Part 1K

Kenyataan.




Setelah peristiwa kekesalanku pada Putri, kurang lebih 1minggu aku enggan bertemu dengannya, alhasil aku hanya berdiam diri di kelas dengan ditemani gambar2 tokoh kartun. Entah dengan dia yg menurut Argo selalu menanyakan keberadaanku ketika mereka bertemu di kantin. Aku ingin hidup tenang seperti biasanya.
Makan, main Ps, tidur, bangun, sekolah, main Ps, Repeat.


Pagi ini aku berangkat bersama bapakku. Sudah cukup lama aku tidak meluangkan waktu bersama beliau, karena setelah dipindah tugaskan beliau berangkat lebih siang dan pulang lebih larut.

"Bapak nanti berangkat jam berapa?" Tanyaku pada beliau yg sedang mengencangkan ikat pinggangnya.

"Setengah jam lagi, kenapa mas?" Jawab bapak.

"Ohh.. gapapa, tanya aja.." lanjutku.

"Kamu tumben minta dianterin? Biasanya berangkat sama Argo" tanya bapak sembari memanaskan motornya.

"Sepeda Argo rusak, aku lagi males jalan kaki" jawabku beralasan.

"Ooww.. yaudah ayo berangkat, ehh pamit dulu sama Ibu sana.." ucap bapak.

"Udah tadi waktu Ibu lagi nyuci piring.." jawabku.

"Yaudah ayo berangkat.." lanjut bapak.

Akupun segera menaiki motor dan berpegang pada besi motor di belakang jok. Sesaat kemudian bapak melajukan motornya yg entah dari kapan ternyata knalpotnya telah berubah menjadi knalpot racing. Di perjalanan aku sengaja membuka obrolan untuk sekedar sedikit berbincang karna sudah lama aku tidak mengobrol dengan beliau.

"Lohh knalpotnya ganti pak?" Tanyaku.

"Iyaa nih, 3hari yg lalu dikasih rekomendasi toko knalpot sama bapaknya Putri" jawab bapak.

"Huuufftt Putri lagi..." gumamku dalam hati.

Setelah mendengar nama Putri, aku mengurungkan niat untuk melanjutkan obrolan dengan bapak. Aku baru ingat bapak Putri pun menggunakan knalpot racing di motornya. Di perjalanan ke sekolah bersama bapak aku kembali diam.


Beberapa saat kemudian kami telah sampai di depan gerbang sekolah, aku segera turun dari motor dan mencium tangan bapak lalu berpamitan.

"Aku masuk dulu ya pak" ucapku seraya berjalan.

"Eehh sini dulu mas.." ucap bapak memanggilku.

"Kenapa pak?" Tanyaku penasaran.

Lalu bapak mengeluarkan beberapa lembar uang kertas yg nominalnya bermacam2. Aku hanya diam melihatnya, karna aku juga lupa kalau aku belum diberi uang saku.

"Kamu kan belum belum ada uang saku.., nih buat jajan sama beli memori Ps ya.. tapi jangan bilang Ibu loh ya, memori yg dirumah udah penuh soalnya" ucap bapak seraya memberikan uang kertas 100rb'an.

"Banyak banget pak? Memori ps kan cuma 65rb?" Tanyaku sembari memegang uang itu.

"Udah kembaliannya simpen buat yg lain.., bapak mau cepetan ini, kamu pulangnya hati2 ya.." ucap bapak sambil mengusap kepalaku.

"Siaaap!!" Jawabku.
Kali ini aku tersenyum setelah bapak mengusap kepalaku, bukan karna diberi uang jajan lebih, tapi karna sudah cukup lama aku tidak merasakan perhatian dari beliau.


Setelah bapak pergi, aku segera melangkah masuk ke dalam sekolah sembari memasukkan uang kedalam kantung celanaku. Aku berjalan dengan santai, riang dan gembira.

Sesampainya di kelas aku meletakkan tas lalu merebahkan tangan dan kepalaku di atas meja, aku melihat jam dinding menunjukkan pukul 06.30, berarti masih ada waktu 30menit untuk aku bisa memejamkan mata sebentar. Akupun menutup kepalaku dengan jaket yg biasa aku pakai dan memejamkan mata.

Pagi ini udara terasa cukup sejuk dengan bau khas daun dan rumput di pagi hari, tanpa terasa akupun terlelap dalam tidurku.


*ZzzzzzzzzZzzzzzzzzz



Teng!!! Teng!!! Teng!! Teng!!! Teng!!!

Aku terkejut setelah mendengar lonceng sekolah yg telah berbunyi. Lantas akupun mengusap mata sambil membuka jaket yg menutupi kepalaku sedikit demi sedikit layaknya sedang mengintip.

Betapa kagetnya aku setelah mengintip jam dinding yg telah menunjukkan pukul 10.00 WIB.

"Haaahhh???!!" Ucapku lirih.
Aku segera beranjak dari rebahanku, dan membuka jaketku dengan cepat.

"Pules banget tidurnya fii.." ucap seseorang dari sampingku.
Reflek aku melihat ke arah samping dan..

"Astaghfirullah!!" Aku terperanjat sampai reflek badanku sedikit terangkat.

"Hahahahahahahaha" terlihat beberapa teman sekelasku tertawa.

Ternyata oh ternyata, Putri sudah duduk disampingku dengan mengenakan seragam batik merahnya, aku tertegun beberapa saat karna Putri terlihat sangat cantik hari ini. Entah mungkin juga karna aku tidak pernah melihatnya sekitar seminggu ini.

"Wooyy.. kalian kenapa gak bangunin gw sii???" Tanyaku pada beberapa teman sekelas.

"Orang tadi mau dibangunin, tapi ga dibolehin sama Bu Ratna euy" celetuk salah seorang siswa perempuan.

"Loh kenapa??" Tanyaku sambil mengucek mataku sekali lagi, aku masih panik karna berarti selama jam pelajaran tadi aku tertidur pulas.

"Kata Bu Ratna kasian barangkali lagi capek" jawab siswa itu lagi.

"Duuuhhh..!! Abis gw kalo Ibu tauuuuu.." gumamku dalam hati.

"Udahlah fii gapapa, lagian baru sekali ini kan? Toh Bu Ratna juga baik kok" ucap Putri sambil melipat jaketku.

"Bukaaan, Bu Ratna itu tetanggaan sama nenek aku, nanti kalo Bu Ratna cerita sama nenek, pasti Ibu juga tau, uang jajan aku dipotong nanti.." jawabku.

"Hahahaha.. ada2 aja.." lanjut Putri.

Sepintas aku melihat wajah Putri, dia benar2 terlihat sangat cantik hari ini dengan bandonya, dan tercium aroma wangi parfum yg sering tercium ketika aku di dekatnya.

"Kamu kemana aja sih fii? Kenapa gak pernah ke kantin sekarang? Aku kangen tauuu.." ucap Putri agak lirih.

"Lagi males ke kantin aja.." jawabku singkat.

"iiiiiihhh rafi nyebelin...." ucap Putri seraya meletakkan tangannya diatas meja.

"Emang gak ke kantin sama Krisna ?" Lanjutku sembari merebahkan kepala dan tanganku diatas meja lagi, lalu aku hadapkan kepalaku ke arah tembok.

"Haahh? Krisna?? Kok ke kantin sama Krisna sih?? Aku kan pengennya sama kamu.." jawab Putri sambil memegang dan menggoyangkan lenganku pelan.

"Sama aja kali.." lanjutku singkat.

"Kamu jahat banget fii.." ucap Putri seraya beranjak pergi meninggalkanku.

Aku hanya menoleh sesaat melihatnya pergi, lalu kembali memiringkan kepalaku ke arah tembok. Betapa suram siang ini. Tidur di jam pelajaran, Putri marah.

"Bodo amat dah.." gumamku dalam hati.




Singkat cerita aku kembali mengikuti materi pelajaran tanpa diceramahi oleh Bu Ratna sampai jam pulang. Tak ada yg menarik selama materi berlangsung, yuk langsuung cuusss..


Jam pelajaran pun telah usai, aku bergegas mengemasi peralatan tulisku supaya bisa segera menghampiri Argo di kelasnya. Setelah semuanya rapi aku beranjak dan berlari ke arah kelas Argo.
Saking semangatnya aku lupa kalau jaketku tertinggal di dalam kelas, aku pun menghentikan lariku dengan cepat seraya membalikkan badan. Namun karna sepatuku licin, tiba2 aku terpeleset dan terpelanting cukup keras.


*Brrruuuuukkkk!!!!!
Rasanya aku menabrak sesuatu dengan cukup kencang, aku belum sadar karna masih menahan sakit di lenganku yg menahan badanku agar tidak terjatuh di lantai.

"Ati2 anjg!! Kalo jalan pake mata!!" Bentak seseorang.

Mendengar umpatan seseorang yg terdengar cukup keras, tiba2 tubuhku menjadi panas dan membara. Aku segera bangkit dari jatuhku dan menolehkan kepala ke arah suara itu. Setelah melihatnya aku sedikit terhenyak, ternyata orang yg aku tabrak itu adalah Krisna. Beberapa detik kemudian darahku mendidih setelah tiba2 mengingat dia yg sedang dekat dengan Putri. Tanpa ba bi bu lagi aku langsung menghampirinya yg hanya berjarak beberapa langkah saja di depanku.

"Kalem bgsd!!! Gw juga gak sengaja!! Lu kok nge gas anjg??!!" Jawabku seraya menggenggam dan mengangkat kedua kerah bajunya.

"Lu salah kok nyolot sih??" Jawabnya.

"Gw ga bakal nyolot kalo lu santai anjg!!!" Lanjutku seraya mengepalkan tanganku dan berancang2 memukulnya.

"Woyy!! Woooyy!!! Udaaaahh!!" Teriak Argo dari kejauhan sembari berlari menghampiri.

Mataku tajam melihat wajahnya yg mengesalkan, aku sempat mengayunkan lenganku untuk memukulnya namun tiba2 ada yg memegangi tanganku dari belakang. Sesampainya Argo disampingku, dia langsung menarik tubuhku mundur kebelakang dengan cukup kuat.

"Kenapa sih fii???" Tanya Argo sembari memegangi lenganku.

"Temen lu itu, gw gak sengaja kepeleset terus nabrak dia, eh malah nge gas!! Sini anjg!! Apa mau di lapangan biar luas??? Cuuuuhh!!" Jawabku dengan sempat meludah ke arahnya.

"Kalem fii kaleem.. tar lu dipanggil guru BK kalo berantem disini" ucap Argo sembari menarik tubuhku meninggalkan tempat itu.

Beberapa kali aku masih sempat melihat ke belakang, kalau2 dia berani menerima ajakanku untuk berkelahi. Namun ternyata dia terlihat hanya diam berdiri dan merapikan seragamnya. Argo segera menarikku ke arah parkiran sekolah

"Udah ayo balik.." ucap Argo sembari mengambil Harto dari parkiran.

"Gak!! Kalo gw belum pukul mulutnya, gw ga akan balik!!! Jawabku seraya kembali melangkah ke arah sekolah.

Argo segera melemparkan Harto dan berlari kearahku.

"Udahlaah.. nanti tambah ribet kalo lu dipanggil guru BK fii..!! Ayo buru naik!!" Ucap Argo sambil menggandeng lenganku menuju Harto.

Aku menuruti ucapan Argo dan segera menaiki Harto.

"Ayoo jalan.." ucap Argo yg sedang membonceng di belakang.

Lantas aku pun mengayuh Harto dengan perlahan. Aku sengaja mengayuh Harto dengan pelan karna ingin menunggu monyet itu keluar.
Namun setelah kami sampai di gerbang sekolah, dia tidak terlihat batang hidungnya, aku pun segera mempercepat kayuhan Harto dari gerbang sekolah.

"Eehhhh stop!! Stop!!" Ucap seseorang dari samping gerbang sekolah.

Ternyata itu adalah Putri, memang benar itu adalah tempat Putri sering berdiri untuk menunggu jemputan bapaknya, karna disamping gerbang sekolah itu ada sebuah talang air untuk berteduh dari terik matahari.

"Argoo.., rafi pulang sama aku ya.., aku mau ngomong sama rafi" ucap Putri pada Argo.

"Ohh iyaa gapapa Put.. bilangin tuh jangan berantem lagi, dikira enak apa dipanggil guru BK" jawab Argo seraya turun dari Harto.

"Iyaa.." singkat Putri.

"Goooo.." aku memberikan kode pada Argo.

"Udaah turun.. lu balik sama Putri, besok pagi gw samperin ke rumah" ucap Argo sembari mengambil Harto dariku.

Dengan terpaksa aku pun turun dari Harto dan hanya terdiam melihat Harto direbut oleh pemuda jahat, entah kenapa Argo dan Putri bisa meredakan emosiku yg masih membara saat itu. Yg jelas Argo adalah salah satu teman terbaikku hingga saat ini.

"Ayo fii.." ucap Putri seraya menggandeng tanganku erat.

Aku menurut saja seperti kerbau yg dicucuk hidungnya dan berjalan disamping Putri.
Putri masih menggandeng dan sesekali memperhatikanku yg sedang berjalan sambil menunduk. Entah kenapa ini semua bisa terjadi, rasanya semua kebetulan menimpaku secara berurutan padaku akhir2 ini.


"Rafi.. kita duduk di taman itu dulu ya?" ucap Putri sambil menunjuk sebuah taman kompleks yg terlihat ada beberapa pedagang kaki lima disana.

"Bukannya kamu dijemput ya? Nanti bapak kamu nungguin gimana?" Jawabku.

"Kata siapa? Orang aku pulang sendirian, tadi pagi aku udah bilang sama papah mau pulang sama kamu" Lanjut Putri yg masih menggandeng tanganku.
Aku hanya mengangkat alisku dan mengikuti langkah Putri disampingnya. Sesampainya di dekat taman, Putri melepaskan genggaman tangannya dariku, mungkin dia malu karna ada beberapa pedagang kaki lima disana.

"Kamu mau jajan apa?" Tanya Putri.

"Aku gak pengen jajan, kamu aja" jawabku.

"Batagor ya? Aku yg traktir.. ayo.." lanjut Putri mengajakku.

Aku kembali mengikuti langkahnya menuju gerobak abang batagor, setelah sampai Putri memesan 2 piring batagor dengan es nutrisari. Kami segera duduk di kursi yg agak jauh dari gerobak itu.

Sembari menunggu pesanan datang, tiba2 Putri membuka obrolan.

"Bener tadi kamu berantem sama Krisna fii? Emang kenapa?" Tanya Putri.

"Iyaa, tadi aku lari terus kepeleset, akhirnya nabrak dia, belum sempet minta maaf dia udah nge gas.. aku paling enek! Kalo ada orang yg nyebut aku anjg" jawabku sambil menatap lurus ke arah toples kerupuk.

"Ohh gituu.., aku juga ga suka kalo ada orang yg ngomong kasar sama aku" lanjut Putri.

"Ohh yaa? Meskipun Krisna yg ngomong?" Tanyaku.

"Iyaa lah.. aku juga udah tau dari Andi, aku sempet ngobrol sama Andi tadi siang, dia bilang sama kamu kalo aku pernah deket sama Krisna kan?" Jawab Putri.

Aku hanya menganggukkan kepala sambil memainkan sebuah sendok.



"Rafiii.. aku sama Krisna itu gak deket, dulu dia pernah ikut pramuka juga, terus Pak Bahri pernah crita sama aku kalau dia itu anak orang kurang mampu, aku liat seragam sama sepatunya keliatan udah kurang layak pakai. Jadi aku bilang sama papah, di sekolah ada anak kurang mampu yg seragam sama sepatunya udah kurang layak.. terus aku sempet duduk berdua sama dia buat tanya berapa ukuran sepatu sama seragamnya, waktu itu Andi sama temen2 lain liat terus bilang "ciyeee ciyee", mungkin mereka nganggep aku deket sama Krisna, padahal engga. Setelah aku ngasih seragam sama sepatu buat Krisna, kita ga pernah ngobrol lagi. Emang dia pernah beberapa kali nyamperin aku terus ngajak ngobrol, tapi aku udah ilfil karna aku tau dia sering ngomong kasar sama temen2nya jadi aku jauhin dia. Gitu fiii.." ucap Putri menjelaskan.

Setelah mendengar penjelasan Putri, entah kenapa aku merasa sangat malu. Malu karna sudah berburuk sangka dan menjauhi Putri yg padahal dia selalu mencariku. Aku malu kenapa aku sebodoh ini. Karna aku bingung harus berkata apa, beberapa saat kemudian aku menjatuhkan keningku di atas meja.

Pesanan batagor kami pun datang, Putri memegang pundakku dan mengajakku untuk memakan batagor pesanan kami.

"Makan duluan aja Put.." ucapku sembari masih menempelkan keningku diatas meja.

Terdengar Putri mulai memakan batagornya, dia juga membuka kotak kerupuk dan mengipaskan tutupnya ke arahku. Aku menolehkan kepalaku perlahan, lalu mataku langsung tertuju ke arah wajahnya yg cantik. Manisnya tidak hilang meskipun dia sedang makan. Sesaat kemudian aku mengangkat kepalaku dan berkata..

"Aku minta maaf ya Put.. sebenernya kemarin2 aku jauhin kamu, bukan karna aku benci sama kamu, tapi aku ga pengen ngrasa gak nyaman karna inget kamu deket sama Krisna, aku pengen hidup aku berjalan normal kaya dulu, gak mikir aneh2" ucapku pada Putri.

"Aku tadi siang nangis loh, baru pertama kali aku nangis karna cowok, hati aku sakit setelah kamu ngomong kaya gitu tadi siang" ucap Putri.

Seketika aku terbelalak dan terhenyak setelah mendengar ucapan Putri. Aku langsung teringat Ibu, aku paling tidak bisa melihat perempuan menangis, karna yg ada dibayanganku adalah Ibuku yg menangis.

Aku segera memakan dan menghabiskan batagorku dengan cepat. Tidak sampai 5menit aku telah menghabiskannya. Dari ekor mataku Putri terlihat sedikit tertegun melihat kelakuanku.

"Mang.. ini udah, semuanya berapa?" Ucapku pada abang batagor.

"Semuanya 10rb dek.." jawabnya.

Aku memberikan uang 100rb pemberian bapak pada abang batagor itu, lalu setelah menerima kembalian darinya, ketika abang batagor itu berbalik badan ke arah gerobak. Aku segera menggandeng Putri yg tengah memegang sendoknya dan terdiam melihatku. Terlihat batagornya masih tersisa beberap potong di piring.

Tanpa menunggunya selesai makan, aku langsung menggandeng erat tangannya dan segera melangkah pergi dari warung batagor itu. Langkahku sedikit cepat dengan Putri yg mengikutiku dari belakang sembari aku gandeng tangannya.

"Rafiii.. batagor aku kan belum habis, belum minum jugaa, sereeeet.." protesnya sambil berjalan di belakangku, namun aku tak mempedulikannya.




Aku melihat ke arah sekitar dan mencari tempat yg cukup sepi untuk ku datangi. Setelah beberapa saat mencari, aku pun menemukan tempat yg tepat dan menuju ke arah sana, sesampainya kami di tempat itu, aku segera menarik tangan Putri dan langsung memeluknya erat.

"Putriii.. aku minta maaf udah kurang ajar peluk kamu kaya gini.., aku juga minta maaf karna udah bikin kamu nangis, aku sakit denger kamu nangis, aku paling ga bisa denger atau liat perempuan nangis, Ibu aku juga perempuan, aku ga boleh bikin perempuan nangis, aku salah udah bikin kamu nangis.. aku minta maaf" ungkapku sambil memeluknya erat.

Sesaat setelah aku mengungkapkan semua rasa bersalahku, tiba2 Putri menepuk-nepuk pundakku dan berkata..

"Iyaa gapapa fii.. setelah aku tau semuanya dari Andi, aku udah lega, seneng juga.. kalo rafi cemburu brarti rafi sayang sama aku.." ucap Putri.

Dengan keadaan masih memeluknya namun tidak seerat tadi, aku menganggukkan kepalaku dengan tegas. Lalu sesaat kemudian, karna ada perasaan tidak enak, aku lekas melepaskan pelukanku dari Putri.

"Makasih ya Put.." ucapku pada Putri.

"Iyaa.. makasih juga udah cemburu, aku seneng dicemburuin rafi.." ucap Putri seraya tersenyum manis.

Aku hanya terdiam dan memandang wajah cantik Putri. Lega rasanya setelah semua teka teki terpecahkan. Sampai sekarang, aku juga heran kenapa kisah "cinta" yg belum pernah aku alami malah dimulai dari kelas 4SD.



_Putri G*** De*****