PART 9



PERTEMUAN SINGKAT.







Tak terasa aku dan Mira sudah menjalin hubungan kurang lebih 2bulan, tentu bukan waktu yg singkat untuk aku yg menganggap Mira sebagai sosok yg sangat spesial. (Elaaaah lebay beud knalpot mbeeerrr)



Erza adalah salah satu orang yg mendukung hubunganku dengan Mira, sampai2 dia seringkali mengingatkanku bahwa aku adalah orang yg beruntung karena bisa mendapatkan hatinya, jadi ia memintaku untuk sebisa mungkin menjaga Mira siang dan malam. (Hansip kalii)

Ucapannya bukan tanpa maksud, rupanya Erza tau banyak tentang informasi beberapa lelaki kadal yg sedang mengincar keindahan Mira, bahkan Erza tak segan menjadi backinganku ketika timbul masalah dengan mereka nanti. Mwehehehe, mayan punya bodyguard badak euy.








Pagi yg indah diiringi dengan kokokkan ayam bapak kantin.
Aku, Erza dan Andri tengah menjalani rutinitas kami mengudud filter di belakang kantin, tentunya didampingi teh hangat serta tahu ibu kantin yg montok.


"Zaa.. lu udah belajar belum?" Celetuk Andri.

"Belajar apaan dah ?" Jawab Erza.

"Laaahh.. hari ini ada ulangan coeg" lanjut Andri.

"Ehh?? Ulangan apa anyg ?" Ucap Erza dengan mimik wajah yg tiba2 menjadi panik.

"Bahasa inggris bro, perasaan 3hari yg lalu bu Lastri udah bilang.." sambutku.

"Seriuuuuss??? Anjg gw lupa belum belajar sama sekali" lanjut Erza.

"Yaelaaah kebiasaan beud gajah ice age" celetuk Andri.

"Sumpaaaah gw lupa daah, tar contekin gw yak.." ucap Erza.

"Filter separo?" Jawab Andri sembari mengulurkan tangannya untuk berjabat.

"Deal!!" Ucap Erza sambil menjabat tangan Andri.

"Okee!! Raaap, bagi dua yak.. gw nyontek elu tar gw kasih ke Erza" lanjut Andri.

"Okeee kalo lu okee!!" Jawabku.

"Wkwkwkwkwkwkwkwkwkwk" tawaku dengan Andri.

"Gini amaaaat punya temen, otaknya udud doang, pala lu noh berasep!!" Sungut Erza.

"Hiiii sereeeemm.. wkwkwkwkwk" celetuk Andri.







Ketika kami bertiga sedang berbincang santai tiba2 tirai pintu kantin terbuka, seperti biasa kami sedikit terperanjat karena takut kalau2 yg masuk adalah guru BK.




"Heeyyy , gak ngajak2 ya.." ucap seorang siswa laki2 yg sempat kulihat di kelas dan di parkiran sekolah.

"Ehh elu wan, sini gabung, udud masih ada noh.. bakar dah.." sambut Erza.

"Oke tengkyu bro.." ucap siswa itu.

Aku menatap Erza sembari mengangkat alis sebagai tanda bahwa aku menanyakan siapa siswa itu.
Lalu Erza pun berkata.

"Ohh iya lu belum kenalan ya rap, kenalin ini Wawan anak kelas 9G" lanjut Erza.

Sebelum sempat membakar rokok ditangannya, dia mengulurkan tangannya padaku.

"Wawan.." ucapnya.

"Raffi.." sambutku sembari menjabat tangannya.

Aku yg masih segan dengannya, hanya diam dan mendengarkan obrolan "Wawan" dengan Erza dan Andri yg terlihat sudah sangat akrab.



Sekilas tentang Wawan,
Doi pake gelang tali di tangan kanannya, wajahnya maskulin, kulitnya putih dengan rambut bergaya ala "EMO".



Jika dilihat dari dekat wajahnya mirip detektif conan tanpa kaca mata, aku pun mengakui kalau dia jauh lebih tampan dariku.
Seiring dengan tatapanku yg masih memperhatikannya, tiba2 dia melihat kearahku lalu tertegun.


"Kamu rafi pacarnya Mira kan?" tanya Wawan membuatku terhenyak.

"Ehh?? iii.. iyaa bro, kok lu tau ?" tanyaku.


"Raapp.. itu resiko elu pacaran sama kembang desa.." celetuk Andri.


"wkwkwkwk iya bro, kayaknya satu sekolah udah pada tau" lanjut Wawan.





*samar2 terdengar bel tanda masuk telah berbunyi, kami berempat bergegas menuju kelas kami masing2.

Sembari mengambil buku di dalam tas tiba2 aku tersadar,

"Loh, kok si Wawan gak marah? dia udah tau gw pacaran sama Mira.. berarti doi bukan cowoknya Mira dong.. terus ngapa kemaren-maren doi ngliatin gw sama Mira di parkiran yak?" gumamku dalam hati.



Ulangan bahasa inggris pun dimulai.
sesuai perjanjian di kantin tadi, aku memberi contekan pada kedua cendikiawan ini. mayan kan dapet pilter 3batang bujeeed.






Selepas menyelesaikan lembar ulanganku, aku berdiri dan segera mengumpulkannya di meja bu Lastri. Lalu dengan santainya aku melangkah keluar dan duduk di depan kelas.


Lambat laun, kepalaku terasa pusing, mungkin karena mengerjakan beberapa soal tadi (elaaah, paket malem 5jam gak ada pusing2nya).
Untuk meredakannya, aku sedikit memijat kepala sembari melepas pandangan ke beberapa ruang kelas yg terlihat
masih dihuni oleh para penghuninya (paan dah).
Bukannya reda, pening di kepala terasa semakin nyut2an.



"Anjg pala makin pusing gini, sebat dulu apa yak.. eh, kan masih pelajaran.., ke UKS aja dah minta obat, terus abis itu baru sebat.. mwehehehe" ucapku dalam hati.




Sebelum pergi ke UKS, aku meminta izin dulu pada Bu Lastri yg terlihat cantik, gemoy dan cihuy.
Setelah mendapat izin aku bergegas menuju UKS dengan langkah gontai.

Sekedar menegakkan kepala rasanya aku tak sanggup, lantas aku berjalan dengan memegangi belakang kepalaku sembari menahan sakitnya.


"Kayaknya kumat dah.." gumamku seraya membuka pintu UKS.

Bau debu UKS semerbak menusuk hidung, semakin membuat pening kepalaku.
Perlahan kubaringkan tubuhku diatas meja guru, eh kasur UKS.
Seraya memijat kepala, mataku tertuju ke arah lemari kaca yg terletak tepat di seberang ranjang.
Betapa terkejutnya aku setelah melihat se'onggok tengkorak tengah berdiri di dalam lemari itu.


"Astaghfirullah!! Tengkorak anj*!!!" Umpatku terperanjat.



Perlahan dengan rasa takut yg memuncak, aku duduk sambil kupelototi tengkorak itu.



"Mangekyou Sharingaan!!!" *eh kaga







Sembari mengucek mata, mataku seolah melakukan mode auto zoom ke arah tengkorak itu.


"Asli ituu?? Ngapain anak UKS majang tengkorak dimari??? Kalo malem idup keliling sekolah itu??? Gokil" Gumamku.



"Ahh bodo amat , gw mau tidur" ucapku dalam hati sembari merebahkan lagi tubuhku diatas ranjang.


Kepala yg masih terasa pusing ditambah tengkorak alay di lemari membuatku semakin lemas saja.
Alhasil aku berhasil tidur dengan nyenyak tanpa menghiraukan apapun.

















"Fii , mas raffiii??" Panggil seseorang dengan nada suara yg sangat halus samar2 terdengar di telingaku.

Dengan berat hati aku pun mengalah dari rasa kantukku dan mencoba membuka mata yg masih terasa berat.
Dari ekor mata aku bisa melihat ada seseorang yg sedang berdiri disamping ranjang.

"Sapa si?? Ganggu bae ah" gumamku dalam hati.

"Mas rafi???" Suara itu kembali terdengar, namun kali ini tak selembut tadi.

Setelah aku berhasil membuka mata dan menyadarkan diri, terlihat seorang wanita cantik sedang berdiri di samping ranjang.
Ternyata wanita itu adalah Bu Wiwik guru bahasa jawa yg cantik jelita.



"Ehh Ibu.." sapaku basa basi sembari bangun dari ranjang.

"Mas rafi kenapa? Kok tidur disini?" Tanya Bu Wiwik.

"Tadi waktu mapelnya Bu Lastri kepala saya pusing banget Bu, jadi saya ijin kesini buat istirahat" jawabku.

"Ohh.. gak pulang aja? Masih pusing engga?" Lanjut Bu Wiwik.

"Ehh , engga Bu, ini udah mendingan kok, paling saya ngumpulin nyawa dulu terus balik ke kelas lagi' jawabku.

"Ngapain ke kelas lagi?" Ucap Bu Wiwik.

"Masih ada mapelnya Pak Agus habis ini Bu.." ujarku mencoba menjelaskan.

"Pak Agus nya aja udah pulang dari tadi, tu liat" ucap Bu Wiwik sembari menunjuk ke arah jam dinding.

Aku pun reflek melihat jam dinding itu dan berkata..


"Jam dinding pun tertawaaa~
karna ku hanya diam... dan membisuuuuu.. ingin kumaki diriku sendiri yang tak berkutik di depanmuuuu~"










Ngapa lu ikut nyanyi ? Wkwkwk.





"Heee ?? Jam 3??? Jam nya bener itu Bu??" Ucapku.

"Iyaa lah, untung Ibu mampir kesini.. kalo engga kamu masih tidur disini sampe malem mungkin.." ujarnya.


Aku hanya tersenyum dan mengernyitkan dahi.



"Yaudah ayo pulang, Ibu juga mau pulang" lanjutnya.

"Ehh iyaa Bu, saya mau ambil tas dulu di kelas" jawabku.

"Ambil gih , pulangnya hati2 ya.." ucap Bu Wiwik sambil berlalu keluar UKS.

"Siaaap Bu.." jawabku pelan.




Aku bergegas berlari menuju kelas untuk mengambil tas ku, tanpa kuperiksa isinya langsung ku gendong dan berjalan ke arah parkiran sekolah.



Disana hanya terlihat beberapa sepeda yg masih terparkir rapi, mungkin itu sepeda anak2 yg sedang ikut ekskul karate. Waaaaatttaaww.



"Raaaap.." terdengar sebuah suara dari arah ruang komputer.

Pandanganku teralihkan oleh seonggok kuman yg sedang berjalan kearahku.
Ya, kuman itu adalah Erza.

"Lah belum balik lu Zaa ?" Tanyaku.

"Iyaa nih , tadi dihukum Bu Lastri bersih2 ruang guru" celetuknya.

"Yaah? Ketauan nyontek lu yak?" Lanjutku.

"Hehee iyaaaaakk..," ucap Erza sambil nyengir.

"Yaaaelaaah kocaaak.. udah kelar kan? yuk balik" ajakku.

"Ehh bentar, tadi gw dapet pesen dari Wawan.. gw disuruh ngasih nomer hpnya buat elu" ucap Erza seraya mengambil ponsel di saku celananya.

"Ehh?? Buat apee? Gw kan gak kenal doi" jawabku.

"Tauu tuuh , ada perlu kali, nih lu catet dulu.." lanjut Erza menyerahkan ponselnya padaku.

"Yaudah.." singkatku mencatat nomor ponselnya di ponselku.

"Wawan Menawan" *nama kontaknya diponselku.




"Udaah nii, yuk balik.. laper gw.." ucapku.


"Palalu udah baek? Apa penyok dikit?" Seloroh Erza seraya menungganggi sepedanya.

"Palalu noh jajar genjang" jawabku.

"Wkwkwkwkwkwkwkwk" tawa Erza.


Kami segera berlalu meninggalkan sekolah.






Karena sedang ingin santai , aku tak terlalu terburu2 mengayuh sepedaku. Sembari melihat lalu lalang kendaraan di sekitar, kunikmati perjalanan pulang sore ini. Namun tiba2 terbersit dalam pikiranku untuk mampir ke warnet Apis. Tapi kuurungkan niatku karna waktu yg tidak mendukung.
Salah2 aku bisa dijadikan gantungan kunci oleh Ibu.


Dari kejauhan, samar2 kulihat ada sebuah kerumunan warga di pinggir jalan. Karna penasaran kudatangi kerumunan itu.




Sesampainya disana, terlihat sebuah sepeda motor yg kondisinya lumayan ringsek.
Setangnya bengkok, spion bececeran di tengah jalan, bannya bulet.
Perlahan pandanganku teralihkan ke arah seorang pemuda yg terlihat sedang meringis kesakitan duduk di depan salon.

"Ehh mukanya gak asing dah, tapi siapa ya.." gumamku sesekali memperhatikan wajahnya.





Sembari mengingat, aku turun dari sepeda dan meletakannya di tembok samping salon.

"Bentar dah, siaaapaaa yaa..??" Gumamku dalam hati seraya terus memperhatikannya.







"Ohh iyaaa , dia kan pacarnya kak Laras.." selorohku.


(Kak Laras = kakak Putri)





"Samperin jangan yak..? Tapi kan doi ga kenal gw.." ucapku dalam hati.


"Ahh gausah deh, balik aja.. palingan udah telfon keluarganya" lanjutku sembari berjalan mengambil sepedaku.


Karena suasana sekitar penuh sesak, kukayuh sepedaku perlahan untuk menghindari orang2 yg masih berkerumun.



Setelah berhasil keluar dari kerumunan, perlahan kukayuh sepedaku sedikit lebih cepat karna mengingat waktu sudah semakin sore.




Namun, belum sempat sepedaku melaju kencang, dari arah yg berlawanan aku melihat sebuah mobil minibus yg sangat familiar bagiku sedang berusaha menyebrangi jalan.





Karena kaca depan mobilnya sangat bening, aku bisa melihat dengan jelas serta mengenali seseorang yg sedang duduk di bangku supir didalam mobil itu.





Orang yg kumaksud adalah om T**** , ayah Putri.
Disampingnya duduk seorang perempuan cantik berambut panjang berwajah tirus. Itu kak Laras.





Seketika jantungku berdebar kencang saat melihat mereka berada didepanku.
Dengan tergesa aku berusaha memalingkan wajah agar mereka tak melihatku.





Namun apalah daya, perhatianku malah tertuju pada sesosok berambut panjang yg tengah duduk di kursi belakang mobil itu.
Terhalang kaca samping yg gelap, hanya terlihat sillhoutenya saja.





Apakah itu Putri?
Entahlah.

Yg jelas jantungku masih berdegub kencang.






(To be continued slurrrr)