TS
Ariel.Matsuyama
[FanFic] Kamen Rider Blitzer
![[FanFic] Kamen Rider Blitzer](https://dl.kaskus.id/ic.pics.livejournal.com/arielmatsuyama/83052924/5659/5659_900.png)
Kamen Rider Blitzer (仮面ライダー ブリッツァー)
Genre:Action | Drama | Adventure
Quote:
ATTENTION:
Meski tokoh utama dalam cerita ini adalah "Kamen Rider Blitzer", tapi ceritanya hampir sama seperti manga "Kamen Rider Spirits", bedanya disini semua Kamen Rider dari era Showa sampai yang terbaru satu dunia.
Meski tokoh utama dalam cerita ini adalah "Kamen Rider Blitzer", tapi ceritanya hampir sama seperti manga "Kamen Rider Spirits", bedanya disini semua Kamen Rider dari era Showa sampai yang terbaru satu dunia.
Spoiler for List Episode:
Episode 1: Hobi Membunuh
[Act 1] [Act 2] [Act 3 (End)]
Episode 2: Gerombolan Raja Minyak
[Act 1] [Act 2] [Act 3 (End)]
Episode 3: Gerombolan Raja Minyak Part 2
[Act 1] [Act 2 (End)]
Episode 4: Rival
[Act 1] [Act 2 (End)]
Episode 5: Dendam VS Dendam (Ide by: Dhodo Rukanda)
[Act 1] [Act 2 (End)]
Episode 6: Jalan Kegelapan
[Act 1] [Act 2 (End)]
Episode 7: Game Kematian
[Act 1] [Act 2 (End)]
Episode 8: Belalang Hitam
[Act 1] [Act 2 (End)]
Episode 9: MECHA - MONSTER
[Act 1] [Act 2] [Act 3] [Act 4 (End)]
Episode 10: NEGA
[Act 1] [Act 2] [Act 3 (End)]
Episode 11: Inilah Diriku!
[Act 1] [Act 2] [Act 3 (End)]
Episode 12: Darker
[Act 1] [Act 2 (End)]
Episode 13: Kapsul Penyelesai Masalah
[Act 1] [Act 2 (End)]
Episode 14: Kasus Kematian Aneh
[Act 1] [Act 2 (End)]
Episode 15: Pencuri Kekuatan
[Act 1] [Act 2 (End)]
Episode 16: Yami Rider
[Act 1] [Act 2 (End)]
Episode 17: Meringkus Yami RiderNEW!!
[Act 1] [Act 2 (End)]
[Act 1] [Act 2] [Act 3 (End)]
Episode 2: Gerombolan Raja Minyak
[Act 1] [Act 2] [Act 3 (End)]
Episode 3: Gerombolan Raja Minyak Part 2
[Act 1] [Act 2 (End)]
Episode 4: Rival
[Act 1] [Act 2 (End)]
Episode 5: Dendam VS Dendam (Ide by: Dhodo Rukanda)
[Act 1] [Act 2 (End)]
Episode 6: Jalan Kegelapan
[Act 1] [Act 2 (End)]
Episode 7: Game Kematian
[Act 1] [Act 2 (End)]
Episode 8: Belalang Hitam
[Act 1] [Act 2 (End)]
Episode 9: MECHA - MONSTER
[Act 1] [Act 2] [Act 3] [Act 4 (End)]
Episode 10: NEGA
[Act 1] [Act 2] [Act 3 (End)]
Episode 11: Inilah Diriku!
[Act 1] [Act 2] [Act 3 (End)]
Episode 12: Darker
[Act 1] [Act 2 (End)]
Episode 13: Kapsul Penyelesai Masalah
[Act 1] [Act 2 (End)]
Episode 14: Kasus Kematian Aneh
[Act 1] [Act 2 (End)]
Episode 15: Pencuri Kekuatan
[Act 1] [Act 2 (End)]
Episode 16: Yami Rider
[Act 1] [Act 2 (End)]
Episode 17: Meringkus Yami RiderNEW!!
[Act 1] [Act 2 (End)]
Spoiler for Realms:
*Theme Song
*Main Character
*Main Character 2 (In Process)
*Supporting Character (In Process)
*Villain NEW!!
*Main Character
*Main Character 2 (In Process)
*Supporting Character (In Process)
*Villain NEW!!
Quote:
Cerita ini juga diterbitkan di: WATTPAD
Diubah oleh Ariel.Matsuyama 08-02-2020 18:50
0
12.1K
Kutip
52
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Fanstuff
1.9KThread•347Anggota
Tampilkan semua post
TS
Ariel.Matsuyama
#17
Spoiler for Episode 5: Dendam VS Dendam:
Kota Zippon - Jepang, Kamis 16 Januari 2020, pukul 07:00.
Sebuah bus berwarna merah corak biru berhenti di sebuah halte. Pintu bus itu terbuka, dan dari dalamnya keluar seorang gadis berambut panjang dengan poni menutupi alisnya serta bagian samping poni yang panjang. Gadis itu adalah Izumi. Hari ini ia mengenakan baju kaos berwarna jingga, hotpants biru, serta sepatu hak tinggi merah, tak ketinggalan gelang emas dengan jumlah yang banyak menghiasi lengan kanannya, sementara lengan kirinya dilingkari jam berwarna hitam. Saat itu hujan sangat lebat. Izumi berlari dengan cepat menuju halte yang tinggal beberapa langkah saja. Sesampainya di halte, Izumi terkejut karena ada Ariel yang tengah duduk di sana. Izumi menatap Ariel sambil tersenyum. Namun Ariel membalasnya dengan tatapan acuh. Kemudian Izumi pun duduk di samping Ariel.
Ariel mengambil smartphone hitam berlambang Blitz Crest di belakangnya dari saku sebelah kiri belakang celananya, kemudian mengetuk nomor seseorang yang tertera di layar. Setelah itu ia menempelkan bagian depan smartphone itu di telinganya.
"Bagaimana motorku? Apa sudah selesai diperbaikinya?" tanya Ariel, ia tengah menelepon seseorang. "Oh, baiklah."
Ariel kemudian menyudahi panggilan itu dan kembali mengantongi smartphonenya.
Daritadi, Izumi terus menerus curi-curi pandang pada Ariel dan sesekali tersenyum, padahal Ariel meliriknya pun tidak. Ariel lebih dingin dibanding cuaca pagi ini.
"Hujan... Dingin...," kata Izumi.
Ariel membuka jaketnya dan menutupi kepalanya dengan jaket itu. Izumi bergerak, seolah Ariel ingin menutupi kepalanya juga. Tapi yang terjadi, Ariel segera pergi dari tempat tersebut.
Izumi menggembungkan pipinya, menginjak-injak lantai dengan sebal sambil menggerutu tidak karuan. Dalam hati, ia terus berharap Ariel memberi perhatian padanya dan sudi dekat dengannya.
Universitas Aizawa, Kota Zippon - Jepang, pukul 10:00.
"Yamada Izumi!" panggil seorang dosen wanita berambut panjang sebahu ber-nametag 'Nagata' pada Izumi yang tengah berjalan menuju pintu keluar.
Izumi berhenti, kemudian berbalik. "Iya, bu?"
"Tolong bawa buku-buku ini ke ruangan dosen yaa... Ibu mau ada urusan sebentar." Tunjuk Nagata pada tumpukan buku yang ada di atas meja di hadapannya.
"Baik, bu," jawab Izumi. Dosen itu pun melenggang pergi keluar kelas.
Izumi lalu membawa tumpukan buku itu pergi ke luar kelas. Izumi berjalan sambil bersenandung lagu favoritnya. Selangkah demi selangkah ia lalui dengan bersenandung ria. Sampai akhirnya, langkahnya berhenti.
"Ariel?" ucap Izumi begitu melihat seorang pria berponi miring dan berjaket yang merupakan laki-laki pujaannya sedang berjalan dengan arah yang menuju ke arahnya. "Hmm ..."
Izumi kembali melangkah. Melangkah menuju Ariel. Dan, begitu jaraknya sudah dekat dengan Ariel, ia dengan sengaja menjatuhkan tubuhnya di hadapan Ariel hingga buku-buku yang dibawanya berserakan.
Akan tetapi, hidup tak seindah Drama Jepang. Bukannya membantu, Ariel justu mengacuhkan Izumi dan terus berjalan, seolah tidak melihat apa-apa. Bukan main sebalnya Izumi pada saat itu. Nasibnya sungguh malang.
Komplek Moechan, Kota Zippon - Jepang, pukul 20:00.
"Apa??? Akhirnya mereka jadi suami istri???" kata Fumiko yang kemudian tertawa mendengar celotehan seorang gadis berambut pendek seleher di sampingnya.
Gadis di samping Fumiko itu memiliki wajah oval, alis mata tipis, mata sipit dengan bulu mata lentik, hidung pipih, dan daun telinga besar berhiaskan anting berbandul bulat warna hijau.
Gadis itu tertawa, memperlihatkan giginya yang rapih dari balik mulut yang kecil. "Iya. Dan menurut kabar yang ku dengar, sekarang mereka sudah punya anak."
Gadis itu bisa dibilang memiliki tubuh yang sangat seksi dengan payudara besar yang belahannya terlihat dari baju kaos ketat merah jambunya yang dilapisi jaket hitam lengan pendek. Bokongnya pun besar dan ditutup oleh celana jeans biru ketat.
"Padahal dulu kan mereka musuh bebuyutan," ucap Fumiko. Saat ini ia mengenakan kaos hitam bergambar rubah dan celana pendek hitam juga.
Tiba-tiba, pintu ruangan tersebut, tepatnya kamar Fumiko, diketuk oleh seseorang.
"Masuk! Tidak dikunci!" teriak Fumiko.
Pintu pun terbuka. Dan yang membukanya adalah Ariel.
"Eh, Ariel? Ada apa?" tanya Fumiko yang tengah duduk di kasur serba putih bersama si gadis seksi.
"Aku hanya ingin berkunjung. Boleh?" jawab Ariel.
"Ah, kau seperti baru kenal aku saja," kata Fumiko. "Ya tentu saja boleh."
Ariel kemudian berjalan menghampiri Fumiko. Ketika sampai di depan Fumiko, Ariel menatap si gadis seksi itu dengan tatapan sinis selama beberapa detik.
"Oh iya, Ariel, kenalkan ini teman SMP ku, namanya Chieki. Dia baru pulang dari Eropa," kata Fumiko sambil menunjuk gadis seksi di samping kanannya dengan kesemua jarinya. "Chieki, kenalkan, ini Ariel, sahabatku dari kecil," lanjutnya sambil menunjuk Ariel dengan kesemua jarinya.
Ariel dan Chieki pun berjabat tangan.
"Rikuya Chieki," ucap Chieki.
"Matsuyama Ariel," balas Ariel. Selesai berjabat tangan, ia duduk di kursi belajar Fumiko yang ada di belakangnya.
"Oh iya, sampai dimana tadi?" tanya Fumiko sambil menengok ke arah Chieki.
"Sampai di Junko punya anak," jawab Chieki.
"Oh iya!"
Akhirnya, mereka berdua pun mengobrol lagi, mengacuhkan Ariel yang tengah membaca komik berjudul 'Masked Knight' milik Fumiko yang diambilnya di atas meja belajar gadis itu.
Setelah sekian lama mengobrol, akhirnya Chieki mohon pamit dan pergi.
"Fumiko, memangnya rumah temanmu itu dimana?" Ariel menoleh ke arah Fumiko setelah menaruh komik yang ia baca di atas meja.
Fumiko menjawab, "Di daerah Kasagara. Memangnya kenapa?"
"Tidak apa-apa. Hanya bertanya," balas Ariel.
Kacao Night Club, Kota Zippon - Jepang, Jum'at 17 Januari 2020, pukul 00:00
"Bu, aku pesan wanita penghibur satu, yang paling cantik dan seksi yaa... Soal uang itu perkara mudah," ucap seorang pria dengan dandanan 'parlente' serba hitam pada seorang wanita berambut keriting berpakaian serba oranye, roknya mini dan bajunya lengan buntung.
Wanita berwajah bulat itu menjawab, "Baik, ikut aku!"
Selain berwajah bulat, wanita itu memiliki alis tipis, bulu mata lentik ditempel mascara, mata sipit, hidung agak mancung, bibir tebal, dan daun telinga kecil yang dihiasi sepasang anting berbandul kotak biru.
Pria berpakaian parlente tadi mengikuti si wanita berjalan meninggalkan meja bar. Wanita tersebut membawanya ke sebuah kamar berpintu cokelat. Begitu pintu itu dibuka, pemandangan yang terlihat adalah seorang gadis yang tengah memainkan smartphone bercasing abu-abu duduk di kasur serba putih.
"Chieki, tolong layani tamu kita dengan baik!" perintah si wanita berambut keriting. Ternyata gadis yang tengah memainkan smartphone itu adalah Chieki, teman Fumiko.
Chieki pun menoleh ke ambang pintu dan mengangguk.
"Wah, cantik dan seksinyaaa...," ucap si pria parlente terkagum.
Wanita keriting tadi mengarahkan ke semua jarinya ke dalam kamar dan menatap si pria parlente. "Silahkan masuk! Jangan lupa kunci pintunya." Ia lalu memberikan sebuah kunci pada si pria
Pria parlente itu mengangguk. Setelah menerima kunci, ia pun masuk ke dalam kamar, setelah itu menguncinya.
"Kau cantik dan seksi sekali," ucap si pria parlente sambil memandang Chieki, lalu membuka jaketnya dan menghampiri Chieki.
Chieki berdiri. Si pria parlente itu merangkul pinggang Chieki dan mengambil posisi untuk mencium bibirnya.
Akan tetapi...
JLEB!
Perut pria parlente itu tertembus oleh pisau. Tubuhnya pun mengejang. Rupanya Chieki telah menusuknya.
"A-a-apa-apaan ini???" kata si pria parlente.
Chieki memutar-mutar pisau yang ia tusukkan itu. Si pria parlente mengerang-erang kesakitan. Saat Chieki menarik kembali pisaunya, pria parlente tersebut jatuh ke lantai dan tewas bersimbah darah.
"Semua laki-laki harus mati! Karena mereka semua sama saja," ucap Chieki dengan tatapan tajam.
Universitas Aizawa, Kota Zippon - Jepang, pukul 10:15.
Di sebuah dojo kampus itu, seseorang berseragam 'karate' warna putih lengkap dengan sabuk hitam terpental ke arah pintu. Tak lama setelahnya, seorang berpakaian sama juga terpental ke arah yang sama, disusul tiga orang lagi dengan pakaian sama juga.
"Percuma kalian memiliki sabuk hitam kalau keroyokan saja tidak mampu merobohkanku," ucap seorang pemuda berpakaian serupa dengan orang-orang yang terpental ke arah pintu itu. Dia adalah Ariel Matsuyama. "Membosankan sekali."
Seorang pria berpakaian sama muncul dari ambang pintu. Wajahnya oval, kulitnya putih, alisnya tebal, matanya sipit, hidungnya pipih, bibirnya sedang, dan daun telinganya pun juga sedang. Ia memiliki kerutan di wajahnya.
"Bagaimana jika aku yang menjadi lawanmu?" ucap orang itu.
"Pa-paman Kotaro?" Ariel terkejut dengan kehadiran pria bernama lengkap 'Kotaro Minami' tersebut.
Kotaro masuk ke dalam dojo lalu membungkukkan badannya di hadapan Ariel.
"Baiklah," ucap Ariel yang kemudian juga membungkukkan badannya.
Lalu, mereka pun memasang kuda-kuda. Tangan kanan mereka mengepal dan menekuk ke depan, tangan kirinya dikepalkan di samping pinggang, kaki kanannya agak menekuk ke depan, dan kaki kirinya agak menekuk ke belakang. Mereka lalu melangkah dengan menyerongkah tubuh masing-masing, Ariel ke kanan, Kotaro ke kiri, sebelum akhirnya menyongsong lawan masing-masing.
Ariel dan Kotaro terus mengirimkan beragam combo pukulan dan tendangan. Hindaran dan tangkisan tidak ketinggalan mewarnai pertarungan itu. Saat ini posisi mereka terlihat stagnan dan tak jelas siapa yang memimpin dan siapa yang berada dalam posisi terjepit. Hal tersebut terus berlangsung selama beberapa menit.
Sampai pada akhirnya, mereka berdua adu tendangan di udara. Kotaro terlempar ke belakang, begitu pula Ariel. Setelah berdiri, mereka pun membungkuk sebagai tanda akhir dari pertarungan.
Usai bertarung di dojo dan berganti pakaian, Ariel mengajak Kotaro ke kantin. Di sana, mereka membeli sekaleng susu kopi dingin dan duduk sambil mengobrol.
"Tak kusangka kemampuanmu sudah meningkat pesat dibanding sebelumnya," ucap Kotaro. Saat ini, ia tengah memakai baju putih bergaris-garis tebal hitam yang dibalut jaket putih bercorak hitam di bagian ujung tangan dan di bagian bawah badan jaket. Jaket tersebut ia gulung sampai di bawah siku, dan retsletingnya dibuka sedikit sampai batas perut. Celana yang dikenakannya adalah celana panjang putih yang dilingkari sabuk hitam di pinggangnya. Kedua tangannya dilapisi sarung tangan putih dengan bagian punggung bolong serta bagian setengah jari bolong. Kakinya dihiasi sepatu kets putih bertali putih pula.
"Itu semua berkat latihan rutin yang kujalani setelah terakhir latih tanding denganmu beberapa bulan lalu." Ariel lalu meminum kopi susunya. Pakaian yang ia kenakan saat ini adalah setelan yang dipakainya seperti biasa.
Melihat Ariel, Kotaro jadi ingat pertemuan pertamanya dengan Ariel. Saat itu, Ariel yang masih berumur lima belas tahun tengah berhadapan dengan salah satu Mechaster. Ariel dihajar habis-habisan oleh Mechaster itu. Untunglah saat itu Kotaro datang menolong. Ia berubah menjadi 'Kamen Rider Black RX' dan menghancurkan Mechaster tersebut. Ariel pun berkenalan dengan Kotaro. Sejak saat itulah mereka bersahabat hingga sekarang.
"Oh iya, aku lupa bertanya, kenapa paman bisa ada di sini?" tanya Ariel.
Kotaro kembali meneguk kopi susunya. "Kebetulan aku kerja sambilan menjadi dosen sementara di sini."
"Oohh...," balas Ariel.
"Ngomong-ngomong, apa Mechaster pembunuh orangtuamu sudah kau temukan?" tanya Kotaro.
Ariel menggeleng. "Belum sama sekali. Tapi, membunuh para Mechaster lain saja sudah membuatku cukup puas. Bagiku, mereka sama saja."
Kotaro meneguk kopi susunya. "Kudoakan agar secepatnya pembunuh orangtuamu kau temukan."
Hari itu berlalu begitu cepat. Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul dua belas siang. Para mahasiswa dan mahasiswi serta dosen pun keluar dari berbagai kelas.
Izumi hari ini terlihat sangat senang karena ia tengah berjalan di samping laki-laki pujaannya, Matsuyama Ariel, meski Ariel sama sekali tidak memperhatikannya. Langkah demi langkah dilalui Izumi dengan riang. Sampai akhirnya, ia terpeleset kulit pisang. Sebelum jatuh, ia menarik lengan jaket Ariel. Izumi dan Ariel pun jatuh berbarengan. Begitu tubuh Izumi menyentuh lantai, Ariel yang meniban Izumi tidak sengaja mencium kening gadis itu. Izumi sontak kaget, wajahnya memerah. Orang-orang yang melihat kejadian itu bersorak-sorai dan ada pula yang bertepuk tangan.
Ariel segera bangkit dan kembali berjalan, tanpa mempedulikan sorak-sorai orang-orang di sekitarnya. Sementara Izumi hanya duduk dan mematung. Ia memegang keningnya lalu tersenyum. Ia merasa sangat senang dan puas pada hari itu.
Singkat cerita, Izumi yang tengah menunggu bus di halte dekat kampus ditarik oleh seseorang. Mulut Izumi dibekap oleh orang tersebut. Saat itu, halte dan sekitarnya sangat sepi, jadi tidak ada yang melihatnya.
Izumi dibawa ke sebuah hutan kecil oleh orang yang membekapnya yang ternyata adalah Yamanaka, orang yang membully Izumi di hari pertama ia kuliah. Yamanaka pun menjatuhkan Izumi ke tanah. Sekarang, Yamanaka tengah bersama dua orang temannya, Sasame dan Haku.
"Hari ini aku akan menghabisimu!" ujar Yamanaka.
"Kau lagi," kata Izumi. "Memangnya apa salahku??"
"Jangan berpura-pura bodoh!" gertak Yamanaka. "Aku tadi melihatmu dicium oleh Ariel. Enak sekali hidupmu. Aku saja yang sudah sekian tahun mengenal Ariel tidak pernah mendapatkan ciumannya!"
Izumi terkekeh. "Apa kau iri, hah?!"
"Kau ..." geram Yamanaka. "Ciuman itu hanya pantas untukku, ratu di kampus Aizawa! Dan sekarang, karena kau telah merebut ciuman yang hanya untukku, kau harus menanggung akibatnya!"
Haku dan Sasame yang membawa tali tambang menghampiri Izumi. Izumi memberontak ketika Haku mengikat tubuhnya dengan tali tambang. Bahkan, Izumi menampar Haku. Haku pun membalas tamparan itu dengan lebih keras hingga Izumi yang dalam posisi duduk, jatuh terjerembab, sebelum akhirnya ia yang dibantu Sasame mengikat tubuh gadis itu. Setelah tubuh Izumi diikat sempurna, Sasame mengikat kaki Izumi dengan tambang yang dibawanya sekuat mungkin.
"Bagus!" Yamanaka tersenyum sinis. "Sekarang, mulai acaranya!"
Haku mengambil gayung plastik dari dalam tas gembloknya, lalu berjalan menuju rawa dan menyerok air rawa yang sangat kotor dan bau itu dengan gayung yang dipegangnya. Setelah menyerok air rawa dalam jumlah banyak, Haku menyiram kepala Izumi dengan gayung berisi air rawa tersebut. Rambut dan pakaian Izumi langsung kotor dan bau tak karuan.
Setelah itu, Haku kembali mengambil air rawa dan menyiramkannya pada Izumi. Hal tersebut terus berlangsung selama beberapa saat.
Yamanaka menghampiri Izumi, kemudian menampar bolak-balik wajahnya sampai beberapa kali hingga bibir Izumi berdarah.
"Inilah akibatnya jika merebut Ariel dariku, apalagi mendapatkan ciumannya!" desis Yamanaka. Setelah itu ia pergi bersama kedua orang temannya, meninggalkan Izumi yang sudah bau dan kotor sambil tertawa bersama temannya.
Sebuah kamar rahasia Kacao Night Club, Kota Zippon - Jepang, Sabtu 18 Januari 2020, pukul 00:00
Seorang pria berambut botak, berbaju cokelat dan bercelana pendek hitam mengunci kamar itu dengan kunci perak yang dipegangnya. Kemudian ia membuka bajunya dan berjalan ke arah Chieki yang tengah duduk di kasur.
Chieki berdiri. Pria botak itu memegang kedua bahu Chieki, memejamkan mata, lalu mengambil posisi untuk mencium bibir gadis tersebut.
Sayangnya, sebelum bibir mereka sempat bersentuhan, Chieki mengambil pisau lipat dari saku celananya dan menusuk perut pria itu.
Pria itu pun langsung mengerang kesakitan. Chieki memutar-mutar pisau yang ia tusukkan, merobek-robek organ dalam pria tersebut. Setelah itu Chieki menarik pisaunya, dan si pria botak pun jatuh dan tewas.
"Semua laki-laki harus mati!" ucap Chieki. Ia lalu membopong tubuh pria yang dibunuhnya itu keluar lewat pintu belakang dan menjatukannya. Setelah itu ia kembali masuk ke dalam.
Tak lama kemudian, Chieki kembali sambil membawa jeriken putih berisi bensin. Bensin tersebut lalu ia siramkan ke tubuh pria botak yang tergeletak di tanah tersebut dan membakarnya dengan 'geretan' yang ia ambil dari saku celananya.
Api pun menyala dengan cukup besar. Chieki menatap tajam pria yang dibakarnya. Ia ingat pengalaman pahit yang pernah ia alami ketika masih di Eropa. Chieki adalah orang yang sulit jatuh cinta. Sampai akhirnya ia bertemu dengan seorang pemuda yang mampu membuatnya bertekuk lutut dan ia pun berpacaran dengan pria tersebut. Akan tetapi, setahun kemudian pacarnya memiliki pacar baru dan ia pun dicampakkan oleh pacarnya. Padahal, Chieki sangat menyayangi pacarnya itu dan ia sudah memberikan segalanya termasuk 'keperawanannya'. Hal itulah yg membuat Chieki membenci laki-laki dan ingin membunuh semua laki-laki di dunia ini. Ia pun akhirnya menjadi pramuria, namun ia hanya mengambil keuntungan dari pekerjaannya itu yakni uang dan membunuh laki-laki.
Sebuah bus berwarna merah corak biru berhenti di sebuah halte. Pintu bus itu terbuka, dan dari dalamnya keluar seorang gadis berambut panjang dengan poni menutupi alisnya serta bagian samping poni yang panjang. Gadis itu adalah Izumi. Hari ini ia mengenakan baju kaos berwarna jingga, hotpants biru, serta sepatu hak tinggi merah, tak ketinggalan gelang emas dengan jumlah yang banyak menghiasi lengan kanannya, sementara lengan kirinya dilingkari jam berwarna hitam. Saat itu hujan sangat lebat. Izumi berlari dengan cepat menuju halte yang tinggal beberapa langkah saja. Sesampainya di halte, Izumi terkejut karena ada Ariel yang tengah duduk di sana. Izumi menatap Ariel sambil tersenyum. Namun Ariel membalasnya dengan tatapan acuh. Kemudian Izumi pun duduk di samping Ariel.
Ariel mengambil smartphone hitam berlambang Blitz Crest di belakangnya dari saku sebelah kiri belakang celananya, kemudian mengetuk nomor seseorang yang tertera di layar. Setelah itu ia menempelkan bagian depan smartphone itu di telinganya.
"Bagaimana motorku? Apa sudah selesai diperbaikinya?" tanya Ariel, ia tengah menelepon seseorang. "Oh, baiklah."
Ariel kemudian menyudahi panggilan itu dan kembali mengantongi smartphonenya.
Daritadi, Izumi terus menerus curi-curi pandang pada Ariel dan sesekali tersenyum, padahal Ariel meliriknya pun tidak. Ariel lebih dingin dibanding cuaca pagi ini.
"Hujan... Dingin...," kata Izumi.
Ariel membuka jaketnya dan menutupi kepalanya dengan jaket itu. Izumi bergerak, seolah Ariel ingin menutupi kepalanya juga. Tapi yang terjadi, Ariel segera pergi dari tempat tersebut.
Izumi menggembungkan pipinya, menginjak-injak lantai dengan sebal sambil menggerutu tidak karuan. Dalam hati, ia terus berharap Ariel memberi perhatian padanya dan sudi dekat dengannya.
Universitas Aizawa, Kota Zippon - Jepang, pukul 10:00.
"Yamada Izumi!" panggil seorang dosen wanita berambut panjang sebahu ber-nametag 'Nagata' pada Izumi yang tengah berjalan menuju pintu keluar.
Izumi berhenti, kemudian berbalik. "Iya, bu?"
"Tolong bawa buku-buku ini ke ruangan dosen yaa... Ibu mau ada urusan sebentar." Tunjuk Nagata pada tumpukan buku yang ada di atas meja di hadapannya.
"Baik, bu," jawab Izumi. Dosen itu pun melenggang pergi keluar kelas.
Izumi lalu membawa tumpukan buku itu pergi ke luar kelas. Izumi berjalan sambil bersenandung lagu favoritnya. Selangkah demi selangkah ia lalui dengan bersenandung ria. Sampai akhirnya, langkahnya berhenti.
"Ariel?" ucap Izumi begitu melihat seorang pria berponi miring dan berjaket yang merupakan laki-laki pujaannya sedang berjalan dengan arah yang menuju ke arahnya. "Hmm ..."
Izumi kembali melangkah. Melangkah menuju Ariel. Dan, begitu jaraknya sudah dekat dengan Ariel, ia dengan sengaja menjatuhkan tubuhnya di hadapan Ariel hingga buku-buku yang dibawanya berserakan.
Akan tetapi, hidup tak seindah Drama Jepang. Bukannya membantu, Ariel justu mengacuhkan Izumi dan terus berjalan, seolah tidak melihat apa-apa. Bukan main sebalnya Izumi pada saat itu. Nasibnya sungguh malang.
Komplek Moechan, Kota Zippon - Jepang, pukul 20:00.
"Apa??? Akhirnya mereka jadi suami istri???" kata Fumiko yang kemudian tertawa mendengar celotehan seorang gadis berambut pendek seleher di sampingnya.
Gadis di samping Fumiko itu memiliki wajah oval, alis mata tipis, mata sipit dengan bulu mata lentik, hidung pipih, dan daun telinga besar berhiaskan anting berbandul bulat warna hijau.
Gadis itu tertawa, memperlihatkan giginya yang rapih dari balik mulut yang kecil. "Iya. Dan menurut kabar yang ku dengar, sekarang mereka sudah punya anak."
Gadis itu bisa dibilang memiliki tubuh yang sangat seksi dengan payudara besar yang belahannya terlihat dari baju kaos ketat merah jambunya yang dilapisi jaket hitam lengan pendek. Bokongnya pun besar dan ditutup oleh celana jeans biru ketat.
"Padahal dulu kan mereka musuh bebuyutan," ucap Fumiko. Saat ini ia mengenakan kaos hitam bergambar rubah dan celana pendek hitam juga.
Tiba-tiba, pintu ruangan tersebut, tepatnya kamar Fumiko, diketuk oleh seseorang.
"Masuk! Tidak dikunci!" teriak Fumiko.
Pintu pun terbuka. Dan yang membukanya adalah Ariel.
"Eh, Ariel? Ada apa?" tanya Fumiko yang tengah duduk di kasur serba putih bersama si gadis seksi.
"Aku hanya ingin berkunjung. Boleh?" jawab Ariel.
"Ah, kau seperti baru kenal aku saja," kata Fumiko. "Ya tentu saja boleh."
Ariel kemudian berjalan menghampiri Fumiko. Ketika sampai di depan Fumiko, Ariel menatap si gadis seksi itu dengan tatapan sinis selama beberapa detik.
"Oh iya, Ariel, kenalkan ini teman SMP ku, namanya Chieki. Dia baru pulang dari Eropa," kata Fumiko sambil menunjuk gadis seksi di samping kanannya dengan kesemua jarinya. "Chieki, kenalkan, ini Ariel, sahabatku dari kecil," lanjutnya sambil menunjuk Ariel dengan kesemua jarinya.
Ariel dan Chieki pun berjabat tangan.
"Rikuya Chieki," ucap Chieki.
"Matsuyama Ariel," balas Ariel. Selesai berjabat tangan, ia duduk di kursi belajar Fumiko yang ada di belakangnya.
"Oh iya, sampai dimana tadi?" tanya Fumiko sambil menengok ke arah Chieki.
"Sampai di Junko punya anak," jawab Chieki.
"Oh iya!"
Akhirnya, mereka berdua pun mengobrol lagi, mengacuhkan Ariel yang tengah membaca komik berjudul 'Masked Knight' milik Fumiko yang diambilnya di atas meja belajar gadis itu.
Setelah sekian lama mengobrol, akhirnya Chieki mohon pamit dan pergi.
"Fumiko, memangnya rumah temanmu itu dimana?" Ariel menoleh ke arah Fumiko setelah menaruh komik yang ia baca di atas meja.
Fumiko menjawab, "Di daerah Kasagara. Memangnya kenapa?"
"Tidak apa-apa. Hanya bertanya," balas Ariel.
Kacao Night Club, Kota Zippon - Jepang, Jum'at 17 Januari 2020, pukul 00:00
"Bu, aku pesan wanita penghibur satu, yang paling cantik dan seksi yaa... Soal uang itu perkara mudah," ucap seorang pria dengan dandanan 'parlente' serba hitam pada seorang wanita berambut keriting berpakaian serba oranye, roknya mini dan bajunya lengan buntung.
Wanita berwajah bulat itu menjawab, "Baik, ikut aku!"
Selain berwajah bulat, wanita itu memiliki alis tipis, bulu mata lentik ditempel mascara, mata sipit, hidung agak mancung, bibir tebal, dan daun telinga kecil yang dihiasi sepasang anting berbandul kotak biru.
Pria berpakaian parlente tadi mengikuti si wanita berjalan meninggalkan meja bar. Wanita tersebut membawanya ke sebuah kamar berpintu cokelat. Begitu pintu itu dibuka, pemandangan yang terlihat adalah seorang gadis yang tengah memainkan smartphone bercasing abu-abu duduk di kasur serba putih.
"Chieki, tolong layani tamu kita dengan baik!" perintah si wanita berambut keriting. Ternyata gadis yang tengah memainkan smartphone itu adalah Chieki, teman Fumiko.
Chieki pun menoleh ke ambang pintu dan mengangguk.
"Wah, cantik dan seksinyaaa...," ucap si pria parlente terkagum.
Wanita keriting tadi mengarahkan ke semua jarinya ke dalam kamar dan menatap si pria parlente. "Silahkan masuk! Jangan lupa kunci pintunya." Ia lalu memberikan sebuah kunci pada si pria
Pria parlente itu mengangguk. Setelah menerima kunci, ia pun masuk ke dalam kamar, setelah itu menguncinya.
"Kau cantik dan seksi sekali," ucap si pria parlente sambil memandang Chieki, lalu membuka jaketnya dan menghampiri Chieki.
Chieki berdiri. Si pria parlente itu merangkul pinggang Chieki dan mengambil posisi untuk mencium bibirnya.
Akan tetapi...
JLEB!
Perut pria parlente itu tertembus oleh pisau. Tubuhnya pun mengejang. Rupanya Chieki telah menusuknya.
"A-a-apa-apaan ini???" kata si pria parlente.
Chieki memutar-mutar pisau yang ia tusukkan itu. Si pria parlente mengerang-erang kesakitan. Saat Chieki menarik kembali pisaunya, pria parlente tersebut jatuh ke lantai dan tewas bersimbah darah.
"Semua laki-laki harus mati! Karena mereka semua sama saja," ucap Chieki dengan tatapan tajam.
Universitas Aizawa, Kota Zippon - Jepang, pukul 10:15.
Di sebuah dojo kampus itu, seseorang berseragam 'karate' warna putih lengkap dengan sabuk hitam terpental ke arah pintu. Tak lama setelahnya, seorang berpakaian sama juga terpental ke arah yang sama, disusul tiga orang lagi dengan pakaian sama juga.
"Percuma kalian memiliki sabuk hitam kalau keroyokan saja tidak mampu merobohkanku," ucap seorang pemuda berpakaian serupa dengan orang-orang yang terpental ke arah pintu itu. Dia adalah Ariel Matsuyama. "Membosankan sekali."
Seorang pria berpakaian sama muncul dari ambang pintu. Wajahnya oval, kulitnya putih, alisnya tebal, matanya sipit, hidungnya pipih, bibirnya sedang, dan daun telinganya pun juga sedang. Ia memiliki kerutan di wajahnya.
"Bagaimana jika aku yang menjadi lawanmu?" ucap orang itu.
"Pa-paman Kotaro?" Ariel terkejut dengan kehadiran pria bernama lengkap 'Kotaro Minami' tersebut.
Kotaro masuk ke dalam dojo lalu membungkukkan badannya di hadapan Ariel.
"Baiklah," ucap Ariel yang kemudian juga membungkukkan badannya.
Lalu, mereka pun memasang kuda-kuda. Tangan kanan mereka mengepal dan menekuk ke depan, tangan kirinya dikepalkan di samping pinggang, kaki kanannya agak menekuk ke depan, dan kaki kirinya agak menekuk ke belakang. Mereka lalu melangkah dengan menyerongkah tubuh masing-masing, Ariel ke kanan, Kotaro ke kiri, sebelum akhirnya menyongsong lawan masing-masing.
Ariel dan Kotaro terus mengirimkan beragam combo pukulan dan tendangan. Hindaran dan tangkisan tidak ketinggalan mewarnai pertarungan itu. Saat ini posisi mereka terlihat stagnan dan tak jelas siapa yang memimpin dan siapa yang berada dalam posisi terjepit. Hal tersebut terus berlangsung selama beberapa menit.
Sampai pada akhirnya, mereka berdua adu tendangan di udara. Kotaro terlempar ke belakang, begitu pula Ariel. Setelah berdiri, mereka pun membungkuk sebagai tanda akhir dari pertarungan.
Usai bertarung di dojo dan berganti pakaian, Ariel mengajak Kotaro ke kantin. Di sana, mereka membeli sekaleng susu kopi dingin dan duduk sambil mengobrol.
"Tak kusangka kemampuanmu sudah meningkat pesat dibanding sebelumnya," ucap Kotaro. Saat ini, ia tengah memakai baju putih bergaris-garis tebal hitam yang dibalut jaket putih bercorak hitam di bagian ujung tangan dan di bagian bawah badan jaket. Jaket tersebut ia gulung sampai di bawah siku, dan retsletingnya dibuka sedikit sampai batas perut. Celana yang dikenakannya adalah celana panjang putih yang dilingkari sabuk hitam di pinggangnya. Kedua tangannya dilapisi sarung tangan putih dengan bagian punggung bolong serta bagian setengah jari bolong. Kakinya dihiasi sepatu kets putih bertali putih pula.
"Itu semua berkat latihan rutin yang kujalani setelah terakhir latih tanding denganmu beberapa bulan lalu." Ariel lalu meminum kopi susunya. Pakaian yang ia kenakan saat ini adalah setelan yang dipakainya seperti biasa.
Melihat Ariel, Kotaro jadi ingat pertemuan pertamanya dengan Ariel. Saat itu, Ariel yang masih berumur lima belas tahun tengah berhadapan dengan salah satu Mechaster. Ariel dihajar habis-habisan oleh Mechaster itu. Untunglah saat itu Kotaro datang menolong. Ia berubah menjadi 'Kamen Rider Black RX' dan menghancurkan Mechaster tersebut. Ariel pun berkenalan dengan Kotaro. Sejak saat itulah mereka bersahabat hingga sekarang.
"Oh iya, aku lupa bertanya, kenapa paman bisa ada di sini?" tanya Ariel.
Kotaro kembali meneguk kopi susunya. "Kebetulan aku kerja sambilan menjadi dosen sementara di sini."
"Oohh...," balas Ariel.
"Ngomong-ngomong, apa Mechaster pembunuh orangtuamu sudah kau temukan?" tanya Kotaro.
Ariel menggeleng. "Belum sama sekali. Tapi, membunuh para Mechaster lain saja sudah membuatku cukup puas. Bagiku, mereka sama saja."
Kotaro meneguk kopi susunya. "Kudoakan agar secepatnya pembunuh orangtuamu kau temukan."
Hari itu berlalu begitu cepat. Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul dua belas siang. Para mahasiswa dan mahasiswi serta dosen pun keluar dari berbagai kelas.
Izumi hari ini terlihat sangat senang karena ia tengah berjalan di samping laki-laki pujaannya, Matsuyama Ariel, meski Ariel sama sekali tidak memperhatikannya. Langkah demi langkah dilalui Izumi dengan riang. Sampai akhirnya, ia terpeleset kulit pisang. Sebelum jatuh, ia menarik lengan jaket Ariel. Izumi dan Ariel pun jatuh berbarengan. Begitu tubuh Izumi menyentuh lantai, Ariel yang meniban Izumi tidak sengaja mencium kening gadis itu. Izumi sontak kaget, wajahnya memerah. Orang-orang yang melihat kejadian itu bersorak-sorai dan ada pula yang bertepuk tangan.
Ariel segera bangkit dan kembali berjalan, tanpa mempedulikan sorak-sorai orang-orang di sekitarnya. Sementara Izumi hanya duduk dan mematung. Ia memegang keningnya lalu tersenyum. Ia merasa sangat senang dan puas pada hari itu.
Singkat cerita, Izumi yang tengah menunggu bus di halte dekat kampus ditarik oleh seseorang. Mulut Izumi dibekap oleh orang tersebut. Saat itu, halte dan sekitarnya sangat sepi, jadi tidak ada yang melihatnya.
Izumi dibawa ke sebuah hutan kecil oleh orang yang membekapnya yang ternyata adalah Yamanaka, orang yang membully Izumi di hari pertama ia kuliah. Yamanaka pun menjatuhkan Izumi ke tanah. Sekarang, Yamanaka tengah bersama dua orang temannya, Sasame dan Haku.
"Hari ini aku akan menghabisimu!" ujar Yamanaka.
"Kau lagi," kata Izumi. "Memangnya apa salahku??"
"Jangan berpura-pura bodoh!" gertak Yamanaka. "Aku tadi melihatmu dicium oleh Ariel. Enak sekali hidupmu. Aku saja yang sudah sekian tahun mengenal Ariel tidak pernah mendapatkan ciumannya!"
Izumi terkekeh. "Apa kau iri, hah?!"
"Kau ..." geram Yamanaka. "Ciuman itu hanya pantas untukku, ratu di kampus Aizawa! Dan sekarang, karena kau telah merebut ciuman yang hanya untukku, kau harus menanggung akibatnya!"
Haku dan Sasame yang membawa tali tambang menghampiri Izumi. Izumi memberontak ketika Haku mengikat tubuhnya dengan tali tambang. Bahkan, Izumi menampar Haku. Haku pun membalas tamparan itu dengan lebih keras hingga Izumi yang dalam posisi duduk, jatuh terjerembab, sebelum akhirnya ia yang dibantu Sasame mengikat tubuh gadis itu. Setelah tubuh Izumi diikat sempurna, Sasame mengikat kaki Izumi dengan tambang yang dibawanya sekuat mungkin.
"Bagus!" Yamanaka tersenyum sinis. "Sekarang, mulai acaranya!"
Haku mengambil gayung plastik dari dalam tas gembloknya, lalu berjalan menuju rawa dan menyerok air rawa yang sangat kotor dan bau itu dengan gayung yang dipegangnya. Setelah menyerok air rawa dalam jumlah banyak, Haku menyiram kepala Izumi dengan gayung berisi air rawa tersebut. Rambut dan pakaian Izumi langsung kotor dan bau tak karuan.
Setelah itu, Haku kembali mengambil air rawa dan menyiramkannya pada Izumi. Hal tersebut terus berlangsung selama beberapa saat.
Yamanaka menghampiri Izumi, kemudian menampar bolak-balik wajahnya sampai beberapa kali hingga bibir Izumi berdarah.
"Inilah akibatnya jika merebut Ariel dariku, apalagi mendapatkan ciumannya!" desis Yamanaka. Setelah itu ia pergi bersama kedua orang temannya, meninggalkan Izumi yang sudah bau dan kotor sambil tertawa bersama temannya.
Sebuah kamar rahasia Kacao Night Club, Kota Zippon - Jepang, Sabtu 18 Januari 2020, pukul 00:00
Seorang pria berambut botak, berbaju cokelat dan bercelana pendek hitam mengunci kamar itu dengan kunci perak yang dipegangnya. Kemudian ia membuka bajunya dan berjalan ke arah Chieki yang tengah duduk di kasur.
Chieki berdiri. Pria botak itu memegang kedua bahu Chieki, memejamkan mata, lalu mengambil posisi untuk mencium bibir gadis tersebut.
Sayangnya, sebelum bibir mereka sempat bersentuhan, Chieki mengambil pisau lipat dari saku celananya dan menusuk perut pria itu.
Pria itu pun langsung mengerang kesakitan. Chieki memutar-mutar pisau yang ia tusukkan, merobek-robek organ dalam pria tersebut. Setelah itu Chieki menarik pisaunya, dan si pria botak pun jatuh dan tewas.
"Semua laki-laki harus mati!" ucap Chieki. Ia lalu membopong tubuh pria yang dibunuhnya itu keluar lewat pintu belakang dan menjatukannya. Setelah itu ia kembali masuk ke dalam.
Tak lama kemudian, Chieki kembali sambil membawa jeriken putih berisi bensin. Bensin tersebut lalu ia siramkan ke tubuh pria botak yang tergeletak di tanah tersebut dan membakarnya dengan 'geretan' yang ia ambil dari saku celananya.
Api pun menyala dengan cukup besar. Chieki menatap tajam pria yang dibakarnya. Ia ingat pengalaman pahit yang pernah ia alami ketika masih di Eropa. Chieki adalah orang yang sulit jatuh cinta. Sampai akhirnya ia bertemu dengan seorang pemuda yang mampu membuatnya bertekuk lutut dan ia pun berpacaran dengan pria tersebut. Akan tetapi, setahun kemudian pacarnya memiliki pacar baru dan ia pun dicampakkan oleh pacarnya. Padahal, Chieki sangat menyayangi pacarnya itu dan ia sudah memberikan segalanya termasuk 'keperawanannya'. Hal itulah yg membuat Chieki membenci laki-laki dan ingin membunuh semua laki-laki di dunia ini. Ia pun akhirnya menjadi pramuria, namun ia hanya mengambil keuntungan dari pekerjaannya itu yakni uang dan membunuh laki-laki.
0
Kutip
Balas