Kaskus

News

tyrodinthorAvatar border
TS
tyrodinthor
MISTERI ISLAM AWAL [M.I.A] | Reconstruct Early Islamic History out of Tradition
MISTERI ISLAM AWAL [M.I.A] | Reconstruct Early Islamic History out of Tradition


أتاني بإسناده مخبر، وقد بان لي كذب الناقل
"Dia datang kepadaku mengabarkan isnad-nya, dan aku menukilkan sebuah dusta"
(Abul-'Ala Al-Ma'arri- Diwan No. 23265)

TEMPORARY INDEX


Selamat Datang di MIA
Pengantar Umum

HISTORIOGRAFI
  1. Sumber-sumber Tertulis Non-Muslim s.d. 690
  2. Sumber-sumber Tertulis "Muslim" s.d. 690
  3. Literatur Apokaliptika
  4. Sumber-sumber Tertulis Non-Muslim s.d. 900 : (coming soon)
  5. Pandangan Saksi Hidup Tentang Muslim Awal


KRITIK ASAL-USUL HADITS
  1. Pengantar Singkat Tentang Hadits
  2. "Keunikan" Al-Muwaththa'
  3. Pembuktian Awa'il
  4. Misteri Hadits Abu Bakar-'Umar-'Utsman-'Ali
  5. Asal-Usul Konsep Sunnah
  6. Pengembangan Hadits di Kota-kota Besar dan Karakter Isnad
  7. Isnad Hijazi
  1. Isnad Madinah
  2. Isnad Makkah
  1. Isnad Mesir
  2. Isnad Syria
  3. Isnad Iraqi
  1. Isnad Bashrah
  2. Isnad Kufah
  1. Thalabul-'Ilm dan "Dua Wajah" Anas bin Malik
  2. Asal-Usul Thalabul-'Ilm


KRITIK-HISTORIS HADITS
  1. Peranan Qadhi Perawi dan "Terduga" Perawi
  2. Daftar Qadhi Perawi (s.d. 850an)
  3. Kejanggalan Hadits-hadits Mutawatir
  1. Hadits Larangan Meratapi Mayit
  2. Hadits Larangan Berdusta Atas Nama Nabi
  1. Kritik Sumber Rijal Sanad
  2. Teori Sintesis Kontemporer:
  1. Teori Common Link Juynboll
  2. Teori Projecting Back Schacht-Juynboll
  3. Teori Isnād cum Matn Motzki


ASAL-USUL FIQH
1. Madzahib Kuno Pra-Syafi'i
2. Ikonoklasme Leo III dan Yazid II
3. Rivalitas Muhaddits Bashrah vs Kufah
4. Asal-Usul Sunnah
5. Abu Hanifah dan Murid-muridnya
6. Rivalitas Ahlur-Ra'yi vs Ahlul-Hadits
7. Mu'tazilah dan Kebijakan Mihnah
8. Kebangkitan Asy'ari dan Penyeragaman 'Aqidah
9. Persekusi Ekstrimis Hanabilah

AL-QUR'AN TERTULIS
1. Masalah Dalam Tradisi
2. Tradisi Sab'atu Ahruf
3. Scriptio Defectiva dan Scriptio Plena
4. Manuskrip-Manuskrip Tertua
5. Evolusi Rasm Al-Qur'an

AL-QUR'AN ORAL
1. Al-Qur'an Pada Periode Primitif
2. Markers of Orality
- Karakteristik & Proporsi

- Abraham & Pengumuman Tentang Anaknya
- Clausula & Contoh Exegesis Alkitabiah
3. Contoh: Polemik Al-Ma'idah: 41-87
4. Konten Al-Qur'an

KRITIK-HISTORIS SIRAH
1. Kepenulisan Sirah
2. Konten Sirah
3. Karakteristik Sirah Ibnu Ishaq
4. Maghazi dan Asal-Usul Hudud
- Kritik Kisah Penghukuman Bani 'Urainah
- Kritik Kisah Perjanjian Hudaibiyyah
- Kritik Kisah Perang Badar dan Uhud
- Kritik Kisah Pengusiran Bani Quraizhah
- Kritik Kisah Fat'hu Makkah
- Kritik Kisah Pengepungan Khaibar
- Kritik Kisah Fadak
- Kritik Kisah Peristiwa Tsaqifah dan Bani Sa'idah
5. Muhammad mitologis VS Muhammad historis


MUHAMMAD
- Masalah Dalam Tradisi
- Salvation History
- Biografi Tradisional
- Misteri Kehidupan Muhammad
- Hanifisme
- Pengasingan Terhadap Karakter Muhammad
- Hilangnya "Putra" Muhammad

YAHUDI, MUHAMMAD, DAN ISLAM KLASIK
- Yahudi Mosaik vs Yahudi Hellenistik
- Yahudi dan Militansinya
- Beta Israel
- Gerakan Penafsiran Torah di Iraq
- Yahudi di Jazirah Arab
- Umma Document (1)
- Umma Document (2)
- Umma Document (3)
- Kronologi Evolusi Islam (1)
- Kronologi Evolusi Islam (2)
- Kronologi Evolusi Islam (3)

BAHASA ARAB DAN AL-QUR'AN
- Manuskrip-Manuskrip Al-Qur'an s.d. 900
- Bahasa Arab Kuno s.d. Bahasa Arab Klasik
- Pengaruh Bahasa-bahasa Asing
- Konten Dalam Al-Qur'an
- Al-Qur'an Hari Ini
- Corpus Coranicum
- Prophetic Logia

KESARJANAAN
- Tradisionalisme dan Orientalisme Lama
- Revisionisme dan Orientalisme Baru
- Neo-Revisionisme / Neo-Tradisionalisme

MISCELLANEOUS
- Geografi Arab Pra Muhammad
- Prasasti Yudeo-Arab Pra Muhammad
- Literatur Arab dan Evolusi Arab Klasik
- Ortografi Arab Kuno
- Kekeliruan Cara Berpikir Anti-Islam

FAQ
Diubah oleh tyrodinthor 15-05-2021 12:53
TroopakillaAvatar border
Bathara semarAvatar border
awanriskAvatar border
awanrisk dan 88 lainnya memberi reputasi
73
134.8K
1.9K
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Sejarah & Xenology
Sejarah & Xenology
KASKUS Official
6.5KThread11.5KAnggota
Tampilkan semua post
tyrodinthorAvatar border
TS
tyrodinthor
#390
Quote:


sebelum menjawab, ane mau luruskan sekali lagi ya.

  1. di MIA, ane tidak menggunakan istilah otentik seperti shahih, dha'if, maudhu', dll, tapi ane menggunakan istilah historis dan ahistoris. historisitas yang dibicarakan di sini juga ada konteksnya, yaitu sebagai ucapan Muhammad, atau sebagai ucapan shahabat, atau sebagai ucapan Tabi'in, atau bisa juga kesaksian berupa siapa mendengar/melihat siapa. sudah sering ane post di atas kalo "shahih belum tentu historis, dha'if belum tentu ahistoris". jadi, tidak heran jika dalam satu hadits yang sama, ada dua nilai: ahistoris sebagai ucapan Muhammad, historis sebagai ucapan anonim/fulan. dan terutama yang paling penting adalah penanggalan asal-usul hadits yang dimaksud dan kronologinya. sampai sini tentu kita tetap memerlukan corpora hadits, terutama literatur "per-hadits-an" yang tersedia seperti rijal, naqid, idraj, syarah, manakir, tarikh, sirah, tafsir, dll. dan tidak terbatas juga dengan literatur "per-hadits-an", bisa juga pakai literatur lain, termasuk asing, bila memungkinkan. jadi ente salah mengira jika ane hanya mengandalkan kitab rijal sanad saja.
  2. kitab rijal sanad / rijal perawi bukan buku biografi perawi. ini penting untuk dicatat.


"biografi", atau dalam bahasa Arab disebut sirah, merupakan cerita kehidupan seseorang, dan biasanya wajib mencakup: tahun kelahiran, tahun kematian, masa kecil, remaja, dewasa, tua, serta biodata seperti orangtua, atau bahkan nenek-moyang, lalu istri, anak, dll, serta interaksi dan plot, disertai bukti dan saksi atau narasumber. biasanya kalo figur yang dibahas adalah orang-orang suci/kudus/disakralkan, istilah yang digunakan adalah "hagiografi". jadi sirah nabi / siratun-nabi juga dapat disebut hagiografi. tapi pada umumnya, hagiografi hanya ditemukan dalam tradisi Kristen, mengingat mereka punya banyak figur kudus seperti martir, santo, dll. sedangkan di Islam tidak ada figur kudus/suci selain Nabi. adanya figur-figur saleh seperti 'ulama dan fuqaha, sehingga hagiografi jarang digunakan.

nah, kitab rijal sanad itu bukan biografi, bukan juga hagiografi. kitab rijal sanad mengandung:
  1. testimoni, yang disebut rawa'a (jamak: riwayat).
  2. historiografi, yang disebut tarjamah (jamak: tarajim)

baik riwayat maupun tarjamah tentang rijal tidak hanya terdapat dalam kitab rijal sanad, tapi juga ada di kitab tarikh ataupun syarah.

biasanya juga ada kitab rijal sanad yang spesifik, misalnya kitab Rijal Shahih Muslim karya Ibnu Manjuwaih yang khusus berisi tentang perawi-perawi dalam Shahih Muslim, atau kitab Kamil Fi Dhu'afa'ur-Rijal karya Ibnu 'Adi Al-Jurjani yang khusus berisi tentang apologi dialektika terhadap perawi-perawi yang dianggap dha'if (seperti shaduq, laisa bi tsiqah, dll), atau kitab Dhu'afa'i wal-Matrukun karya Daruquthni yang khusus berisi tentang perawi-perawi dha'if. Bahkan, ada yang berbentuk kronologis regional seperti kitab Tarikh Madinatu Dimasyq karya Ibnu 'Asakir yang khusus membahas perawi-perawi yang lahir, dan/atau mengembara, dan/atau singgah, dan/atau menetap, dan/atau wafat di Damaskus. semua kitab yang sering disebut dalam tradisi pesantren sebagai kitab kuning ini memiliki spesifikasi tergantung apa yang menjadi tujuan pelajar/santri.

kenapa bukan disebut biografi?
karena semua kitab rijal sanad tidak ada yang sempurna dan lengkap. banyak perawi yang tidak diketahui kapan dia lahir dan wafat, kapan dia singgah di kota tertentu, di usia berapa mereka mulai belajar hadits, di usia berapa mulai meriwayatkan hadits, siapa leluhur, keluarga, kabilah, profesi utama, dll. ada kalanya juga tidak diketahui siapa guru atau muridnya, dimana mereka mengadakan perguruannya, bahkan tidak diketahui asal-usulnya, yang sering disebut majhul hal. lalu juga banyak tidak ditemui bagaimana cara mereka memperoleh riwayat/haditsnya (karena sering dijumpai perawi dari angkatan/tingkatan generasi (thabaqah) ke-10 lompat ke-7, atau dari 8 ke 4, atau dari 4-5 ke 1, dll). juga sering tidak ditemui penanggalan pengembaraan para perawi tsb. hal inilah yang tidak mencerminkan kitab rijal sanad sebagai sebuah buku biografi tokoh-tokoh perawi. yang sering ditemui adalah kesaksian dari 'ulama lain tentang predikat mereka, apakah tsiqah-tsiqah, tsiqah-tsabit, tsiqah-ma'mun, tsiqah-huffazh, shalih, shaduq, maqbul, dha'if, munkar, laisa bi tsiqah, majhul hal, muttaham bil-kadzdzab, fahisyul-ghulat, matruk, fasiq, kadzdzab/kadzib, bathil, dll. dari kesaksian tsb ada yang terkonfirmasi, ada juga yang tidak terkonfirmasi, yang biasanya disebabkan absennya informasi terhadap lompatan antar angkatan generasi, atau adanya indikasi menyembunyikan perawi (yang disebut sebagai tadlis), yang memungkinkan sebenarnya perawi yang di-tadlis tsb tidak pernah meriwayatkannya.

selain kesaksian, ada historiografi, yaitu catatan tentang figur perawi atau peristiwa yang dialami perawi tsb, yang biasanya akurat zaman. semakin tidak lengkap informasinya, semakin akurat zamannya. why? simpel aja. mana informasi yang lebih akurat: ente mencatat tentang temen ente, atau mencatat tentang temen kakek ente? tentu lebih akurat informasi tentang temen ente, karena ente menyaksikannya secara langsung, daripada temen kakek ente yang ente cuma dapet infonya dari kakek ente, atau dari om ente sebagai narasumbernya. artinya, ente memiliki akses dan narasumber lebih luas terhadap temen kakek ente itu. dan pada masa serba kurangnya teknologi informasi, ente akan bias informasi karena rasa percaya dari narasumber, alias murni mengandalkan iman. dan outputnya akan jelas, ente dapat mencatat dengan lengkap informasi tentang temen kakek ente itu. sementara terhadap temen ente, ente akan kurang lengkap kecuali jika ente nanya doi langsung, atau ente dapet info lain dari luar tentang doi, karena ente memiliki keterbatasan akses terhadap temen ente selain dari temen ente sendiri, ente akan lebih kritis terhadap narasumber lain selain dari kesaksian ente terhadap temen ente sendiri, apalagi di zaman ente itu adalah zaman dimana gak ada instagram, facebook, youtube, ataupun koran. itulah sebabnya ada unsur historiografi di dalam kitab rijal sanad sebenarnya mengindikasikan keakuratan zaman.

makanya tidak heran jika biografi para shahabat justru sering lebih lengkap daripada biografi para perawi dari generasi bawahnya. karena para perawi di generasi di bawahnya memiliki akses terbatas terhadap informasi antar sesama mereka, terbatas oleh narasumber yang dipercaya oleh ybs sebagai saksi, juga ybs lebih kritis terhadap narasumber-narasumber yang sezaman dengan ybs sendiri dan dengan perawi yang dibahas antara 10-30 tahun lebih tua/lebih muda, dimana ybs juga masih bisa mengkonfirmasinya sendiri secara langsung. hasilnya, historiografi tentang mereka cenderung lebih akurat, dan biografi tentang mereka cenderung kurang lengkap.

lain halnya dengan shahabat, atau Tabi'in terkenal lainnya, yang terpaut jarak lebih dari 80 tahun lebih tua. ybs akan lebih mudah memperoleh informasi, karena banyaknya narasumber yang dipercaya ybs, terbukanya akses terhadap informasi tsb yang bisa berasal dari kitab-kitab yang ditulis sebelumnya, atau ybs mengenal keluarga besarnya sehingga ybs. hasilnya, historiografi tentang mereka cenderung kurang akurat, dan biografi tentang mereka menjadi lebih lengkap.

kita ambil contoh perbandingan, misalnya: Abu Mu'awiyyah vs A'isyah. Abu Mu'awiyyah adalah thabaqah ke-7 sedangkan A'isyah adalah thabaqah ke-1.

sumber informasi dasar Abu Mu'awiyyah:
  1. koleksi tarajim Hawramani
  2. Database Mausu'atul-Hadits
  3. Database MSD
  4. Wiki Arab

(note: sumber dasarnya adalah tarajim, sementara database di atas adalah ringkasan dari tarjamah Abu Mu'awiyyah).

dari sumber di atas, kita coba rangkum apa yang kita ketahui tentang Abu Mu'awiyyah.

  • Nama: Syaiban
  • Nasab: Syaiban bin 'Abdur-Rahman
  • Nasab lengkap: Syaiban bin 'Abdur-Rahman
  • Nisbah: Al-Bashri (dari kota Bashrah), At-Tamimi (dari Bani Tamim)
  • Laqab: An-Nahwi (sang ahli grammar Arab), Al-Mu'adab (yang santun)
  • Kun-yah: Abu Mu'awiyyah (bapaknya Mu'awiyyah)
  • Maula: Maula Bani Tamim
  • Lahir: Kufah
  • Tanggal Tahun Lahir: ?
  • Wafat: Baghdad ('Abbasiyyah)
  • Tanggal Tahun Wafat: 164 Hijriyyah (780)
  • Usia Wafat: ?
  • Istri: ?
  • Anak: ? (mungkin Mu'awiyyah)
  • Thabaqah: 7 (Kibaru Atba'it-Tabi'in)
  • Generasi: Tabi'ut-Tabi'in
  • Predikat: Tsiqah
  • Profesi: Perawi, Guru Hadits
  • Meriwayatkan dari: 'Abdul-Malik bin 'Umair, Qatadah bin Di'amah, Faras bin Yahya, Yahya bin Abu Katsir, Simak bin Harb, Al-A'masy, Asy'ats bin Abul-Asy'atsah, Al-Hasan Al-Basri, 'Abdullah bin Mukhtar, Ziyad bin 'Alaqah, 'Utsman bin 'Abdullah bin Muhab, Manshur bin Al-Mu'tamar, Hilal bin 'Abdur-Rahman, dan sebagian kecil lainnya.
  • Diriwayatkan oleh: Za'idah bin Qudamah, Abu Hanifah, Sulaiman bin Dawud Al-Jarud Al-Hasyimi, Muhammad bin 'Abdullah bin Zubair, Mua'wiyyah bin Hisyam, Syababah bin Sawar, Abu Ahmad al-Mu'dab, Hasan bin Musa, 'Abdur-Rahman bin Mahdi, Yunus bin Muhammad bin Muslim, Hasyim bin Al-Qasim bin Muslim, Yahya bin Abu Bukair, Walid bin Muslim Al-Quraisyi, Abu Hasan Adam bin Abu Iyas, Al-Fadhl bin Dakin, Abu Nu'aim, 'Ubaidillah bin Musa bin Abul-Mukhtar, dan 'Ali bin Ja'ad Al-Jauhari.
  • Takhrij: Ibnu Abi Syaibah, Ahmad, Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Nasa'i, Tirmidzi, Ibnu Majah, Darimi, Thabrani, Ibnu Hibban.
  • Rekonstruksi Sanad: MSD
  • Tarjamah tertua: Thabaqat Ibnu Sa'ad Vol. 6 Hal. 377 dan Vol. 7 Hal. 322
  • Tarjamah terlengkap: Tarikh Baghdad Vol. 9 Hal. 272-274
  • Karya Tulis: ?
  • Kota: Kufah, Bashrah, Baghdad
  • Kota Aktif: Kufah, Baghdad
  • Makam: ?


Biografi:
Syaiban alias Abu Mu'awiyyah lahir di Kufah, putra dari 'Abdur-Rahman dari Bani Tamim. Tidak diketahui kapan dia lahir, berapa lama tinggal di Kufah, dan berapa lama dia belajar hadits, dia pun pindah ke Bashrah lalu ke Baghdad, entah pada usia berapa. Di Baghdad, dia banyak meriwayatkan dari Al-Hasan Al-Bashri, Qatadah bin Di'amah, dan Yahya bin Abu Katsir, yang semuanya dari Bashrah, dimana riwayat darinya kepada mereka bertiga diperoleh dari 'Abdur-Rahman bin Mahdi, Mu'adz bin Mu'adz Al-Anbari, Yazid bin Harun, Husain Al-Marwazi, Yunus bin Muhammad Al-Mu'adab, 'Ali bin Ja'ad, dll. Dia adalah guru dari Sulaiman bin Dawud Al-Jarud Al-Hasyimi di Baghdad. Abul-Hasan An-Nu'aimi mengklaim bahwa laqab "An-Nahwi" konon sebenarnya adalah nisbah yang dia terima dari Bani Nahw, sedangkan Abul-Husain mengklaim bahwa nisbah "An-Nahwi" diperoleh dari Bani Azd sebagai hadiah. Tapi sebagian besar menganggap laqab tsb dikaitkan dengan keahliannya dalam tata bahasa Arab. Konon, dia menulis kitab hadits, walaupun tampaknya itu cuma klaim yang tidak ada bukti fisiknya. Yahya bin Ma'in (gurunya Ahmad bin Hanbal) mengaku bahwa dia pernah bertanya tentang Al-A'masy kepada Syaiban, dan Syaiban menjawab: "Percayalah pada segala yang dikatakannya". Walau demikian, Al-A'masy wafat pada tahun 147/148 Hijriyyah (764/765) di usia 83 s.d. 85 tahun di Kufah. Jika benar Syaiban berguru pada Al-A'masy, usia Al-A'masy pasti sudah sangat tua, dan tidak ditemukan satupun pengakuan dari Al-A'masy bahwa Syaiban adalah muridnya, bahkan Al-A'masy menderita penglihatan mata yang sangat buruk. Tapi besar kemungkinan dia tidak pernah berguru kepada Al-A'masy, melainkan hanya mendengar cerita dari orang lain. Atau jika langsung dari Al-A'masy, maka pasti berbentuk seperti ceramah umum, bukan perkuliahan khusus. Sebab semua hadits Syaiban >> Al-A'masy berbentuk 'an (dari). Kemudian juga ditemukan cerita dari 'Abdullah bin Yahya >> Syafi'i >> Ja'far Al-Azhari >> Ibnu Ghalabi, bahwa Yahya bin Ma'in diklaim pernah berkata: "Syaiban adalah milik Kufah" (maksudnya hadits-haditsnya dari Kufah). Cerita dari 'Abdul-Ghaffar >> 'Umar bin Ahmad >> 'Ubaidillah bin 'Umar >> Husain bin Shadaqah dan dari Sumairi >> 'Ali bin Hasan Ar-Razi >> Za'farani >> Ibnu Abi Khutsaimah, mengklaim bahwa Yahya bin Ma'in juga pernah berkata: "Syaiban adalah penulis kitab yang baik". Juga cerita dari Muhammad bin 'Abdul-Wahid >> Muhammad bin 'Abbas >> Ahmad bin Sa'id >> 'Abbas bin Muhammad, mengklaim bahwa Yahya bin Ma'in juga berkata: "Syaiban mencintaiku" dari Qatadah bin Di'amah dan Ma'mar bin Rasyid. Ahmad bin Hanbal memberi Syaiban predikat tsiqah dari Yahya bin Abu Katsir melalui Al-Auza'i. Lalu cerita dari Al-Azhari >> 'Abdur-Rahman bin 'Umar Al-Khalal >> Muhammad bin Ahmad, mengklaim bahwa Syaiban pindah ke Baghdad dalam rangka menulis surat-surat dalam Al-Qur'an, dan itu sebabnya Yahya bin Ma'in juga pindah ke Baghdad untuk memperoleh ilmu darinya. Baghdad sebagai ibukota 'Abbasiyyah memang telah berubah menjadi kota ilmu sejak masa pemerintah Al-Manshur. Syaiban wafat di Baghdad tahun 164 Hijriyyah (780) di masa pemerintahan Al-Mahdi. Banyak cerita lain yang hanya merupakan pujian dan penghormatan untuk Syaiban. Selebihnya, kita tidak memiliki informasi lain yang lebih detil tentang Syaiban.

sedangkan A'isyah, semua perawi pasti mengenalnya. Dia istri Muhammad, dan juga dikenal banyak menceritakan ucapan Muhammad, ataupun pengalamannya bersama Muhammad. kurasa ndak perlu ya kita tampilin tarajim dan database hadits-nya. kita punya segudang informasi tentang A'isyah, mulai dari leluhurnya, tahun lahir, usia kematian, tanggal tahun kematian, masa kecil, pernikahan, kehidupan bersama Muhammad, pasca Muhammad tiada, perang Jamal, dstnya. lengkapnya biografi A'isyah ini tidak sebanding dengan biografi Syaiban, padahal sebagian besar cerita yang diriwayatkan Syaiban juga sampai kepada A'isyah (lihat rekonstruksi sanad di atas). sehingga kalo bukan dari jalur penguat, sulit untuk menentukan apakah hadits-hadits Syaiban itu shahih atau dha'if. tapi satu hal yang pasti, kehidupan Syaiban lebih historis dibandingkan kehidupan A'isyah. bila dilihat biografinya, semua 'ulama ahli rijal sanad menulis apa adanya tentang dia. sedangkan A'isyah, semua menulis selengkap mungkin dari sumber manapun sedapat mungkin dan seluas mungkin aksesnya. hal ini mencerminkan kepercayaan tinggi terhadap A'isyah serta hasrat ingin mengetahui kehidupan A'isyah, para shahabat, dan Muhammad sang Nabi mengalahkan hasrat keingintahuan tentang Syaiban alias Abu Mu'awiyyah dimana seharusnya mereka mencari tahu informasi detil tentang Abu Mu'awiyyah. tapi bagi para 'ulama rijal sanad seperti Ibnu Sa'ad ataupun Ibnu Hajar, kesaksian "tsiqah" dan jalur penguat lainnya sudah cukup untuk menyatakan apa yang diriwayatkan melalui Abu Mu'awiyyah adalah shahih.

tapi walaupun Ibnu Hajar menganggapnya shahih, bukan berarti Ibnu Hajar begitu mudah menerima riwayat dari Abu Mu'awiyyah. misalnya, tentang pernikahan A'isyah 6 tahun dalam hadits Muslim No. 1422b sbb:

وحدثنا يحيى بن يحيى، أخبرنا أبو معاوية، عن هشام بن عروة، ح وحدثنا ابن نمير، ــ واللفظ له ــ حدثنا عبدة، ــ هو ابن سليمان ــ عن هشام، عن أبيه، عن عائشة، قالت: تزوجني النبي ﷺ وأنا بنت ست سنين وبنى بي وأنا بنت تسع سنين
"Dan telah menceritakan kepada kami Yahya bin Yahya, telah mengabarkan kepada kami Abu Mu'awiyyah, dari Hisyam bin 'Urwah, (rangkaian isnad dari jalur lain menyebutkan) dan telah menceritakan kepada kami Ibnu Numair-dan lafazh/redaksi darinya- telah menceritakan kepada kami 'Abdah, yaitu Ibnu Sulaiman, dari Hisyam, dari bapaknya, dari A'isyah, dia berkata: "Nabi SAW menikahiku sewaktu aku berusia enam tahun, dan diboyong kepada beliau saat berumur sembilan tahun".


sekarang perhatikan, bahwa hadits tentang pernikahan A'isyah usia 6/7 tahun ini tidak ditemukan dalam kitab hadits yang ditulis Ibnu Hajar, yaitu Bulughul-Maram Kitab Nikah. artinya, Ibnu Hajar sendiri tidak mau men-takhrij hadits ini dan tidak mau menggunakan hadits ini sebagai hujjah ataupun dalil fiqh bolehnya menikah di usia 6 tahun yang bisa diamalkan, padahal hadits ini diakui shahih, perawinya dia akui tsiqah semua, dan haditsnya pun mutawatir (ditemukan dalam banyak jalur periwayatan/beragam isnad).

alasan Ibnu Hajar di antaranya karena ada Abu Mu'awiyyah sendiri. Ibnu Hajar memang menganggap dia tsiqah, tapi dia juga mengaku bahwa informasi tentang Abu Mu'awiyyah paling banyak dia dapat dari kitab Al-Jarh wat-Ta'dil Ibnu Abi Hatim (lihat dalam kitab rijal sanad-nya Tahdzibut-Tahdzib Vol. 4 No. 3638). Dia juga hanya menulis sepintas saja tentang Abu Mu'awiyyah dalam Lisanul-Mizan Vol. 7 No. 12699.

alasan utama Ibnu Hajar mengapa dia tidak mau menggunakan hadits usia 6 tahun A'isyah ini adalah:
  1. tidak ada satupun hadits ini ditemukan dalam keadaan muttashil (bersambung tanpa lompat thabaqah ataupun tanpa terputus lebih dari 1 thabaqah). sebagian besar hadits ini lompat lebih dari 2 thabaqah, ini yang disebut munqathi'.
  2. tidak satupun hadits ini ditemukan marfu' (sebagai ucapan Muhammad). semua hadits ini merupakan ucapan A'isyah, yang kadang ditemui qalat ("A'isyah berkata") dan kadang ditemui anna ("bahwasanya"), tanpa satupun qala rasulullah ("Rasulullah berkata"), ini yang disebut mauquf.
  3. ada yang ditemukan secara mudallas (rijal-nya disembunyikan, yaitu Ibrahim).
  4. tidak ada satupun matan (isi hadits) yang konsisten, kadang dikatakan 6 tahun atau 7 tahun, kadang dikatakan sedang bermain boneka atau sedang berada di ayunan (urjuhah), kadang dikatakan dia dijemput wanita Anshar atau dijemput ibunya (Ummu Ruman), kadang tidak ada penjelasan apa-apa selain menikah di usia 6 tahun, digauli usia 9 tahun, dan Muhammad wafat di usia dia yang ke-18 tahun.


tentang historisitas hadits pernikahan A'isyah 6 tahun ini akan ane bahas lebih lengkap dan detail nanti. masih ongoing/on proccess. di samping itu, ane masih lagi ngetik tentang metode penanggalan hadits-hadits mutawatir yang nantinya dengan cara yang sama kita dapat menyatakan pernikahan A'isyah 6 tahun adalah hanya klaim dan ahistoris alias hoax.

colek @hayang.dahar

terima kasih atas cendolnya gan emoticon-Embarrassment
Diubah oleh tyrodinthor 24-04-2020 00:38
gh20
beranimurtad
saktihikari
saktihikari dan 8 lainnya memberi reputasi
9
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.