudian berbisik-bisik.
Salah seorang dari mereka lalu berkata, "Enak saja ikut gabung! Kamu itu kan 'Si Pecundang', yang paling hina disini. Nanti yang ada kita juga diejek plus dijauhi oleh orang lagi kalau berteman denganmu. Pergi sana!"
Dengan menahan sedih di hatinya, Ariel pun melanjutkan langkahnya. Namun, cobaan tidak sampai disitu saja. Begitu ia berjalan di aula sekolah, ia diselengkat oleh seseorang hingga jatuh. Orang-orang yang ada disekitar aula menertawakannya. Itu adalah perbuatan seorang anak bertubuh jangkung dan bermata belo bernama 'Akab' yang merupakan algojo di sekolah tersebut. Ia ditemani oleh temannya, `Dungo`, yang berbadan gendut dan matanya sangat sipit serta berambut botak. Meski baru kelas 4, tapi semua siswa takut padanya, termasuk siswa kelas 5 dan 6. Tidak cukup sampai disitu, Akab merampas semua uang jajan milik Ariel dan kemudian melemparkan tasnya ke atas genteng. Air mata Ariel menetes dan ia tumpahkan semua kesedihannya. Setelah Akab dan Dungo pergi, tiba-tiba seseorang muncul dan berkata, "Butuh bantuan?"
Ketika masuk kelas, Akab dan Dungo yang kebetulan sekelas dengan Ariel kaget melihat Ariel yg sedang membaca komik di mejanya. Ia pun berpikir ingin membully Ariel lagi, tapi tiba-tiba guru datang. Akab dan Dungo langsung pergi ke tempat duduk mereka dan pelajaran pun dimulai.
Pada jam istirahat, Ariel menyapa ramah orang-orang yang sedang mengobrol di dekat aula, malah ia ingin bergabung. Namun, ia malah ditolak dan diejek. Berkali-kali ia menyapa dan ingin bergabung dengan teman-teman sekolahnya yang sedang bermain, mengobrol, dan lain-lain, tapi yg ada mereka selalu mengejek serta menolak Ariel untuk bergabung. Di saat seperti itu, tiba-tiba Akab dan Dungo datang.
"Hey, Si Pecundang. Bukumu sepertinya bagus. Bisa kau berikan padaku?" ucap Akab yang melirik buku komik berjudul 'Strong Knight' yang dipegang Ariel.
"A-aku b-belum selesai membacanya. Nanti saja ya...," jawab Ariel.
Mendengarnya, Akab jadi emosi dan langsung menarik kerah baju Ariel. "Kubilang sekarang, Pecundang!"
Tiba-tiba, tanpa disadari Akab, lengannya dipelintir oleh seseorang lalu perutnya ditendang hingga terpental dan jatuh terduduk.
Dungo yang melihatnya terkejut. "Kau!"
"Kazuya?" ucap Akab, menyebut nama orang yang membuatnya terpental itu.
"Pergi kalian dari sini, atau kuhabisi!" gertak Kazuya. Matanya tajam seperti elang dihiasi oleh kacamata kotak. Ia memiliki hidung mancung, bibir tipis, daun telinga kecil, dan rambut pendek belah pinggir.
Akab berdiri dan berlari dari sana, diikuti oleh Dungo di belakangnya.
"Terimakasih, Kazuya," ucap Ariel sambil tersenyum.
Kazuya membalas senyuman Ariel. "Sama-sama. Kita ke kantin yuk!"
"Um!" Angguk Ariel sembari tersenyum.
Mereka berdua pun akhirnya pergi ke kantin. Disana, Ariel yang sudah tidak punya uang lagi dibelikan makanan serta minuman oleh Kazuya dan sekalian mengobrol. Sekali lagi, Ariel berterimakasih pada Kazuya atas semuanya, termasuk sudah repot-repot meminjam tangga untuk mengambilkan tas Ariel yg disangkutkan oleh Akab diatas genteng. Ariel merasa sedih, ia tak mau terus merepotkan Kazuya yang selalu menolongnya. Apalagi, dari sekian banyak siswa yang menjauhinya, cuma Kazuya lah yang mau berteman dengannya. Meski bagi Kazuya hal itu bukanlah suatu masalah. Ia akan tetap membantu Ariel kapanpun dibutuhkan. Karena baginya, berteman itu tidak boleh pilih-pilih. Kazuya adalah anak yang baik, ramah, sopan, kuat, pintar, dan pemberani. Di sekolah, cuma dia yang mampu menumbangkan Akab dan Dungo. Sementara Ariel, mulai dari ia beranjak naik kelas 2, ia sering dikerjai Akab dan Dungo karena satu kelas. Sampai akhirnya, Ariel jadi langganan bully kedua anak bandel itu karena Ariel tidak mampu melawan serta tidak pernah melaporkannya ke guru. Dan dari sekian banyak anak, dialah yg paling lemah dan tak bisa apa-apa. Dari sanalah, Akab menjulikinya 'Si Pecundang'. Sejak saat itu, tidak ada yg mau berteman bahkan dekat dgn anak seperti Ariel biarpun Ariel terus mencoba untuk berteman dengan teman-teman sekitarnya tersebut. Mengenal Kazuya adalah suatu keberuntungan bagi Ariel. Berawal dari dia dikerjai di kantin dan ditolong Kazuya. Setelah kejadian itu, mereka berteman dan sering bertukar pikiran, meski sampai sekarang mereka selalu beda kelas.
Tak terasa bel masuk berbunyi. Mendengarnya, Ariel dan Kazuya pun kembali ke kelas masing-masing. Ariel di kelas 4A, sementara Kazuya kelas 4B.
Tak lama kemudian, guru masuk ke kelas Ariel dan pelajaran pun dimulai.
Ketika sang guru memberikan pertanyaan pada murid-muridnya, Ariel selalu menjawab pertanyaan tersebut dengan jawaban salah, semua siswa langsung menertawakannya, terutama Akab dan Dungo mereka paling keras tertawanya.
Waktu berlalu begitu cepat, semua pelajaran di sekolah usai sudah. Semua siswa pulang ke rumahnya masing-masing.
Ariel dijemput oleh sopirnya, ia pulang naik mobil. Begitu sudah sampai di depan pintu rumah, Ariel mengetuk pintu dan berkata, "Aku pulang!"
Tak lama, pintu dibuka oleh seorang wanita berambut panjang lurus dan berponi, berwajah oval, serta berhidung mancung. Matanya yang sayu terlihat teduh. "Selamat datang!" ucap bibir sensualnya sambil tersenyum.
Setelah itu, Ariel langsung masuk ke dalam rumah besar dan mewah tersebut.
"Ayo Ariel makan dulu! Ibu masak makanan kesukaanmu lho!" ucap wanita bernama Hammy Matsuyama itu.
"Benarkah?" Mata Ariel berbinar. "Terimakasih, ibu."
Tiba-tiba seorang pria tinggi tegap dan berkumis tebal datang. Pria itu memiliki wajah lonjong, mata sipit, hidung pipih, bibir kecil, daun telinga sedang, dan rahang yang kokoh. Rambutnya yang ikal terlihat disir rapih ke samping.
"Ariel, perlihatkan nilai sekolahmu hari ini padaku!" pinta laki-laki itu. Ia bernama Ren Matsuyama.
Dengan perasaan takut dan tangan gemetaran, Ariel mengambil beberapa buku dari tas hitamnya kemudian ia berikan pada Ren.
Ren mengambil lalu memeriksa buku-buku itu. Sesekali, ia menggeleng melihat halaman demi halaman buku tersebut. "Apa tidak ada nilai yang lebih bagus lagi selain 2?" tanya Ren dengan nada keras.
Ariel tertunduk.
"KENAPA KAU DIAM SAJA, HAH?!" bentak Ren. "Nilaimu semuanya 0, paling tinggi hanya 2."
"Cukup ayah!" kata Hammy sambil memandang Ren. "Ariel... Ayo sekarang kau istirahat dulu! Setelah itu jangan lupa makan yaa...," lanjutnya sambil melirik Ariel dan tersenyum.
Ariel mengangguk, dengan wajah lesu ia pun pergi dari sana. Begitu sampai di kamarnya yang terletak di lantai atas, Ariel langsung merebahkan dirinya di kasur. Ia sangat sedih dengan kehidupannya yang sangat menderita. Ia berpikir kenapa ia harus lahir ke dunia jika harus mengalami berbagai macam hal buruk yang membuatnya tidak ingin hidup lagi? Di saat seperti itu, tiba-tiba Ariel mendengar suara ribut-ribut dari lantai bawah. Suara itu milik ibu dan ayahnya yang berdebat mengenai dirinya. Ibunya terus membela Ariel, sedangkan ayahnya terus memojokkan Ariel dan mengatakan Ariel anak yang tidak berguna dan lebih baik ditaruh di panti asuhan saja. Ariel memang kaya raya, tapi hidupnya tidaklah bahagia, karena hampir setiap hari ia mendengar pertengkaran ayah dan ibunya yang berbeda pendapat mengenai dirinya, ayahnya selalu memojokkannya sementara ibunya selalu membelanya. Ariel hanya bisa berharap agar hal itu cepat berlalu.
Esoknya di SD Zippon, Akab dan Dungo terlihat sedang memalak seorang anak berkulit hitam dengan rambut yang keriting. Ariel yang kebetulan melihat hal itu segera berlari ke tempat kejadian.
"Hey kalian! Hentikan!" teriak Ariel.
Akab dan Dungo pun menoleh ke arah Ariel.
"Apa kau bilang?" Dungo langsung menarik kerah baju Ariel.
"Apa kalian tidak kasihan pada orang-orang yang selalu kalian palak?" tanya Ariel. "Mereka kan juga butuh uang untuk jajan. Di mana hati kalian?!"
"Berisik!!" teriak Dungo yang langsung meninju Ariel hingga jatuh terjerembab dan berdarah di bibirnya.
"Tolong kembalikan uang dia! Sebagai gantinya, kalian boleh mengambil semua uangku!" ucap Ariel.
"Hmm ..." Akab berpikir sebentar, sebelum akhirnya berkata, "Baiklah."
Ariel pun mengeluarkan semua uang yang dia punya dan langsung diambil oleh Dungo.
Setelah mengembalikan uang si bocah keriting bernama Kizama itu, Akab dan Dungo pergi dengan hati riang sambil tertawa terbahak-bahak karena ternyata uang Ariel jauh lebih banyak dibanding uang Kizama.
.
.
.
Ketika jam istirahat tiba, di kantin, Kizama akhirnya bisa gembira. Ia jajan bersama teman-temannya, bercanda, dan bercengkrama. Tak lama kemudian, Ariel datang. Ia ikut senang melihat Kizama senang.
"Hai, Kizama...," sapa Ariel. "Akhirnya kau bisa jajan juga ya." Ia pun tersenyum.
Dahi Kizama mengernyit. Dengan tatapan sinis ia berkata, "Dasar Pecundang! Untuk apa kau ke sini, hah?! Ingin meminta jajan padaku kah?"
"Ti-tidak kok," jawab Ariel. "Aku hanya senang saja melihat temanku senang. Apakah aku boleh bergabung dengan kalian?"
"Teman?? Bergabung?? Lebih baik kau berkaca sana!" balas Kizama. "Orang sepertimu tidak pantas bergabung di sini! PERGI!"
Ariel langsung tertunduk lesu. Dengan perasaan sedih, ia pergi dari tempat itu.
Setelah bel masuk berbunyi dan semua murid masuk ke kelas masing-masing, di kelas 4A wali kelas mengumumkan kalau besok libur caturwulan selama satu bulan. Dan selama satu bulan itu mereka harus menulis pengalaman paling berharga mereka selama satu bulan penuh. Setelah itu, sekolah dibubarkan. Hari ini pulang cepat. Di depan gerbang sekolah, setelah agak sepi, Akab mendorong Ariel yg baru saja keluar hingga jatuh. Seperti biasa, ia berdua dgn Dungo. Akab bilang, "Maaf, sengaja." sambil tertawa terbahak-bahak. Setelah itu Ariel ditendangi habis-habisan oleh mereka berdua. Setelah puas, mereka berdua pun pergi meninggalkan Ariel yang menangis dan meringis kesakitan di tepi jalan. Seragam sekolah bocah itu kotor semua.
Diubah oleh Ariel.Matsuyama 11-01-2020 18:27
0
Kutip
Balas