- Beranda
- Sejarah & Xenology
MISTERI ISLAM AWAL [M.I.A] | Reconstruct Early Islamic History out of Tradition
...
TS
tyrodinthor
MISTERI ISLAM AWAL [M.I.A] | Reconstruct Early Islamic History out of Tradition
![MISTERI ISLAM AWAL [M.I.A] | Reconstruct Early Islamic History out of Tradition](https://s.kaskus.id/images/2019/10/21/8072693_20191021115909.jpg)
أتاني بإسناده مخبر، وقد بان لي كذب الناقل
"Dia datang kepadaku mengabarkan isnad-nya, dan aku menukilkan sebuah dusta"
(Abul-'Ala Al-Ma'arri- Diwan No. 23265)
TEMPORARY INDEX
"Dia datang kepadaku mengabarkan isnad-nya, dan aku menukilkan sebuah dusta"
(Abul-'Ala Al-Ma'arri- Diwan No. 23265)
TEMPORARY INDEX
Selamat Datang di MIA
Pengantar Umum
HISTORIOGRAFI
- Sumber-sumber Tertulis Non-Muslim s.d. 690
- Sumber-sumber Tertulis "Muslim" s.d. 690
- Literatur Apokaliptika
- Sumber-sumber Tertulis Non-Muslim s.d. 900 : (coming soon)
- Pandangan Saksi Hidup Tentang Muslim Awal
KRITIK ASAL-USUL HADITS
- Pengantar Singkat Tentang Hadits
- "Keunikan" Al-Muwaththa'
- Pembuktian Awa'il
- Misteri Hadits Abu Bakar-'Umar-'Utsman-'Ali
- Asal-Usul Konsep Sunnah
- Pengembangan Hadits di Kota-kota Besar dan Karakter Isnad
- Isnad Hijazi
KRITIK-HISTORIS HADITS
- Peranan Qadhi Perawi dan "Terduga" Perawi
- Daftar Qadhi Perawi (s.d. 850an)
- Kejanggalan Hadits-hadits Mutawatir
- Kritik Sumber Rijal Sanad
- Teori Sintesis Kontemporer:
- Teori Common Link Juynboll
- Teori Projecting Back Schacht-Juynboll
- Teori Isnād cum Matn Motzki
ASAL-USUL FIQH
1. Madzahib Kuno Pra-Syafi'i
2. Ikonoklasme Leo III dan Yazid II
3. Rivalitas Muhaddits Bashrah vs Kufah
4. Asal-Usul Sunnah
5. Abu Hanifah dan Murid-muridnya
6. Rivalitas Ahlur-Ra'yi vs Ahlul-Hadits
7. Mu'tazilah dan Kebijakan Mihnah
8. Kebangkitan Asy'ari dan Penyeragaman 'Aqidah
9. Persekusi Ekstrimis Hanabilah
AL-QUR'AN TERTULIS
1. Masalah Dalam Tradisi
2. Tradisi Sab'atu Ahruf
3. Scriptio Defectiva dan Scriptio Plena
4. Manuskrip-Manuskrip Tertua
5. Evolusi Rasm Al-Qur'an
AL-QUR'AN ORAL
1. Al-Qur'an Pada Periode Primitif
2. Markers of Orality
- Karakteristik & Proporsi
- Abraham & Pengumuman Tentang Anaknya
- Clausula & Contoh Exegesis Alkitabiah
3. Contoh: Polemik Al-Ma'idah: 41-87
4. Konten Al-Qur'an
KRITIK-HISTORIS SIRAH
1. Kepenulisan Sirah
2. Konten Sirah
3. Karakteristik Sirah Ibnu Ishaq
4. Maghazi dan Asal-Usul Hudud
- Kritik Kisah Penghukuman Bani 'Urainah
- Kritik Kisah Perjanjian Hudaibiyyah
- Kritik Kisah Perang Badar dan Uhud
- Kritik Kisah Pengusiran Bani Quraizhah
- Kritik Kisah Fat'hu Makkah
- Kritik Kisah Pengepungan Khaibar
- Kritik Kisah Fadak
- Kritik Kisah Peristiwa Tsaqifah dan Bani Sa'idah
5. Muhammad mitologis VS Muhammad historis
MUHAMMAD
- Masalah Dalam Tradisi
- Salvation History
- Biografi Tradisional
- Misteri Kehidupan Muhammad
- Hanifisme
- Pengasingan Terhadap Karakter Muhammad
- Hilangnya "Putra" Muhammad
YAHUDI, MUHAMMAD, DAN ISLAM KLASIK
- Yahudi Mosaik vs Yahudi Hellenistik
- Yahudi dan Militansinya
- Beta Israel
- Gerakan Penafsiran Torah di Iraq
- Yahudi di Jazirah Arab
- Umma Document (1)
- Umma Document (2)
- Umma Document (3)
- Kronologi Evolusi Islam (1)
- Kronologi Evolusi Islam (2)
- Kronologi Evolusi Islam (3)
BAHASA ARAB DAN AL-QUR'AN
- Manuskrip-Manuskrip Al-Qur'an s.d. 900
- Bahasa Arab Kuno s.d. Bahasa Arab Klasik
- Pengaruh Bahasa-bahasa Asing
- Konten Dalam Al-Qur'an
- Al-Qur'an Hari Ini
- Corpus Coranicum
- Prophetic Logia
KESARJANAAN
- Tradisionalisme dan Orientalisme Lama
- Revisionisme dan Orientalisme Baru
- Neo-Revisionisme / Neo-Tradisionalisme
MISCELLANEOUS
- Geografi Arab Pra Muhammad
- Prasasti Yudeo-Arab Pra Muhammad
- Literatur Arab dan Evolusi Arab Klasik
- Ortografi Arab Kuno
- Kekeliruan Cara Berpikir Anti-Islam
FAQ
Diubah oleh tyrodinthor 15-05-2021 12:53
awanrisk dan 88 lainnya memberi reputasi
73
134.8K
1.9K
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Sejarah & Xenology
6.5KThread•11.5KAnggota
Tampilkan semua post
TS
tyrodinthor
#125
AL-QUR'AN
AL-QUR'AN ORAL
MARKERS OF ORALITY(Bag. I)
AL-QUR'AN ORAL
MARKERS OF ORALITY(Bag. I)
Al-Qur'an merupakan tanda-tanda (markers/ayat) pembacaan yang disampaikan melalui lisan yang melantun. Musik yang mengalir dari setiap tanda ini memiliki intonasi fonem (penekanan bunyi) dimana maksud yang terdapat pada setiap kalimat yang dilantunkan bergantung pada nada-nada tertentu yang menjadi karakter dari kelisanan (orality). Lantunan Al-Qur'an ini dapat dilacak dari pola-pola kalimat yang terbentuk pada ayat-ayat Makkiyah.
KARAKTERISTIK DAN PROPORSI
Nicolai Sinai bekerja sama dengan Nora Schmidt memisahkan surat-surat Makkiyyah dalam 3 (tiga) kelas: Early Meccan Surahs, Middle Meccan Surahs, dan Late Meccan Surahs berdasarkan penanggalan kronologis pada setiap konten ayat-ayat Makkiyyah secara filologis. Pada Early Meccan Surahs dibagi menjadi 4 (empat) grup berdasarkan rata-rata jumlah suku kata pada masing-masing ayat dalam masing-masing surat pada proyek Corpus Coranicum yang diasuh oleh Prof. Angelika Neuwirth dari Freie Universität, Berlin. Pembagiannya sbb:
Early Meccan Surahs:
Grup I:
93, 94, 95, 97, 99, 100, 101, 102, 103, 104, 105, 106, 107, 108, dan 111.
Grup II: 81, 82, 84, 85, 86, 87, 88, 89, 90, 91, 92, dan 9.
Grup IIIa: 53, 74, 75, 77, 78, 79, dan 80.
Grup IIIb: 51, 52, 55, 56, 68, 69, 70, 73, dan 83.
Middle Meccan Surahs:
1, 54, 37, 15, 50, 20, 26, 76, 44, 71, 38, 36 , 19, 18, 17, 43, 72, 67, 23, 21, 25, dan 27.
Late Meccan Surahs:
32, 45, 30, 40, 29, 16, 41, dan 39.
Surat-surat Makkiyyah yang belum selesai diperiksa:
11, 14, 12, 28, 31, 42, 10, 34, 35, 7, 46, 6, dan 13.
Kemudian untuk surat-surat Madaniyyah yang baru selesai dikelompokkan adalah: 2, 98, 64, 62, 8, 47, 3, 61, 57, 4, 65, 59, 33, 63, 24, 58, 22, 48, 66, 60, 110, 49, 9, dan 5, dan ditargetkan akan dirampungkan pada tahun 2020. Proporsi kronologi sebagai penanda oralitas pada masing-masing grup surat dapat dilihat secara lengkap di Index Chronological Paragraph dimana terdiri atas pemisahan paragraf dalam setiap surat sebagai penanda oralitas.




Secara sederhana, Grup I umumnya terdiri dari surat-surat yang sangat pendek ayatnya, biasanya tidak lebih dari 10 atau 11 ayat. Mereka baik secara struktural sederhana (tidak memiliki pembagian paragraf kronologi) maupun terdiri dari hanya beberapa kelompok syair yang sangat pendek, namun tidak tidak menunjukkan adanya transisi tematik utama di antara mereka; sehingga surat-surat ini karenanya dapat disebut "Monothematic". Rata-rata panjang ayat mereka berkisar antara 8 dan 11 suku kata per ayat. Dalam hal ini, surat 99 sedikit luar biasa, yang memiliki rata-rata 12,6 suku kata per ayat, namun secara struktural dan dalam hal panjangnya, masih sama dengan surat-surat lain dari Grup I. Surat 105 yang sangat pendek, juga memuat rata-rata 12 suku kata per ayat. Itu harus diingat, bagaimanapun, bahwa surat-surat dengan panjang ayat rata-rata yang lebih pendek justru berisi rata-rata suku kata yang terdiri dari 12, 13, atau bahkan 14 suku kata (misalnya, QS 89:6,8,9, & 13) di mana panjang rata-rata adalah 10,1 suku kata), tetapi semakin pamjang surat semakin banyak ketergantungan besar bahwa surat-surat ini harus diimbangi dengan ayat-ayat yang lebih pendek. Oleh karena itu, nilai rata-rata suku kata tidak merepresentasikan tema tertentu untuk surat yang sangat pendek seperti QS 105.
Grup II menunjukkan tingkat struktural dengan kompleksitas tinggi: semuanya dapat dibagi menjadi sub-paragraf (Neuwirth menyebutnya dengan istilah gesätze) yang cenderung lebih panjang daripada yang ada di Grup I (biasanya antara 4 dan 10 ayat) dan memiliki otonomi struktural yang lebih besar, sedangkan surat-surat dari Grup I hanya dapat dibagi menjadi kelompok-kelompok ayat yang saling terkait. Umumnya surat-surat dalam Grup II memiliki 3 atau 4 gesätze. QS 81, yang memiliki total 7 gesätzemenjadi satu-satunya yang unik dalam Grup II. Pada Grup II ini, kita dapat memperhatikan lebih jelas hubungan tarik-menarik tematik yang dalam surat-surat Grup II menjadi paragraf-paragraf yang pada gilirannya mengandung keterkaitan tematis antar gesätze. QS 73 memiliki rata-rata suku kata per ayat sebesar 17,5 namun dalam hal panjang keseluruhan dan struktur tematiknya dikelompokkan dalam Grup II.
Kemudian, untuk Grup IIIa dan IIIb: Surat-surat dari Grup III berisi lebih banyak gesätze (biasanya antara 5 dan 8), dan ini biasanya mencakup lebih banyak ayat-ayat dari pada Grup II. Surat-surat dalam Grup III oleh karena itu signifikan lebih panjang dari dua grup sebelumnya, biasanya mencapai lebih dari 40 ayat per surat. Dalam hal panjang ayat mereka, mereka jelas jatuh ke dalam dua subgrup yang berbeda: Grup IIIa menampilkan rentang rata-rata suku kata per ayat yang sama dengan Grup I dan II (antara 8 dan 11 suku kata), sementara surat-surat dalam Grup IIIb menunjukkan peningkatan panjang ayat yang ditandai antara 11 dan 16 suku kata per ayat. Pembagian yang sama dapat dilihat, meskipun kurang jelas, ketika memeriksa parameter ayat keseluruhan panjangnya: surat dari IIIa berisi antara 36 dan 50 ayat, sementara hampir semua surah dari IIIb memiliki lebih dari 50 ayat (kecuali untuk QS 70 dan QS 83).
Grup I memiliki tahapan pengembangan oral tematik Al-Qur'an sbb:
- Surat paling awal yang muncul secara oral sebagai tahap pertama sebenarnya adalah QS 105 dan QS 106. Kedua surat ini mengandung warisan tradisi lokal Quraisy, yang berisi perlindungan secara ajaib kepada Quraisy terhadap penjajah di QS 105, dan kemakmuran yang diberikan Tuhan kepada negeri tsb di QS 106. Hubungan antara Allah dan manusia, yang pada semua ayat Makkiyyah awal lainnya digambarkan sebagai sangat terganggu dengan adanya sikap manusia tidak tahu terima kasih dan tidak taat kepada Allah (lihat, untuk contoh, QS 100:6-8 dan 96:6-7), mengindikasikan wahyu oral berikutnya telah berfungsi sebagai penafsiran lanjutan dari QS 106: Tuhan yang telah melindungi orang Quraisy dan orang Quraisy sebagai balasannya diperintahkan untuk menyembah Tuhan. Secara umum, sejarahwan memang dikejutkan oleh tidak adanya catatan polemik terhadap masyarakat Makkah kuno dalam surah ini: misalnya, dalam tafsir klasik biasanya merujuk kepada Orang Makkah baik sebagai "orang percaya" (mu'min) ataupun "orang yang menolak" (kafir), namun pada dasarnya QS 106 dengan tegas
berbicara tentang "Quraisy" tanpa membaginya menjadi dua komunitas historis yang ditentukan secara diametris berdasarkan percaya atau tidaknya. - Tahap berikutnya adalah pengumuman tentang kedatangan pengadilan terakhir (QS 95, 102, 103, 104, 107). Berbeda dengan QS 105 dan QS 106, surat-surat ini telah mengindikasikan adanya gangguan hubungan yang mendasar antara Tuhan yang disampaikan pada kedua surat sebelumnya dengan manusia, yang terakhir digambarkan sebagai adanya rasa tidak tahu terima kasih dan tidak mau taat. Secara formal, ayat-ayat ini berisi dakwaan umum tentang manusia, celaan atas penolakan untuk percaya oleh audiens karena kehidupan yang makmur (QS 102: 1-2), kesengsaraan, pengumuman singkat tentang adanya hukuman eskatologis, dan sumpah sebagai pendahuluan singkat. Kesemuanya merupakan warisan tradisi lokal yang tersebar di sepanjang Arab selatan yang merupakan denominasi Kerajaan Himyar.
- Tahap selanjutnya merupakan gambaran eskatologis singkat (QS 99, 100, 101, dan 111) yang dapat dilihat sebagai uraian singkat dari tahap kedua di atas. Surat-surat ini menggambarkan disintegrasi dalam tatanan sosial yang menceritakan peringatan eskatologi yang baru, yang merupakan warisan tradisi lokal dari Arab selatan dan Etiophia (Axumites). Perintah ini didefinisikan secara ketat sesuai dengan kriteria moral. Secara formal, surat-surat ini menunjukkan tingkat kesinambungan tertentu dengan tahap kedua di atas, tetapi mereka juga mengembangkan bentuk-bentuk sastra baru, seperti clausus eskatologis yang temporal (QS 99:1-6, 100:9-11, dan 101:4-9), pertanyaan-pertanyaan yang mendikte (QS 101:2 & 10), dan gagasan mengenai diptych/neraca keseimbangan (QS 99: 7-8, QS 101: 6-9) yang merupakan warisan tradisi lokal Proto-Sinai (mungkin sejak Mesir kuno) dan ekaristi Kekristenan Byzantium.
- Tahap berikutnya adalah surat-surat yang bersifat penghiburan diri/self-recreation (QS 93, 94, 108). Surat-surat ini mengandung kata-kata perlipur lara dan janji-janji yang ditujukan kepada komunikator. Secara struktural, surat-surat ini dimaksudkan sebagai pengingat (reminders) dari tindakan-tindakan masa lalu yang merupakan rahmat ilahi yang diikuti oleh etika dan agama yang diberikan Tuhan.
- Dan tahap terakhir adalah QS 97 yang menjadi dasar gagasan pewahyuan dan merupakan figur awal dari ayat-ayat Al-Qur'an sebagai wahyu di surat-surat setelahnya. Memasuki tahap berikutnya, konsistensi pengajaran ilahiah oleh Al-Qur'an telah mencerminkan suatu gagasan doktrin dasar monoteisme.
Audiens dalam QS 105 dan QS 106 tampak unik, dimana adalah masyarakat Quraisy yang dalam hal ini menjadi pribumi di Makkah. Namun, pengembangan surat-surat selanjutnya, audiensinya diarahkan kepada manusia secara general, yang pada gilirannya mencakup orang-orang Arab melalui tema kisah 'Ad dan Tsamud, lalu kepada budaya parokial Yahudi ketika memasuki tema Alkitabiah seperti Abraham dan Musa. Masalahnya adalah bukan persoalan Makkah sebagai asal-usul, melainkan perubahan obyek audiens. Jika dibandingkan dengan Grup II dan Grup IIIa & IIIb, Grup I tampak tidak membawa gagasan monoteisme apapun. Sebaliknya, frase "hendaklah menyembah rabba hadzal-bait (رَب هَذَا الْبَيْتِ ; "empunya rumah ini") dalam QS 106:3 memiliki corak pagan Quraisy daripada mengusung nama Allah Alkitabiah yang secara super-power digambarkan Al-Qur'an memakai frase rabbal-'alamin (رَب الْعَالَمِيْنِ ; "empunya seluruh alam semesta").
Berkenaan dengan cluster ke-4 di atas, yaitu sebagai penghiburan bagi komunikator, maka cluster ke-5 (QS 97) tidak dikhususkan bagi tema eskatologis, melainkan pendahuluan otoritas kewahyuan. QS 97 secara eksplisit berkaitan dengan tanzil ("sent down" komunikasi oral Al-Qur'an yang juga yang berhubungan dengan cluster penghiburan (4). Ayat-ayat perlipur lara yang komunikatif tentu tidak habis-habisnya memberikan jaminan dan kenyamanan individu untuk Muhammad sendiri, sehingga surat-surat ini (QS 93, 94, 108) menawarkan sesuatu untuk dikatakan/disampaikan kepada audiens yang lebih besar, sebagai sesuatu yang bersifat sastrawi tinggi, yang merupakan wahyu-wahyu bercorak kemazmuran (murattal) secara umum. Lebih lagi, cluster ke-4 dan ke-5 di atas memiliki afiliasi dengan surat-surat Grup II yang berhubungan dengan afirmasi adanya komunikator sebagai rasul (utusan, pesuruh, pembawa pesan oral) dan menjadi pijakan bagi otoritas wahyu Tuhan. Sebagai contoh, QS 81 dibagi atas 2 (dua) paragraf, dimana bagian pertama (ayat 1-14) dikhususkan untuk penyajian kembali pesan eskatologis dari pembacaan Al-Qur'an oral pertama-tama, kemudian bagian kedua (ayat 15-28) dikhususkan untuk menyatakan integritas kepada rasul dan reliabilitas wahyu yang dia terima sejak awal.
>> Lanjut ke Bab II Al-Qur'an: Markers of Orality (Bag. II)
>> Kembali ke Bab II Al-Qur'an: Sebuah Kidung Lisan
Diubah oleh tyrodinthor 19-01-2020 17:56
0