PART 1 J

Perasaan Baru.



Selama 2hari setelah kejadian pingsannya Putri, Dia tidak masuk sekolah. Akhirnya aku hanya bisa menghabiskan waktu bersama Argo dan si Harto.
Tidak ada yg menarik ketika aku bersama dengan manusia aneh agak emosian itu.


-2 hari kemudian-



As usually, pukul 06.30 aku berangkat menuju sekolah tercintaku dengan jalan kaki, pagi ini aku berniat berangkat lewat depan rumah Putri karena masih satu arah dan kangen juga rasanya.


"Aku berangkat dulu ya Buu.." ucapku sambil mencium tangan Ibu.

"Gak bareng bapak aja?" Tanya Ibu.

"Gausah gapapa, nnti malah bapak kesiangan.." jawabku singkat

"Paak , aku berangkat dulu yaa.." lanjutku pamit pada Bapak yg sedang menyantap sarapannya di depan tv.

"Iyaa hati2 mas, bekelnya jangan lupa dibawa lho" jawab Bapak dengan suara seperti orang kelelep karna sembari mengunyah.

"Iyaaaa.. assalamu alaikum.." aku menjawab seraya kabur meninggalkan Ibu.



Singkat cerita, aku pun berangkat dengan semangat, berharap bisa bertemu dengan Putri pagi ini.

"Ffiiiuuww.. ffiiiuuuuww.. fffiiiuuuwww.."
Aku berjalan sambil bersiul karna mendengar suara burung2 yg berkicau di sawah.

Sesampainya di persimpangan jalan, aku bingung mau melanjutkan niatku untuk lewat depan rumah Putri atau lewat samping mushola.
Untuk lewat depan rumah Putri aku harus ambil jalan kanan.

Setelah beberapa saat berfikir, aku membulatkan tekat untuk belok ke kanan menuju rumah Putri.
Aku berjalan agak cepat dari biasanya, karena takut ketauan sengaja lewat depan rumah Putri yg ini adalah kali pertama.

Dari kejauhan terlihat rumah Putri yg terletak banyak pot bunga di depannya. Aku semakin mempercepat langkahku sembari tetap bersiul pelan.

Sesampainya beberapa langkah di depan rumah Putri, teras rumahnya terlihat sepi, lampu depan masih menyala, Tidak ada satupun motor disana, garasinya juga tertutup rapat.

"Ohh mungkin pergi ke luar kota satu keluarga" gumamku dalam hati, seraya memperlambat langkahku.

Ada sedikit rasa kecewa karna aku tidak berhasil bertemu Putri. Tapi tak apalah, nanti juga bisa ketemu lagi, aku pun melanjutkan langkah menuju sekolah.

Dengan sedikit rasa kecewa aku berjalan sangat pelan dan agak melamun, sembari berjalan beberapa pikiran kembali muncul di kepalaku. Rasanya seperti ada yg mengganjal, entah di hati atau di pikiran.

Padahal sebelumnya aku tidak pernah merasakan perasaan seperti ini, meskipun merasa ada yg aneh di hatiku, aku tetap berusaha melupakannya.



Singkat cerita aku sudah sampai di sekolah, dengan gestur seperti biasa aku kembali berjalan menuju kelas. Sesampainya di kelas Andi menghampiriku serta merangkul pundakku.

"Bro, lu sama Putri udah pacaran ya ?" Tanya Andi.
Aku tidak langsung menjawab pertanyaan Andi, melainkan berfikir dan berkata dalam hati.

"Ni bocah kenapa dah, kenapa baru tanya sekarang, kemarin2 biasa aja kayaknya" gumamku dalam hati.

"Oyy ditanya jugaa.." lanjut Andi

"Ehh lu tanya apa? , maap tadi gw lg nglamun" jawabku.

"Elu udah pacaran sama Putri ?" Tanyanya lagi.

"Pacaran sama Putri ? Kata siapa ?" Jawabku.

"Yaa dari kejadian kemarin waktu pramuka, kayaknya kalian pacaran sampe digandeng gitu" ungkapnya.

"Ohh itu.. kalo iya kenapa, kalo engga kenapa?" Aku balik bertanya.

"Yaa gapapa, gw cuma tanya aja, soalnya setau gw Putri lagi deket juga sama Krisna" jawab Andi.

"Krisna kelas 4B ?" Tanyaku.

"Iyaa lah, siapa lagi" jawab Andi.


Deegggg!!! Perasaan macam apa ini??. Setelah mendengar penjelasan Andi, aku merasa seperti ada hawa panas di dadaku, bukan amarah, hanya sekedar hawa panas seperti menyelimuti dada ini.

"Emang iya ? Gw baru tau malah, yaudah sih no problem bro" jawab gw sambil berjalan menuju kursi.

"Iyaa , gw kan udah bilang Putri banyak yg suka" ungkap Andi.

Aku hanya terdiam dan berpura-pura mengambil sebuah buku dari dalam tas, lalu aku kembali berpura-pura menulis sesuatu, padahal aku hanya menulis tidak beraturan, lebih kearah mencoret-coret buku.

"Ini gw kenapa sih, kenapa ini, apa gw cemburu?" Gumamku dalam hati.

Kembali dada ini terasa seperti ada hawa panas di dalamnya, layaknya ada sebuah api kecil di dalam tubuhku ini.
Namun dengan berkeras hati aku kembali mencoba melupakannya dengan menggambar sebuah tokoh kartun di buku.

Tak lama kemudian Bu Ratna masuk ke dalam kelas dengan membawa sebuah map berwarna merah di lengannya.

"Selamat pagi anak-anak.." ucap Bu Ratna.

"Beri salam.. Assalamu alaikum warrahmatullahi wabarakatuh" seluruh siswa memberikan salam sambutan untuk Bu Ratna. Sudah menjadi rutinitas kami memberi salam pada awal dan akhir pelajaran.

Kegiatan belajar pun dimulai, aku mengikuti materi pelajaran dengan perasaan sedikit gusar.





Teng!! Teng!! Teng!! Teng!! Teng!!!

Lonceng sekolah sudah dibunyikan, pertanda sudah waktunya jam istirahat. Aku yg sedari tadi merasa gusar langsung beranjak dari tempat duduk lalu berjalan cepat menuju kelas Argo.

Sesampainya di kelas Argo, aku segera mencari dimana keberadaan beliau itu. Mataku langsung tertuju ke arah pojok kelas. Tidak salah lagi itu si manusia aneh agak emosian, aku pun lekas memanggilnya dari pintu kelas.

"Cuyyy , buru ke kantin, laper ini" panggil gw pada Argo.

"Oke, kalo lu oke!" Jawabnya menirukanku.

"Wkwkwkwkwk yaudah ayo buru" ajakku.

Argo segera beranjak dari kursinya dan berlari menuju kearahku.
Lalu tiba2...
*teploooooookk!!
Argo menepok pundakku sedikit kencang dengan mimik wajah seperti orang gemas.

"Suuu***!! Kenapa dah ?" Tanyakku terkaget.

"Lu gw samperin di rumah tadi pagi malah ga ada" ucap Argo seraya merangkul pundakku.

Sambil melanjutkan langkah menuju kantin aku menjawab,

"Hehee iyaa maap, pengen berangkat pagi gw" jawabku.

"Tumben2an luu.. biasanya paling mager kalo berangkat sekolah" lanjutnya.

"Yaa pengen aja, ga ada apa2 bro.." jawabku sembari merapikan rambut.

Sambil berjalan menuju kantin, sesekali aku mengarahkan pandanganku ke arah sekolah Putri, terutama di depan kelasnya. Terlihat dari kejauhan ada beberapa siswa yg sedang asik berbincang dengan menyantap cemilan mereka masing2, namun setelah beberapa kali menyapu pandangan, aku tak kunjung menemukan Putri dari penglihatanku.

"Hmmmmhh.." aku sedikit menghela nafas.

Sesampainya di kantin aku dan Argo memesan makanan masing2. Aku dengan lengko kesukaanku dan Argo dengan tempe mendoan favoritnya. Ni anak paling demen sama tempe mendoan, beberapa kali tempe mendoanku berhasil dicomotnya.

Sembari menunggu pesanan datang aku membuka obrolan dengan Argo.


"Bro , lu kenal yg namanya Krisna engga?" Tanyaku.

"Krisna temen sekelas gw? Kenal tapi gak akrab, kenapa emg?" Jawab Argo.

"Anaknya yg kek gimana sih?" Lanjutku berpura-pura tidak tahu.

"Kalo lu pernah liat anak yg rambutnya agak kuning poni lempar lembing di kelas gw, yaa itu si Krisna" jelas Argo.

"Ohh iyaa gw pernah liat, gw sama dia cakepan siapa bro?" Tanyaku lagi.

"Kenapa emg? Kalo tanya gw , gw gatau lah. Kan gw cowok juga su! Lu tanya sama anak cewek sono" pungkasnya.

"Yaelaah, bandingin dikit bisa kaliii.." terangku menantangnya.

"Eeemmmm bisa sih, kalo dari postur tubuh elu menang, dari muka pun cakepan elu dikit, dikiiiiit banget..  tapi kalo soal rambut lu kalah jauh, rambut lu kan ga bisa diponi emo kaya Krisna wkwkwkwkwkwk" ungkapnya seraya tertawa lepas.

"Yaelaaah rambut begituan apa bagusnya sii" jawabku sedikit kesal.

"Rambut kaya gitu keren bro, lagian anak2 juga pada pengen rambutnya kaya si Krisna itu" lanjut Argo.

"Yaaa.. yaaa.. yaaaa..." jawabku singkat.

Pada saat kami asik berbincang Ibu kantin datang dengan membawa nampan berisi makanan pesanan kami diatasnya.

"Lengko sama mendoan ya mas?" jelas Ibu kantin.

"Nggih Bu leres, maturnuwun engast nggih Bu.." jawabku.

Ibu kantin hanya menganggukkan kepalanya dan tersenyum pada kami.
Aku dan Argo pun lekas menyantap makanan di depan kami dengan lahap.
Lengko ini terasa sangat nikmat dan sedap setelah masuk ke dalam mulutku. Sembari mengunyah, seperti biasa aku melepaskan pandangan ke arah sekitar kantin. Tanganku berusaha mengambil tempe mendoan yg ada di piringku, aku raba beberapa kali namun aku tak juga bisa memegangnya. Aku pun segera melihat piringku, dan ternyata tempe mendoanku telah lenyap.

"Goooooo.." aku memanggil Argo sambil meliriknya.

"Hehe maap, gw males mau pesen lagi, lama" jawab Argo.

"Kebiasaan beud lu" ucapku seraya lanjut memakan nasi lengko ini.

Aku dan Argo pun kembali menikmati makanan kami masing2



"Rafiiii.. Argo.." ucap seseorang dari depan tempat duduk kami.

"Uhuuukk!!!" Aku tersedak dan menyemburkan sedikit nasi lengko yg ada di mulutku ke arah Argo.

"Ciyaaaaatttt.. yaaahhh.. Fiii..!!!!" Ucap Argo.

Aku segera melihat Argo, ternyata semburan nasi dari mulutku mendarat tepat di atas celananya.

"Hahahahahahahaha.. kalian lucu kaya di film dono" ucap suara itu lagi.

Aku yg panik karna nasiku jatuh ke celana Argo, masih belum sadar apa yg sedang terjadi.

"Ehh maap maap bro, gak sengaja.. siapa si ngagetin" ucapku sembari menepuk-nepuk celana Argo untuk membersihkannya.

Beberapa detik setelah menepuk paha Argo, aku lekas melihat ke arah depan kami untuk mencari tahu siapa yg tadi mengagetkanku barusan.
Setelah aku melihatnya, aku sedikit terhenyak, ternyata Putri sedang berdiri di depan kami.

"Hahahahahaha kamu masih kagetan aja fii" ucap Putri.

"Iyaa nih, kagetan banget kura!" Celetuk Argo.

Aku tidak segera menanggapi ucapan Putri, entah mengapa setelah melihat wajah Putri perasaanku bercampur aduk. Senang, kesal, dan bingung yg aku rasakan saat ini membuatku terdiam sejenak.
Lalu Putri duduk tepat di depan kami dan memesan nasi lengko.
Aku masih terdiam dan lanjut menghabiskan nasi yg masih tersisa di piringku.


"Ehh Put, kata anak2 kemarin waktu pramuka kamu pingsan ya?" ucap Argo.

"Iyaa go, biasa anemia aku kambuh, tapi gapapa kok ini udah sembuh" jawab Putri.

Argo dan Putri masih berbincang beberapa obrolan, sedangkan aku sudah menghabiskan nasi di piring dan meminum es tehku. Setelah selesai makan aku berpura-pura kembali menepuk paha Argo untuk membersihkan celananya.

"Udah fi , udah ilang kok nasinya.." ucap Argo.

"Baik banget sih rafiii.." celetuk Putri.
Aku hanya tersenyum kecil seraya menggaruk kepalaku. Entah kenapa saat ini aku merasakan sedikit jengah dengan kehadiran Putri di depanku. Padahal biasanya aku sangat senang ketika Putri ada di dekatku.

"Goo.. gw mau masuk kelas dulu, lu mau bareng apa nanti?" Ucapku pada Argo.

"Iyaa nih gw juga mau ngerjain tugas IPS belum kelar" jawab Argo.

"Ohh yaudah ayo masuk" lanjutku pada Argo.

"Pada cepetan amat sih.. kan masih 20menit lagi bel masuknya.." ucap Putri.

"Iyaa , aku mau tidur sebentar di kelas , ngantuk banget.. aku masuk dulu ya Put.." pamitku pada Putri.

"iiihhh rafiii.." keluh Putri.

Aku segera mengajak Argo dan berjalan meninggalkan kantin. Meskipun ada sedikit rasa jengah, tapi aku juga merasa sangat bersalah meninggalkan Putri di kantin. Entah kenapa perasaanku ini, apa yg aku rasakan saat ini sangat-sangat membingungkan.





Teng!! Teng!! Teng!! Teng!! Teng!!!
Bel tanda pulang sudah berbunyi.

"Saatnya aku pulang dan tidur, aku malas dengan perasaan ini" gumamku dalam hati.

Aku lekas memasukkan semua alat tulis ke dalam tas tanpa aku rapikan lagi. Setelah semua peralatan masuk ke dalam tas, aku segera beranjak menuju parkiran sekolah untuk menunggu Argo disana.

Sesampainya di parkiran, aku langsung menunggangi Harto si tampan dan pemberani.
Sampai beberapa saat kemudian datanglah Argo bersama Putri di parkiran. Aku pun sedikit terhenyak melihat kedatangan Putri.
"Goo..???" Ucapku pada Argo seraya menaikkan alis untuk memberi kode bertanya kenapa dia bisa bersama Putri.
Lalu Argo segera menghampiriku dan berkata,

"Fii.. kayaknya lu harus nemenin Putri balik deh, kasian dia masih agak lemes katanya" pungkas Argo.

"Emang dia bilang gitu?" Tanyaku.

"Iyaa tadi pas balik dia ke kelas gw terus tanya balik bareng elu engga, gw jawab iya, terus dia bilang minta dianterin sama elu dulu soalnya dia masih agak lemes" jelas Argo.

"Shiiiiit..!!" Umpat gw dalam hati.
"Yaudah nih gw balikin si Harto.." ucap gw agak kesal.

"Lu ngambek? Buseeet kaya bocah" lanjut Argo.

"Engga..., yaudah tapi besok pagi lu nyamper gw lagi ya, jan lupa tar sore ke lapangan" ucapku.

"Oke kalo lu oke.." jawab Argo.
Dengan berat hati aku memberikan Harto pada Argo lalu berjalan pelan menghampiri Putri yg tengah menunggu di pintu parkiran. Aku bingung harus bagaimana nanti, ah pikir nanti saja lah, gumamku dalam hati.

"Ayo pulang Put.." ucapku pada Putri.

"Ayoo.." singkat Putri.

Di perjalanan pulang, dari ekor mataku, aku melihat Putri seringkali memperhatikanku agak lama. Aku hanya diam dan berjalan tanpa sedikitpun melihat ke arah Putri.



"Rafiiii.. kamu kenapa? Kok diemin aku?" Tanya Putri membuka obrolan.

"Gapapa kok, emg lagi pengin diem aja, laper soalnya" jawabku.

"Tadi waktu di kantin juga diemin aku, aku ada salah sama kamu ya?" Lanjut Putri.

"Kenapa bisa mikir gitu?" Tanyaku tanpa menatap wajahnya.

"Yaa kalo aku marah aku diem juga, kalo marah sama orang juga gitu" jelasnya.

Aku kembali tidak menjawab perkataan Putri, kami pun melanjutkan perjalanan pulang. Sebenarnya aku ingin menanyakan tentang Krisna, supaya aku bisa lekas melegakan perasaanku, namun aku terlalu naif untuk mengungkapkannya.

Singkat cerita, sampailah kami berdua di depan rumah Putri. Terlihat bapak Putri sedang duduk di gazebo dengan memegang sebuah koran dengan segelas cangkir di sampingnya.

"Assalamu alaikum.." ucap Putri memberikan salam kepada bapaknya sembari mencium tangannya.

"Ehhh anak papah yg paling cantik udah pulang.. pulang sama mas rafi ya?" Tanya bapak Putri seraya melihat aku yg sedang berdiri di gerbang rumah.

"Iyaa paahh.." jawab Putri.

"Sini mampir dulu mas, ngeteh sama om.." lanjut bapak Putri kepadaku.

"Emmmm.. terima kasih banyak om, tapi maaf tadi pagi Ibu bilang aku disuruh cepet pulang" jawabku seraya menghampirinya.

Putri terlihat langsung masuk ke dalam rumah, namun bau harumnya masih ada disini. Aku hanya bisa melihatnya masuk tanpa salam perpisahan.

"Ohh gituu, yaudah gapapa, lain kali mampir dulu ya.. salam buat Bapak sama Ibunya mas rafi.." lanjut bapak Putri.

"Baik om, nanti saya sampaikan salamnya sama Bapak Ibu.., aku pamit pulang dulu ya om.. assalamu alaikum.." jawabku seraya mencium tangannya.

"Waa alaikumsalam.. hati2 di jalan mas.." ucap bapak Putri.

"Baik om , terima kasih.." jawabku.

Aku pun segera beranjak pergi dari rumah Putri. Hari ini terasa sangat menyebalkan. Aku tidak mengira bisa merasakan perasaan seperti ini dalam hidupku.
Kali pertama aku merasakan yg orang2 sebut dengan "Cemburu".
Panas, acuh, dan sedikit amarah di dalam hati.