- Beranda
- Stories from the Heart
TOMATO STRAWBERRY
...
TS
men.in.back
TOMATO STRAWBERRY
Jika aku bukanlah aku apakah kau masih mencintaiku
Spoiler for image:
Quote:
sebuah kisah cinta sederhana sepasang kekasih
Genre : romantic fantasi
Penulis : Gilang
Genre : romantic fantasi
Penulis : Gilang
Quote:
CHAPTER 1
Dimensi PART 1
Hari ini sopir angkot itu merasa kesal dengan celotehan istrinya, ia terus saja mengeluarkan kata-kata kasar hampir di setiap ucapannya, istrinya marah besar karena uang belanjanya makin hari makin berkurang, ia menyuruh suaminya untuk lebih giat dalam bekerja, dan menyuruhnya untuk mencari pekerjaan lain yang lebih baik, ia berpikir memang ada benarnya juga karena mulai sepi penumpang semenjak ada angkutan umum lainnya,
“nasib-nasib”, katanya mengeluh.
Tiba-tiba ia melihat keramaian di terminal angkot yang akan ia tuju, seorang pria menghampirinya, membentangkan tangannya memberhentikannya yang sedang melaju santai
“tolong pak, emergensi!” pekiknya,
“ada apa pak?”, tanya si sopir penasaran,
“ada anak SMP tertabrak truck”, tambah bapak itu,
si sopir memang sedang kesal, tapi ia sebenarnya orang yang baik hati, disamping itu ia memiliki anak yang seumuran korban, dan ia memutuskan untuk membantunya, membawa ke rumah sakit terdekat. Ia langsung memarkirkan mobilnya di sebelah kerumunan orang yang membantu bocah malang tersebut.
“bapak-bapak, Ibu-Ibu, tolong bantu naikan saja ke angkot saya”, pintanya tulus. Semua orang yang berada disitu langsung membantu si korban, mengangkatnya ke angkot,
“siapa yang mau ikut menemani?”, tanyanya global. Kerumunan orang-oarang itu saling pandang.. lalu anak SMP wanita dengan seragam yang sama dengan korban datang menerobos diantara kerumunan,
“saya, saya, biar saya pak”, tanpa basa basi ia menghambur masuk ke dalam angkot,
“ayo pak, tolong pak.. kita harus cepat demi keselamatannya!”. Si sopir langsung menancap gasnya, tanpa lihat kanan kiri.
“sabar ya Za kamu pasti selamat”, ujar gadis itu sambil terus menangis.
Si sopir akhirnya menghentikan mobilnya di depan UGD rumah sakit terdekat, si korban langsung di bawa oleh tim medis yang memang sigap untuk situasi seperti ini, gadis cantik itu berlari mengkikuti korban bersama si sopir sampai ia dihentikan oleh petugas rumah sakit, karena batas wilayah penjenguk atau pembantu korban hanya sampai di situ. Mereka berdua menunggu di tempat yang telah di sediakan, lalu gadis itu menghubungi wali kelas korban agar segera menghubungi orang tua korban.
“sepertinya adik temannya?”, tanya si supir angkot
“ya pak, dia teman baik saya”, jawab si gadis sambil terus memegang buku matematika yang ia pinjam dari si korban. Murung.
“baiklah, kalau begitu, saya pulang dulu ya dik, karena saya harus kembali bekerja”, ucapnya, pamit.
“tolong terima ini pak”, gadis itu memasukan uang lima ratus ribu rupiah ke kantong kemeja si sopir angkot,
“maaf pak saya memaksa, dan tidak menerima penolakan, jadi mohon bapak terima!”, tambahnya memaksa.
Si supir sangat berterimakasih, ia tidak menyangka perbuatan baiknya berbuah manis.
“oia pak, saya boleh minta nomor telepon bapak?”, tanya gadis itu,
“ada dik, tapi untuk apa ya?”, jawabnya sambil merogoh kantong celananya, untuk mengambil ponsel bututnya dan mereka saling bertukaran nomor.
“baik nanti saya akan hubungi bapak, tolong simpan, saya Sherly”, ujar si gadis,
“baik dik, saya Karto”, tapi untuk apa ya dik?, tanyanya semakin penasaran,
“ayah saya sedang membutuhkan sopir pribadi, bapak akan saya rekomendasikan”,
pucuk di cinta bulanpun tiba, sudah jatuh tertimpa mas murni teriaknya dalam hati. Ia sangat bersyukur sudah di beri uang, ia juga akan segera memiliki perkerjaan yang lebih layak seperti yang istrinya selalu inginkan, semua itu berkat keikhlasannya membantu orang lain.
**
Sulit untuk tidak membuka mata karena sinar terang memaksa menembus kelopak mata bocah malang itu, mau tak mau ia membuka matanya perlahan menghalau sinar yang begitu terang dengan sebelah tangannya, ia mencoba duduk dengan lengan kanannya sementara yang kiri tetap menghalau sinar yang menyilaukan pandangannya, pandangannya berkeliling, hanya padang rumput hijau dengan satu pohon besar sejauh apapun ia memandang yang ia lihat adalah rerumputan hijau setinggi mata kakinya. Ia terkejut melihat sesosok tubuh di sampingnya entah dari mana asalnya
Dimensi PART 1
Hari ini sopir angkot itu merasa kesal dengan celotehan istrinya, ia terus saja mengeluarkan kata-kata kasar hampir di setiap ucapannya, istrinya marah besar karena uang belanjanya makin hari makin berkurang, ia menyuruh suaminya untuk lebih giat dalam bekerja, dan menyuruhnya untuk mencari pekerjaan lain yang lebih baik, ia berpikir memang ada benarnya juga karena mulai sepi penumpang semenjak ada angkutan umum lainnya,
“nasib-nasib”, katanya mengeluh.
Tiba-tiba ia melihat keramaian di terminal angkot yang akan ia tuju, seorang pria menghampirinya, membentangkan tangannya memberhentikannya yang sedang melaju santai
“tolong pak, emergensi!” pekiknya,
“ada apa pak?”, tanya si sopir penasaran,
“ada anak SMP tertabrak truck”, tambah bapak itu,
si sopir memang sedang kesal, tapi ia sebenarnya orang yang baik hati, disamping itu ia memiliki anak yang seumuran korban, dan ia memutuskan untuk membantunya, membawa ke rumah sakit terdekat. Ia langsung memarkirkan mobilnya di sebelah kerumunan orang yang membantu bocah malang tersebut.
“bapak-bapak, Ibu-Ibu, tolong bantu naikan saja ke angkot saya”, pintanya tulus. Semua orang yang berada disitu langsung membantu si korban, mengangkatnya ke angkot,
“siapa yang mau ikut menemani?”, tanyanya global. Kerumunan orang-oarang itu saling pandang.. lalu anak SMP wanita dengan seragam yang sama dengan korban datang menerobos diantara kerumunan,
“saya, saya, biar saya pak”, tanpa basa basi ia menghambur masuk ke dalam angkot,
“ayo pak, tolong pak.. kita harus cepat demi keselamatannya!”. Si sopir langsung menancap gasnya, tanpa lihat kanan kiri.
“sabar ya Za kamu pasti selamat”, ujar gadis itu sambil terus menangis.
Si sopir akhirnya menghentikan mobilnya di depan UGD rumah sakit terdekat, si korban langsung di bawa oleh tim medis yang memang sigap untuk situasi seperti ini, gadis cantik itu berlari mengkikuti korban bersama si sopir sampai ia dihentikan oleh petugas rumah sakit, karena batas wilayah penjenguk atau pembantu korban hanya sampai di situ. Mereka berdua menunggu di tempat yang telah di sediakan, lalu gadis itu menghubungi wali kelas korban agar segera menghubungi orang tua korban.
“sepertinya adik temannya?”, tanya si supir angkot
“ya pak, dia teman baik saya”, jawab si gadis sambil terus memegang buku matematika yang ia pinjam dari si korban. Murung.
“baiklah, kalau begitu, saya pulang dulu ya dik, karena saya harus kembali bekerja”, ucapnya, pamit.
“tolong terima ini pak”, gadis itu memasukan uang lima ratus ribu rupiah ke kantong kemeja si sopir angkot,
“maaf pak saya memaksa, dan tidak menerima penolakan, jadi mohon bapak terima!”, tambahnya memaksa.
Si supir sangat berterimakasih, ia tidak menyangka perbuatan baiknya berbuah manis.
“oia pak, saya boleh minta nomor telepon bapak?”, tanya gadis itu,
“ada dik, tapi untuk apa ya?”, jawabnya sambil merogoh kantong celananya, untuk mengambil ponsel bututnya dan mereka saling bertukaran nomor.
“baik nanti saya akan hubungi bapak, tolong simpan, saya Sherly”, ujar si gadis,
“baik dik, saya Karto”, tapi untuk apa ya dik?, tanyanya semakin penasaran,
“ayah saya sedang membutuhkan sopir pribadi, bapak akan saya rekomendasikan”,
pucuk di cinta bulanpun tiba, sudah jatuh tertimpa mas murni teriaknya dalam hati. Ia sangat bersyukur sudah di beri uang, ia juga akan segera memiliki perkerjaan yang lebih layak seperti yang istrinya selalu inginkan, semua itu berkat keikhlasannya membantu orang lain.
**
Sulit untuk tidak membuka mata karena sinar terang memaksa menembus kelopak mata bocah malang itu, mau tak mau ia membuka matanya perlahan menghalau sinar yang begitu terang dengan sebelah tangannya, ia mencoba duduk dengan lengan kanannya sementara yang kiri tetap menghalau sinar yang menyilaukan pandangannya, pandangannya berkeliling, hanya padang rumput hijau dengan satu pohon besar sejauh apapun ia memandang yang ia lihat adalah rerumputan hijau setinggi mata kakinya. Ia terkejut melihat sesosok tubuh di sampingnya entah dari mana asalnya
Spoiler for INDEX:
INDEX
CHAPTER 1 DIMENSI PART 1
CHAPTER 2 DIMENSI PART 2
CHAPTER 3 DIMENSI PART 3 DAN SHERLY
CHAPTER 4 PENGACAU
CHAPTER 5 IBU
CHAPTER 6 MERRY
CHAPTER 7 PERTEMUAN PERTAMA
CHAPTER 8 SHERLY DEWASA
CHAPTER 9 CEMBURU
CHAPTER 10 TUNANGAN
CHAPTER 11 SHERLY MULAI...
CHAPTER 12 ALAM BAWAH SADAR
CHAPTER 13 INGGRIT
CHAPTER 14 INGGRIT PART 2
CHAPTER 15 SUARA MERDU
CHAPTER 16 TRAGIS MELANDA
CHAPTER 17 JATI DIRI SEBENARNYA
CHAPTER 18 LUNA
CHAPTER 19 SHERLY MENGHILANG
CHAPTER 20 KERINDUAN
CHAPTER 21 ANTON SEBENARNYA
CHAPTER 22 SHERLY MENGETAHUI
CHAPTER 23 GRAND OPENING
CHAPTER 24 MERIAH MENCEKAM
END!
CHAPTER 1 DIMENSI PART 1
CHAPTER 2 DIMENSI PART 2
CHAPTER 3 DIMENSI PART 3 DAN SHERLY
CHAPTER 4 PENGACAU
CHAPTER 5 IBU
CHAPTER 6 MERRY
CHAPTER 7 PERTEMUAN PERTAMA
CHAPTER 8 SHERLY DEWASA
CHAPTER 9 CEMBURU
CHAPTER 10 TUNANGAN
CHAPTER 11 SHERLY MULAI...
CHAPTER 12 ALAM BAWAH SADAR
CHAPTER 13 INGGRIT
CHAPTER 14 INGGRIT PART 2
CHAPTER 15 SUARA MERDU
CHAPTER 16 TRAGIS MELANDA
CHAPTER 17 JATI DIRI SEBENARNYA
CHAPTER 18 LUNA
CHAPTER 19 SHERLY MENGHILANG
CHAPTER 20 KERINDUAN
CHAPTER 21 ANTON SEBENARNYA
CHAPTER 22 SHERLY MENGETAHUI
CHAPTER 23 GRAND OPENING
CHAPTER 24 MERIAH MENCEKAM
END!
Diubah oleh men.in.back 02-01-2016 19:23
anasabila memberi reputasi
2
75.9K
Kutip
147
Balasan
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.8KAnggota
Tampilkan semua post
TS
men.in.back
#46
Quote:
CHAPTER 11
Sherly Mulai..
“Sherly...!!”, ia menjerit, dan langsung memeluk sahabatnya, hingga Sherly tersedak, dan terbatuk-batuk.
“lepaskan, kau bisa membunuhku”, teriak sherly, sepertinya inggrit tidak memperdulikan, ia terus memeluk sahabatnya.
Dan ia pun mulai meminta maaf, dan menceritakan rencana busuk Dido yang ia tau dari Riza, dan ia memberitahu bahwa Rizalah yang menyelamatkannya. Sherly tidak tahu bagaimana ia berterimakasih pada Riza, bahkan mereka belum saling mengenal.
Yang menjadi pertanyaan untuk apa dia menyelamatkannya dan dari mana ia tahu bahwa Dido akan merudapaksanya? Sedangkan inggrit pun tak tahu karena Riza hanya menceritakan bagian pentingnya saja.
“sarapan kalian sudah kubuatkan, ayo kita makan bersama”, ajak Riza.
Mereka berdua hanya saling bertatapan.
Mereka berdua memang sebenarnya lapar. Mau tak mau akhirnya mereka menuju meja makan.
Riza hanya memasang tampang lembut, ia mempersilahkan mereka berdua duduk dan menikmati makanannya.
Entah bagaimana Sherly memandang Riza seperti orang yang telah ia kenal lama, tidak asing dari cara lembut dan acuhnya itu.
Dia seperti Riza.. katanya dalam hatinya.
“Te.. terimakasih”, ucap Sherly, memecah keheningan, Riza hanya tersenyum,
“makan makananmu kun.. emhhh, maksudku.. eh.. kunci, aku lupa mencabut kunci mobilku, sebentar, silahkan kalian nikmati makanan kalian”. Katanya tergagap.
Riza langsung menghamburkan dirinya ke luar apartemen untuk mengecoh keceplosannya tadi.
“kenapa dia??”, tanya inggrit, Sherly hanya melongo dan mengangkat bahunya.
Apa dia baru saja menyebut “KUN”, ah tidak tahu, abaikan saja, Sherly berbicara dalam hati dan melanjutkan sarapannya.
“hampir saja keceplosan! Bodoh”, gumam Riza, ia masih berada di luar dan sedikit malu untuk kembali.
Riza pun kembali,
“apa kau menemukan kuncimu?” tanya inggrit,
“ya, aku titip valet tadi”, riza mengelak. “kalian mau kopi atau sesuatu?”, tanya Riza mengalihkan.
“ah boleh juga, aku mau kopi hitam kalau tidak merepotkan”, jawab inggrit, Sherly menendang kakinya dari bawah meja makan,
mengerutkan dahi, “kau pikir ini rumahmu!?”, bisiknya, Inggrit menjulurkan lidahnya mengejek.
“baiklah nona-nona cantik pesanan kalian akan segera datang”, katanya senyum, mereka berdua hanya tertawa cekikikan.
“apa kau tidak berpikir bagaimana seorang pelayan kafe bisa tinggal di apartemen semewah ini? Biar kutebak, kau belum lihat keluar kamar kan???”, ucap inggrit,
“belum, jadi ini dimana?” tanya Sherly,
“kamu lihat sendiri”, inggrit menunjuk ke arah jendela besar di samping ruang TV.
Sherly berjalan mendekati jendela, dan memandang ke luar jendela besar itu, ini adalah perumahan elite, yang tak jauh dari rumahnya, ia hampir setiap hari melewati apartemen ini, karena merupakan lintas menuju kampusnya.
“ini kopimu dan..”, Riza baru saja selesai membuat minuman untuk mereka berdua,
“kamu lihat apa di sana?”, tanya Riza kepada sherly,
“ahh, oh, tidak aku hanya melihat-lihat saja, maaf”, jawab sherly dan ia berlari kecil ketempat duduknya semula, inggrit hanya geleng-geleng kepala.
“ini jus tomat mix strawberry untukmu”, Sherly sempat tercengang dari mana ia tahu kalau minuman itu adalah minuman favoritnya, ah diakan pelayan restoran itu sebuah kebiasaan jika pelayan kafe menghafal jenis makanan atau minuman yang sering di pesan pengunjungnya.
Tapi tetap saja pesona Riza telah meluluhkan hati sherly, karena Riza telah menyelamatkannya semalam. Setelah mereka berbincang Sherly dan inggrit pamit pulang, mereka menolak riza yang mau mengantarnya. Sherly tak mau merepotkan lagi mereka lebih memilih naik taksi.
“selain mungkin kita akan bertemu di kafe, boleh aku mengajakmu makan malam atau, nonton?”pandangannya tertuju pada Sherly, “kalau kamu gak trauma”, tambahnya melemparkan senyum lembut.
Inggrit mengerti situasi seperti ini, lalu menyenggol siku sherly,
“kamu bahkan tak meminta nomorku?”, ujar Sherly genit.
“ahh.. oh, berapa nomormu?”, jawab Riza salah tingkah, hampir saja menjatuhkan poselnya, saking bahagianya.
“sekali lagi terimakasih untuk semuanya ton”, riza tersenyum mereka pun pergi.
Rasanya aneh kalau dia menerimaku sebagai anton dan bukan aku yang sebenarnya, tapi untuk sementara biarlah seperti ini, aku bahagia. bathin Riza.
Sepanjang perjalanan pulang Sherly terus melamun, ia memikirkan bagaimana bisa ia seperti merasakan Riza ada didiri Anton, itu membuatnya bahagia dan tidak sadar tersenyum sendiri.
“kenapa kamu senyum-senyum sendiri?”, ejek inggrit. Sherly gelagapan, dan tersipu.
“apa kamu menyukainya?”, tambah Inggrit,
“tidak.. jangan ngawur”, Sherly mengelak.
**
Pukulan keras itu membuat pandangan Dido gelap, tentu saja, Anton adalah atlet tinju sebelum ia memulai bisnisnya, ia sempat memenangkan beberapa kejuaraan tinju kelas ringan nasional dulu. Riza hanya emosi dan tak bermaksud untuk memukulnya sampai hampir pingsan seperti itu.
Lalu dengan pandangan yang membara ia menarik kerah baju Dido, mendekatkan wajahnya, Dido terengah-engah, badannya bergetar ketakutan layaknya berhadapan dengan seekor singa.
“sekali lagi kau mendekati Sherly, aku akan melaporkanmu ke polisi”, ancam Riza, “aku Anton anji, cari aku jika kau pikir ini belum selesai!!”, tambahnya dan mendorong Dido jatuh.
Dido tak berdaya dan ketakutan setengah mati, bercampur malu.
Riza membawa keluar Sherly dari mobil Dido dan membopongnya ke mobilnya.
Di dalam mobil, Sherly terus mengoceh tak jelas.
“gerah banget sih!”, ia membuka jaketnya, dan terus gelisah, terus berteriak kepanasan, mungkin karena pengaruh obat perangsang tadi.
Kali ini dia akan membuka bajunya.
Sherly Mulai..
“Sherly...!!”, ia menjerit, dan langsung memeluk sahabatnya, hingga Sherly tersedak, dan terbatuk-batuk.
“lepaskan, kau bisa membunuhku”, teriak sherly, sepertinya inggrit tidak memperdulikan, ia terus memeluk sahabatnya.
Dan ia pun mulai meminta maaf, dan menceritakan rencana busuk Dido yang ia tau dari Riza, dan ia memberitahu bahwa Rizalah yang menyelamatkannya. Sherly tidak tahu bagaimana ia berterimakasih pada Riza, bahkan mereka belum saling mengenal.
Yang menjadi pertanyaan untuk apa dia menyelamatkannya dan dari mana ia tahu bahwa Dido akan merudapaksanya? Sedangkan inggrit pun tak tahu karena Riza hanya menceritakan bagian pentingnya saja.
“sarapan kalian sudah kubuatkan, ayo kita makan bersama”, ajak Riza.
Mereka berdua hanya saling bertatapan.
Mereka berdua memang sebenarnya lapar. Mau tak mau akhirnya mereka menuju meja makan.
Riza hanya memasang tampang lembut, ia mempersilahkan mereka berdua duduk dan menikmati makanannya.
Entah bagaimana Sherly memandang Riza seperti orang yang telah ia kenal lama, tidak asing dari cara lembut dan acuhnya itu.
Dia seperti Riza.. katanya dalam hatinya.
“Te.. terimakasih”, ucap Sherly, memecah keheningan, Riza hanya tersenyum,
“makan makananmu kun.. emhhh, maksudku.. eh.. kunci, aku lupa mencabut kunci mobilku, sebentar, silahkan kalian nikmati makanan kalian”. Katanya tergagap.
Riza langsung menghamburkan dirinya ke luar apartemen untuk mengecoh keceplosannya tadi.
“kenapa dia??”, tanya inggrit, Sherly hanya melongo dan mengangkat bahunya.
Apa dia baru saja menyebut “KUN”, ah tidak tahu, abaikan saja, Sherly berbicara dalam hati dan melanjutkan sarapannya.
“hampir saja keceplosan! Bodoh”, gumam Riza, ia masih berada di luar dan sedikit malu untuk kembali.
Riza pun kembali,
“apa kau menemukan kuncimu?” tanya inggrit,
“ya, aku titip valet tadi”, riza mengelak. “kalian mau kopi atau sesuatu?”, tanya Riza mengalihkan.
“ah boleh juga, aku mau kopi hitam kalau tidak merepotkan”, jawab inggrit, Sherly menendang kakinya dari bawah meja makan,
mengerutkan dahi, “kau pikir ini rumahmu!?”, bisiknya, Inggrit menjulurkan lidahnya mengejek.
“baiklah nona-nona cantik pesanan kalian akan segera datang”, katanya senyum, mereka berdua hanya tertawa cekikikan.
“apa kau tidak berpikir bagaimana seorang pelayan kafe bisa tinggal di apartemen semewah ini? Biar kutebak, kau belum lihat keluar kamar kan???”, ucap inggrit,
“belum, jadi ini dimana?” tanya Sherly,
“kamu lihat sendiri”, inggrit menunjuk ke arah jendela besar di samping ruang TV.
Sherly berjalan mendekati jendela, dan memandang ke luar jendela besar itu, ini adalah perumahan elite, yang tak jauh dari rumahnya, ia hampir setiap hari melewati apartemen ini, karena merupakan lintas menuju kampusnya.
“ini kopimu dan..”, Riza baru saja selesai membuat minuman untuk mereka berdua,
“kamu lihat apa di sana?”, tanya Riza kepada sherly,
“ahh, oh, tidak aku hanya melihat-lihat saja, maaf”, jawab sherly dan ia berlari kecil ketempat duduknya semula, inggrit hanya geleng-geleng kepala.
“ini jus tomat mix strawberry untukmu”, Sherly sempat tercengang dari mana ia tahu kalau minuman itu adalah minuman favoritnya, ah diakan pelayan restoran itu sebuah kebiasaan jika pelayan kafe menghafal jenis makanan atau minuman yang sering di pesan pengunjungnya.
Tapi tetap saja pesona Riza telah meluluhkan hati sherly, karena Riza telah menyelamatkannya semalam. Setelah mereka berbincang Sherly dan inggrit pamit pulang, mereka menolak riza yang mau mengantarnya. Sherly tak mau merepotkan lagi mereka lebih memilih naik taksi.
“selain mungkin kita akan bertemu di kafe, boleh aku mengajakmu makan malam atau, nonton?”pandangannya tertuju pada Sherly, “kalau kamu gak trauma”, tambahnya melemparkan senyum lembut.
Inggrit mengerti situasi seperti ini, lalu menyenggol siku sherly,
“kamu bahkan tak meminta nomorku?”, ujar Sherly genit.
“ahh.. oh, berapa nomormu?”, jawab Riza salah tingkah, hampir saja menjatuhkan poselnya, saking bahagianya.
“sekali lagi terimakasih untuk semuanya ton”, riza tersenyum mereka pun pergi.
Rasanya aneh kalau dia menerimaku sebagai anton dan bukan aku yang sebenarnya, tapi untuk sementara biarlah seperti ini, aku bahagia. bathin Riza.
Sepanjang perjalanan pulang Sherly terus melamun, ia memikirkan bagaimana bisa ia seperti merasakan Riza ada didiri Anton, itu membuatnya bahagia dan tidak sadar tersenyum sendiri.
“kenapa kamu senyum-senyum sendiri?”, ejek inggrit. Sherly gelagapan, dan tersipu.
“apa kamu menyukainya?”, tambah Inggrit,
“tidak.. jangan ngawur”, Sherly mengelak.
**
Pukulan keras itu membuat pandangan Dido gelap, tentu saja, Anton adalah atlet tinju sebelum ia memulai bisnisnya, ia sempat memenangkan beberapa kejuaraan tinju kelas ringan nasional dulu. Riza hanya emosi dan tak bermaksud untuk memukulnya sampai hampir pingsan seperti itu.
Lalu dengan pandangan yang membara ia menarik kerah baju Dido, mendekatkan wajahnya, Dido terengah-engah, badannya bergetar ketakutan layaknya berhadapan dengan seekor singa.
“sekali lagi kau mendekati Sherly, aku akan melaporkanmu ke polisi”, ancam Riza, “aku Anton anji, cari aku jika kau pikir ini belum selesai!!”, tambahnya dan mendorong Dido jatuh.
Dido tak berdaya dan ketakutan setengah mati, bercampur malu.
Riza membawa keluar Sherly dari mobil Dido dan membopongnya ke mobilnya.
Di dalam mobil, Sherly terus mengoceh tak jelas.
“gerah banget sih!”, ia membuka jaketnya, dan terus gelisah, terus berteriak kepanasan, mungkin karena pengaruh obat perangsang tadi.
Kali ini dia akan membuka bajunya.
0
Kutip
Balas