PART 1 I

Special Duty.



"Andi , aku sama rafi masuk dulu gapapa ?" Ucap Putri.

"Eeehhh.. iyaa gapapa put , nanti aku yg gantiin disini" jawab Andi.

"Okee.., ayo masuk fi.." ucap Putri seraya menggandeng lenganku.

"Ohh iyaa. ayo.. tapi lu gapapa disini sendirian Ndi ?" Tanyaku pada Andi.

"Iyaa gapapa bro, kalem.." singkat Andi.
Aku hanya menganggukkan kepala tanda setuju.

Aku masih sangat bingung dan bertanyea-tanyea kenapa Putri bisa seperti ini.

(Mulai dari Part ini, mungkin gw bakal banyak merubah sebutan "Gw" menjadi aku di beberapa kalimat, paling hanya di beberapa percakapan saja yg menyesuaikan. Yuuukk mariii..)



Singkat cerita aku dan Putri pun masuk ke dalam sekolah dengan Putri yg masih menggandeng lenganku, entah aku harus bagaimana, menolak pun percuma karna gw suka 😏.



Setelah beberapa saat aku berjalan dengan Putri, aku mencoba memulai perbincangan.

"Eemm.. Put, maaf ini tangan aku agak pegel" ucapku seraya tersenyum canggung.

Tiba2 dia menghentikan langkahnya lalu berkata

"Kamu gak suka aku gandeng?" Ucap Putri dengan wajah kesalnya.

"Ehh iyaa iyaa gapapa.." jawabku panik.

"Yaudah diem.." singkatnya.

Aku hanya bisa bungkam, diam, termenung (tapi beda cerita dengan si alfredo yg mulai meronta).
Kami pun melanjutkan langkah ke arah lapangan voli, tidak terlihat satupun murid yg berlalu lalang disini. Aku bisa sedikit bernafas lega karna tidak ada satupun murid yg melihat aku dan Putri bergandengan.


Sesampainya di depan sebuah kelas Putri mengajakku duduk di teras kelas itu, namun Putri tak kunjung melepaskan tangannya dari lenganku. Sesaat kemudian aku berpura-pura menggaruk punggung menggunakan tangan kiriku yg sedang di gandeng oleh Putri, dia pun segera melepaskan tangannya dari lenganku.



"Rafi.. sebelum masuk kelas aku mau tanya sama kamu.." ucap Putri membuka obrolan.

"Tanya apa Put?" Jawabku sembari merapikan seragamku.



"Kalo aku suka sama kamu, kamu gimana?" Lanjut Putri.

"Mmmm.. maksudnya?" Jawabku terperanjat.

"Iyaa kalo aku suka sama kamu, kamu suka juga engga sama aku?" Tanya Putri lagi.

"Beneran?" Jawabku.

Putri hanya menganggukkan kepalanya seraya tersenyum. (Duuuuh manisnya 🥰)

"Kenapa kamu bisa suka sama aku?" Tanyaku penasaran.

Putri menengadahkan kepalanya seraya menghela nafas.

"Hmmm.. aku gatau kenapa aku suka sama kamu fii, waktu pertama kali kita ketemu aku suka aja liat kamu. Tinggi, cakep kayak pangeran di film barbie, walaupun agak bau lumpur selokan ckckckck..., disini tuh ga ada anak yg tinggi kaya kamu, semuanya lebih pendek dari aku, aku ga suka.." jelas Putri.

"Bahas comberan lagii.." ucapku sedikit kesal.

"Hahaha.. iyaa maap, ga lagi2.." jawab Putri.


Akupun sedikit menghela nafas karna rasa gugup dan gusar yg menyelimuti. Meskipun aku merasa dia juga menyukaiku namun aku tak menyangka Putri berani mengungkapkan perasaannya lebih dahulu sebelum aku mengucapkannya pada Putri.


"Rafii..? Kamu ngelamun ya ? Jawab iiihhh.." Tanya Putri mengagetkan lamunanku.

"Ehh.. engga, lagi nafas aja" jawabku gugup.



"Emmmmm.. sebenernya aku juga suka sama kamu, tapi aku malu, aku belum pernah pacaran, terus kalo kita sama2 suka brarti kita pacaran ?" Lanjutku.

"Iyaa kalo kamu mau.." jawab Putri singkat.

"Beneran kamu mau pacaran sama aku ? Aku ga bisa pacaran, selama ini aku belum pernah naksir cewek, selama ini aku cuma tau berangkat sekolah, main game, sama main bola" ungkapku pada Putri.

"Rafi.. aku cuma mau kita sering ketemu di sekolah, sering ngobrol, aku pacar kamu, kamu pacar aku, gak kaya pacaran orang gede yg harus keluar jalan2, itu aja" jawab Putri.

"Kok kamu tau pacarannya orang gede harus jalan2?" Lanjutku.

"Kakak aku sering diajak jalan2 sama mas Feri (pacar kakaknya Putri)" jawab Putri.

"Ohh gituuuu..., yaudah aku mau kita pacaran" ucapku singkat karna malu.

"Bener kamu mau kita pacaran?" Tanya Putri meyakinkan.

"Iyaa aku mau.." jawabku seraya mengangguk.



Setelah mendengar jawabanku, tiba2 Putri tersenyum dan kembali mengaitkan lengannya di lenganku, aku hanya bisa diam karna aku terlalu malu untuk mengekspresikan kebahagiaanku saat ini.



"Oyyy.. pak Bahri udah dateng tuh, ayo masuk.." ucap seseorang mengagetkanku.

Segera aku menolehkan kepala ke arah suara itu, dari kejauhan terlihat Andi yg sedang berjalan kearahku.


"Ohh iyaa Ndi ayo masuk.." jawabku.
"Ayo masuk dulu Put.." lanjutku pada Putri.

"Ayooo.." jawab Putri.


Kami bertiga segera berjalan menuju kelas untuk mengikuti kegiatan pramuka.
Singkat cerita pak Bahri mulai memberikan materi pramuka. Dari tali temali, kode morse dll, Putri duduk disampingku dan Andi di depan kami.


Setelah materi selesai, kami dihimbau untuk keluar menuju lapangan sembari membawa tongkat kami masing2.

Kegiatan praktek pun dimulai, kami membentuk sebuah barisan melingkar, kali ini Putri berdiri bersama siswa perempuan yg lain. Pak Bahri ingin kita bermain game tebak kode morse.

Setelah menjelaskan peraturannya Pak Bahri memasukkan tanggannya ke dalam saku celana daan...




*piip pip piiiip piiip
Pak Bahri membunyikan sebuah alat berbentuk kotak yg Ia keluarkan dari sakunya.


Para siswa terlihat antusias dan saling berdiskusi, padahal Pak Bahri menyampaikan peraturannya tidak diizinkan untuk berdiskusi, alhasil banyak dari mereka yg terkena hukuman.


Aku hanya tersenyum melihat mereka dihukum, ada yg push up, sit up, scout jam, breakdance, bikin tenda, bangun rumah.





*bruuukkk


Ketika sedang asik melihat kegiatan pramuka tiba2 aku dikejutkan oleh sebuah suara.
Para siswa terlihat panik, ada juga yg histeris.

"Yaa Allah.. astaghfirullah" ucap seorang siswa.


Aku segera mencari sumber suara kepanikan itu, hal yg pertama aku cari adalah Putri, namun dari banyaknya siswa aku tidak melihat Putri diantara mereka.

"Duuuh.. jangan2.." gumamku dalam hati.

Aku pun segera berlari ke arah kerumunan mereka.
Apa yg aku takutkan ternyata benar, Putri tergeletak pingsan diantara kerumunan siswa.

Pak Bahri dengan sigap menggendong tubuh Putri dan berjalan cepat ke arah ruang UKS.
Aku berlari kecil mengikuti di belakang.


Sesampainya di ruang UKS beberapa siswa perempuan mengoleskan minyak kayu putih di hidung Putri.

Pak Bahri berusaha membangunkan Putri dengan memencet jempol tangannya.
Namun tak sedikitpun mata Putri memberikan tanda akan sadar dari pingsannya, aku pun semakin cemas dengan keadaan Putri.

Aku yg kala itu merupakan satu2nya siswa laki2 yg ada di dalam UKS, diminta menunggu diluar dengan ditemani Pak Bahri.
Beliau mengambil sebungkus rokok dari saku nya lalu dibakarnya.




"Huuuuvvv.. kamu temennya Putri ? Tanya Pak Bahri padaku seraya menghisap rokoknya.

"Iyaa Pak saya temennya Putri dari SD 3" jawabku sembari beranjak dari dudukku.

"Kok bisa kenal? Putri kan di SD 4.." lanjutnya.

"Ceritanya panjang pak, terus kebetulan rumah kami deket jadi sering ketemu" jawabku lagi.

"Ohh gitu.. Ini Putri pasti darah rendahnya kambuh. Dulu waktu Putri kelas 2 pernah kambuh terus pingsan kaya gini sampe dibawa ke rumah sakit, sampai orang tuanya titip pesan sama saya kalau pas materi penjaskes jangan terlalu diforsir" jelas Pak Bahri.

"Berarti sakitnya Putri cukup mengkhawatirkan nggih Pak, sampai pingsan gini" ujarku.

"Iyaa.. ini kalo sampai 10menit lagi belum sadar kita bawa ke rumah sakit. Saya telfon orang tua Putri dulu ya.." ucap Pak Bahri.

"Baik pak silahkan.." jawabku.




Aku pun kembali duduk di teras UKS sambil memikirkan apa yg terjadi pada Putri, padahal tadi Putri baik2 saja dan terlihat ceria.

Tak lama berselang terdengar ada yg memanggil namaku.

"Rafii.., mana yg namanya rafi" ucap seorang siswa yg ternyata terdengar dari dalam ruang UKS. aku segera beranjak dan masuk ke dalam UKS.

"Iyaa ada apa? Aku rafi.." jawabku pada salah seorang murid yg tengah mengambil sesuatu di ruang tengah UKS.

"Itu Putri udah sadar, nyariin kamu.." ucapnya.

Aku pun senang mendengar kabar itu, lalu aku bergegas masuk ke dalam kamar UKS dengan sedikit tergesa2.


Sesampainya di kamar UKS, aku melihat Putri yg sudah siuman tengah duduk sembari diminumi teh hangat oleh salah seorang siswa, aku pun segera mendekatinya.

"Rafi , disini aja temenin aku.." ucap Putri yg terlihat masih lemas.

"Iyaa aku disini nemenin kamu ya, kamu pusing?" Tanyaku pada Putri.

Putri hanya menggelengkan kepalanya seraya kembali berbaring di ranjang.

"Yaudah alhamdulillah.. tadi Pak Bahri udah nelfon papa mama kamu, mungkin sebentar lagi mereka kesini" ucapku.

Putri hanya terdiam lalu mengambil tanganku yg tepat berada disampingnya.

"Rafi janji ga kemana mana ya, temenin aku" lanjut Putri.

"Iyaa aku nemenin kamu disini" jawabku seraya tersenyum kecil.

Aku merasa ada sesuatu yg ganjil, serasa seperti ada yg sedang memperhatikan kami berdua.
Aku pun segera menoleh ke arah kanan. Dan ternyata siswa yg tadi memberikan teh hangat pada Putri masih berdiri disitu dengan pandangan seperti orang kebingungan.

Segera aku memberikan gestur "OK" dengan tanganku seraya menganggukan kepala padanya. Dia pun seperti mengerti maksudku lalu segera duduk di kursi yg ada di dalam kamar UKS. (Ganggu ae lu malih)



Aku masih berdiri disamping Putri karna tanganku masih digenggamnya. Sembari mendoakan Putri agar segera pulih dari sakitnya aku pun memejamkan mata sambil menundukkan kepala.

Sampai akhirnya terdengar suara pintu kamar UKS yg tiba2 terbuka.

*kreeeeeettt*

Aku pun sedikit terhenyak dan reflek menolehkan kepalaku ke arah pintu kamar UKS. Tiba2 masuklah seorang pria tinggi, berkumis, dan berkacamata hitam.

"Bujuuukk, bapaknya Putri" gumamku dalam hati.

Beliau berjalan tegap mendekati ranjang lalu berdiri tepat disampingku sambil membuka kacamata hitamnya. Beliau seperti sedang memperhatikan sesuatu, tapi bukan wajah Putri, melainkan ke arah samping bawah.

Aku berfikir sejenak, apakah ada yg terjatuh. Lalu karna reflek ingin ikut mencarikan apa yg sedang dia cari, walaupun aku tidak tau apa itu, aku pun melihat ke arah kemana matanya tertuju.

Laluuu...

*deeggg!!

"Yaa salam!" Aku terperanjat setelah sadar melihat tanganku yg masih digenggam Putri. Aku pun segera melepaskannya dengan cepat.

"Ehh maaf om, silahkan.." ucapku pada bapak Putri seraya menarik tanganku dan tersenyum.

Ekspresi bapak Putri terlihat biasa saja, bahkan membalas sapaanku dengan senyumnya yg manis dan menawan. 🗿




"Putri kenapa ? Pusing lagi ya ? Lemes ?" Tanya beliau pada Putri.

"Iyaa paaahh.. lemes.." jawab Putri.

"Kamu kan tadi belum makan siang, jadi lemes gini, lain kali ga boleh telat makan lagi ya, biar sehat terus.." ucap bapak Putri sembari mengusap kening Putri. (Gantian ngapa!)

"Males aahh, lauknya gaenak.." jawab Putri lagi.

"Loohh.. papah kan udah bilang, kalo Putri pengen makan apa bilang sama mamah, pasti nanti dimasakin kok sama mamah.. ya sayang ya ?" Lanjut bapak Putri.

"Iyaa paahh.." jawab Putri.

"Yaudah sekarang Putri mau rebahan dulu disini, apa langsung pulang?" Tanya bapak Putri.

"Papah pake motor apa pake mobil?" Ucap Putri.

"Pake mobil, kan mau jemput anak papah yg paling cantik biar kepanasan.." jawab bapak Putri.
"Yaudah aku mau langsung pulang aja.. tapi rafi ikut sama kita boleh kan pah?" Lanjut Putri.

"Boleh sayaaang.." jawab bapak Putri.

"Ohh iya, mas rafi tadi berangkat pake sepeda apa dianter ayah?" Tanya beliau padaku.

"Tadi saya jalan kaki om, tapi nanti saya pulang jalan kaki aja gapapa kok om, gaenak saya ngrepotin om lagi" jawabku berusaha menolak dengan halus.

"Loohh.. gapapa mas.. gak ngrepotin kok, lagian ini juga Putri yg minta, om gak bisa nolak" ucap bapak Putri.

"Rafi tadi udah janji loh...." lanjut Putri menimpali.

"Ohh yaudah saya ngikut aja om.." jawabku seraya menggaruk kepala.

"Nahh gitu dong.. oke ayo kita pulang" ucap bapak Putri sembari mengangkat tubuh Putri dari tidurnya.



Putri berjalan sambil digandeng bapaknya, aku hanya mengikutinya di belakang. Sesampainya di luar UKS Putri dan bapaknya menghampiri Pak Bahri yg tengah duduk sembari menikmati rokoknya.

"Pak Bahri , terima kasih banyak sudah mau membantu anak saya.. mohon maaf sekali bila anak saya merepotkan bapak ya pak.." ucap bapak Putri pada Pak Bahri.

"Ohh nggih mboten nopo2 pak, sudah menjadi tanggung jawab dan kewajiban saya menjaga para siswa. Ngomong2 ini mau langsung pulang atau mau ke rumah sakit pak?" Tanya Pak Bahri.

"Ini Putri minta pulang, kebetulan di rumah juga masih ada obat buat Putri jadi sementara kita rawat di rumah dulu" jawab bapak Putri.

"Ohh nggih mpun, mudah2an Putri lekas sembuh dan bisa kembali ketemu temen2nya di sekolah ya pak" lanjut Pak Bahri.

"Aamiin.. sekali lagi terima kasih banyak ya pak.. kami mohon izin pulang dulu Pak Bahri.." ucap bapak Putri.
"Nggih monggo pak , hati2 di jalan" jawab Pak Bahri.

"Mari paak.." ucapku berpamitan pada Pak Bahri.

"Iyaa silahkan mas.." jawab Pak Bahri.

Kami pun melanjutkan perjalanan pulang menuju rumah Putri. Di tengah perjalanan aku hanya terdiam karna Putri dan bapaknya sedang membicarakan sesuatu yg tidak aku tau.




Beberapa saat kemudian, sampailah kami di rumah Putri. Terlihat mamah Putri sudah menunggu di luar.
Aku turun dari mobil dan segera membukakan pintu untuk Putri.

"Makasih rafi.." ucap Putri seraya tersenyum.

Aku hanya mengangkat alis dan tersenyum kecil padanya. Putri pun turun dengan digandeng bapaknya menuju pintu depan.

"Yaa Allah Putriii.. kamu gapapa sayang?" Tanya mamah Putri menghampiri dan memeluk Putri.

"Iyaa aku gapapa mah, cuma lemes dikit" jawab Putri.

"Tuuh kan , tadi siang kamu disuruh makan dulu gak mau sih, jadi lemes gini kan.." lanjut mamah Putri.

"Iyaa maaf mah.." jawab Putri, sembari berjalan dengan digandeng mamahnya.


Putri pun masuk ke dalam rumah dengan mamahnya, aku masih berdiri mematung, melihat kagum betapa sayang dan perhatiannya kedua orang tua Putri padanya. Bahkan sampai sekarang aku masih sering kerasa kesal dan sedikit risih ketika kedua orang tuaku berusaha menunjukkan rasa sayang dan kepeduliannya padaku. Aku jadi sedikit berfikir, bahwa sikapku selama ini sangat salah, harusnya aku bisa menerima semua pemberian orang tuaku, termasuk ungkapan kasih sayang dan kepedulian mereka.


"Mas rafi mau duduk disini apa di dalem? pulangnya nanti om anterin ya, tapi temenin om ngopi dulu disini.." ucap bapak Putri padaku.

"Baik om saya nunggu disini saja" jawabku seraya tersenyum kecil.



Bapak Putri menganggukan kepala dan tersenyum lalu beranjak melangkah masuk ke dalam, aku pun duduk dan berselonjor di kursi teras rumah.
Sejenak aku merenung beberapa saat. Kok bisa ya ada orang tua sebaik kedua orang Putri, aku kira hanya didalam film saja, ternyata di dunia nyata juga ada.



Di tengah lamunanku, tiba2 bapak Putri datang dengan membawa 2 cangkir gelas.

"Diminum dulu tehnya mas rafi, biasanya anak seumuran mas rafi gak suka kopi kan? Jadi om bikinnya teh, tapi kalo mas rafi mau minum yg lain nanti om bikinin lagi" ucap bapak Putri sambil duduk disampingku.

"Ehh engga om, makasih banyak, maaf udah ngrepotin, saya malah suka ngeteh kok om..." jawabku seraya tersenyum.

"Bisa pas gitu ya.. hahahahahaha" ucap bapak Putri tertawa macam madara.

"Hehee iyaa om, biasanya sore2 gini Ibu bikin teh sambil nunggu bapak pulang kerja" lanjutku.

"Ohh gitu, bapaknya mas rafi kerja di PDA* ya?" Tanya bapak Putri sambil menyeruput kopinya.

"Iyaa om, kita pindah kesini karna bapak pindah tugas, tapi.. om kok tau bapak kerja di PDA*M?" Jawabku.

"Om kan pernah ngobrol sama bapak waktu acara syukuran rumahnya mas rafi.." lanjut bapak Putri.

"Ohh gituu.., oh iya om, ngomong2 apa betul Putri ada riwayat darah rendah? Soalnya saya juga ada riwayat sakit darah rendah om.. apa itu namanya ya.., amnesia ya om?" Tanyaku.

"Hahahahahaha.. lupa ingatan dong" jawab bapak Putri.

Aku hanya menggaruk kepalaku karna malu ternyata salah sebut.

"Nama lainnya darah rendah itu anemia mas.., memang sejak masih TK dulu Putri sudah ada gejala anemia, tapi semakin parah semenjak Putri naik kelas 2 SD.., padahal om sama tante udah jaga pola makan Putri, tapi yaa namanya anak cewek biasanya kalo makan pilih2, kaya kakaknya Putri itu juga kalo lauknya dirasa dia gak suka, ya gak makan.." ungkap bapak Putri.

"Ohh gituuu.., terus gimana om?" Lanjutku bertanya.

"Yaa kita cuma bisa berusaha biar pola makan Putri teratur, kadang malem2 kalo Putri pengen makan sesuatu om keluar cari lauk yg Putri mau. Semua bakal om lakuin karna om sayang banget sama Putri.."
Jelas bapak Putri.


Aku pun menganggukkan kepala tanda mengerti dan setuju, meskipun di dalam hati aku merasa sangat terpukul karna sikapku yg sering mengabaikan rasa sayang dan perhatian kedua orang tuaku.


"Eemm mas.., om boleh engga ngomong agak serius sama mas rafi?" Lanjutnya.

"Ehh iyaa, boleh om boleh.." jawabku terkejut dari lamunanku.

"Mas rafi tadi di UKS sempet pegang tangannya Putri ya?" Tanya bapak Putri sembari membakar sebatang rokok ditangannya.

"Haaahh??" Gumamku dalam hati, Aku terkejut dan terhenyak, shock cuy!!

"Mmmmm.. iyaa om, saya minta maaf sekali kalau tadi saya sempat pegang tangan Putri di UKS. saya minta maaf barangkali om tersinggung atau marah.., sumpah demi Allah om saya tidak ada maksud apa2, saya bisa jelaskan kejadiannya dan nanti om bisa tanya juga sama Putri". Jawabku tergugup.

"Coba mas rafi jelasin sama om tadi gimana.." lanjut bapak Putri seraya menghembuskan asap rokoknya.
(Bujeeeettt , ngeri kali !!)

"Jadi gini om, tadi waktu Putri masih pingsan saya nunggu di luar UKS, terus tiba2 ada yg manggil nama saya dari dalem, akhirnya saya masuk, terus kata anak yg nungguin Putri didalem, Putri nyari saya jadi saya masuk ke kamar UKS om, terus Putri bilang "rafi disini aja ya temenin aku", aku jawab "iyaa aku temenin kamu disini" , terus tiba2 Putri pegang tangan aku sambil digenggam kuat, saya bingung ga tau harus gimana om.." jelasku masih dengan tergugup.

"Hahahahahahaha ohh jadi gitu ceritanya, kamu tadi takut kan pas om liat tangan kalian pegangan?" Tanya bapak Putri.

Aku menganggukkan kepala karna masih ada rasa malu dan takut.

"Gapapa mas rafi.., om gak marah kok, om tau dan ngerti banget gimana sifat Putri. Dia itu kalo udah suka dan sayang banget sama sesuatu pasti dijaga banget. Contohnya boneka winnie the pooh yg dulu dikasih neneknya waktu masih TK, masih Putri kekepin tiap tidur, kalo boneka nya dicuci tanpa sepengetahuan dia, dia pasti marah dan gak mau tidur di kamar.." ucap bapak Putri menjelaskan.

"Ohh gituu, berarti Putri anggep aku kaya boneka winnie the pooh nya ya om?" Tanyaku asal.

"Hahahahahahaha.. lucu juga mas rafi ini.., bukan gitu, mungkin Putri suka sama mas rafi, makanya dia kaya gitu.., om sih gapapa kalo Putri suka sama mas rafi. Tapi om titip pesen sama mas rafi, om minta tolong selama mas rafi sama Putri tolong dijaga ya, Putri itu anak kesayangan om, jadi om harap mas rafi bisa jaga Putri juga.." ucap bapak Putri.

"Mas rafi juga sudah om anggap seperti keluarga om sendiri, apalagi mamah kalian akrab banget kalo di pengajian. Tante udah cerita banyak tentang keluarganya mas rafi, tentu om jadi percaya sama mas rafi, maka dari itu om minta tolong selama kalian kenal, temenan atau deket, tolong mas rafi jaga Putri ya, jangan dinakalin, Putri itu galak tapi cengeng.." lanjutnya.

"Baik om, terima kasih banyak om udah mau denger penjelasan saya tadi, insha Allah saya akan ingat terus pesan om buat jagain Putri" jawabku dengan yakin.

Bapak Putri menganggukkan kepalanya serta mengusap rambutku seraya tersenyum. Saat itu juga aku jadi ingat bapak. Bapak selalu mengusap rambutku setiap pagi.


Singkat cerita waktu sudah menunjukkan pukul 17.20, tidak terasa aku dan bapak Putri berbincang cukup lama. Beliau pun mengantarkan aku pulang dan kebetulan bapak baru sampai di rumah.
Aku salim dengan bapakku dan bapak Putri lalu masuk ke dalam rumah dengan senyum sumringah.
Sementara beliau berdua masih berbincang di teras rumah.