TS
Ariel.Matsuyama
[FanFic] Kamen Rider Blitzer
![[FanFic] Kamen Rider Blitzer](https://dl.kaskus.id/ic.pics.livejournal.com/arielmatsuyama/83052924/5659/5659_900.png)
Kamen Rider Blitzer (仮面ライダー ブリッツァー)
Genre:Action | Drama | Adventure
Quote:
ATTENTION:
Meski tokoh utama dalam cerita ini adalah "Kamen Rider Blitzer", tapi ceritanya hampir sama seperti manga "Kamen Rider Spirits", bedanya disini semua Kamen Rider dari era Showa sampai yang terbaru satu dunia.
Meski tokoh utama dalam cerita ini adalah "Kamen Rider Blitzer", tapi ceritanya hampir sama seperti manga "Kamen Rider Spirits", bedanya disini semua Kamen Rider dari era Showa sampai yang terbaru satu dunia.
Spoiler for List Episode:
Episode 1: Hobi Membunuh
[Act 1] [Act 2] [Act 3 (End)]
Episode 2: Gerombolan Raja Minyak
[Act 1] [Act 2] [Act 3 (End)]
Episode 3: Gerombolan Raja Minyak Part 2
[Act 1] [Act 2 (End)]
Episode 4: Rival
[Act 1] [Act 2 (End)]
Episode 5: Dendam VS Dendam (Ide by: Dhodo Rukanda)
[Act 1] [Act 2 (End)]
Episode 6: Jalan Kegelapan
[Act 1] [Act 2 (End)]
Episode 7: Game Kematian
[Act 1] [Act 2 (End)]
Episode 8: Belalang Hitam
[Act 1] [Act 2 (End)]
Episode 9: MECHA - MONSTER
[Act 1] [Act 2] [Act 3] [Act 4 (End)]
Episode 10: NEGA
[Act 1] [Act 2] [Act 3 (End)]
Episode 11: Inilah Diriku!
[Act 1] [Act 2] [Act 3 (End)]
Episode 12: Darker
[Act 1] [Act 2 (End)]
Episode 13: Kapsul Penyelesai Masalah
[Act 1] [Act 2 (End)]
Episode 14: Kasus Kematian Aneh
[Act 1] [Act 2 (End)]
Episode 15: Pencuri Kekuatan
[Act 1] [Act 2 (End)]
Episode 16: Yami Rider
[Act 1] [Act 2 (End)]
Episode 17: Meringkus Yami RiderNEW!!
[Act 1] [Act 2 (End)]
[Act 1] [Act 2] [Act 3 (End)]
Episode 2: Gerombolan Raja Minyak
[Act 1] [Act 2] [Act 3 (End)]
Episode 3: Gerombolan Raja Minyak Part 2
[Act 1] [Act 2 (End)]
Episode 4: Rival
[Act 1] [Act 2 (End)]
Episode 5: Dendam VS Dendam (Ide by: Dhodo Rukanda)
[Act 1] [Act 2 (End)]
Episode 6: Jalan Kegelapan
[Act 1] [Act 2 (End)]
Episode 7: Game Kematian
[Act 1] [Act 2 (End)]
Episode 8: Belalang Hitam
[Act 1] [Act 2 (End)]
Episode 9: MECHA - MONSTER
[Act 1] [Act 2] [Act 3] [Act 4 (End)]
Episode 10: NEGA
[Act 1] [Act 2] [Act 3 (End)]
Episode 11: Inilah Diriku!
[Act 1] [Act 2] [Act 3 (End)]
Episode 12: Darker
[Act 1] [Act 2 (End)]
Episode 13: Kapsul Penyelesai Masalah
[Act 1] [Act 2 (End)]
Episode 14: Kasus Kematian Aneh
[Act 1] [Act 2 (End)]
Episode 15: Pencuri Kekuatan
[Act 1] [Act 2 (End)]
Episode 16: Yami Rider
[Act 1] [Act 2 (End)]
Episode 17: Meringkus Yami RiderNEW!!
[Act 1] [Act 2 (End)]
Spoiler for Realms:
*Theme Song
*Main Character
*Main Character 2 (In Process)
*Supporting Character (In Process)
*Villain NEW!!
*Main Character
*Main Character 2 (In Process)
*Supporting Character (In Process)
*Villain NEW!!
Quote:
Cerita ini juga diterbitkan di: WATTPAD
Diubah oleh Ariel.Matsuyama 08-02-2020 18:50
0
12.1K
Kutip
52
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Fanstuff
1.9KThread•347Anggota
Tampilkan semua post
TS
Ariel.Matsuyama
#13
Update!!!
Spoiler for Episode 3: Gerombolan Raja Minyak Part 2:
"Khahahahahaha... Pijitanmu kali ini enak juga," ejek Gorirer.
"Tcih," Blitzer mendecih.
"Oke, main-mainnya sudah selesai. Aku ada urusan!" Gorirer kemudian memukul tanah dengan kedua tangannya. Setelah itu ia berubah menjadi hologram dan menghilang.
=***=
Komplek Shinkuudere, Kota Zippon - Jepang, Minggu 12 Januari 2020, pukul 08:00.
Di kamar Ariel.
"Apa??? Jurus pengakhiranmu tidak mempan??" Eiji melongo mendengar penjelasan Ariel tentang pertarungannya dengan Gorirer semalam. "Aneh sekali."
"Kau yang aneh," balas Ariel.
Eiji menunjuk dirinya dengan dahi mengernyit. "Aku???"
"Ya," jawab Ariel. "Kenapa hari ini kau tidak masuk kerja? Dan di Cous Coussier kemarin kenapa kau dan Kak Hina tidak pakai celemek atau seragam butler dan maid?"
"Ooh... Hari ini aku libur. Dan Kemarin itu diperbolehkan memakai baju bebas."
"Begitu ya," balas Ariel yang kemudian meraih remot tv di kasurnya dan menyalakan tv layar datar yang tertempel di tembok.
Ariel menyetel dan menonton Steel TV. Eiji juga ikut menonton. Di acara tersebut ada orang-orang yang menjual bensin dengan harga sangat mahal di tengah-tengah kelangkaan bensin, malah sekarang pom bensin semuanya tutup. Rakyat berbondong-bondong membeli bensin pada orang-orang itu di pom bernama 'Phiciku' yang terletak di Jalan Inabi. Ketika ditanya darimana ia membeli bensin, orang-orang tersebut menjawab mereka membeli dari luar negeri.
"Wah, hebat ya orang-orang itu," kata Eiji. "Biarpun mereka menjual bensin dengan harga mahal, tapi sama saja mereka sudah membantu orang banyak."
"Yang seperti itu kau bilang membantu?" Ariel menggelengkan kepalanya. "Apa jangan-jangan orang-orang di tv itu ada kaitannya dengan Gerombolan Raja Minyak yang dikepalai Gorirer yang kau ceritakan ketika meneleponku semalam?" tanya Ariel.
Eiji menjawab, "Kalau kurasa tidak. Karena mereka yang sudah kubekuk dan memberitahuku semuanya sudah kuserahkan pada polisi kemarin. Jadi tinggal ketuanya saja si Gorirer."
Ariel diam dan berpikir. "Tapi aku tetap curiga. Jangan-jangan gerombolan itu masih ada. Tapi apapun itu, aku akan menyelidikinya dan mencari cara untuk membunuh Gorirer."
=***=
Sebuah rumah mewah Kota Zippon - Jepang, pukul 09:00.
Di minggu pagi yang cerah itu, Masaru dan Ocha anak Gorirer tengah bermain bersama teman-temannya dengan riang. Mereka main 'robot-robotan' yang harganya terbilang sangat mahal. Selesainya bermain, Masaru dan teman-temannya disuruh Gorirer ke ruang makan. Di ruang makan yang besar itu, Masaru dan teman-temannya disuguhi makanan dan minuman yang sangat mahal, salah satu contohnya 'Daging Sapi Wagyu'.
Gorirer terlihat senang sekali dan puas melihat anaknya gembira dan makan dengan sangat lahap. Baru kali ini ia merasakan bagaimana memiliki anak. Setelah itu, ia pergi keluar.
Di luar, Gorirer dikejutkan dengan kedatangan seorang wanita dengan pakaian serba biru.
"Gorirer. Aku kesini untuk memperingatkanmu." Itulah kata-kata yang keluar dari bibir sensual berlipstik merah jambu dengan gigi rapih si wanita berpakaian serba biru tersebut. Wajahnya oval, alisnya tipis, hidungnya kecil dan pipih. Daun telinganya yang kecil dihiasi anting persegi warna emas.
"Siapa kau? Memperingatkan apa?" tanya Gorirer.
"Aku Quesier," jawab wanita yang berdiri di hadapan Gorirer itu.
Gorirer tersentak. Yang ia tahu, Quesier adalah Mechaster yang sudah masuk 100 besar dan merupakan Mechaster yang memiliki rangking di bawah 5 poin serta merupakan Petinggi Mechaster. Gorirer pernah melihatnya dalam list 'Killer Board' miliknya. Killer Board ialah benda kotak yang dibuat khusus untuk melihat rangking para Mechaster sekaligus melihat jumlah manusia yang sudah mereka bunuh. Tujuan Mechaster selain 'membudaki' manusia adalah membunuh mereka adalah agar bisa menjadi petinggi atau pemimpin dan minimal masuk 100 besar karena ada kebanggaan tersendiri ketika masuk ke posisi itu. Yang Gorirer tahu, pemimpin mempunyai hak memerintah petinggi dan seluruh Mechaster, sedangkan petinggi pertama memiliki hak memerintah petinggi kedua serta semua Mechaster, lalu petinggi kedua cuma punya hak memimpin seluruh Mechaster yang memiliki rangking di bawahnya. Siapapun yang menjadi petinggi dan pemimpin, kekuatannya akan bertambah setiap membunuh manusia.
"Kenapa diam, Gorirer?" tanya Quesier.
"Ah, tidak apa-apa, Nyonya Quesier," jawab Gorirer yang kemudian menaruh tangan kanannya di dada dan membungkuk.
"Aku sudah tahu semuanya, pemimpin Gerombolan Raja Minyak."
"Jadi?"
"Bukan begitu cara membudaki manusia yang benar," jawab Quesier. "Apa yang kau lakukan itu hanya akan membuat Mechaster lain di negara ini kesulitan memperoleh minuman pokok. Jadi, kuharap kau hentikan aksimu!"
"Lalu aku harus bagaimana, Yang Mulia? Aku sudah menggunakan tubuh orang ini, dan hidupnya sangat miskin. Aku tidak mau hidup miskin."
"Aku tidak peduli! Hentikan aksimu itu! Jika dalam beberapa hari kau masih saja seperti itu, kau akan kubunuh!"
"Ta-tapi ..."
"Tidak ada tapi-tapian!" bentak Quesier. "Dan berhati-hatilah terhadap Kamen Rider. Sudah banyak bangsa kita yang dibunuh olehnya." Tubuhnya kemudian berubah menjadi hologram dan menghilang.
Gorirer menghela napas lalu kembali masuk ke dalam rumah.
=***=
Aizawa University, Kota Zippon - Jepang, Senin 13 Januari 2020, pukul 07:00.
Di belakang kantin, dua orang pemuda berjalan menghampiri seorang pemuda pendek berkacamata dan berponi lurus tebal menutupi alisnya. Pemuda yang satu bertubuh gendut, berwajah kotak, berambut pendek rapih, beralis mata tipis, bermata besar, berhidung cukup mancung, berbibir sedang, bertelinga 'caplang', dan berkulit cokelat. Setelan bajunya yakni kaos merah bergambar serigala dan celana jeans biru sobek-sobek, sepatu kets merah nampak memperbagus kakinya lengkap dengan kaos kaki biru. Sedangkan pemuda yang satu lagi bertubuh kurus, berkulit putih, berambut jabrik, berwajah segitiga, beralis mata tipis, bermata tajam, berhidung pipih, berbibir tipis, dan bertelinga kecil yang tertutup sedikt oleh rambutnya. Pakaiannya yakni kaos biru bergambar macan tutul dan celana tiga perempat, sementara sepatunya adalah sepatu kets yang keseluruhannya warna biru dengan kaos kaki warna merah.
Pemuda berkacamata yang dihampiri oleh dua pemuda itu gemetaran dan tubuhnya serasa kaku. Bibirnya yang tipis itu tidak berhenti bergetar dan sesekali ia menelan ludah. Wajahnya yang oval dan berkulit kuning langsat berkeringat dingin. Ia memiliki mata besar dengan alis tipis, hidung yang kecil, dan daun telinga yang besar. Pakaian yang dipakainya ialah kemeja kotak-kotak ungu yang dimasukkan ke dalam dan celana tiga perempat warna hitam, tak ketinggalan sepatu kets yang seluruhnya berwarna hitam yang lengkap dengan kaos kaki bergaris-garis merah dan ungu.
Begitu sampai di depan pemuda berkacamata kuda tersebut, si gendut berkuping caplang menarik kerah baju si kacamata. "Tokichi! Mana PR kami? Apa sudah kau kerjakan? Jangan sampai kau lupa membawanya seperti waktu itu ya!"
"M-m-maaf, PR kalian ... Lupa kubawa, Jito," jawab Tokichi.
"Apa???" Jito memelototkan matanya. "Dasar dungu!" makinya sambil menempeleng keras kepala Tokichi.
Si kurus jabrik juga ikut menempeleng keras kepala Tokichi. "Dungu sekali kau!"
"Ampun, Bakugou," ucap Tokichi sambil menatap si botak. "Dan ampun juga, Jito."
"Kemarin kau sudah kuampuni. Tapi sekarang, kau harus menanggung akibatnya!" kata Jito.
Lalu Jito dan Bakugou menyeret Tokichi dari sana tanpa mempedulikan ucapan "Ampun" berkali-kali dari Tokichi.
Jito dan Bakugou membawa Tokichi ke kamar mandi laki-laki. Suasana di kamar mandi yang luas tersebut sangat sepi, cuma ada Jito, Bakugou, dan Tokichi. Jito dan Bakugou yang membawa Tokichi segera masuk ke dalam salah satu WC yang ada di sana dan tak lupa menguncinya dengan slot yang telah disediakan.
"Ini balasan untukmu, dungu!" kata Jito yang kemudian memasukkan kepala Tokichi ke dalam bak mandi yang penuh dengan air.
Tokichi pun merasa pengap dan kesulitan bernapas, dadanya serasa sesak. Hal itu berlangsung selama kurang lebih dua menit.
Jito dan Bakugou tertawa terbahak-bahak melihatnya. Kemudian Jito mengangkat kepala Tokichi dari air.
Napas Tokichi terengah-engah, tapi ia bersyukur tidak kesulitan bernapas lagi.
Namun, Jito kembali memasukkan kepala Tokichi ke dalam bak mandi. Tokichi pun langsung kesulitan bernapas.
Beberapa menit kemudian, Jito mengangkat lagi kepala Tokichi. Akan tetapi, ia memasukkannya kembali ke dalam bak, begitu terus sampai beberapa kali.
Jito dan Bakugou tertawa terbahak-bahak dan merasa sangat puas. Kali ini, kepala Tokichi dimasukkan ke dalam air dan tidak dikeluarkan lagi.
"Orang sepertimu lebih baik mati saja!" ucap Jito sambil tertawa.
Akan tetapi...
BRUAK!!
Pintu kamar mandi terbuka. Seseorang telah 'menendangnya'.
Jito dan Bakugou kaget dan menoleh ke arah pintu.
"A-A-Ariel?" gagap Jito yang melihat Ariel berdiri di ambang pintu.
"Jito, Bakugou. Kalian berdua lagi. Padahal sudah sering kuperingatkan," ujar Ariel.
Jito kemudian mengangkat kepala Tokichi dari bak mandi dan melepaskannya. Lalu, ia dan Bakugou langsung lari terbirit-birit.
Napas Tokichi tersenggal-sengggal. Ia mencoba mengatur napasnya yang hampir habis. Lalu ia menengok ke belakang. "Ariel?" ucapnya. "Terimakasih."
"Pergilah! Kau sudah aman," perintah Ariel.
"Tapi, aku ingin kuat sepertimu. Tolong ajari aku!" pinta Tokichi.
Ariel hanya diam, lalu pergi dari tempat itu.
Di tangga keramik Aizawa University, Jito dan Bakugou mengobrol tentang Ariel yang bagi mereka adalah orang yang sangat menyebalkan.
"Lalu bagaimana??? Ariel itu beladirinya sangat hebat! Kita dan seluruh orang yang ada di kampus ini bukanlah tandingannya," ucap Jito dengan nada keras.
"Apa tidak ada cara lagi?" tanya Bakugou. "Aku ingin sekali melenyapkannya dari kampus ini!"
"Aku pun juga begitu, ingin melenyapkannya! Sudah berapa kali kita bayar preman, bodyguard, dan orang-orang kuat lainnya untuk menghabisinya, tapi hasilnya nol."
"Aku juga bingung, cara apa lagi ya yang bisa kita lakukan?"
"Entahlah. Nanti coba kupikirkan lagi."
Ketika jam pelajaran dimulai, di kelas, Izumi terus memandangi Ariel yang sedang memperhatikan dosen berkepala botak serta berjenggot panjang mengajar. Daritadi ia sama sekali tidak memperhatikan dosen yang sedang menerangkan, matanya terus terfokus pada laki-laki yang mirip dengan Arai itu sampai bermenit-menit.
"Izumi!!" panggil sang dosen ber-nametag 'Daichi' tersebut sambil menatap perempuan itu.
Namun, Izumi tetap fokus pada Ariel.
"Izumi!!" panggil sang dosen sekali lagi.
Izumi tetap fokus pada Ariel, padahal saat ini seisi kelas tengah menatapnya sambil bebisik-bisik, kecuali Ariel.
Fumiko yang melihat hal itu pun langsung menyenggol-nyenggol lengan Izumi dengan sikunya. "Izumi! Izumi! Kau dipanggil tuh!"
Izumi terkaget dan menoleh ke arah Fumiko. "Iya, Fumiko! Ada apa?"
"Lihat ke depan, ke arah dosen!" kata Fumiko.
Izumi pun memutar bola matanya ke arah sang dosen, Daichi.
"Izumi!" panggil Daichi. "Maju ke depan, selesaikan soal ini!" Ia lalu menunjuk soal yang tertulis di papan tulis dengan spidol yang dipegangnya.
"Waduh, mati aku," gumam Izumi. Ia menelan ludah, kemudian maju ke depan kelas. Setelah menerima spidol yang diberikan Daichi, ia pun mengisi setiap soal yang ada.
Tak lama kemudian semua soal sudah diisi oleh Izumi. Daichi mengoreksinya satu satu-persatu.
"Jawabanmu semuanya salah!" ucap Daichi.
Izumi terkejut.
"Makanya, kalau dosen sedang menerangkan itu perhatikan!" kata Daichi. "Kau melihat apa sih daritadi, he?"
"B-bukan apa-apa, pak," jawab Izumi.
Daichi menggelengkan kepalanya, lalu menyapukan pandangannya ke seisi kelas. "Apa ada yang mau membantu Izumi? Jika tidak, kalian tidak boleh keluar pada jam istirahat. Dan yang berhasil mengerjakan semua soal di papan tulis, diperbolehkan langsung keluar istirahat."
Seisi kelas langsung riuh. Tapi tidak ada satu pun yang mau maju. Namun, tak lama kemudian Ariel berdiri dari bangkunya.
"Ariel? Apa kau ingin membantu Izumi?" tanya Daichi.
"Aku hanya ingin keluar dari kelas membosankan ini," jawab Ariel yang langsung mendapat tatapan tajam dari Daichi. Tapi ia mengacuhkannya dan maju ke depan.
Setelah meminta spidol pada sang dosen dan penghapus untuk menghapus setiap jawaban yang salah pada papan tulis putih itu, Ariel langsung mengerjakan soal tersebut dengan cepat. Begitu selesai, Daichi itu segera mengoreksinya.
Daichi tersenyum. Amarahnya sirna seketika. Ia menepuk bahu Ariel dan berkata, "Semua jawabanmu benar!"
Para mahasiswi langsung terpesona melihatnya tak terkecuali Izumi, sedangkan para mahasiswa dibuat iri karenanya.
"Ariel... Terimakasih," ucap Izumi dalam hati. Makin cinta saja ia pada Ariel.
"Baiklah Ariel, kau boleh keluar dan istirahat," ucap Daichi yang kemudian tersenyum.
Ariel pun keluar dari kelas, sementara pelajaran kembali berlangsung.
Ketika jam istirahat tiba, Izumi terlihat sedang berjalan sembari bersandung riang. Ia berjalan menuju perpustakaan kampus.
"Kata anak-anak Arielholic, Ariel suka nongkrong di perpustakaan ya. Mau lihat ah...," ucap Izumi sambil berjalan.
Ketika sudah sampai di dekat perpustakaan, Izumi tak sengaja melihat Fumiko yang tengah berpelukan dengan Ariel. Izumi pun terkejut dan mematung. Air mata menetes membasahi pipinya. Ia segera berlari dari tempat itu.
"Izumi?" ucap Fumiko yang tak sengaja melihat Izumi berlari. Kemudian ia melepas pelukannya dengan Ariel dan mengejar Izumi. "Izumi, tunggu!"
Namun, Izumi sudah menghilang.
Di belakang kampus, Izumi menangis sejadi-jadinya. Ia tak kuasa melihat orang yang dicintainya dipeluk oleh temannya sendiri. Ia terus meracau tak menentu. Entah apa yang harus dilakukannya.
Segera...
Sepulang kuliah, Ariel dengan motor sport kesayangannya menyusuri jalan raya Kota Zippon. Tak lama kemudian, motor Ariel berhenti di dekat antrean yang sangat panjang. Di antrean tersebut orang-orangnya membawa motor.
Ariel menyetandarkan motornya dan turun dari motor tersebut.
"Permisi, benarkah ini Pom Phiciku?" tanya Ariel pada seorang pria pendek berambut belah tengah di antrean paling belakang.
"Betul sekali," jawab orang berbaju abu-abu dan celana jeans hitam itu. "Apa kau ingin membeli bensin juga?"
Ariel mengangguk.
"Kalau begitu, kau harus antre di belakangku," ucap orang tersebut.
Ariel pun antre di barisan paling belakang setelah menaikkan standar motornya dan menaikinya.
Menit demi menit berlalu. Jumlah antrean di Pom Phiciku makin lama makin banyak. Dan akhirnya, tibalah giliran Ariel.
Salah seorang berbaju serba merah dan berkulit sawo matang menghampiri Ariel dan motornya. "Mau beli berapa liter?" tanyanya sambil memainkan cambang rambutnya yang panjang.
"Satu liternya berapa?" Ariel bertanyak balik.
"Lima ribu yen." Itulah jawaban yang keluar dari bibir tebal orang bermata sipit dan berhidung kecil tersebut.
"Sebelumnya, aku ingin bertanya, darimana kau dapatkan bensin yang kau jual? Jawab dengan sejujur-jujurnya!" kata Ariel.
Orang itu menjawab, "Dari luar negeri."
"Apa itu benar?" Ariel memicingkan matanya. "Jika kau menjawab dengan jujur, maka aku akan membayarmu lebih mahal."
"Tidak perlu, tuan. Aku berani bersumpah kalau bensin yang kami miliki memang berasal dari luar negeri."
Ariel menghela napas. "Ya sudah, aku beli dua liter,"
"Baik, tuan," Orang itu kemudian meminta corong pada temannya kemudian mengisi motor air dengan bensin yang ada di dalam jeriken biru besar yang dipegangi oleh temannya. Di tempat itu ada banyak sekali jeriken berukuran besar.
Setelah selesai mengisi bensin, Ariel menelepon Eiji.
"Kak Eiji, orang-orang penjual bensin itu tidak ada kaitannya dengan Aiko," kata Ariel setelah Eiji menerima panggilannya.
"Betul kan dugaanku. Jadi, bagaimana selanjutnya?" tanya Eiji.
"Kita cari Gorirer, dan kita habisi dia!"
"Apa kau sudah menemukan cara untuk menghancurkannya?"
"Belum. Tapi aku punya ide, kau saja yang melawan Gorirer lebih dulu, dan aku mencari titik lemahnya."
"Apa??? Aku??? Memangnya Gorirer punya titik lemah?"
"Sebetulnya aku juga tidak tahu. Tapi kita coba saja dulu caraku. Kalau kita kalah, ya cari cara lain."
"Oke, baiklah."
Setelah itu Ariel menutup panggilannya.
Singkat cerita, Ariel dan Eiji menelusuri jalanan Kota Zippon untuk mencari Gorirer. Ariel mengendarai motor sport merah kesayangannya, sedangkan Eiji mengendarai motor panjang berwarna hitam corak emas dengan mesin berwarna hitam pula serta ada besi bulat putih di sampingnya dan di depannya menempel bulatan perak bertepi merah tebal. Di bagian belakangnya ada kotak persegi panjang. Di bagian samping atasnya ada bulatan putih dengan tepi emas lengkap dengan garis emas di depan dan belakangnya serta di bawahnya. Lalu bagian depannya bundar besar berwarna hitam bertepi emas dan beberapa bagian putih serta merah. Sementara knalpotnya berwarna putih. Nama motor itu adalah 'Ride Vendor'. Lalu helm yang dikenakan Eiji adalah helm full face berwarna hitam bergaris emas.
Tiba-tiba, smartphone milik ariel yg ditempelkan di dekat speedometer berbunyi. Ariel pun menekan tombol bulat di bawah layar smartphone tersebut. Layar itu langsung menampilkan peta dgn titik merah pada sebuah jalan dan di atas titik merah itu ada tulisan Gorirer.
"Kak Eiji, Gorirer sudah terlacak! Ikuti aku dari belakang!" perintah Ariel sambil menoleh pada Eiji yang mengendarai motor di sebelah kirinya.
Eiji mengangguk lalu mengubah posisinya dari di samping Ariel menjadi di belakangnya.
"Tcih," Blitzer mendecih.
"Oke, main-mainnya sudah selesai. Aku ada urusan!" Gorirer kemudian memukul tanah dengan kedua tangannya. Setelah itu ia berubah menjadi hologram dan menghilang.
=***=
Komplek Shinkuudere, Kota Zippon - Jepang, Minggu 12 Januari 2020, pukul 08:00.
Di kamar Ariel.
"Apa??? Jurus pengakhiranmu tidak mempan??" Eiji melongo mendengar penjelasan Ariel tentang pertarungannya dengan Gorirer semalam. "Aneh sekali."
"Kau yang aneh," balas Ariel.
Eiji menunjuk dirinya dengan dahi mengernyit. "Aku???"
"Ya," jawab Ariel. "Kenapa hari ini kau tidak masuk kerja? Dan di Cous Coussier kemarin kenapa kau dan Kak Hina tidak pakai celemek atau seragam butler dan maid?"
"Ooh... Hari ini aku libur. Dan Kemarin itu diperbolehkan memakai baju bebas."
"Begitu ya," balas Ariel yang kemudian meraih remot tv di kasurnya dan menyalakan tv layar datar yang tertempel di tembok.
Ariel menyetel dan menonton Steel TV. Eiji juga ikut menonton. Di acara tersebut ada orang-orang yang menjual bensin dengan harga sangat mahal di tengah-tengah kelangkaan bensin, malah sekarang pom bensin semuanya tutup. Rakyat berbondong-bondong membeli bensin pada orang-orang itu di pom bernama 'Phiciku' yang terletak di Jalan Inabi. Ketika ditanya darimana ia membeli bensin, orang-orang tersebut menjawab mereka membeli dari luar negeri.
"Wah, hebat ya orang-orang itu," kata Eiji. "Biarpun mereka menjual bensin dengan harga mahal, tapi sama saja mereka sudah membantu orang banyak."
"Yang seperti itu kau bilang membantu?" Ariel menggelengkan kepalanya. "Apa jangan-jangan orang-orang di tv itu ada kaitannya dengan Gerombolan Raja Minyak yang dikepalai Gorirer yang kau ceritakan ketika meneleponku semalam?" tanya Ariel.
Eiji menjawab, "Kalau kurasa tidak. Karena mereka yang sudah kubekuk dan memberitahuku semuanya sudah kuserahkan pada polisi kemarin. Jadi tinggal ketuanya saja si Gorirer."
Ariel diam dan berpikir. "Tapi aku tetap curiga. Jangan-jangan gerombolan itu masih ada. Tapi apapun itu, aku akan menyelidikinya dan mencari cara untuk membunuh Gorirer."
=***=
Sebuah rumah mewah Kota Zippon - Jepang, pukul 09:00.
Di minggu pagi yang cerah itu, Masaru dan Ocha anak Gorirer tengah bermain bersama teman-temannya dengan riang. Mereka main 'robot-robotan' yang harganya terbilang sangat mahal. Selesainya bermain, Masaru dan teman-temannya disuruh Gorirer ke ruang makan. Di ruang makan yang besar itu, Masaru dan teman-temannya disuguhi makanan dan minuman yang sangat mahal, salah satu contohnya 'Daging Sapi Wagyu'.
Gorirer terlihat senang sekali dan puas melihat anaknya gembira dan makan dengan sangat lahap. Baru kali ini ia merasakan bagaimana memiliki anak. Setelah itu, ia pergi keluar.
Di luar, Gorirer dikejutkan dengan kedatangan seorang wanita dengan pakaian serba biru.
"Gorirer. Aku kesini untuk memperingatkanmu." Itulah kata-kata yang keluar dari bibir sensual berlipstik merah jambu dengan gigi rapih si wanita berpakaian serba biru tersebut. Wajahnya oval, alisnya tipis, hidungnya kecil dan pipih. Daun telinganya yang kecil dihiasi anting persegi warna emas.
"Siapa kau? Memperingatkan apa?" tanya Gorirer.
"Aku Quesier," jawab wanita yang berdiri di hadapan Gorirer itu.
Gorirer tersentak. Yang ia tahu, Quesier adalah Mechaster yang sudah masuk 100 besar dan merupakan Mechaster yang memiliki rangking di bawah 5 poin serta merupakan Petinggi Mechaster. Gorirer pernah melihatnya dalam list 'Killer Board' miliknya. Killer Board ialah benda kotak yang dibuat khusus untuk melihat rangking para Mechaster sekaligus melihat jumlah manusia yang sudah mereka bunuh. Tujuan Mechaster selain 'membudaki' manusia adalah membunuh mereka adalah agar bisa menjadi petinggi atau pemimpin dan minimal masuk 100 besar karena ada kebanggaan tersendiri ketika masuk ke posisi itu. Yang Gorirer tahu, pemimpin mempunyai hak memerintah petinggi dan seluruh Mechaster, sedangkan petinggi pertama memiliki hak memerintah petinggi kedua serta semua Mechaster, lalu petinggi kedua cuma punya hak memimpin seluruh Mechaster yang memiliki rangking di bawahnya. Siapapun yang menjadi petinggi dan pemimpin, kekuatannya akan bertambah setiap membunuh manusia.
"Kenapa diam, Gorirer?" tanya Quesier.
"Ah, tidak apa-apa, Nyonya Quesier," jawab Gorirer yang kemudian menaruh tangan kanannya di dada dan membungkuk.
"Aku sudah tahu semuanya, pemimpin Gerombolan Raja Minyak."
"Jadi?"
"Bukan begitu cara membudaki manusia yang benar," jawab Quesier. "Apa yang kau lakukan itu hanya akan membuat Mechaster lain di negara ini kesulitan memperoleh minuman pokok. Jadi, kuharap kau hentikan aksimu!"
"Lalu aku harus bagaimana, Yang Mulia? Aku sudah menggunakan tubuh orang ini, dan hidupnya sangat miskin. Aku tidak mau hidup miskin."
"Aku tidak peduli! Hentikan aksimu itu! Jika dalam beberapa hari kau masih saja seperti itu, kau akan kubunuh!"
"Ta-tapi ..."
"Tidak ada tapi-tapian!" bentak Quesier. "Dan berhati-hatilah terhadap Kamen Rider. Sudah banyak bangsa kita yang dibunuh olehnya." Tubuhnya kemudian berubah menjadi hologram dan menghilang.
Gorirer menghela napas lalu kembali masuk ke dalam rumah.
=***=
Aizawa University, Kota Zippon - Jepang, Senin 13 Januari 2020, pukul 07:00.
Di belakang kantin, dua orang pemuda berjalan menghampiri seorang pemuda pendek berkacamata dan berponi lurus tebal menutupi alisnya. Pemuda yang satu bertubuh gendut, berwajah kotak, berambut pendek rapih, beralis mata tipis, bermata besar, berhidung cukup mancung, berbibir sedang, bertelinga 'caplang', dan berkulit cokelat. Setelan bajunya yakni kaos merah bergambar serigala dan celana jeans biru sobek-sobek, sepatu kets merah nampak memperbagus kakinya lengkap dengan kaos kaki biru. Sedangkan pemuda yang satu lagi bertubuh kurus, berkulit putih, berambut jabrik, berwajah segitiga, beralis mata tipis, bermata tajam, berhidung pipih, berbibir tipis, dan bertelinga kecil yang tertutup sedikt oleh rambutnya. Pakaiannya yakni kaos biru bergambar macan tutul dan celana tiga perempat, sementara sepatunya adalah sepatu kets yang keseluruhannya warna biru dengan kaos kaki warna merah.
Pemuda berkacamata yang dihampiri oleh dua pemuda itu gemetaran dan tubuhnya serasa kaku. Bibirnya yang tipis itu tidak berhenti bergetar dan sesekali ia menelan ludah. Wajahnya yang oval dan berkulit kuning langsat berkeringat dingin. Ia memiliki mata besar dengan alis tipis, hidung yang kecil, dan daun telinga yang besar. Pakaian yang dipakainya ialah kemeja kotak-kotak ungu yang dimasukkan ke dalam dan celana tiga perempat warna hitam, tak ketinggalan sepatu kets yang seluruhnya berwarna hitam yang lengkap dengan kaos kaki bergaris-garis merah dan ungu.
Begitu sampai di depan pemuda berkacamata kuda tersebut, si gendut berkuping caplang menarik kerah baju si kacamata. "Tokichi! Mana PR kami? Apa sudah kau kerjakan? Jangan sampai kau lupa membawanya seperti waktu itu ya!"
"M-m-maaf, PR kalian ... Lupa kubawa, Jito," jawab Tokichi.
"Apa???" Jito memelototkan matanya. "Dasar dungu!" makinya sambil menempeleng keras kepala Tokichi.
Si kurus jabrik juga ikut menempeleng keras kepala Tokichi. "Dungu sekali kau!"
"Ampun, Bakugou," ucap Tokichi sambil menatap si botak. "Dan ampun juga, Jito."
"Kemarin kau sudah kuampuni. Tapi sekarang, kau harus menanggung akibatnya!" kata Jito.
Lalu Jito dan Bakugou menyeret Tokichi dari sana tanpa mempedulikan ucapan "Ampun" berkali-kali dari Tokichi.
Jito dan Bakugou membawa Tokichi ke kamar mandi laki-laki. Suasana di kamar mandi yang luas tersebut sangat sepi, cuma ada Jito, Bakugou, dan Tokichi. Jito dan Bakugou yang membawa Tokichi segera masuk ke dalam salah satu WC yang ada di sana dan tak lupa menguncinya dengan slot yang telah disediakan.
"Ini balasan untukmu, dungu!" kata Jito yang kemudian memasukkan kepala Tokichi ke dalam bak mandi yang penuh dengan air.
Tokichi pun merasa pengap dan kesulitan bernapas, dadanya serasa sesak. Hal itu berlangsung selama kurang lebih dua menit.
Jito dan Bakugou tertawa terbahak-bahak melihatnya. Kemudian Jito mengangkat kepala Tokichi dari air.
Napas Tokichi terengah-engah, tapi ia bersyukur tidak kesulitan bernapas lagi.
Namun, Jito kembali memasukkan kepala Tokichi ke dalam bak mandi. Tokichi pun langsung kesulitan bernapas.
Beberapa menit kemudian, Jito mengangkat lagi kepala Tokichi. Akan tetapi, ia memasukkannya kembali ke dalam bak, begitu terus sampai beberapa kali.
Jito dan Bakugou tertawa terbahak-bahak dan merasa sangat puas. Kali ini, kepala Tokichi dimasukkan ke dalam air dan tidak dikeluarkan lagi.
"Orang sepertimu lebih baik mati saja!" ucap Jito sambil tertawa.
Akan tetapi...
BRUAK!!
Pintu kamar mandi terbuka. Seseorang telah 'menendangnya'.
Jito dan Bakugou kaget dan menoleh ke arah pintu.
"A-A-Ariel?" gagap Jito yang melihat Ariel berdiri di ambang pintu.
"Jito, Bakugou. Kalian berdua lagi. Padahal sudah sering kuperingatkan," ujar Ariel.
Jito kemudian mengangkat kepala Tokichi dari bak mandi dan melepaskannya. Lalu, ia dan Bakugou langsung lari terbirit-birit.
Napas Tokichi tersenggal-sengggal. Ia mencoba mengatur napasnya yang hampir habis. Lalu ia menengok ke belakang. "Ariel?" ucapnya. "Terimakasih."
"Pergilah! Kau sudah aman," perintah Ariel.
"Tapi, aku ingin kuat sepertimu. Tolong ajari aku!" pinta Tokichi.
Ariel hanya diam, lalu pergi dari tempat itu.
Di tangga keramik Aizawa University, Jito dan Bakugou mengobrol tentang Ariel yang bagi mereka adalah orang yang sangat menyebalkan.
"Lalu bagaimana??? Ariel itu beladirinya sangat hebat! Kita dan seluruh orang yang ada di kampus ini bukanlah tandingannya," ucap Jito dengan nada keras.
"Apa tidak ada cara lagi?" tanya Bakugou. "Aku ingin sekali melenyapkannya dari kampus ini!"
"Aku pun juga begitu, ingin melenyapkannya! Sudah berapa kali kita bayar preman, bodyguard, dan orang-orang kuat lainnya untuk menghabisinya, tapi hasilnya nol."
"Aku juga bingung, cara apa lagi ya yang bisa kita lakukan?"
"Entahlah. Nanti coba kupikirkan lagi."
Ketika jam pelajaran dimulai, di kelas, Izumi terus memandangi Ariel yang sedang memperhatikan dosen berkepala botak serta berjenggot panjang mengajar. Daritadi ia sama sekali tidak memperhatikan dosen yang sedang menerangkan, matanya terus terfokus pada laki-laki yang mirip dengan Arai itu sampai bermenit-menit.
"Izumi!!" panggil sang dosen ber-nametag 'Daichi' tersebut sambil menatap perempuan itu.
Namun, Izumi tetap fokus pada Ariel.
"Izumi!!" panggil sang dosen sekali lagi.
Izumi tetap fokus pada Ariel, padahal saat ini seisi kelas tengah menatapnya sambil bebisik-bisik, kecuali Ariel.
Fumiko yang melihat hal itu pun langsung menyenggol-nyenggol lengan Izumi dengan sikunya. "Izumi! Izumi! Kau dipanggil tuh!"
Izumi terkaget dan menoleh ke arah Fumiko. "Iya, Fumiko! Ada apa?"
"Lihat ke depan, ke arah dosen!" kata Fumiko.
Izumi pun memutar bola matanya ke arah sang dosen, Daichi.
"Izumi!" panggil Daichi. "Maju ke depan, selesaikan soal ini!" Ia lalu menunjuk soal yang tertulis di papan tulis dengan spidol yang dipegangnya.
"Waduh, mati aku," gumam Izumi. Ia menelan ludah, kemudian maju ke depan kelas. Setelah menerima spidol yang diberikan Daichi, ia pun mengisi setiap soal yang ada.
Tak lama kemudian semua soal sudah diisi oleh Izumi. Daichi mengoreksinya satu satu-persatu.
"Jawabanmu semuanya salah!" ucap Daichi.
Izumi terkejut.
"Makanya, kalau dosen sedang menerangkan itu perhatikan!" kata Daichi. "Kau melihat apa sih daritadi, he?"
"B-bukan apa-apa, pak," jawab Izumi.
Daichi menggelengkan kepalanya, lalu menyapukan pandangannya ke seisi kelas. "Apa ada yang mau membantu Izumi? Jika tidak, kalian tidak boleh keluar pada jam istirahat. Dan yang berhasil mengerjakan semua soal di papan tulis, diperbolehkan langsung keluar istirahat."
Seisi kelas langsung riuh. Tapi tidak ada satu pun yang mau maju. Namun, tak lama kemudian Ariel berdiri dari bangkunya.
"Ariel? Apa kau ingin membantu Izumi?" tanya Daichi.
"Aku hanya ingin keluar dari kelas membosankan ini," jawab Ariel yang langsung mendapat tatapan tajam dari Daichi. Tapi ia mengacuhkannya dan maju ke depan.
Setelah meminta spidol pada sang dosen dan penghapus untuk menghapus setiap jawaban yang salah pada papan tulis putih itu, Ariel langsung mengerjakan soal tersebut dengan cepat. Begitu selesai, Daichi itu segera mengoreksinya.
Daichi tersenyum. Amarahnya sirna seketika. Ia menepuk bahu Ariel dan berkata, "Semua jawabanmu benar!"
Para mahasiswi langsung terpesona melihatnya tak terkecuali Izumi, sedangkan para mahasiswa dibuat iri karenanya.
"Ariel... Terimakasih," ucap Izumi dalam hati. Makin cinta saja ia pada Ariel.
"Baiklah Ariel, kau boleh keluar dan istirahat," ucap Daichi yang kemudian tersenyum.
Ariel pun keluar dari kelas, sementara pelajaran kembali berlangsung.
Ketika jam istirahat tiba, Izumi terlihat sedang berjalan sembari bersandung riang. Ia berjalan menuju perpustakaan kampus.
"Kata anak-anak Arielholic, Ariel suka nongkrong di perpustakaan ya. Mau lihat ah...," ucap Izumi sambil berjalan.
Ketika sudah sampai di dekat perpustakaan, Izumi tak sengaja melihat Fumiko yang tengah berpelukan dengan Ariel. Izumi pun terkejut dan mematung. Air mata menetes membasahi pipinya. Ia segera berlari dari tempat itu.
"Izumi?" ucap Fumiko yang tak sengaja melihat Izumi berlari. Kemudian ia melepas pelukannya dengan Ariel dan mengejar Izumi. "Izumi, tunggu!"
Namun, Izumi sudah menghilang.
Di belakang kampus, Izumi menangis sejadi-jadinya. Ia tak kuasa melihat orang yang dicintainya dipeluk oleh temannya sendiri. Ia terus meracau tak menentu. Entah apa yang harus dilakukannya.
Segera...
Sepulang kuliah, Ariel dengan motor sport kesayangannya menyusuri jalan raya Kota Zippon. Tak lama kemudian, motor Ariel berhenti di dekat antrean yang sangat panjang. Di antrean tersebut orang-orangnya membawa motor.
Ariel menyetandarkan motornya dan turun dari motor tersebut.
"Permisi, benarkah ini Pom Phiciku?" tanya Ariel pada seorang pria pendek berambut belah tengah di antrean paling belakang.
"Betul sekali," jawab orang berbaju abu-abu dan celana jeans hitam itu. "Apa kau ingin membeli bensin juga?"
Ariel mengangguk.
"Kalau begitu, kau harus antre di belakangku," ucap orang tersebut.
Ariel pun antre di barisan paling belakang setelah menaikkan standar motornya dan menaikinya.
Menit demi menit berlalu. Jumlah antrean di Pom Phiciku makin lama makin banyak. Dan akhirnya, tibalah giliran Ariel.
Salah seorang berbaju serba merah dan berkulit sawo matang menghampiri Ariel dan motornya. "Mau beli berapa liter?" tanyanya sambil memainkan cambang rambutnya yang panjang.
"Satu liternya berapa?" Ariel bertanyak balik.
"Lima ribu yen." Itulah jawaban yang keluar dari bibir tebal orang bermata sipit dan berhidung kecil tersebut.
"Sebelumnya, aku ingin bertanya, darimana kau dapatkan bensin yang kau jual? Jawab dengan sejujur-jujurnya!" kata Ariel.
Orang itu menjawab, "Dari luar negeri."
"Apa itu benar?" Ariel memicingkan matanya. "Jika kau menjawab dengan jujur, maka aku akan membayarmu lebih mahal."
"Tidak perlu, tuan. Aku berani bersumpah kalau bensin yang kami miliki memang berasal dari luar negeri."
Ariel menghela napas. "Ya sudah, aku beli dua liter,"
"Baik, tuan," Orang itu kemudian meminta corong pada temannya kemudian mengisi motor air dengan bensin yang ada di dalam jeriken biru besar yang dipegangi oleh temannya. Di tempat itu ada banyak sekali jeriken berukuran besar.
Setelah selesai mengisi bensin, Ariel menelepon Eiji.
"Kak Eiji, orang-orang penjual bensin itu tidak ada kaitannya dengan Aiko," kata Ariel setelah Eiji menerima panggilannya.
"Betul kan dugaanku. Jadi, bagaimana selanjutnya?" tanya Eiji.
"Kita cari Gorirer, dan kita habisi dia!"
"Apa kau sudah menemukan cara untuk menghancurkannya?"
"Belum. Tapi aku punya ide, kau saja yang melawan Gorirer lebih dulu, dan aku mencari titik lemahnya."
"Apa??? Aku??? Memangnya Gorirer punya titik lemah?"
"Sebetulnya aku juga tidak tahu. Tapi kita coba saja dulu caraku. Kalau kita kalah, ya cari cara lain."
"Oke, baiklah."
Setelah itu Ariel menutup panggilannya.
Singkat cerita, Ariel dan Eiji menelusuri jalanan Kota Zippon untuk mencari Gorirer. Ariel mengendarai motor sport merah kesayangannya, sedangkan Eiji mengendarai motor panjang berwarna hitam corak emas dengan mesin berwarna hitam pula serta ada besi bulat putih di sampingnya dan di depannya menempel bulatan perak bertepi merah tebal. Di bagian belakangnya ada kotak persegi panjang. Di bagian samping atasnya ada bulatan putih dengan tepi emas lengkap dengan garis emas di depan dan belakangnya serta di bawahnya. Lalu bagian depannya bundar besar berwarna hitam bertepi emas dan beberapa bagian putih serta merah. Sementara knalpotnya berwarna putih. Nama motor itu adalah 'Ride Vendor'. Lalu helm yang dikenakan Eiji adalah helm full face berwarna hitam bergaris emas.
Spoiler for Ride Vendor:
Tiba-tiba, smartphone milik ariel yg ditempelkan di dekat speedometer berbunyi. Ariel pun menekan tombol bulat di bawah layar smartphone tersebut. Layar itu langsung menampilkan peta dgn titik merah pada sebuah jalan dan di atas titik merah itu ada tulisan Gorirer.
"Kak Eiji, Gorirer sudah terlacak! Ikuti aku dari belakang!" perintah Ariel sambil menoleh pada Eiji yang mengendarai motor di sebelah kirinya.
Eiji mengangguk lalu mengubah posisinya dari di samping Ariel menjadi di belakangnya.
Diubah oleh Ariel.Matsuyama 11-02-2020 18:51
0
Kutip
Balas