PART 8



Manusia Kocak.







Setelah pertemuan kami berdua di gor hari itu, Aku dan Mira menjadi semakin akrab. Seringkali ketika kami berpapasan di sekolah, Ia tak segan untuk menyapaku terlebih dahulu. Hal itu semakin membuat Erza manusia paling unyu di kelas SempLeX menjadi semakin curiga. Aku pun tak tau mengapa dia bersikap seperti itu, mungkin karena aku tak pernah terbuka dan menceritakan tentang hubunganku dengan Mira. Lagipula mau dikata apa, memang hubungan kami berdua hanya sebatas teman, tidak lebih.




Seiring kedekatanku dengan Mira, hampir setiap malam kami menghabiskan waktu untuk sekedar berbincang dan bersenda gurau via telefon.
Biasanya selepas Isya, aku bergegas menuju warnet jahanam milik bapaknya Apis untuk bermain Dota bersama kawan2ku. Entah sudah berapa lama aku tak berkunjung ke warnet.


Jika 1-2hari aku tak menyambangi warnet Apis, terkadang kubuka account Facebookku untuk sekedar mencari tau event Dota atau mencari tau apa yg sedang anak2 laknat bicarakan di Facebook. Acap kali mereka mengupload foto2 Aib bocah2 warnet jika mereka tertidur di dalam billing.


Karena kembali teringatkan oleh masa2 itu, lantas akupun segera membuka account Facebookku di komputer milik bapak. Namun ketika sedang membuka akun facebookku, betapa kagetnya aku karena laman profilku sudah ramai dengan ocehan para manusia kocak. Mereka seperti kompak berkomentar di laman profil facebookku. Tak peduli itu status ataupun foto yg telah lama diupload, mereka seakan-akan bersekutu untuk membombardir laman profilku dengan beringas. Kulihat ada 1 foto, dimana mereka mengomentarinya ramai2.




"Rap , mati lu???" Komen Apis.

"Anjg gantiin MMR gw , buru mariiiii.." lanjut gamskuy berkomentar dibawahnya.

"Bang , paket bang , gw bayarin.." komen Reski.

"Ada skin baru nih bro, cash'in laaa" komen Kiwil.

"Rap.. lu dicariin bapaknya apis" komen Tyo.

"Buruan bro kita C*li bareng lagi" komen Agus.




"Wkwkwkwk bocah2 kocak pada ribut" gumamku dalam hati, akupun langsung membalas komentar mereka

"Ngapain lu pada???? Malem gw kesitu, gw bakar warnet lu piss!!"




Sebelum menutup laman facebook di komputer, aku sempat teringatkan sesuatu. Mira baru saja membuat account facebook kemarin, dan memintaku untuk memberikan permintaan pertemanan pada akun facebooknya.



*tulilit tulilit tulilit
Nada dering poliponic terdengar di ponselku, terlihat nama kontak "Mir_Mira" di layar, aku segera menerimanya.

"Panjang umur ni bocah" gumamku dalam hati.
"Halo.." sambutku.

"Halo kak.. lagi sibuk engga?" Tanya Mira.

"Engga.. lagi buka komputer nih.." ucapku.

"Kirain lagi ronda hehe.. oh iyaa, kak rafi udah add akun facebook aku belum?" Lanjutnya.

"Haha lucu dikit.. udaah.. barusan banget malah.." jawabku.

"Ohh oke, aku konfirmasi dulu ya.., nanti tak telfon lagi" ucap Mira.

"Oke.." singkatku.



Sembari menunggu telfon dari Mira, aku beranjak dari kursi komputer dan menuju dapur untuk menyeduh secangkir kopi. Memang sudah menjadi kebiasaanku ketika akan berkunjung ke warnet, aku harus menikmati secangkir kopi terlebih dahulu.




*tulilit tulilit
Ponsel yg kutaruh diatas meja makan kembali berbunyi, ternyata Mira menelfonku lagi.

"Halo.." ucapku seraya menempelkan telfon di telinga menggunakan bahuku.

"Halo kak.. udah aku konfirmasi ya, nanti kak rafi buka fb loo.." ucap Mira.

"Kok buka fb lagi? Kenapa Mir?" Tanyaku.

"Udaah buka aja nanti.." lanjut Mira.

"Oke, bentar ya lagi bikin kopi.." jawabku.

"Waaah kopi.. mau dong kak.. kopi susu kan?" Tanya Mira.

"Kopi item neng.." ucapku seraya mengaduk secangkir kopi.

"Yaaahh gajadi deh..., oh iya kak, aku punya tebak2an nih" pungkas Mira.

"Tebak2an apa dede Mira?" Ucapku.

"Tau engga bedanya kak rafi sama kopi ?" Tanya Mira.

"Apa tuuu ?" Singkatku.

"Kalo kopi diseduh pake air, kalo kak rafi bikin aku mencaiiiirrrr.." seloroh Mira.

"Ciyaaat ciyaaaat.. lumer dong neng" celetukku.

"Hahahahaha.." tawa Mira.

"Buruan buka FB deh kak, aku udah mulai ngantuk niih.." lanjut Mira.

"Iyaa bentar, baru mau duduk ini neng.." jawabku seraya meletakkan kopi di atas meja.

"Yaudah , kalo udah kabarin ya kak.." pungkas Mira.

"Siaap.." jawabku.



Aku pun menuruti kemauan Mira dengan segera membuka account facebookku.
Sembari menyeruput kopi hitam kesukaanku, kulihat ada 1 notifikasi yg muncul di bagian kanan atas berandaku.
Setelah ku tekan notifikasi itu, betapa terkejutnya aku sampai-sampai...

"Bbbbbffftttt!!"
Tanpa sengaja aku menyemburkan kopi dimulut dengan mata yg sedikit terbelalak, semburan kopiku mengotori layar komputer, segera kuambil elap dan bergegas mengelapnya sembari mengedipkan mataku beberapa kali untuk memperjelas apa isi notifikasi yg kubaca tadi.





"Mira ***** Mustika meminta berhubungan sebagai pasangan Anda di Facebook"

Notifikasi itu berhasil membuatku termenung beberapa saat. Seiring dengan itu, angin malam yg berhembus melewati pintu belakang menerpa lembut kulit tanganku.


"Ini beneran ?" Gumamku dalam hati.


Belum sempat aku konfirmasi permintaan itu, segera kututup halaman facebook dan mematikan komputer Bapak lalu bergegas menuju teras belakang. Segera kutelfon Mira untuk menanyakannya.




*tuuuuuutt tuuuuuttt

"Haloo.." jawab Mira disana.

"Haloo.." ucapku ragu.

"Udah kak ?" Tanya Mira.

"Udah, kamu ngirimin permintaan berhubungan ?" Lanjutku.

"Mmmmmm, iya apa engga ya.. aku lupa deh.." jawab Mira dengan nada suara yg aneh.

"Laah terus kenapa kamu nyuruh aku buka FB lagi ?" Ucapku.

"Heheee.. iya deh iyaa.. bener kak.." jawab Mira.

"Kamu lagi becanda ?" Ucapku mencoba meyakinkan.

"Kok becanda.. engga kak, aku serius.." lanjut Mira.

"Kita kan belum jadian Miraa.." selorohku.

"Belum kan ? Bukannya engga.." ucap Mira.

"Jadi gimana ? Emang kamu mau jadi pacar aku ?" Tanyaku.

"Diih , kak rafi masa nanya nya kaya gitu.. gak romantis banget.." celetuk Mira.

"Huuuufffff.." hembusan nafas berat yg biasa kulepaskan ketika sedang merasa gugup.
Setelah beberapa saat menenangkan diri, aku sedikit tersadar kalau Mira sedang memancing supaya aku dapat bersikap.





"Yaudah aku mau ngomong, sekalian jujur sama kamu.." ucapku.

"Iya.. jujur tentang apa kak ?" Jawab Mira dengan nada suara yg begitu lembut.

"Eemmm.. aku emang suka sama kamu, mungkin kamu udah tau atau udah sadar ya.. tapi jujur kemarin2 aku masih ragu, karna kukira kamu udah punya gebetan.." pungkasku.

"Aku ga punya gebetan kok, sebenernya aku juga suka sama kak rafi. Tapiiiiii....." jawab Mira.

"Tapi apa?" Lanjutku dengan nada serius.

"Aku maluu.." jelas Mira.

"Malu kenapa ?" Tanyaku.


"Emmmmm.. ituu lohh.. temen sekelas kak rafi kan banyak yg cantik2.. kayak kak Chelsea, Kak Friska.. dan masih banyak yg lain. Aku kira kak rafi sukanya cewek kek mereka.. aku kan pendek jelek, kak rafi tinggi cakep pula, pasti tipe ceweknya yg cantik juga" ujar Mira.

"Jangan merendah gitu deh, aku malah suka cewek yg posturnya pendek, jadi gampang kao mau jitak mbun2annya" selorohku

"Kak rafi mau jitak aku? Aku aduin ayah yaa.." jawab Mira.

"Wkwkwkwkwk , canda neng.." sergahku.

"Tapi waktu kita ngobrol di Gor, aku kan sempet tanya ("kalo kita jadian kecepetan engga sih?"), setelah aku tanya itu kamu kan gak ngasih jawaban apa2, kenapa sekarang berubah gini?" Lanjutku.

"Emmmm.. sebenernya waktu itu aku kaget, terus bingung jawab apa. Jadi aku asal jawab aja.. lagipula karena kak rafi tanya kayak gitu, aku jadi nebak kak rafi mungkin suka sama aku.." ungkap Mira.


Sebelum melanjutkan percakapanku dengan Mira, aku beranjak dari kursi dan berjalan ke pojok bangunan rumahku untuk menyalakan sebatang rokok dengan membawa kopi yg tadi telah kuseduh.


"Berarti kalo aku gak tanya kek gitu, kamu gak tau kalo aku naksir kamu?" Tanyaku.

"Iyaa laaaah kak.. ngapain?? Kege'eran dong jatohnya.." lanjut Mira.
"Owwwww.." singkatku sambil manggut2.

"Jadiiii.. sekarang gimana? Status kita berubah jadi pacaran? Kamu mau jadi pacar aku?" Tanyaku dengan sedikit ragu.


"Eemmmm... mau engga yaaa.." celetuk Mira.

"Kalo gak mau juga gapapa, kan tinggal ditolak permintaan status dari kamu.." ucapku dengan nada meledek.

"Eehh ehh.. iyaa iyaa.. aku mau jadi pacar kak rafi.." sergah Mira.

"Serius ?" Tanyaku.

"Hiiiii , iya seriuuuuss.." jawab Mira gemas.

"Oke, aku konfirmasi dulu permintaan hubungannya ya" ucapku.

"Tapi kak rafi janji ya, gak genit sama kak Chelsea?" Tanya Mira.

"Laah ? Emang kapan aku pernah genit sama dia ? Gak pernah sama sekali" jawabku dengan yakin.

"Yaudah aku percaya. Pokoknya kalo kak rafi genit aku tau looh.. aku punya mata2 di kelas kak rafi" Lanjut Mira.

"Mata-mata ? Siapa?" Tanyaku.

"Rahasiaaaaaa.. wleeeee" singkat Mira.

*tuuuutt tuuuutt tuuutt, sambungan telfon kami tiba2 terputus.



Tak berselang lama, Mira mengirimkan pesan singkat padaku.

"-2 Juni 2009- Mira ***** Mustika ♡ Rafi A.... diinget ya kak (emot cium)"

Aku pun tersenyum dan membalas
"Iyaa dede Mira.."



Setelah membalas pesan Mira, aku kembali membuka Facebook via ponsel dan mengkonfirmasi permintaan hubungan dari Mira. Lalu muncullah sebuah bilah status di laman profilku.
"Anda kini menjalin hubungan Berpacaran dengan Mira ***** Mustika".


"Wuuhuuu.. yess!!" Gumamku seraya mengepalkan tangan kananku.



Entah mengapa perasaanku malam ini menjadi bercampur aduk. Senang, bahagia, bingung dan sedikit berflower-flower bercampur menjadi satu dalam hati dan fikiranku.
Tak kusangka, keinginan untuk bisa memiliki Mira sekarang telah menjadi kenyataan. Bahkan seolah2 rasanya begitu mudah jalan takdir untuk bisa bersamanya.
Apakah Tuhan ingin memberiku kesempatan untuk kembali bisa merasakan indahnya cinta?

Entahlaaah~






Tanpa terasa, kopi di dalam cangkirku telah habis dan hanya tersisa ampas hitamnya saja. Ku lihat jam di layar ponselku sudah menunjukkan pukul 19.24WIB. Berarti sudah waktunya aku menepati janji untuk meluncur menuju warnet kami tercinta.


Kebetulan 2hari yg lalu Bapak memberiku beberapa lembar uang sebagai upah karna telah membantunya untuk menghitung hasil tagihan biaya air ledeng dari beberapa penggunanya. Jadi malam ini aku tak perlu meminta tambahan uang jajan pada Bapak.

"Duit, Hp, rokok.. amaan.. meluncuuuuurr" ucapku dalam hati.


Sembari menggengggam ponsel aku berjalan menuju pintu depan untuk mengambil sepedaku. Namun ketika sampai di ruang tengah, kulihat Ibu sedang menonton tv bersama adik perempuanku. Sepertinya mereka berdua tampak menikmati acara di televisi sampai-sampai mereka tak sadar jika toples yg sedang dipegang oleh adikku telah terjatuh dan menumpahkan isinya.


"Buu , aku keluar dulu ya mau nugas di warnet.." ucapku sembari mencium tangan Ibu.

"Iyaa , pulangnya jangan kemaleman ya. Nanti ga ada yg bukain pintu.." jawab Ibu.

"Okee..., mamas main dulu ya.." ucapku sembari mencubit pipi chubby adik perempuanku, sungguh menggemaskan.
Biasanya dia merengut ketika kucubit pipinya, namun kali ini dia tak memberi respon apapun karna sedang asik menonton tv.



Sebenarnya aku agak heran dengan sikap Ibu akhir-akhir ini, beliau seolah acuh tak acuh dengan apa saja kegiatanku sehari-hari. Dulu ketika aku menginjak kelas 1 SD beliau selalu memperhatikan apa saja yg harus aku lakukan.
Dari mulai sekolah, belajar, sampai jam tidur siang pun beliau atur sedemikian rupa.
Namun ketika adik perempuanku lahir, perhatian beliau kepadaku seakan berkurang dan tak lagi sama seperti dulu.
Bahkan pernah suatu waktu, ketika kami masih tinggal di Kal****** (Scene Putri), bertepatan dengan lahirnya adik perempuanku aku sempat berfikir mereka tak lagi sayang kepadaku.

Puncaknya ada saat dimana aku mengambil apel yg hanya tersisa 1buah di kulkas dan memakannya sembari bermain PS, tak berselang lama tiba2 Ibu menghampiri dan memarahiku karena ternyata apel itu akan diblender dan diberikan pada adikku.
Bukannya merasa bersalah, aku malah memilih untuk marah karna kufikir aku juga anak mereka, jadi aku berhak atas apapun yg ada di dalam kulkas, bukan untuk adikku saja.


Hingga saat sore tiba, hatiku masih merasa panas dan marah.
Aku pun memutuskan untuk mengambil sepeda lalu nekat minggat dari rumah.
Anak kelas 3SD bersepeda melewati jalur Pantura yg dipenuhi kendaraan roda 4 dan truck-truck besar dari Kal******* sampai kota Te***. Semua itu tak menyurutkan nyali dan niatku untuk pergi dari rumah karna merasa sudah tak ada lagi tempat untukku.
Sebenarnya saat itu aku tak tau harus kemana, namun ketika sedang mengendarai sepeda, aku teringat nenek dan memutuskan untuk kesana.
Sesampainya di rumah nenek, beliau tidak heran mengapa aku menggunakan sepedaku, malah menyuruhku untuk pergi mandi dan makan.


Kurang lebih 2hari kemudian, Bapak datang dan terlihat berbincang dengan kakek yg sedang menyapu halaman depan, saat itu aku sedang duduk di ruang tamu, otomatis aku bisa melihat kedatangan Bapak. Namun aku tetap mengacuhkannya.

Sampai beberapa saat kemudian beliau memasuki rumah dan melihatku yg sedang duduk sambil memegang sebuah majalah "Aneka Yess".

Beliau menghampiriku dengan langkah gontai dan langsung memelukku beberapa saat dan berkata..


"Kenapa kamu pergi dari rumah? Bapak nyari kamu kemana2, Ibu juga khawatir sampe nangis terus tiap malem mas.." ucap Bapakku seraya menengadahkan kepalaku.

"Engga, Ibu cuma sayang sama U**" jawabku singkat.

"Kamu salah faham, U** kan masih kecil, masih bayi mas.. jadi harus dapet perhatian lebih.. bukannya Ibu gak sayang sama kamu.." lanjut Bapak.


Mendengar penjelasan Bapak, entah mengapa hatiku merasa trenyuh dan tersadar bahwa apa yg kulakukan adalah hal yg salah.
Setelah beberapa saat berbincang dengan Bapak, kami menuju teras belakang dan meminum teh hangat buatan nenek.

Disana aku mendapatkan beberapa nasihat dari kakek dan nenek, mereka jelas menyalahkan apa yg telah kuperbuat, namun mereka tak memarahiku melainkan memberiku nasihat dan saran agar aku bisa menjadi anak yg lebih baik di kemudian hari.

Singkat cerita , aku dan Bapak pulang ke Ka*******. Sesampainya di rumah Ibu sudah berdiri di depan pintu sembari menggendong adikku. Melihat kedatanganku dengan Bapak, beliau bergegas menghampiri dan memelukku sangat erat diiringi dengan tangis sendunya.
Beliau meminta maaf karena telah memarahiku dan membuatku pergi dari rumah lalu menjelaskan bahwa beliau sangat menyayangiku sama seperti adik perempuanku. Saat itu juga kupandang wajah adikku yg sedang mengemut dot nya. Aku pun segera tersadar bahwa, adikku tak bersalah, dia masih bayi dan tidak tau apa2, kami adalah saudara kandung yg harus saling mengasihi dan melindungi bukannya merasa iri.
Itulah saat dimana pertama kali aku membuat Ibu menangis seumur hidupku. Setelah kejadian itu, aku bersumpah dan berjanji tak akan membuat Ibu meneteskan air matanya lagi karena kesalahanku.





Setelah berpamitan dengan Ibu, aku pun langsung mengambil sepeda dan bergegas pergi menuju warnet. Kukayuh sepedaku dengan semangat 45 karena hasrat bermain Dota sudah sangat menggebu-gebu.



Sesampainya di warnet, kulihat beberapa sepeda milik bocah2 kocak telah terpakir rapi di depan warnet.

"Waaah ramee niih.." gumamku seraya turun dari sepeda dan menguncinya.

Setelah kupastikan sepedaku aman terkunci, langkahku segera mengarah ke pintu masuk warnet.

*kriiiyeuut (suara khas pintu warnet ketika dibuka)



"Oyy oyyy oyyyy.. abang kalian udah sampe niiii" celetuk Apis yg sedang duduk di kursi Op nya sembari mengepit sebatang rokok kretek di tangannya.

"Paan sii Pis, sok asik lu..., buruan bukain billing" ucapku.

"Kemana aja lu ga pernah nongol ?" Lanjut Apis seraya mengetik keyboard untuk membuka billing.

"Sibuk gw , udah buruuuu" sergahku.

"Eeeiiittss, duit duluuuuu.." ucap Apis.

Belum sempat aku memberikam uang pada Apis, tiba2 ada seseorang yg berdiri dari dalam billingnya dan berkata..

"Waaadaaaaw , abang udah dateng.. kemana aja lu bang ga pernah sowan kemariih?" Celetuk Reski.

"Biasa bro, belajaaaar.." jawabku seraya tersenyum kecil.

"Ehh ada rafi ? Mana ?" Ucap seseorang.

Tiba2 terlihat kepala Gamskuy yg nongol dari billingnya.

"Heeeeyyyyy.. kamu kemana aja sayang.. buruan mari ganti MMR gw yg kemaren, kiwil tol*l beud dah.." ucap Gama.

"Santai brooo... mana buruan Piss, udah malem ini.." ucapku.

"Bentar ngapaaah....., niih" ucap Apis memberikan password billing no 7 yg berada tepat di tengah warnet.

"Okee piisss.., tar biasa yak, nangguuung" ucapku seraya berjalan menuju billing.

"Iyeeeee.." singkat Apis.

"Yok bro login.." ucapku mengajak Gama untuk masuk ke akun DOTA nya.

"Udah iniii.., eh Kii, mau ikut engga ?" Tanya Gamskuy.

"Ikut laaa.. bentar tutup FB dulu.., ehh ini kok di beranda ada notif lu jadian bang ?" Jawab Reski seraya melihatku yg belum masuk ke dalam billing.

"Bukan gw kali, salah orang luu Kii.." jawabku seolah cuek dan masuk ke dalam billing.

"Lu jadian sama siapa Rap ?" Tanya Gama.

"Waaaaahh iyaaa niii.. si Rapli jadian woy.. PJ laaaaaa PJ.." teriak Apis dari ruang op nya.

"Waduuuh gawat nih , gw lupa nge hide notif dari bocah2 kocak pulak.. abis gw dikrecein ini.." gumamku dalam hati.

"Wiidiiii gorengan ama udud laaaa rap.." celetuk Gama.

"Yaudah iyee iyee.. ntar gw beliin gorengan sama rokok buat lu padaa.." jawabku seraya memasuki billing.

"Siaaaap , ayoo kita login.." ucap Gamskuy.




Kami bertiga pun segera bermain DOTA bersama. Ternyata tak hanya manusia2 kocak yg saat itu sedang bertapa di dalam warnet, beberapa saat kemudian manusia kocak lain pun satu persatu datang dan mengetahui berita tentang hubunganku dengan Mira.
Alhasil malam itu uang pemberian Bapak seketika habis tak tersisa.
Tak apalah, lagipula apa yg aku berikan untuk mereka tak sebanding dengan kebahagiaan yg aku dapatkan malam ini.





Gw kasih ilustrasi foto mirip MIRA.








To be continued.