TS
Ariel.Matsuyama
[FanFic] Kamen Rider Blitzer
![[FanFic] Kamen Rider Blitzer](https://dl.kaskus.id/ic.pics.livejournal.com/arielmatsuyama/83052924/5659/5659_900.png)
Kamen Rider Blitzer (仮面ライダー ブリッツァー)
Genre:Action | Drama | Adventure
Quote:
ATTENTION:
Meski tokoh utama dalam cerita ini adalah "Kamen Rider Blitzer", tapi ceritanya hampir sama seperti manga "Kamen Rider Spirits", bedanya disini semua Kamen Rider dari era Showa sampai yang terbaru satu dunia.
Meski tokoh utama dalam cerita ini adalah "Kamen Rider Blitzer", tapi ceritanya hampir sama seperti manga "Kamen Rider Spirits", bedanya disini semua Kamen Rider dari era Showa sampai yang terbaru satu dunia.
Spoiler for List Episode:
Episode 1: Hobi Membunuh
[Act 1] [Act 2] [Act 3 (End)]
Episode 2: Gerombolan Raja Minyak
[Act 1] [Act 2] [Act 3 (End)]
Episode 3: Gerombolan Raja Minyak Part 2
[Act 1] [Act 2 (End)]
Episode 4: Rival
[Act 1] [Act 2 (End)]
Episode 5: Dendam VS Dendam (Ide by: Dhodo Rukanda)
[Act 1] [Act 2 (End)]
Episode 6: Jalan Kegelapan
[Act 1] [Act 2 (End)]
Episode 7: Game Kematian
[Act 1] [Act 2 (End)]
Episode 8: Belalang Hitam
[Act 1] [Act 2 (End)]
Episode 9: MECHA - MONSTER
[Act 1] [Act 2] [Act 3] [Act 4 (End)]
Episode 10: NEGA
[Act 1] [Act 2] [Act 3 (End)]
Episode 11: Inilah Diriku!
[Act 1] [Act 2] [Act 3 (End)]
Episode 12: Darker
[Act 1] [Act 2 (End)]
Episode 13: Kapsul Penyelesai Masalah
[Act 1] [Act 2 (End)]
Episode 14: Kasus Kematian Aneh
[Act 1] [Act 2 (End)]
Episode 15: Pencuri Kekuatan
[Act 1] [Act 2 (End)]
Episode 16: Yami Rider
[Act 1] [Act 2 (End)]
Episode 17: Meringkus Yami RiderNEW!!
[Act 1] [Act 2 (End)]
[Act 1] [Act 2] [Act 3 (End)]
Episode 2: Gerombolan Raja Minyak
[Act 1] [Act 2] [Act 3 (End)]
Episode 3: Gerombolan Raja Minyak Part 2
[Act 1] [Act 2 (End)]
Episode 4: Rival
[Act 1] [Act 2 (End)]
Episode 5: Dendam VS Dendam (Ide by: Dhodo Rukanda)
[Act 1] [Act 2 (End)]
Episode 6: Jalan Kegelapan
[Act 1] [Act 2 (End)]
Episode 7: Game Kematian
[Act 1] [Act 2 (End)]
Episode 8: Belalang Hitam
[Act 1] [Act 2 (End)]
Episode 9: MECHA - MONSTER
[Act 1] [Act 2] [Act 3] [Act 4 (End)]
Episode 10: NEGA
[Act 1] [Act 2] [Act 3 (End)]
Episode 11: Inilah Diriku!
[Act 1] [Act 2] [Act 3 (End)]
Episode 12: Darker
[Act 1] [Act 2 (End)]
Episode 13: Kapsul Penyelesai Masalah
[Act 1] [Act 2 (End)]
Episode 14: Kasus Kematian Aneh
[Act 1] [Act 2 (End)]
Episode 15: Pencuri Kekuatan
[Act 1] [Act 2 (End)]
Episode 16: Yami Rider
[Act 1] [Act 2 (End)]
Episode 17: Meringkus Yami RiderNEW!!
[Act 1] [Act 2 (End)]
Spoiler for Realms:
*Theme Song
*Main Character
*Main Character 2 (In Process)
*Supporting Character (In Process)
*Villain NEW!!
*Main Character
*Main Character 2 (In Process)
*Supporting Character (In Process)
*Villain NEW!!
Quote:
Cerita ini juga diterbitkan di: WATTPAD
Diubah oleh Ariel.Matsuyama 08-02-2020 18:50
0
12.1K
Kutip
52
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Fanstuff
1.9KThread•347Anggota
Tampilkan semua post
TS
Ariel.Matsuyama
#15
Spoiler for Episode 4: Rival:
Sebuah hutan sepi Kota Zippon - Jepang, Rabu 15 Januari 2020, pukul 00:00.
Sesosok monster robot berbentuk kangguru tengah menyeret ke belakang tubuhnya yang jatuh ke tanah. Keseluruhan tubuh makhluk itu berwarna cokelat, kuku-kuku jari tangan dan kakinya runcing, matanya bundar dan berwarna merah, dan memiliki ekor panjang berujung lancip.
Sosok misterius berarmor putih corak emas serta ber-body suit biru dan berhelm biru berjalan perlahan menghampiri si monster robot semut yang terus menyeret mundur tubuhnya. Helm sosok misterius tersebut memiliki dua tanduk panjang pipih berujung runcing berwarna emas serta satu tanduk pendek di tengahnya dengan warna emas pula. Lensa mata merah bulat besar pada helm sosok itu mengedipkan cahaya merah. Helm tersebut memiliki garis lengkungan tebal di mulut bagian atasnya dengan dua bagian lancip ke bawah dan bagian tengah lancip ke atas, di dagunya ada lengkungan garis tebal juga, sementara di tengah mulutnya--antara garis tebal bagian atas dan dagu--ada dua garis tebal menjorok ke tengah bawah di kanan dan kirinya yang bagian tengahnya memiliki garis tipis yang berbaris vertikal dari atas hingga bawah, secara keseluruhan mulutnya berwarna putih. Lalu di samping kanan dan kiri helm itu ada baja kecil berbentuk lonjong warna putih dengan posisi tidur warna putih bermotif garis hitam agak melengkung dan ditiban garis lurus berwarna hitam juga, di atas baja kecil lonjong itu terdapat garis hitam tipis yang memanjang hingga ke belakang dan bertemu di samping kanan. Helm tersebut seolah mewakili bentuk seekor 'kumbang chalcosoma'. 'Syal' biru yang memanjang ke depan yang melilit lehernya melambai-lambai ditiup angin. Ciri fisik armornya yakni bagian dada besar berwarna putih dengan lambang bulat bergaris tengah yang samping kanan dan kiri bawahnya bergaris miring ke bawah, sedangkan bagian atas memiliki garis miring ke atas di kanan dan kirinya dan bagian tengah yang lurus ke atas, secara keseluruhan garis-garis tersebut berwarna biru. Dan pelindung bagian bawah tengah dadanya terlihat tebal serta memiliki garis tebal warna emas di tengahnya, di bawahnya, tepatnya di perut, ada motif garis-garis hitam yang berjejer vertikal dari atas hingga bawah bertepi emas. Armor bagian belakang dan pundaknya berwarna putih polos. Pelindung baja bahunya berwarna putih dengan pola garis tebal warna emas. Pelindung baja kedua tangannya yang ditutupi sarung tangan biru mempunyai warna putih polos yang ditiban pelindung putih bergaris agak miring tebal di kanan dan kiri berwarna emas yang bagian tengahnya ada pola kotak pendek yang berbaris vertikal berwarna hitam. Bagian punggung tangannya dilapisi pelat baja warna putih, tak ketinggalan bagian atas jarinya dilapisi baja kotak berwarna putih pula. Bagian atas kedua kakinya memiliki dua pola persegi panjang warna putih yang berdiri vertikal bergaris tebal emas, satu di atas dan satu di bawah. Pelindung lututnya berbentuk segi enam berwarna putih dengan tepi warna emas. Kedua kakinya dilapisi sepatu panjang warna putih dari bawah lutut sampai ujung kaki, di punggung ujung sepatunya menempel baja kotak berwarna biru, kedua batang sepatu tersebut dilapisi dua baja panjang yang merenggang. Sementara sabuknya, bagian kepalanya berbentuk persegi panjang dengan dua baja menekuk di kanan dan kiri, dan di tengahnya terdapat permata bundar warna biru lengkap dengan pola garis-garis tipis di atas dan bawahnya. Di atasnya, ada lubang kotak tipis. Tali sabuk tersebut berbentuk kotak yang saling menyambung satu sama lain dan memiliki pola garis lurus lalu kotak di setiap bagiannya. Di sebelah kiri sabuknya menempel kotak putih dengan permukaan berlambang sama seperti lambang di dada sebelah kanannya.
"Ampun!!! Ampun!!!" teriak monster robot kangguru itu yang masih menyeret tubuhnya ke belakang.
"Tidak ada ampun bagi siapapun yang sudah menjadi lawanku, Kanger," ucap sosok misterius itu dengan nada dingin, menyebutkan nama si monster robot kangguru.
Panik, Kanger pun berdiri meski harus susah payah, kemudian berlari. Kanger berlari dengan cara melompat-lompat semampu yang ia bisa. Sampai pada akhirnya, tubuhnya terhantam oleh sesuatu. Rupanya sosok misterius tadi menendang Kanger persis di punggungnya dengan telapak kaki yang diselimuti putaran angin. Kanger pun terlempar ke depan sejauh 5 meter.
Setelah mendarat di tanah, sosok misterius itu berdiri. Angin di tapak sepatunya menghilang. Putaran baling-baling di mata kaki sepatu perak 'unik'nya perlahan berhenti, cahaya biru pada tiga kotak di atas sepatunya dan lambang besar yang sama seperti lambang di dadanya yang terletak di batang sepatu unik tersebut meredup, kemudian sepatu itu berubah menjadi hologram dan menghilang. Lalu, cahaya biru pada permata birunya meredup. Sekarang, sepatunya sudah kembali normal.
Kanger berteriak dengan suara yang memilukan, tubuhnya berkelap-kelip merah, sebelum akhirnya meledak dengan efek ledakan besar dan suara yang lumayan nyaring.
=***=
Aizawa University, Kota Zippon - Jepang, pukul 07:00.
"Izumi!!!" teriak Fumiko sambil berlari menghampiri Izumi yang sedang duduk di bangku hijau kantin kampus.
Izumi tidak menyahut dan hanya sibuk dengan laptop merah jambunya.
"Akhirnya ketemu juga," ucap Fumiko dengan nafas terengah-engah. "Aku ingin menjelaskan sesuatu."
Izumi melirik ke arah Fumiko sebentar. "Menjelaskan apa?" tanyanya dengan nada dingin, sebelum akhirnya kembali sibuk dengan laptopnya yang ada di atas meja.
"Kok kamu seperti itu sih padaku?" kata Fumiko dengan raut wajah sedih. "Aku salah apa?"
Izumi tak menjawab, ia hanya fokus pada laptopnya.
"Baiklah, kuubah pertanyaanku. Kenapa hari Senin setelah kau izin pulang karena sakit, kau kuhubungi tidak kau angkat-angkat? Hari Selasa pun kau tidak masuk, dan kuhubungi juga tidak kau angkat-angkat. Kenapa, Izumi?" tanya Fumiko.
Izumi diam dan tak menjawab, lagi-lagi ia fokus dengan laptopnya.
Air muka Fumiko kembali sedih. "Baiklah, aku mencarimu untuk menjelaskan kalau kemarin aku melihatmu yang berlari ketika melihat aku memeluk Ariel."
"Lalu?" tanya Izumi sambil masih memainkan laptopnya.
"Waktu itu lantai sangat licin. Aku terpeleset dan saat itu ada Ariel di depanku. Akhirnya, aku jatuh di pelukan Ariel. Aku tak sengaja memeluknya," jawab Fumiko.
Izumi mendongakkan kepala dan menatap Fumiko.
Fumiko balas menatap Izumi. "Kau ... Tidak cemburu, kan?"
Izumi tersenyum kecut, lalu menggeleng. "Kenapa aku harus cemburu? Aku kan bukan siapa-siapanya."
"Tapi ... Kenapa kau waktu itu lari? Dan sekarang, kenapa kau seperti itu padaku?" Fumiko lalu duduk di bangku yang ada di hadapan Izumi yang dibatasi meja panjang warna cokelat dengan taplak hijau. "Aku tahu kau berbohong."
"Untuk apa aku berbohong? Kan sudah kubilang kalau aku ini bukan siapa-siapanya. Lagipula kau tidak sengaja, kan?" Izumi lalu tersenyum manis.
Melihatnya, Fumiko langsung tersenyum lebar. "Maafkan aku ya...." Ia lalu menyodorkan tangannya di depan Izumi.
"Um!" Izumi menyambut tangan Fumiko sambil tersenyum.
"Sebagai rasa permohonan maaf, hari ini, kau akan kutraktir makan," kata Fumiko.
"Benarkah??" tanya Izumi.
Fumiko tersenyum dan mengangguk.
"Terimakasih...," balas Izumi sambil tersenyum.
Sementara itu, di kamar mandi laki-laki Aizawa University, Tokichi dipojokkan di tembok oleh Jito dan Bakugou.
"Kenapa kau kemarin tidak masuk, hah?! Kau mau menghindari kami??" tanya Jito sambil mencengkram kerah baju Tokichi. "A-ampun, Jito. Aku kemarin sedang sakit," jawab Tokichi.
"Ah, alasan! Bilang saja kau mau menghindar dari kami!" sela Bakugou. "Kau tahu kan hari Senin kami disuruh membersihkan toilet gara-gara kau tidak membawa PR kami?!"
"I-iya, a-a-aku tahu, m-m-maafkan aku...." Tokichi tertunduk, tak berani menatap Jito dan Bakugou.
"Dan hari Senin kau alasan sakit lalu pulang setelah kami selesai membersihkan toilet, apa maksudnya?" tanya Jito.
"Sudah kukatakan kalau aku memang sakit," jawab Tokichi.
"Ah, alasan!" Jito lalu menjatuhkan Tokichi ke lantai dan menendang tubuh laki-laki pendek itu.
Bakugou yang melihatnya pun ikut menendang Tokichi. Dan Jitou serta Bakugou menendangi Tokichi berkali-kali dengan keras tanpa ampun. Badan Tokichi terasa sangat sakit dan bajunya juga jadi kotor.
"Aku kemarin memang benar-benar sakit," ucap Tokichi sambil menangis dan mengaduh kesakitan karena terus ditendang oleh Jito dan Bakugou.
"ALASAN!" gertak Jito yang kemudian menendang wajah Tokichi.
Tokichi mengerang kesakitan sambil memegangi wajahnya. Jito dan Bakugou terus menerus menendangi Tokichi dengan sekuat tenaga mereka.
Di saat seperti itu, tiba-tiba pundak Jito ditepuk dari belakang oleh seseorang. Begitu Jito menoleh...
BOUGH!
Wajahnya terkena bogem mentah oleh orang itu hingga jatuh terjerembab.
Bakugou yang menoleh ke belakang juga terkena bogem mentah seperti Jito dan jatuh terjerembab pula. Bibir mereka berdua berdarah.
"A-A-Ariel???" Jito terkejut begitu tahu siapa yang meninjunya dan Bakugou.
"Lagi-lagi kalian," ucap Ariel dengan nada dingin. "Tidak ada jera-jeranya ya!?"
"Ariel?" Tokichi tersenyum lega.
Jito dan Bakugou berdiri, lalu lari pontang-panting.
Ariel pun melenggang pergi dari sana, meninggalkan Tokichi yang mengucapkan "Terimakasih".
Di salah satu tangga keramik Aizawa University.
"Ini tidak bisa dibiarkan!" Jito meninju tembok dengan tangan kanannya. "Ariel itu penghalang yang harus dimusnahkan!"
"Tapi bagaimana caranya? Apa kau sudah dapat ide?" tanya Bakugou.
Jito menggeleng. "Belum."
Bakugou menghela napas.
Jito lalu berdiri. "Tapi hari ini, aku mau berusaha mencari orang yang mampu menghabisi Ariel. Bakugou, jika nanti aku tidak kembali sampai jam pelajaran dimulai, tolong tanda tangani absenku seperti biasa."
"Baik. Tapi kau mau mencari dimana?? Usaha seperti itu apakah bisa berhasil?? Berkacalah pada usaha-usaha sebelumnya yang seperti itu."
"Jika tidak dicoba mana bisa kita tahu. Ke ujung dunia pun akan kucari!"
Bakugou menghela napas panjang, sementara Jito berlalu pergi.
Jito dengan motor 'pulsar' hitamnya berkeliling kota. Tapi daritadi tidak ada satu pun orang kuat yang ditemukannya. Hingga akhirnya, ia berhenti di warung pinggir jalan dan membeli sekaleng minuman dingin.
Tiba-tiba, sebelum Jito duduk, ia ditabrak oleh seorang pria atletis berkaos biru berbalut jaket hitam garis biru yang memanjang dari depan hingga melingkari bawah sikunya, sementara celananya adalah jeans biru. Minuman Jito pun jatuh dan tumpah karenanya.
"Hey! Apa-apaan kau?!" teriak Jito pada orang itu.
Orang itu menoleh sebentar ke arah Jito. Rambutnya tipis dua senti di bagian samping, sedangkan bagian tengahnya berambut lebat lancip walau tidak berdiri. Kemudian orang itu berlari kembali. Tentu saja Jito sangat kesal.
Tidak lama kemudian, empat orang polisi berlari mengejar orang yang menabrak Jito itu sambil berteriak "Berhenti!" dan melepaskan tembakan ke atas beberapa kali.
"Ada apa ya??? Penasaran," ucap Jito yang kemudian berlari mengikuti polisi itu dan sesekali bersembunyi di berbagai celah agar tidak ketahuan.
Pengejaran para polisi itu sampai di jalan buntu pada sebuah gang. Orang yang mereka kejar pun terpojok.
Jito bersembunyi, menontonnya dari dalam rumah kosong kecil yang jendela mengarah ke jalan buntu itu.
"Angkat tangan, atau kami tembak!" teriak salah satu polisi sambil mengacungkan pistol hitamnya, membuat polisi lainnya juga mengacungkan pistol mereka ke arah orang berjaket buruan mereka itu.
Orang berjaket itu memiliki wajah oval, alis mata tipis, mata hitam sayu yang tidak terlalu besar juga tidak terlalu kecil, hidung cukup mancung, bibir sedang, dan daun telinga berukuran standar.
"Aku tidak akan menyerah! Jika kalian ingin menembakku silahkan," ucap orang itu.
"Keras kepala!" kata salah seorang polisi. Ia lalu melepaskan tembakan ke arah orang berjaket tersebut.
Namun, peluru tembakan tersebut berhasil diapit oleh orang berjaket itu.
"Apa???" Polisi yang menembak tadi terkejut bukan main.
Si pria berjaket itu lalu menjatuhkan ke tanah peluru yang dipegangnya.
Polisi yang lain juga terkejut bukan main, begitu pula Jito yang mengintip di balik jendela rumah kosong.
"He-hebat...," ucap Jito terkagum. "Ini pertama kalinya di depan mataku ada orang yang mampu menangkap peluru."
Polisi tadi kembali melepaskan tembakan, diikuti dengan polisi lainnya. Akan tetapi, semua berondongan peluru itu tak ada artinya, semuanya berhasil diapit oleh jari-jemari orang berjaket tersebut.
"M-m-mustahil!" ucap salah satu polisi. Dia panik dan kabur dari sana. Saat itu, si pria berjaket menjatuhkan peluru-peluru yang ditangkapnya ke tanah.
Dua polisi lainnya juga panik dan akhirnya kabur. Tinggal satu sisanya.
"Tidak ada cara lain, mau tidak mau pakai tangan kosong," gumam polisi yang tersisa itu yang langsung maju ke hadapan si pria berjaket.
Pria berjaket itu hanya menatap si polisi dengan tatapan dingin.
Begitu si polisi memukul si pria berjaket dengan tangan kanannya, pria berjaket itu cuma mengelak dengan tenang. Sampai pada akhirnya, polisi itu menghujani si pria berjaket dengan pukulan di segala arah dan juga tendangan. Tapi itu semua berhasil diblok dan dihindari oleh si pria berjaket dengan tenang.
Begitu si pria berjaket melihat celah, ia segera menendang dada si polisi dengan keras.
Polisi itu pun terpental beberapa meter ke belakang dan muntah darah, hingga akhirnya pingsan.
"He-hebat...," ucap Jito dari balik jendela rumah kosong.
Orang berjaket itu pun melangkah pergi dari jalan buntu tersebut.
"Tunggu!" teriak Jito yang sudah ke luar dari rumah kosong di belakang si pria berjaket.
Sesosok monster robot berbentuk kangguru tengah menyeret ke belakang tubuhnya yang jatuh ke tanah. Keseluruhan tubuh makhluk itu berwarna cokelat, kuku-kuku jari tangan dan kakinya runcing, matanya bundar dan berwarna merah, dan memiliki ekor panjang berujung lancip.
Sosok misterius berarmor putih corak emas serta ber-body suit biru dan berhelm biru berjalan perlahan menghampiri si monster robot semut yang terus menyeret mundur tubuhnya. Helm sosok misterius tersebut memiliki dua tanduk panjang pipih berujung runcing berwarna emas serta satu tanduk pendek di tengahnya dengan warna emas pula. Lensa mata merah bulat besar pada helm sosok itu mengedipkan cahaya merah. Helm tersebut memiliki garis lengkungan tebal di mulut bagian atasnya dengan dua bagian lancip ke bawah dan bagian tengah lancip ke atas, di dagunya ada lengkungan garis tebal juga, sementara di tengah mulutnya--antara garis tebal bagian atas dan dagu--ada dua garis tebal menjorok ke tengah bawah di kanan dan kirinya yang bagian tengahnya memiliki garis tipis yang berbaris vertikal dari atas hingga bawah, secara keseluruhan mulutnya berwarna putih. Lalu di samping kanan dan kiri helm itu ada baja kecil berbentuk lonjong warna putih dengan posisi tidur warna putih bermotif garis hitam agak melengkung dan ditiban garis lurus berwarna hitam juga, di atas baja kecil lonjong itu terdapat garis hitam tipis yang memanjang hingga ke belakang dan bertemu di samping kanan. Helm tersebut seolah mewakili bentuk seekor 'kumbang chalcosoma'. 'Syal' biru yang memanjang ke depan yang melilit lehernya melambai-lambai ditiup angin. Ciri fisik armornya yakni bagian dada besar berwarna putih dengan lambang bulat bergaris tengah yang samping kanan dan kiri bawahnya bergaris miring ke bawah, sedangkan bagian atas memiliki garis miring ke atas di kanan dan kirinya dan bagian tengah yang lurus ke atas, secara keseluruhan garis-garis tersebut berwarna biru. Dan pelindung bagian bawah tengah dadanya terlihat tebal serta memiliki garis tebal warna emas di tengahnya, di bawahnya, tepatnya di perut, ada motif garis-garis hitam yang berjejer vertikal dari atas hingga bawah bertepi emas. Armor bagian belakang dan pundaknya berwarna putih polos. Pelindung baja bahunya berwarna putih dengan pola garis tebal warna emas. Pelindung baja kedua tangannya yang ditutupi sarung tangan biru mempunyai warna putih polos yang ditiban pelindung putih bergaris agak miring tebal di kanan dan kiri berwarna emas yang bagian tengahnya ada pola kotak pendek yang berbaris vertikal berwarna hitam. Bagian punggung tangannya dilapisi pelat baja warna putih, tak ketinggalan bagian atas jarinya dilapisi baja kotak berwarna putih pula. Bagian atas kedua kakinya memiliki dua pola persegi panjang warna putih yang berdiri vertikal bergaris tebal emas, satu di atas dan satu di bawah. Pelindung lututnya berbentuk segi enam berwarna putih dengan tepi warna emas. Kedua kakinya dilapisi sepatu panjang warna putih dari bawah lutut sampai ujung kaki, di punggung ujung sepatunya menempel baja kotak berwarna biru, kedua batang sepatu tersebut dilapisi dua baja panjang yang merenggang. Sementara sabuknya, bagian kepalanya berbentuk persegi panjang dengan dua baja menekuk di kanan dan kiri, dan di tengahnya terdapat permata bundar warna biru lengkap dengan pola garis-garis tipis di atas dan bawahnya. Di atasnya, ada lubang kotak tipis. Tali sabuk tersebut berbentuk kotak yang saling menyambung satu sama lain dan memiliki pola garis lurus lalu kotak di setiap bagiannya. Di sebelah kiri sabuknya menempel kotak putih dengan permukaan berlambang sama seperti lambang di dada sebelah kanannya.
"Ampun!!! Ampun!!!" teriak monster robot kangguru itu yang masih menyeret tubuhnya ke belakang.
"Tidak ada ampun bagi siapapun yang sudah menjadi lawanku, Kanger," ucap sosok misterius itu dengan nada dingin, menyebutkan nama si monster robot kangguru.
Panik, Kanger pun berdiri meski harus susah payah, kemudian berlari. Kanger berlari dengan cara melompat-lompat semampu yang ia bisa. Sampai pada akhirnya, tubuhnya terhantam oleh sesuatu. Rupanya sosok misterius tadi menendang Kanger persis di punggungnya dengan telapak kaki yang diselimuti putaran angin. Kanger pun terlempar ke depan sejauh 5 meter.
Setelah mendarat di tanah, sosok misterius itu berdiri. Angin di tapak sepatunya menghilang. Putaran baling-baling di mata kaki sepatu perak 'unik'nya perlahan berhenti, cahaya biru pada tiga kotak di atas sepatunya dan lambang besar yang sama seperti lambang di dadanya yang terletak di batang sepatu unik tersebut meredup, kemudian sepatu itu berubah menjadi hologram dan menghilang. Lalu, cahaya biru pada permata birunya meredup. Sekarang, sepatunya sudah kembali normal.
Kanger berteriak dengan suara yang memilukan, tubuhnya berkelap-kelip merah, sebelum akhirnya meledak dengan efek ledakan besar dan suara yang lumayan nyaring.
=***=
Aizawa University, Kota Zippon - Jepang, pukul 07:00.
"Izumi!!!" teriak Fumiko sambil berlari menghampiri Izumi yang sedang duduk di bangku hijau kantin kampus.
Izumi tidak menyahut dan hanya sibuk dengan laptop merah jambunya.
"Akhirnya ketemu juga," ucap Fumiko dengan nafas terengah-engah. "Aku ingin menjelaskan sesuatu."
Izumi melirik ke arah Fumiko sebentar. "Menjelaskan apa?" tanyanya dengan nada dingin, sebelum akhirnya kembali sibuk dengan laptopnya yang ada di atas meja.
"Kok kamu seperti itu sih padaku?" kata Fumiko dengan raut wajah sedih. "Aku salah apa?"
Izumi tak menjawab, ia hanya fokus pada laptopnya.
"Baiklah, kuubah pertanyaanku. Kenapa hari Senin setelah kau izin pulang karena sakit, kau kuhubungi tidak kau angkat-angkat? Hari Selasa pun kau tidak masuk, dan kuhubungi juga tidak kau angkat-angkat. Kenapa, Izumi?" tanya Fumiko.
Izumi diam dan tak menjawab, lagi-lagi ia fokus dengan laptopnya.
Air muka Fumiko kembali sedih. "Baiklah, aku mencarimu untuk menjelaskan kalau kemarin aku melihatmu yang berlari ketika melihat aku memeluk Ariel."
"Lalu?" tanya Izumi sambil masih memainkan laptopnya.
"Waktu itu lantai sangat licin. Aku terpeleset dan saat itu ada Ariel di depanku. Akhirnya, aku jatuh di pelukan Ariel. Aku tak sengaja memeluknya," jawab Fumiko.
Izumi mendongakkan kepala dan menatap Fumiko.
Fumiko balas menatap Izumi. "Kau ... Tidak cemburu, kan?"
Izumi tersenyum kecut, lalu menggeleng. "Kenapa aku harus cemburu? Aku kan bukan siapa-siapanya."
"Tapi ... Kenapa kau waktu itu lari? Dan sekarang, kenapa kau seperti itu padaku?" Fumiko lalu duduk di bangku yang ada di hadapan Izumi yang dibatasi meja panjang warna cokelat dengan taplak hijau. "Aku tahu kau berbohong."
"Untuk apa aku berbohong? Kan sudah kubilang kalau aku ini bukan siapa-siapanya. Lagipula kau tidak sengaja, kan?" Izumi lalu tersenyum manis.
Melihatnya, Fumiko langsung tersenyum lebar. "Maafkan aku ya...." Ia lalu menyodorkan tangannya di depan Izumi.
"Um!" Izumi menyambut tangan Fumiko sambil tersenyum.
"Sebagai rasa permohonan maaf, hari ini, kau akan kutraktir makan," kata Fumiko.
"Benarkah??" tanya Izumi.
Fumiko tersenyum dan mengangguk.
"Terimakasih...," balas Izumi sambil tersenyum.
Sementara itu, di kamar mandi laki-laki Aizawa University, Tokichi dipojokkan di tembok oleh Jito dan Bakugou.
"Kenapa kau kemarin tidak masuk, hah?! Kau mau menghindari kami??" tanya Jito sambil mencengkram kerah baju Tokichi. "A-ampun, Jito. Aku kemarin sedang sakit," jawab Tokichi.
"Ah, alasan! Bilang saja kau mau menghindar dari kami!" sela Bakugou. "Kau tahu kan hari Senin kami disuruh membersihkan toilet gara-gara kau tidak membawa PR kami?!"
"I-iya, a-a-aku tahu, m-m-maafkan aku...." Tokichi tertunduk, tak berani menatap Jito dan Bakugou.
"Dan hari Senin kau alasan sakit lalu pulang setelah kami selesai membersihkan toilet, apa maksudnya?" tanya Jito.
"Sudah kukatakan kalau aku memang sakit," jawab Tokichi.
"Ah, alasan!" Jito lalu menjatuhkan Tokichi ke lantai dan menendang tubuh laki-laki pendek itu.
Bakugou yang melihatnya pun ikut menendang Tokichi. Dan Jitou serta Bakugou menendangi Tokichi berkali-kali dengan keras tanpa ampun. Badan Tokichi terasa sangat sakit dan bajunya juga jadi kotor.
"Aku kemarin memang benar-benar sakit," ucap Tokichi sambil menangis dan mengaduh kesakitan karena terus ditendang oleh Jito dan Bakugou.
"ALASAN!" gertak Jito yang kemudian menendang wajah Tokichi.
Tokichi mengerang kesakitan sambil memegangi wajahnya. Jito dan Bakugou terus menerus menendangi Tokichi dengan sekuat tenaga mereka.
Di saat seperti itu, tiba-tiba pundak Jito ditepuk dari belakang oleh seseorang. Begitu Jito menoleh...
BOUGH!
Wajahnya terkena bogem mentah oleh orang itu hingga jatuh terjerembab.
Bakugou yang menoleh ke belakang juga terkena bogem mentah seperti Jito dan jatuh terjerembab pula. Bibir mereka berdua berdarah.
"A-A-Ariel???" Jito terkejut begitu tahu siapa yang meninjunya dan Bakugou.
"Lagi-lagi kalian," ucap Ariel dengan nada dingin. "Tidak ada jera-jeranya ya!?"
"Ariel?" Tokichi tersenyum lega.
Jito dan Bakugou berdiri, lalu lari pontang-panting.
Ariel pun melenggang pergi dari sana, meninggalkan Tokichi yang mengucapkan "Terimakasih".
Di salah satu tangga keramik Aizawa University.
"Ini tidak bisa dibiarkan!" Jito meninju tembok dengan tangan kanannya. "Ariel itu penghalang yang harus dimusnahkan!"
"Tapi bagaimana caranya? Apa kau sudah dapat ide?" tanya Bakugou.
Jito menggeleng. "Belum."
Bakugou menghela napas.
Jito lalu berdiri. "Tapi hari ini, aku mau berusaha mencari orang yang mampu menghabisi Ariel. Bakugou, jika nanti aku tidak kembali sampai jam pelajaran dimulai, tolong tanda tangani absenku seperti biasa."
"Baik. Tapi kau mau mencari dimana?? Usaha seperti itu apakah bisa berhasil?? Berkacalah pada usaha-usaha sebelumnya yang seperti itu."
"Jika tidak dicoba mana bisa kita tahu. Ke ujung dunia pun akan kucari!"
Bakugou menghela napas panjang, sementara Jito berlalu pergi.
Jito dengan motor 'pulsar' hitamnya berkeliling kota. Tapi daritadi tidak ada satu pun orang kuat yang ditemukannya. Hingga akhirnya, ia berhenti di warung pinggir jalan dan membeli sekaleng minuman dingin.
Tiba-tiba, sebelum Jito duduk, ia ditabrak oleh seorang pria atletis berkaos biru berbalut jaket hitam garis biru yang memanjang dari depan hingga melingkari bawah sikunya, sementara celananya adalah jeans biru. Minuman Jito pun jatuh dan tumpah karenanya.
"Hey! Apa-apaan kau?!" teriak Jito pada orang itu.
Orang itu menoleh sebentar ke arah Jito. Rambutnya tipis dua senti di bagian samping, sedangkan bagian tengahnya berambut lebat lancip walau tidak berdiri. Kemudian orang itu berlari kembali. Tentu saja Jito sangat kesal.
Tidak lama kemudian, empat orang polisi berlari mengejar orang yang menabrak Jito itu sambil berteriak "Berhenti!" dan melepaskan tembakan ke atas beberapa kali.
"Ada apa ya??? Penasaran," ucap Jito yang kemudian berlari mengikuti polisi itu dan sesekali bersembunyi di berbagai celah agar tidak ketahuan.
Pengejaran para polisi itu sampai di jalan buntu pada sebuah gang. Orang yang mereka kejar pun terpojok.
Jito bersembunyi, menontonnya dari dalam rumah kosong kecil yang jendela mengarah ke jalan buntu itu.
"Angkat tangan, atau kami tembak!" teriak salah satu polisi sambil mengacungkan pistol hitamnya, membuat polisi lainnya juga mengacungkan pistol mereka ke arah orang berjaket buruan mereka itu.
Orang berjaket itu memiliki wajah oval, alis mata tipis, mata hitam sayu yang tidak terlalu besar juga tidak terlalu kecil, hidung cukup mancung, bibir sedang, dan daun telinga berukuran standar.
"Aku tidak akan menyerah! Jika kalian ingin menembakku silahkan," ucap orang itu.
"Keras kepala!" kata salah seorang polisi. Ia lalu melepaskan tembakan ke arah orang berjaket tersebut.
Namun, peluru tembakan tersebut berhasil diapit oleh orang berjaket itu.
"Apa???" Polisi yang menembak tadi terkejut bukan main.
Si pria berjaket itu lalu menjatuhkan ke tanah peluru yang dipegangnya.
Polisi yang lain juga terkejut bukan main, begitu pula Jito yang mengintip di balik jendela rumah kosong.
"He-hebat...," ucap Jito terkagum. "Ini pertama kalinya di depan mataku ada orang yang mampu menangkap peluru."
Polisi tadi kembali melepaskan tembakan, diikuti dengan polisi lainnya. Akan tetapi, semua berondongan peluru itu tak ada artinya, semuanya berhasil diapit oleh jari-jemari orang berjaket tersebut.
"M-m-mustahil!" ucap salah satu polisi. Dia panik dan kabur dari sana. Saat itu, si pria berjaket menjatuhkan peluru-peluru yang ditangkapnya ke tanah.
Dua polisi lainnya juga panik dan akhirnya kabur. Tinggal satu sisanya.
"Tidak ada cara lain, mau tidak mau pakai tangan kosong," gumam polisi yang tersisa itu yang langsung maju ke hadapan si pria berjaket.
Pria berjaket itu hanya menatap si polisi dengan tatapan dingin.
Begitu si polisi memukul si pria berjaket dengan tangan kanannya, pria berjaket itu cuma mengelak dengan tenang. Sampai pada akhirnya, polisi itu menghujani si pria berjaket dengan pukulan di segala arah dan juga tendangan. Tapi itu semua berhasil diblok dan dihindari oleh si pria berjaket dengan tenang.
Begitu si pria berjaket melihat celah, ia segera menendang dada si polisi dengan keras.
Polisi itu pun terpental beberapa meter ke belakang dan muntah darah, hingga akhirnya pingsan.
"He-hebat...," ucap Jito dari balik jendela rumah kosong.
Orang berjaket itu pun melangkah pergi dari jalan buntu tersebut.
"Tunggu!" teriak Jito yang sudah ke luar dari rumah kosong di belakang si pria berjaket.
Diubah oleh Ariel.Matsuyama 05-05-2019 21:17
0
Kutip
Balas