- Beranda
- Stories from the Heart
TOMATO STRAWBERRY
...
TS
men.in.back
TOMATO STRAWBERRY
Jika aku bukanlah aku apakah kau masih mencintaiku
Spoiler for image:
Quote:
sebuah kisah cinta sederhana sepasang kekasih
Genre : romantic fantasi
Penulis : Gilang
Genre : romantic fantasi
Penulis : Gilang
Quote:
CHAPTER 1
Dimensi PART 1
Hari ini sopir angkot itu merasa kesal dengan celotehan istrinya, ia terus saja mengeluarkan kata-kata kasar hampir di setiap ucapannya, istrinya marah besar karena uang belanjanya makin hari makin berkurang, ia menyuruh suaminya untuk lebih giat dalam bekerja, dan menyuruhnya untuk mencari pekerjaan lain yang lebih baik, ia berpikir memang ada benarnya juga karena mulai sepi penumpang semenjak ada angkutan umum lainnya,
“nasib-nasib”, katanya mengeluh.
Tiba-tiba ia melihat keramaian di terminal angkot yang akan ia tuju, seorang pria menghampirinya, membentangkan tangannya memberhentikannya yang sedang melaju santai
“tolong pak, emergensi!” pekiknya,
“ada apa pak?”, tanya si sopir penasaran,
“ada anak SMP tertabrak truck”, tambah bapak itu,
si sopir memang sedang kesal, tapi ia sebenarnya orang yang baik hati, disamping itu ia memiliki anak yang seumuran korban, dan ia memutuskan untuk membantunya, membawa ke rumah sakit terdekat. Ia langsung memarkirkan mobilnya di sebelah kerumunan orang yang membantu bocah malang tersebut.
“bapak-bapak, Ibu-Ibu, tolong bantu naikan saja ke angkot saya”, pintanya tulus. Semua orang yang berada disitu langsung membantu si korban, mengangkatnya ke angkot,
“siapa yang mau ikut menemani?”, tanyanya global. Kerumunan orang-oarang itu saling pandang.. lalu anak SMP wanita dengan seragam yang sama dengan korban datang menerobos diantara kerumunan,
“saya, saya, biar saya pak”, tanpa basa basi ia menghambur masuk ke dalam angkot,
“ayo pak, tolong pak.. kita harus cepat demi keselamatannya!”. Si sopir langsung menancap gasnya, tanpa lihat kanan kiri.
“sabar ya Za kamu pasti selamat”, ujar gadis itu sambil terus menangis.
Si sopir akhirnya menghentikan mobilnya di depan UGD rumah sakit terdekat, si korban langsung di bawa oleh tim medis yang memang sigap untuk situasi seperti ini, gadis cantik itu berlari mengkikuti korban bersama si sopir sampai ia dihentikan oleh petugas rumah sakit, karena batas wilayah penjenguk atau pembantu korban hanya sampai di situ. Mereka berdua menunggu di tempat yang telah di sediakan, lalu gadis itu menghubungi wali kelas korban agar segera menghubungi orang tua korban.
“sepertinya adik temannya?”, tanya si supir angkot
“ya pak, dia teman baik saya”, jawab si gadis sambil terus memegang buku matematika yang ia pinjam dari si korban. Murung.
“baiklah, kalau begitu, saya pulang dulu ya dik, karena saya harus kembali bekerja”, ucapnya, pamit.
“tolong terima ini pak”, gadis itu memasukan uang lima ratus ribu rupiah ke kantong kemeja si sopir angkot,
“maaf pak saya memaksa, dan tidak menerima penolakan, jadi mohon bapak terima!”, tambahnya memaksa.
Si supir sangat berterimakasih, ia tidak menyangka perbuatan baiknya berbuah manis.
“oia pak, saya boleh minta nomor telepon bapak?”, tanya gadis itu,
“ada dik, tapi untuk apa ya?”, jawabnya sambil merogoh kantong celananya, untuk mengambil ponsel bututnya dan mereka saling bertukaran nomor.
“baik nanti saya akan hubungi bapak, tolong simpan, saya Sherly”, ujar si gadis,
“baik dik, saya Karto”, tapi untuk apa ya dik?, tanyanya semakin penasaran,
“ayah saya sedang membutuhkan sopir pribadi, bapak akan saya rekomendasikan”,
pucuk di cinta bulanpun tiba, sudah jatuh tertimpa mas murni teriaknya dalam hati. Ia sangat bersyukur sudah di beri uang, ia juga akan segera memiliki perkerjaan yang lebih layak seperti yang istrinya selalu inginkan, semua itu berkat keikhlasannya membantu orang lain.
**
Sulit untuk tidak membuka mata karena sinar terang memaksa menembus kelopak mata bocah malang itu, mau tak mau ia membuka matanya perlahan menghalau sinar yang begitu terang dengan sebelah tangannya, ia mencoba duduk dengan lengan kanannya sementara yang kiri tetap menghalau sinar yang menyilaukan pandangannya, pandangannya berkeliling, hanya padang rumput hijau dengan satu pohon besar sejauh apapun ia memandang yang ia lihat adalah rerumputan hijau setinggi mata kakinya. Ia terkejut melihat sesosok tubuh di sampingnya entah dari mana asalnya
Dimensi PART 1
Hari ini sopir angkot itu merasa kesal dengan celotehan istrinya, ia terus saja mengeluarkan kata-kata kasar hampir di setiap ucapannya, istrinya marah besar karena uang belanjanya makin hari makin berkurang, ia menyuruh suaminya untuk lebih giat dalam bekerja, dan menyuruhnya untuk mencari pekerjaan lain yang lebih baik, ia berpikir memang ada benarnya juga karena mulai sepi penumpang semenjak ada angkutan umum lainnya,
“nasib-nasib”, katanya mengeluh.
Tiba-tiba ia melihat keramaian di terminal angkot yang akan ia tuju, seorang pria menghampirinya, membentangkan tangannya memberhentikannya yang sedang melaju santai
“tolong pak, emergensi!” pekiknya,
“ada apa pak?”, tanya si sopir penasaran,
“ada anak SMP tertabrak truck”, tambah bapak itu,
si sopir memang sedang kesal, tapi ia sebenarnya orang yang baik hati, disamping itu ia memiliki anak yang seumuran korban, dan ia memutuskan untuk membantunya, membawa ke rumah sakit terdekat. Ia langsung memarkirkan mobilnya di sebelah kerumunan orang yang membantu bocah malang tersebut.
“bapak-bapak, Ibu-Ibu, tolong bantu naikan saja ke angkot saya”, pintanya tulus. Semua orang yang berada disitu langsung membantu si korban, mengangkatnya ke angkot,
“siapa yang mau ikut menemani?”, tanyanya global. Kerumunan orang-oarang itu saling pandang.. lalu anak SMP wanita dengan seragam yang sama dengan korban datang menerobos diantara kerumunan,
“saya, saya, biar saya pak”, tanpa basa basi ia menghambur masuk ke dalam angkot,
“ayo pak, tolong pak.. kita harus cepat demi keselamatannya!”. Si sopir langsung menancap gasnya, tanpa lihat kanan kiri.
“sabar ya Za kamu pasti selamat”, ujar gadis itu sambil terus menangis.
Si sopir akhirnya menghentikan mobilnya di depan UGD rumah sakit terdekat, si korban langsung di bawa oleh tim medis yang memang sigap untuk situasi seperti ini, gadis cantik itu berlari mengkikuti korban bersama si sopir sampai ia dihentikan oleh petugas rumah sakit, karena batas wilayah penjenguk atau pembantu korban hanya sampai di situ. Mereka berdua menunggu di tempat yang telah di sediakan, lalu gadis itu menghubungi wali kelas korban agar segera menghubungi orang tua korban.
“sepertinya adik temannya?”, tanya si supir angkot
“ya pak, dia teman baik saya”, jawab si gadis sambil terus memegang buku matematika yang ia pinjam dari si korban. Murung.
“baiklah, kalau begitu, saya pulang dulu ya dik, karena saya harus kembali bekerja”, ucapnya, pamit.
“tolong terima ini pak”, gadis itu memasukan uang lima ratus ribu rupiah ke kantong kemeja si sopir angkot,
“maaf pak saya memaksa, dan tidak menerima penolakan, jadi mohon bapak terima!”, tambahnya memaksa.
Si supir sangat berterimakasih, ia tidak menyangka perbuatan baiknya berbuah manis.
“oia pak, saya boleh minta nomor telepon bapak?”, tanya gadis itu,
“ada dik, tapi untuk apa ya?”, jawabnya sambil merogoh kantong celananya, untuk mengambil ponsel bututnya dan mereka saling bertukaran nomor.
“baik nanti saya akan hubungi bapak, tolong simpan, saya Sherly”, ujar si gadis,
“baik dik, saya Karto”, tapi untuk apa ya dik?, tanyanya semakin penasaran,
“ayah saya sedang membutuhkan sopir pribadi, bapak akan saya rekomendasikan”,
pucuk di cinta bulanpun tiba, sudah jatuh tertimpa mas murni teriaknya dalam hati. Ia sangat bersyukur sudah di beri uang, ia juga akan segera memiliki perkerjaan yang lebih layak seperti yang istrinya selalu inginkan, semua itu berkat keikhlasannya membantu orang lain.
**
Sulit untuk tidak membuka mata karena sinar terang memaksa menembus kelopak mata bocah malang itu, mau tak mau ia membuka matanya perlahan menghalau sinar yang begitu terang dengan sebelah tangannya, ia mencoba duduk dengan lengan kanannya sementara yang kiri tetap menghalau sinar yang menyilaukan pandangannya, pandangannya berkeliling, hanya padang rumput hijau dengan satu pohon besar sejauh apapun ia memandang yang ia lihat adalah rerumputan hijau setinggi mata kakinya. Ia terkejut melihat sesosok tubuh di sampingnya entah dari mana asalnya
Spoiler for INDEX:
INDEX
CHAPTER 1 DIMENSI PART 1
CHAPTER 2 DIMENSI PART 2
CHAPTER 3 DIMENSI PART 3 DAN SHERLY
CHAPTER 4 PENGACAU
CHAPTER 5 IBU
CHAPTER 6 MERRY
CHAPTER 7 PERTEMUAN PERTAMA
CHAPTER 8 SHERLY DEWASA
CHAPTER 9 CEMBURU
CHAPTER 10 TUNANGAN
CHAPTER 11 SHERLY MULAI...
CHAPTER 12 ALAM BAWAH SADAR
CHAPTER 13 INGGRIT
CHAPTER 14 INGGRIT PART 2
CHAPTER 15 SUARA MERDU
CHAPTER 16 TRAGIS MELANDA
CHAPTER 17 JATI DIRI SEBENARNYA
CHAPTER 18 LUNA
CHAPTER 19 SHERLY MENGHILANG
CHAPTER 20 KERINDUAN
CHAPTER 21 ANTON SEBENARNYA
CHAPTER 22 SHERLY MENGETAHUI
CHAPTER 23 GRAND OPENING
CHAPTER 24 MERIAH MENCEKAM
END!
CHAPTER 1 DIMENSI PART 1
CHAPTER 2 DIMENSI PART 2
CHAPTER 3 DIMENSI PART 3 DAN SHERLY
CHAPTER 4 PENGACAU
CHAPTER 5 IBU
CHAPTER 6 MERRY
CHAPTER 7 PERTEMUAN PERTAMA
CHAPTER 8 SHERLY DEWASA
CHAPTER 9 CEMBURU
CHAPTER 10 TUNANGAN
CHAPTER 11 SHERLY MULAI...
CHAPTER 12 ALAM BAWAH SADAR
CHAPTER 13 INGGRIT
CHAPTER 14 INGGRIT PART 2
CHAPTER 15 SUARA MERDU
CHAPTER 16 TRAGIS MELANDA
CHAPTER 17 JATI DIRI SEBENARNYA
CHAPTER 18 LUNA
CHAPTER 19 SHERLY MENGHILANG
CHAPTER 20 KERINDUAN
CHAPTER 21 ANTON SEBENARNYA
CHAPTER 22 SHERLY MENGETAHUI
CHAPTER 23 GRAND OPENING
CHAPTER 24 MERIAH MENCEKAM
END!
Diubah oleh men.in.back 02-01-2016 19:23
anasabila memberi reputasi
2
75.9K
Kutip
147
Balasan
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.8KAnggota
Tampilkan semua post
TS
men.in.back
#27
Quote:
CHAPTER 8
Sherly dewasa
Lima tahun berlalu sejak semua kejadian aneh menimpa Riza, ia menjadi jauh lebih mengerti mengatur semua pekerjaannya, ia hanya berjuang serius dengan bisnisnya, tanpa memikirkan apa-apa selain bekerja, menjadi lebih dewasa dan tegas, hanya merindukan ibunda dan wanita pujaan hatinya Sherly yang selalu sulit untuk didekati karena perbedaan umur yang begitu jauh.
***
Di padang rumput luas tanpa batas.
“aku menyukai wanita dikelasku kek” tanya Riza dengan polosnya,
kakek tua itu tertawa terbahak-bahak, cekikikan, lalu menoleh memandang Riza penuh arti.
“aku tahu, dengar nak”, ucapnya,
“kau akan berumur tiga puluh tahun selamanya, kau akan mati jika sudah saatnya... Jadi bersabarlah jika kau mencintainya”, jawab kakek itu tersenyum.
🍅🍓
Mungkin sekarang saatnya aku akan mendekati Sherly lagi. Dia sudah sembilan belas tahun sekarang,
apa dia akan mengenaliku? Terakhir bertemu lima tahun yang lalu itu sudah lama sekali, sampai sekarang aku masih menyimpan sapu tangannya, bagaimana wajahnya sekarang. bathinnya.
Riza mengetahui Sherly kuliah di universitas negeri, dia tetap pintar seperti dulu, Riza mengetahui tentang Sherly dari pesuruhnya, tapi Riza tidak mengizinkan pesuruhnya mengambil foto karena sebuah alasan, dia hanya ingin fokus pada pekerjaannya. Yang selalu jadi pikirannya adalah.. Apakah Sherly sudah memiliki kekasih sekarang, tetapi Riza sepertinya tak peduli.
🍺🍅🍓
“Sherly”, sapa kawannya dari kejauhan,
ia hanya berdiri tersenyum menunggu kawannya menghampiri.
“kamu lama banget Inggrit, aku sudah lima belas menit di sini”, ucapnya sedikit kesal,
“sory-sory tadi macet banget”, jawabnya senyum,
“alasan klasik!”, gumamnya kesal.
“kita makan di mana?”, tanya Inggrit,
“udah ikut aja”, jawab Sherly, dan berjalan menuju taksi yang ada di pinggir jalan.
Dan mereka pun pergi.
..
“AA kafe..? Aku belum pernah kesini sebelumnya”, ucap Inggrit, berkeliling melihat sekitar.
Suasana kafe itu begitu sejuk walaupun ditengah-tengah kota, di desain seperti rumah dari pohon, berdiri ditengah-tengah kebun asri dengan kolam hias, perabotan klasik, serta barang-barang antik, diiringi musik lembut, yang menyejukkan hati setiap pengunjung.
“suasananya sejuk dan segar, bagus banget kafenya Sher, pasti makanannya mahal?”, tanya Inggrit,
“gak juga sih, lagian aku juga yang bayar!”, jawabnya terkekeh. “kita duduk di sini, adem, aku suka suara gemercik air kolamnya”, tambahnya,
“oke, kan kamu bosnya, jadi terserah bos”, ejek Inggrit, keduanya saling memandang dan tertawa geli.
Di sudut lainya duduk seorang pria,
“maaf pak Anton, Anda mau pesan nasi goreng seperti biasa?”, tanya pelayan sekaligus karyawannya,
“saya tidak lapar, tolong bawa kopi hitam”, jawabnya,
“baik pak, ada yang lain?”, tanyanya lagi,
“itu saja..”, jawabnya, dan mulai membuka laptopnya, meregangkan badannya, dan melihat sekitar,
pandangannya tertuju pada dua wanita yang sedang bersenda-gurau.
“kopinya pak”, ucap pegawainya,
“pak..?”, tegasnya, pegawainya melirik ke arah yang dilihatnya.
“Oh, eh, terima kasih sell”, jawabnya tersadar dari pandangan seriusnya.
“yang berambut pendek itu langganan kita pak, cantik ya?”, tanyanya menyelidik,
“ah, oh tidak, oh.. Ya, ya dia cantik”, jawabnya gugup,
“kamu kenal dia sell?” tanyanya,
“kalau tidak salah namanya Sherly, dia kuliah di kampus dekat kafe kita pak”, jawab pegawainya,
“bapak mau nomor ponsel-Nya?”, pegawainya menawarkan,
“oh tidak perlu sell, terima kasih”, jawabnya,
“biar aku yang mengantarkan pesanannya.” Ucap Riza, ia terus memandangi senyum Sherly, itu membuat dunianya terhenti sejenak,
Sherly tidak banyak berubah setelah dewasa, rambutnya sudah mulai panjang sedikit sejak terakhir Riza menemuinya, tubuhnya bertambah tinggi, wajahnya semakin bersinar, lekukan di tubuhnya mulai terlihat.
Kedua gadis masih bercakap-cakap dan sedikit tertawa.
“jadi kamu tolak sher?”, tanya Inggrit,
“jadi sampai kapan kamu mau terus menjomlo”, tambahnya terkekeh mengejek.
“ini pesanannya mbak”, ucap pelayan tampan sembari meletakan pesanan mereka. Pandangan Inggrit tak bisa lepas dari wajah pelayan tampan tersebut, Sherly menyenggol tangan Inggrit dengan sikunya,
“apa yang kau lihat!”, bisik Sherly, mengejek. Yang sebenarnya itu adalah Anton/Riza,
pelayan tampan itu meninggalkan mereka berdua dengan senyum dan pandangan penuh makna mengarah ke Sherly. Sherly hanya mengangkat alisnya dan tersenyum tipis, melihat pelayan itu pergi, dan ia berpikir pernah mengenalnya, tapi hanya sekilas dan melanjutkan gurauannya bersama Inggrit.
Setelah makan siang, Sherly berpisah dengan Inggrit karena Ia tidak ada jadwal kuliah hari ini. Sherly berjalan ke kampusnya dan Inggrit pulang dengan menggunakan bus, hanya berjarak beberapa meter dari kafe ke kampusnya. Dan ia sebenarnya dari tadi memikirkan pelayan tampan tersebut sambil senyum-senyum sendiri,
“sepertinya aku pernah berjumpa dengannya, tapi di mana ya? Kapan?”, gumamnya.
Sementara Anton sudah sejak tadi mengikutinya, dari dalam mobil ia terus mengamati, ia sangat rindu pujaan hatinya tersebut, sampai-sampai ia rela mempermalukan dirinya di depan karyawan-karyawannya. Ia bingung harus mulai dari mana, jadi seperti itu saja sepertinya dia bahagia, akhirnya Sherly berbelok ke jalan setapak yang tidak bisa di lalui mobil, Riza kecewa,
“apa yang kulakukan seperti tak ada hari esok saja!”, ia mulai gila karena Sherly, ia sadar Sherly adalah pelanggan kafenya jadi ia yakin bahwa lain waktu Sherly akan kembali lagi,
“aku tak habis pikir, ternyata si Kunti masih saja menyukai jus aneh itu.
Sherly dewasa
Lima tahun berlalu sejak semua kejadian aneh menimpa Riza, ia menjadi jauh lebih mengerti mengatur semua pekerjaannya, ia hanya berjuang serius dengan bisnisnya, tanpa memikirkan apa-apa selain bekerja, menjadi lebih dewasa dan tegas, hanya merindukan ibunda dan wanita pujaan hatinya Sherly yang selalu sulit untuk didekati karena perbedaan umur yang begitu jauh.
***
Di padang rumput luas tanpa batas.
“aku menyukai wanita dikelasku kek” tanya Riza dengan polosnya,
kakek tua itu tertawa terbahak-bahak, cekikikan, lalu menoleh memandang Riza penuh arti.
“aku tahu, dengar nak”, ucapnya,
“kau akan berumur tiga puluh tahun selamanya, kau akan mati jika sudah saatnya... Jadi bersabarlah jika kau mencintainya”, jawab kakek itu tersenyum.
🍅🍓
Mungkin sekarang saatnya aku akan mendekati Sherly lagi. Dia sudah sembilan belas tahun sekarang,
apa dia akan mengenaliku? Terakhir bertemu lima tahun yang lalu itu sudah lama sekali, sampai sekarang aku masih menyimpan sapu tangannya, bagaimana wajahnya sekarang. bathinnya.
Riza mengetahui Sherly kuliah di universitas negeri, dia tetap pintar seperti dulu, Riza mengetahui tentang Sherly dari pesuruhnya, tapi Riza tidak mengizinkan pesuruhnya mengambil foto karena sebuah alasan, dia hanya ingin fokus pada pekerjaannya. Yang selalu jadi pikirannya adalah.. Apakah Sherly sudah memiliki kekasih sekarang, tetapi Riza sepertinya tak peduli.
🍺🍅🍓
“Sherly”, sapa kawannya dari kejauhan,
ia hanya berdiri tersenyum menunggu kawannya menghampiri.
“kamu lama banget Inggrit, aku sudah lima belas menit di sini”, ucapnya sedikit kesal,
“sory-sory tadi macet banget”, jawabnya senyum,
“alasan klasik!”, gumamnya kesal.
“kita makan di mana?”, tanya Inggrit,
“udah ikut aja”, jawab Sherly, dan berjalan menuju taksi yang ada di pinggir jalan.
Dan mereka pun pergi.
..
“AA kafe..? Aku belum pernah kesini sebelumnya”, ucap Inggrit, berkeliling melihat sekitar.
Suasana kafe itu begitu sejuk walaupun ditengah-tengah kota, di desain seperti rumah dari pohon, berdiri ditengah-tengah kebun asri dengan kolam hias, perabotan klasik, serta barang-barang antik, diiringi musik lembut, yang menyejukkan hati setiap pengunjung.
“suasananya sejuk dan segar, bagus banget kafenya Sher, pasti makanannya mahal?”, tanya Inggrit,
“gak juga sih, lagian aku juga yang bayar!”, jawabnya terkekeh. “kita duduk di sini, adem, aku suka suara gemercik air kolamnya”, tambahnya,
“oke, kan kamu bosnya, jadi terserah bos”, ejek Inggrit, keduanya saling memandang dan tertawa geli.
Di sudut lainya duduk seorang pria,
“maaf pak Anton, Anda mau pesan nasi goreng seperti biasa?”, tanya pelayan sekaligus karyawannya,
“saya tidak lapar, tolong bawa kopi hitam”, jawabnya,
“baik pak, ada yang lain?”, tanyanya lagi,
“itu saja..”, jawabnya, dan mulai membuka laptopnya, meregangkan badannya, dan melihat sekitar,
pandangannya tertuju pada dua wanita yang sedang bersenda-gurau.
“kopinya pak”, ucap pegawainya,
“pak..?”, tegasnya, pegawainya melirik ke arah yang dilihatnya.
“Oh, eh, terima kasih sell”, jawabnya tersadar dari pandangan seriusnya.
“yang berambut pendek itu langganan kita pak, cantik ya?”, tanyanya menyelidik,
“ah, oh tidak, oh.. Ya, ya dia cantik”, jawabnya gugup,
“kamu kenal dia sell?” tanyanya,
“kalau tidak salah namanya Sherly, dia kuliah di kampus dekat kafe kita pak”, jawab pegawainya,
“bapak mau nomor ponsel-Nya?”, pegawainya menawarkan,
“oh tidak perlu sell, terima kasih”, jawabnya,
“biar aku yang mengantarkan pesanannya.” Ucap Riza, ia terus memandangi senyum Sherly, itu membuat dunianya terhenti sejenak,
Sherly tidak banyak berubah setelah dewasa, rambutnya sudah mulai panjang sedikit sejak terakhir Riza menemuinya, tubuhnya bertambah tinggi, wajahnya semakin bersinar, lekukan di tubuhnya mulai terlihat.
Kedua gadis masih bercakap-cakap dan sedikit tertawa.
“jadi kamu tolak sher?”, tanya Inggrit,
“jadi sampai kapan kamu mau terus menjomlo”, tambahnya terkekeh mengejek.
“ini pesanannya mbak”, ucap pelayan tampan sembari meletakan pesanan mereka. Pandangan Inggrit tak bisa lepas dari wajah pelayan tampan tersebut, Sherly menyenggol tangan Inggrit dengan sikunya,
“apa yang kau lihat!”, bisik Sherly, mengejek. Yang sebenarnya itu adalah Anton/Riza,
pelayan tampan itu meninggalkan mereka berdua dengan senyum dan pandangan penuh makna mengarah ke Sherly. Sherly hanya mengangkat alisnya dan tersenyum tipis, melihat pelayan itu pergi, dan ia berpikir pernah mengenalnya, tapi hanya sekilas dan melanjutkan gurauannya bersama Inggrit.
Setelah makan siang, Sherly berpisah dengan Inggrit karena Ia tidak ada jadwal kuliah hari ini. Sherly berjalan ke kampusnya dan Inggrit pulang dengan menggunakan bus, hanya berjarak beberapa meter dari kafe ke kampusnya. Dan ia sebenarnya dari tadi memikirkan pelayan tampan tersebut sambil senyum-senyum sendiri,
“sepertinya aku pernah berjumpa dengannya, tapi di mana ya? Kapan?”, gumamnya.
Sementara Anton sudah sejak tadi mengikutinya, dari dalam mobil ia terus mengamati, ia sangat rindu pujaan hatinya tersebut, sampai-sampai ia rela mempermalukan dirinya di depan karyawan-karyawannya. Ia bingung harus mulai dari mana, jadi seperti itu saja sepertinya dia bahagia, akhirnya Sherly berbelok ke jalan setapak yang tidak bisa di lalui mobil, Riza kecewa,
“apa yang kulakukan seperti tak ada hari esok saja!”, ia mulai gila karena Sherly, ia sadar Sherly adalah pelanggan kafenya jadi ia yakin bahwa lain waktu Sherly akan kembali lagi,
“aku tak habis pikir, ternyata si Kunti masih saja menyukai jus aneh itu.
0
Kutip
Balas