Sejak dulu aku selalu khawatir kalau sewaktu waktu ketika curah hujan semakin lebat akan mengakibatkan banjir bandang yang melanda desa desa di daerah Bumiaji , ternyata kekhawatiranku itu terbukti juga pada tanggal 4 November 2021 kemarin dimana air sungai Brantas tiba tiba meluap dan membanjiri desa desa di Bumiaji hingga tampak seperti tsunami , banjir bandang bercampur lumpur itu benar benar menimbulkan dampak kerusakan yang sangat parah.
Banyak jembatan yang putus atau dam yang ambrol karena tidak kuat menahan luapan banjir yang begitu banyak , sementara jalanan di desa desa Bumiaji sampai terendam banjir hingga semeteran yang bercampur dengan lumpur , mobil atau motor banyak yang ikut hanyut bersamaan dengan puing puing rongsokan dan batang batang pohon hingga situasinya tampak seperti terkena tsunami , sementara rumah rumah yang kebanjiran tampak mengalami kerusakan parah entah terendam seisi rumah atau gentengnya jebol kena hujan angin , belum lagi ada orang orang yang ikut hanyut terbawa banjir hingga sulit ditemukan oleh tim SAR.
Rumah lamaku di desa Bulukerto ikut terkena dampak banjir dan hujan angin yang membuat genteng jebol kerubuhan dahan pohon , untungnya kontur tanah di rumah lamaku lebih tinggi sehingga banjir tidak sampai merendam rumah , sementara kedua mertuaku yang baru beberapa bulan menempati rumah lamaku benar benar dicekam kepanikan saat peristiwa bencana itu terjadi , di tengah derasnya hujan angin mereka langsung menelponku untuk meminta dievakuasi secepatnya.
Sore hari aku tiba di perbatasan desa Bulukerto tetapi ruas jalan ditutup polisi dan tentara karena banjir sudah benar benar merendam seluruh ruas ruas jalan hingga tak bisa dilewati kendaraan , aku sempat kebingungan bagaimana caranya mengevakuasi kedua mertuaku sementara polisi melarangku lewat , setelah kukatakan terus terang akhirnya seorang polisi bersedia mengantarkan aku dengan cara berjalan kaki menembus genangan banjir setinggi paha yang airnya bercampur lumpur pekat.
Dengan susah payah akhirnya aku berhasil mencapai rumah lamaku yang sebagian gentengnya sudah hancur tertimpa dahan pohon , tanpa sempat mengamankan barang barang kedua mertuaku langsung keluar rumah sambil membawa tas besar berisi pakaian seperlunya , begitu juga dengan Mbok Tun yang masih pake daster juga ikut dievakuasi dan harus susah payah berjalan kaki menembus genangan banjir hingga terpeleset berkali kali , untungnya polisi cukup sigap membantu kami semua hingga tiba di perbatasan desa , dengan kondisi kotor dan basah kuyup kami semua langsung naik Taft lalu tancap gas menuju rumah baruku di perumahan Djagad land yang aman tidak kenapa napa.
Malam harinya kami semua berkumpul sambil menonton video video banjir yang baru saja diupload di Youtube , barulah kami menyadari kalau banjir itu memang benar benar sangat besar hingga mengakibatkan dampak kerusakan yang begitu parah , tak cuma di Bumiaji saja tapi juga sampai Sengkaling hingga Kampung Warna warni kota Malang yang dilalui sungai Brantas juga kena banjir , tapi meskipun kebanjiran kedua mertuaku tidak kapok tinggal di Bulukerto , justru mereka merasa lega karena yang terpenting Aline dan Dewa bisa aman tinggal di rumah baruku , padahal rencananya dulu kedua mertuaku akan membeli sebuah rumah baru sementara aku , Aline dan Dewa tetap menempati rumah lama di Bulukerto , jika rencana itu tak berubah sudah tentu sekarang ini Aline dan Dewa yang kebanjiran.
Pagi ini banjir sudah surut sementara ayah mertuaku meminta diantarkan kembali ke rumah untuk mengecek kondisi , ternyata barang barang elektronik sudah rusak terkena air hujan yang masuk ke dalam rumah karena genteng jebol , mulai tv led sampai audio system yang semuanya masih baru dibeli sekarang sudah rusak jadi barang rongsokan , tapi kerugian yang dialami mertuaku masih belum seberapa jika dibandingkan rumah rumah tetangga yang terendam banjir , ada yang semua barangnya rusak atau tempat usahanya hancur berantakan , bahkan ada yang baru beli mobil tapi sudah hanyut terbawa banjir hingga rusak parah saat ditemukan , tapi kerugian harta benda bisa diikhlaskan karena yang terpenting adalah keselamatan keluarga.
Sambil beres beres rumah para tetangga juga nggrundel mengenai pembangunan real estate , tempat wisata dan pembukaan lahan yang semakin masif hingga menggunduli hutan dan perbukitan , akibatnya tanah kehilangan daya serap dan membuat air turun semua ke sungai hingga meluap jadi banjir bandang , lagi lagi rakyat yang dapat sial jadi korban keadaan sementara pejabat daerah yang memberi ijin pembangunan malah ongkang ongkang terima duit sogokan , itulah ironi negeri ini yang entah sampai kapan akan berakhir.