- Beranda
- Stories from the Heart
TOMATO STRAWBERRY
...
TS
men.in.back
TOMATO STRAWBERRY
Jika aku bukanlah aku apakah kau masih mencintaiku
Spoiler for image:
Quote:
sebuah kisah cinta sederhana sepasang kekasih
Genre : romantic fantasi
Penulis : Gilang
Genre : romantic fantasi
Penulis : Gilang
Quote:
CHAPTER 1
Dimensi PART 1
Hari ini sopir angkot itu merasa kesal dengan celotehan istrinya, ia terus saja mengeluarkan kata-kata kasar hampir di setiap ucapannya, istrinya marah besar karena uang belanjanya makin hari makin berkurang, ia menyuruh suaminya untuk lebih giat dalam bekerja, dan menyuruhnya untuk mencari pekerjaan lain yang lebih baik, ia berpikir memang ada benarnya juga karena mulai sepi penumpang semenjak ada angkutan umum lainnya,
“nasib-nasib”, katanya mengeluh.
Tiba-tiba ia melihat keramaian di terminal angkot yang akan ia tuju, seorang pria menghampirinya, membentangkan tangannya memberhentikannya yang sedang melaju santai
“tolong pak, emergensi!” pekiknya,
“ada apa pak?”, tanya si sopir penasaran,
“ada anak SMP tertabrak truck”, tambah bapak itu,
si sopir memang sedang kesal, tapi ia sebenarnya orang yang baik hati, disamping itu ia memiliki anak yang seumuran korban, dan ia memutuskan untuk membantunya, membawa ke rumah sakit terdekat. Ia langsung memarkirkan mobilnya di sebelah kerumunan orang yang membantu bocah malang tersebut.
“bapak-bapak, Ibu-Ibu, tolong bantu naikan saja ke angkot saya”, pintanya tulus. Semua orang yang berada disitu langsung membantu si korban, mengangkatnya ke angkot,
“siapa yang mau ikut menemani?”, tanyanya global. Kerumunan orang-oarang itu saling pandang.. lalu anak SMP wanita dengan seragam yang sama dengan korban datang menerobos diantara kerumunan,
“saya, saya, biar saya pak”, tanpa basa basi ia menghambur masuk ke dalam angkot,
“ayo pak, tolong pak.. kita harus cepat demi keselamatannya!”. Si sopir langsung menancap gasnya, tanpa lihat kanan kiri.
“sabar ya Za kamu pasti selamat”, ujar gadis itu sambil terus menangis.
Si sopir akhirnya menghentikan mobilnya di depan UGD rumah sakit terdekat, si korban langsung di bawa oleh tim medis yang memang sigap untuk situasi seperti ini, gadis cantik itu berlari mengkikuti korban bersama si sopir sampai ia dihentikan oleh petugas rumah sakit, karena batas wilayah penjenguk atau pembantu korban hanya sampai di situ. Mereka berdua menunggu di tempat yang telah di sediakan, lalu gadis itu menghubungi wali kelas korban agar segera menghubungi orang tua korban.
“sepertinya adik temannya?”, tanya si supir angkot
“ya pak, dia teman baik saya”, jawab si gadis sambil terus memegang buku matematika yang ia pinjam dari si korban. Murung.
“baiklah, kalau begitu, saya pulang dulu ya dik, karena saya harus kembali bekerja”, ucapnya, pamit.
“tolong terima ini pak”, gadis itu memasukan uang lima ratus ribu rupiah ke kantong kemeja si sopir angkot,
“maaf pak saya memaksa, dan tidak menerima penolakan, jadi mohon bapak terima!”, tambahnya memaksa.
Si supir sangat berterimakasih, ia tidak menyangka perbuatan baiknya berbuah manis.
“oia pak, saya boleh minta nomor telepon bapak?”, tanya gadis itu,
“ada dik, tapi untuk apa ya?”, jawabnya sambil merogoh kantong celananya, untuk mengambil ponsel bututnya dan mereka saling bertukaran nomor.
“baik nanti saya akan hubungi bapak, tolong simpan, saya Sherly”, ujar si gadis,
“baik dik, saya Karto”, tapi untuk apa ya dik?, tanyanya semakin penasaran,
“ayah saya sedang membutuhkan sopir pribadi, bapak akan saya rekomendasikan”,
pucuk di cinta bulanpun tiba, sudah jatuh tertimpa mas murni teriaknya dalam hati. Ia sangat bersyukur sudah di beri uang, ia juga akan segera memiliki perkerjaan yang lebih layak seperti yang istrinya selalu inginkan, semua itu berkat keikhlasannya membantu orang lain.
**
Sulit untuk tidak membuka mata karena sinar terang memaksa menembus kelopak mata bocah malang itu, mau tak mau ia membuka matanya perlahan menghalau sinar yang begitu terang dengan sebelah tangannya, ia mencoba duduk dengan lengan kanannya sementara yang kiri tetap menghalau sinar yang menyilaukan pandangannya, pandangannya berkeliling, hanya padang rumput hijau dengan satu pohon besar sejauh apapun ia memandang yang ia lihat adalah rerumputan hijau setinggi mata kakinya. Ia terkejut melihat sesosok tubuh di sampingnya entah dari mana asalnya
Dimensi PART 1
Hari ini sopir angkot itu merasa kesal dengan celotehan istrinya, ia terus saja mengeluarkan kata-kata kasar hampir di setiap ucapannya, istrinya marah besar karena uang belanjanya makin hari makin berkurang, ia menyuruh suaminya untuk lebih giat dalam bekerja, dan menyuruhnya untuk mencari pekerjaan lain yang lebih baik, ia berpikir memang ada benarnya juga karena mulai sepi penumpang semenjak ada angkutan umum lainnya,
“nasib-nasib”, katanya mengeluh.
Tiba-tiba ia melihat keramaian di terminal angkot yang akan ia tuju, seorang pria menghampirinya, membentangkan tangannya memberhentikannya yang sedang melaju santai
“tolong pak, emergensi!” pekiknya,
“ada apa pak?”, tanya si sopir penasaran,
“ada anak SMP tertabrak truck”, tambah bapak itu,
si sopir memang sedang kesal, tapi ia sebenarnya orang yang baik hati, disamping itu ia memiliki anak yang seumuran korban, dan ia memutuskan untuk membantunya, membawa ke rumah sakit terdekat. Ia langsung memarkirkan mobilnya di sebelah kerumunan orang yang membantu bocah malang tersebut.
“bapak-bapak, Ibu-Ibu, tolong bantu naikan saja ke angkot saya”, pintanya tulus. Semua orang yang berada disitu langsung membantu si korban, mengangkatnya ke angkot,
“siapa yang mau ikut menemani?”, tanyanya global. Kerumunan orang-oarang itu saling pandang.. lalu anak SMP wanita dengan seragam yang sama dengan korban datang menerobos diantara kerumunan,
“saya, saya, biar saya pak”, tanpa basa basi ia menghambur masuk ke dalam angkot,
“ayo pak, tolong pak.. kita harus cepat demi keselamatannya!”. Si sopir langsung menancap gasnya, tanpa lihat kanan kiri.
“sabar ya Za kamu pasti selamat”, ujar gadis itu sambil terus menangis.
Si sopir akhirnya menghentikan mobilnya di depan UGD rumah sakit terdekat, si korban langsung di bawa oleh tim medis yang memang sigap untuk situasi seperti ini, gadis cantik itu berlari mengkikuti korban bersama si sopir sampai ia dihentikan oleh petugas rumah sakit, karena batas wilayah penjenguk atau pembantu korban hanya sampai di situ. Mereka berdua menunggu di tempat yang telah di sediakan, lalu gadis itu menghubungi wali kelas korban agar segera menghubungi orang tua korban.
“sepertinya adik temannya?”, tanya si supir angkot
“ya pak, dia teman baik saya”, jawab si gadis sambil terus memegang buku matematika yang ia pinjam dari si korban. Murung.
“baiklah, kalau begitu, saya pulang dulu ya dik, karena saya harus kembali bekerja”, ucapnya, pamit.
“tolong terima ini pak”, gadis itu memasukan uang lima ratus ribu rupiah ke kantong kemeja si sopir angkot,
“maaf pak saya memaksa, dan tidak menerima penolakan, jadi mohon bapak terima!”, tambahnya memaksa.
Si supir sangat berterimakasih, ia tidak menyangka perbuatan baiknya berbuah manis.
“oia pak, saya boleh minta nomor telepon bapak?”, tanya gadis itu,
“ada dik, tapi untuk apa ya?”, jawabnya sambil merogoh kantong celananya, untuk mengambil ponsel bututnya dan mereka saling bertukaran nomor.
“baik nanti saya akan hubungi bapak, tolong simpan, saya Sherly”, ujar si gadis,
“baik dik, saya Karto”, tapi untuk apa ya dik?, tanyanya semakin penasaran,
“ayah saya sedang membutuhkan sopir pribadi, bapak akan saya rekomendasikan”,
pucuk di cinta bulanpun tiba, sudah jatuh tertimpa mas murni teriaknya dalam hati. Ia sangat bersyukur sudah di beri uang, ia juga akan segera memiliki perkerjaan yang lebih layak seperti yang istrinya selalu inginkan, semua itu berkat keikhlasannya membantu orang lain.
**
Sulit untuk tidak membuka mata karena sinar terang memaksa menembus kelopak mata bocah malang itu, mau tak mau ia membuka matanya perlahan menghalau sinar yang begitu terang dengan sebelah tangannya, ia mencoba duduk dengan lengan kanannya sementara yang kiri tetap menghalau sinar yang menyilaukan pandangannya, pandangannya berkeliling, hanya padang rumput hijau dengan satu pohon besar sejauh apapun ia memandang yang ia lihat adalah rerumputan hijau setinggi mata kakinya. Ia terkejut melihat sesosok tubuh di sampingnya entah dari mana asalnya
Spoiler for INDEX:
INDEX
CHAPTER 1 DIMENSI PART 1
CHAPTER 2 DIMENSI PART 2
CHAPTER 3 DIMENSI PART 3 DAN SHERLY
CHAPTER 4 PENGACAU
CHAPTER 5 IBU
CHAPTER 6 MERRY
CHAPTER 7 PERTEMUAN PERTAMA
CHAPTER 8 SHERLY DEWASA
CHAPTER 9 CEMBURU
CHAPTER 10 TUNANGAN
CHAPTER 11 SHERLY MULAI...
CHAPTER 12 ALAM BAWAH SADAR
CHAPTER 13 INGGRIT
CHAPTER 14 INGGRIT PART 2
CHAPTER 15 SUARA MERDU
CHAPTER 16 TRAGIS MELANDA
CHAPTER 17 JATI DIRI SEBENARNYA
CHAPTER 18 LUNA
CHAPTER 19 SHERLY MENGHILANG
CHAPTER 20 KERINDUAN
CHAPTER 21 ANTON SEBENARNYA
CHAPTER 22 SHERLY MENGETAHUI
CHAPTER 23 GRAND OPENING
CHAPTER 24 MERIAH MENCEKAM
END!
CHAPTER 1 DIMENSI PART 1
CHAPTER 2 DIMENSI PART 2
CHAPTER 3 DIMENSI PART 3 DAN SHERLY
CHAPTER 4 PENGACAU
CHAPTER 5 IBU
CHAPTER 6 MERRY
CHAPTER 7 PERTEMUAN PERTAMA
CHAPTER 8 SHERLY DEWASA
CHAPTER 9 CEMBURU
CHAPTER 10 TUNANGAN
CHAPTER 11 SHERLY MULAI...
CHAPTER 12 ALAM BAWAH SADAR
CHAPTER 13 INGGRIT
CHAPTER 14 INGGRIT PART 2
CHAPTER 15 SUARA MERDU
CHAPTER 16 TRAGIS MELANDA
CHAPTER 17 JATI DIRI SEBENARNYA
CHAPTER 18 LUNA
CHAPTER 19 SHERLY MENGHILANG
CHAPTER 20 KERINDUAN
CHAPTER 21 ANTON SEBENARNYA
CHAPTER 22 SHERLY MENGETAHUI
CHAPTER 23 GRAND OPENING
CHAPTER 24 MERIAH MENCEKAM
END!
Diubah oleh men.in.back 02-01-2016 19:23
anasabila memberi reputasi
2
75.9K
Kutip
147
Balasan
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.8KAnggota
Tampilkan semua post
TS
men.in.back
#80
Quote:
CHAPTER 16
tragis melanda
Hening...
“aku bingung harus memulai cerita dari mana”, ujar Riza.
Sudah hampir pagi, Riza akhirnya mulai menceritakan semuanya, karena ia sudah tidak bisa menahannya lagi, ia selalu sendiri semenjak di tubuh Anton, hanya Inggritlah keluarga terdekatnya ,
Inggrit hampir tak percaya dengan yang Riza ceritakan, tapi sedikit demi sedikit ia mulai coba memahami, semua cerita Riza benar-benar di luar nalar manusia normal.
Hanya satu hal yang membuat ia percaya cerita Riza, sinar mata Riza sama sekali tidak menunjukan kebohongan.
Mereka akhirnya melanjutkan perjalanan ke rumah Inggrit, mereka berdua tak berbicara sepatah kata pun, setelah Riza menceritakan semuanya, ia telah membuktikan semuanya.
Sampai di perkampungan tempat Inggrit tinggal.
Orang-orang berlarian dan berteriak-teriak, sambil membawa-bawa ember berisi air,
“KEBAKARAAAAAANN”, semua orang berlarian menuju asap tersebut.
Itu arah rumah Inggrit, ia berlari menuju asal api itu dengan cepat,
“hey, Inggrit... Tu.. Tunggu!!”, Riza mengejarnya dengan sigap,
inggrit berharap bukan rumahnya yang terbakar. panggilan Riza hanya menambah kecepatan larinya.
mereka berlarian di antara warga kampung yang juga berlarian ke arah api tersebut.
Mereka berdua terhenti...
Dan terdiam...
hening..
dan benar saja.
Yang mereka saksikan di depan matanya adalah rumah Inggrit yang terbakar habis, Inggrit tak bisa merasakan lututnya, ia terduduk lemas, ia menangis dan teriak mencoba mendekati Sisa-sisa rumahnya yang memang sudah tak bersisa, ia meronta-ronta tetapi Riza telah sigap memeganginya, ia merangkak-rangkak, dan terus menangis, Riza terus berusaha menahannya.
Api mulai bersahabat setelah 2 jam kemudian. semua warga kelelahan menaklukkan api tersebut, semua berbondong-bondong memeluk Inggrit dan ikut berduka atas kejadian yang menimpanya.
Air mata Inggrit tak bisa terhenti, ia cegukan, dan bergumam tidak jelas, gelap menyelimutinya..
ia memandang Riza sebelum akhirnya ia pingsan karena terlalu lelah dengan kenyataan yang ia terima.
...
Pagi yang menyilaukan menembus mata Inggrit walaupun ia memejamkan matanya, iya membuka matanya dan melindungi dengan satu tangan, jendela besar itu yang pertama kali ia lihat ketika benar-benar membuka mata.
Di mana dia? Yang jelas itu bukan rumahnya, ia seperti pernah kesini sebelumnya, harum ruangannya, dekorasinya sepetinya dia mengenal tempat ini, tapi agak sedikit berbeda, ia melihat sekeliling kamar sangat bersih TV, sofa mini malis, lukisan, gorden, kasur yang empuk, AC, lampu-lampu yang cantik, dan lemari mewah, sudah lama ia tak merasakan kemewahan sejak ia berumur tujuh tahun, saat itu ayahnya masih punya segalanya.
Ia berjalan berkeliling ruangan, dan menghampiri jendela, ia membukanya, ada kursi teras mungil, untuk dua orang, dan taman kecil, ia duduk memejamkan mata, dan menghirup udara pagi yg menyegarkan rongga hidungnya.
Bzz.. Bzzzz,
suara ponselnya merusak suasana, ia kembali ke kamar dan mengecek ponselnya ternyata ada pesan masuk, dari Sherly dan Riza, ia masih menulis nama Anton di ponselnya, dia membuka pesan dari Riza terlebih dahulu.
“adiku yang cantik sabar ya jangan menangis lagi, mulai sekarang kau tinggal bersamaku, aku ada pekerjaan mendadak pagi ini, nanti siang aku jemput kita belanja semua kebutuhanmu”
isi sms Riza.
Inggrit hanya tersenyum, tanpa sadar meneteskan air matanya, setelah kepergian ayahnya yang entah ke mana, Tuhan menggantikan dengan seseorang yang lebih baik, yaitu Riza kakaknya.
Berikutnya pesan dari Sherly,
“kamu di mana? Makan siang di AA kafe yuk?”
“mati aku”, gumamnya.
Ia tak tahu harus menjawab apa, karena semuanya ini masih rumit untuk di jelaskan, untung saja Sherly tak pernah tahu di mana tempat tinggal Inggrit, dia membalas pesannya.
“maaf hari ini aku ada latihan band, mungkin lain kali ya
”
“yaahh , oke gak masalah”
Ia sedang tidak ingin memikirkan apa-apa sekarang, karena semuanya hanya akan membuatnya semakin terpuruk.
Ia melihat roti dan segelas susu di meja sebelah tempat tidurnya, ia bahagia memilik kakak yang baik, ia mulai menyalakan TV dan melahap sarapannya.
TING TONG,
bell di apartemennya berbunyi, sepertinya ada tamu, apa aku harus membukanya ya? Atau, aku harus, bagaimana ini? Berbicara dalam hati, ia mengingat bahwa Anton seorang yatim piatu, ia memberanikan diri untuk membuka, dia akan mengaku sebagai adiknya tak peduli siapa pun.
Tapi akhirnya ia mengurungkan niatnya, ia membiarkan, ia rasa itu lebih baik.
CKLEK, pintu apartemennya terbuka, apa itu Riza? Pikirnya, ia berhambur keluar kamar mungkin ia pikir itu Riza.
Bukan...
Seorang wanita cantik yang mengamati Riza dan Sherly di AA bar berdiri di depan Inggrit.
“siapa kau?”, tanya wanita itu,
“aku yang harusnya menanyakanmu, dan bagaimana kau tahu kode kunci kamar ini!?”, jawab Ingrit, memasang ekspresi keras.
“aku?”, jawab wanita itu sinis,
“bagaimana Anton bisa meniduri wanita kelas rendah seperti kamu?”, tambahnya.
“apa maksudmu bule gadungan!!??”, pekik Inggrit.
Ia tahu ke arah mana pembicaraan bodoh ini berlangsung, ia kemudian pergi ke dapur mengambil botol bir kosong, dan kembali ke hadapan wanita asing itu dengan ekspresi membunuh.
“aku pernah memecahkan kepala pria sebelumnya, sekarang kalau kau tak segera pergi.. akan kupecahkan kepalamu dan akan kumakan mentah-mentah isinya BULE GILA!!!!”, teriaknya geram.
Wanita itu tersenyum, “kau kira aku tak..... “
PRAAAAANK!!!
“lemparanku sepertinya meleset”, ucap Inggrit menajam.
Wanita itu tercengang dengan wajah kosong, ia tak menyangka bahwa Inggrit akan benar-benar melemparnya, ia mengira bahwa Inggrit hanya menggertaknya saja. Inggrit kembali ke dapur, dan mengambi botol yang lain,
“kali ini aku tak akan meleset lagi!”, ucapnya sadis.
“tu.. Tunggu, tunggu dulu!”, pekik wanita itu ketakutan.
“a.. aku akan pergi oke!”, tambahnya, dengan langkah seribu langsung pergi ketakutan.
Nafas Inggrit terengah-engah, ia di penuhi amarah , tapi seperti itulah dia.
“siapa wanita jalang itu”, gumamnya pelan.
tragis melanda
Hening...
“aku bingung harus memulai cerita dari mana”, ujar Riza.
Sudah hampir pagi, Riza akhirnya mulai menceritakan semuanya, karena ia sudah tidak bisa menahannya lagi, ia selalu sendiri semenjak di tubuh Anton, hanya Inggritlah keluarga terdekatnya ,
Inggrit hampir tak percaya dengan yang Riza ceritakan, tapi sedikit demi sedikit ia mulai coba memahami, semua cerita Riza benar-benar di luar nalar manusia normal.
Hanya satu hal yang membuat ia percaya cerita Riza, sinar mata Riza sama sekali tidak menunjukan kebohongan.
Mereka akhirnya melanjutkan perjalanan ke rumah Inggrit, mereka berdua tak berbicara sepatah kata pun, setelah Riza menceritakan semuanya, ia telah membuktikan semuanya.
Sampai di perkampungan tempat Inggrit tinggal.
Orang-orang berlarian dan berteriak-teriak, sambil membawa-bawa ember berisi air,
“KEBAKARAAAAAANN”, semua orang berlarian menuju asap tersebut.
Itu arah rumah Inggrit, ia berlari menuju asal api itu dengan cepat,
“hey, Inggrit... Tu.. Tunggu!!”, Riza mengejarnya dengan sigap,
inggrit berharap bukan rumahnya yang terbakar. panggilan Riza hanya menambah kecepatan larinya.
mereka berlarian di antara warga kampung yang juga berlarian ke arah api tersebut.
Mereka berdua terhenti...
Dan terdiam...
hening..
dan benar saja.
Yang mereka saksikan di depan matanya adalah rumah Inggrit yang terbakar habis, Inggrit tak bisa merasakan lututnya, ia terduduk lemas, ia menangis dan teriak mencoba mendekati Sisa-sisa rumahnya yang memang sudah tak bersisa, ia meronta-ronta tetapi Riza telah sigap memeganginya, ia merangkak-rangkak, dan terus menangis, Riza terus berusaha menahannya.
Api mulai bersahabat setelah 2 jam kemudian. semua warga kelelahan menaklukkan api tersebut, semua berbondong-bondong memeluk Inggrit dan ikut berduka atas kejadian yang menimpanya.
Air mata Inggrit tak bisa terhenti, ia cegukan, dan bergumam tidak jelas, gelap menyelimutinya..
ia memandang Riza sebelum akhirnya ia pingsan karena terlalu lelah dengan kenyataan yang ia terima.
...
Pagi yang menyilaukan menembus mata Inggrit walaupun ia memejamkan matanya, iya membuka matanya dan melindungi dengan satu tangan, jendela besar itu yang pertama kali ia lihat ketika benar-benar membuka mata.
Di mana dia? Yang jelas itu bukan rumahnya, ia seperti pernah kesini sebelumnya, harum ruangannya, dekorasinya sepetinya dia mengenal tempat ini, tapi agak sedikit berbeda, ia melihat sekeliling kamar sangat bersih TV, sofa mini malis, lukisan, gorden, kasur yang empuk, AC, lampu-lampu yang cantik, dan lemari mewah, sudah lama ia tak merasakan kemewahan sejak ia berumur tujuh tahun, saat itu ayahnya masih punya segalanya.
Ia berjalan berkeliling ruangan, dan menghampiri jendela, ia membukanya, ada kursi teras mungil, untuk dua orang, dan taman kecil, ia duduk memejamkan mata, dan menghirup udara pagi yg menyegarkan rongga hidungnya.
Bzz.. Bzzzz,
suara ponselnya merusak suasana, ia kembali ke kamar dan mengecek ponselnya ternyata ada pesan masuk, dari Sherly dan Riza, ia masih menulis nama Anton di ponselnya, dia membuka pesan dari Riza terlebih dahulu.
“adiku yang cantik sabar ya jangan menangis lagi, mulai sekarang kau tinggal bersamaku, aku ada pekerjaan mendadak pagi ini, nanti siang aku jemput kita belanja semua kebutuhanmu”
isi sms Riza.
Inggrit hanya tersenyum, tanpa sadar meneteskan air matanya, setelah kepergian ayahnya yang entah ke mana, Tuhan menggantikan dengan seseorang yang lebih baik, yaitu Riza kakaknya.
Berikutnya pesan dari Sherly,
“kamu di mana? Makan siang di AA kafe yuk?”
“mati aku”, gumamnya.
Ia tak tahu harus menjawab apa, karena semuanya ini masih rumit untuk di jelaskan, untung saja Sherly tak pernah tahu di mana tempat tinggal Inggrit, dia membalas pesannya.
“maaf hari ini aku ada latihan band, mungkin lain kali ya
”“yaahh , oke gak masalah”
Ia sedang tidak ingin memikirkan apa-apa sekarang, karena semuanya hanya akan membuatnya semakin terpuruk.
Ia melihat roti dan segelas susu di meja sebelah tempat tidurnya, ia bahagia memilik kakak yang baik, ia mulai menyalakan TV dan melahap sarapannya.
TING TONG,
bell di apartemennya berbunyi, sepertinya ada tamu, apa aku harus membukanya ya? Atau, aku harus, bagaimana ini? Berbicara dalam hati, ia mengingat bahwa Anton seorang yatim piatu, ia memberanikan diri untuk membuka, dia akan mengaku sebagai adiknya tak peduli siapa pun.
Tapi akhirnya ia mengurungkan niatnya, ia membiarkan, ia rasa itu lebih baik.
CKLEK, pintu apartemennya terbuka, apa itu Riza? Pikirnya, ia berhambur keluar kamar mungkin ia pikir itu Riza.
Bukan...
Seorang wanita cantik yang mengamati Riza dan Sherly di AA bar berdiri di depan Inggrit.
“siapa kau?”, tanya wanita itu,
“aku yang harusnya menanyakanmu, dan bagaimana kau tahu kode kunci kamar ini!?”, jawab Ingrit, memasang ekspresi keras.
“aku?”, jawab wanita itu sinis,
“bagaimana Anton bisa meniduri wanita kelas rendah seperti kamu?”, tambahnya.
“apa maksudmu bule gadungan!!??”, pekik Inggrit.
Ia tahu ke arah mana pembicaraan bodoh ini berlangsung, ia kemudian pergi ke dapur mengambil botol bir kosong, dan kembali ke hadapan wanita asing itu dengan ekspresi membunuh.
“aku pernah memecahkan kepala pria sebelumnya, sekarang kalau kau tak segera pergi.. akan kupecahkan kepalamu dan akan kumakan mentah-mentah isinya BULE GILA!!!!”, teriaknya geram.
Wanita itu tersenyum, “kau kira aku tak..... “
PRAAAAANK!!!
“lemparanku sepertinya meleset”, ucap Inggrit menajam.
Wanita itu tercengang dengan wajah kosong, ia tak menyangka bahwa Inggrit akan benar-benar melemparnya, ia mengira bahwa Inggrit hanya menggertaknya saja. Inggrit kembali ke dapur, dan mengambi botol yang lain,
“kali ini aku tak akan meleset lagi!”, ucapnya sadis.
“tu.. Tunggu, tunggu dulu!”, pekik wanita itu ketakutan.
“a.. aku akan pergi oke!”, tambahnya, dengan langkah seribu langsung pergi ketakutan.
Nafas Inggrit terengah-engah, ia di penuhi amarah , tapi seperti itulah dia.
“siapa wanita jalang itu”, gumamnya pelan.
0
Kutip
Balas