- Beranda
- Stories from the Heart
TOMATO STRAWBERRY
...
TS
men.in.back
TOMATO STRAWBERRY
Jika aku bukanlah aku apakah kau masih mencintaiku
Spoiler for image:
Quote:
sebuah kisah cinta sederhana sepasang kekasih
Genre : romantic fantasi
Penulis : Gilang
Genre : romantic fantasi
Penulis : Gilang
Quote:
CHAPTER 1
Dimensi PART 1
Hari ini sopir angkot itu merasa kesal dengan celotehan istrinya, ia terus saja mengeluarkan kata-kata kasar hampir di setiap ucapannya, istrinya marah besar karena uang belanjanya makin hari makin berkurang, ia menyuruh suaminya untuk lebih giat dalam bekerja, dan menyuruhnya untuk mencari pekerjaan lain yang lebih baik, ia berpikir memang ada benarnya juga karena mulai sepi penumpang semenjak ada angkutan umum lainnya,
“nasib-nasib”, katanya mengeluh.
Tiba-tiba ia melihat keramaian di terminal angkot yang akan ia tuju, seorang pria menghampirinya, membentangkan tangannya memberhentikannya yang sedang melaju santai
“tolong pak, emergensi!” pekiknya,
“ada apa pak?”, tanya si sopir penasaran,
“ada anak SMP tertabrak truck”, tambah bapak itu,
si sopir memang sedang kesal, tapi ia sebenarnya orang yang baik hati, disamping itu ia memiliki anak yang seumuran korban, dan ia memutuskan untuk membantunya, membawa ke rumah sakit terdekat. Ia langsung memarkirkan mobilnya di sebelah kerumunan orang yang membantu bocah malang tersebut.
“bapak-bapak, Ibu-Ibu, tolong bantu naikan saja ke angkot saya”, pintanya tulus. Semua orang yang berada disitu langsung membantu si korban, mengangkatnya ke angkot,
“siapa yang mau ikut menemani?”, tanyanya global. Kerumunan orang-oarang itu saling pandang.. lalu anak SMP wanita dengan seragam yang sama dengan korban datang menerobos diantara kerumunan,
“saya, saya, biar saya pak”, tanpa basa basi ia menghambur masuk ke dalam angkot,
“ayo pak, tolong pak.. kita harus cepat demi keselamatannya!”. Si sopir langsung menancap gasnya, tanpa lihat kanan kiri.
“sabar ya Za kamu pasti selamat”, ujar gadis itu sambil terus menangis.
Si sopir akhirnya menghentikan mobilnya di depan UGD rumah sakit terdekat, si korban langsung di bawa oleh tim medis yang memang sigap untuk situasi seperti ini, gadis cantik itu berlari mengkikuti korban bersama si sopir sampai ia dihentikan oleh petugas rumah sakit, karena batas wilayah penjenguk atau pembantu korban hanya sampai di situ. Mereka berdua menunggu di tempat yang telah di sediakan, lalu gadis itu menghubungi wali kelas korban agar segera menghubungi orang tua korban.
“sepertinya adik temannya?”, tanya si supir angkot
“ya pak, dia teman baik saya”, jawab si gadis sambil terus memegang buku matematika yang ia pinjam dari si korban. Murung.
“baiklah, kalau begitu, saya pulang dulu ya dik, karena saya harus kembali bekerja”, ucapnya, pamit.
“tolong terima ini pak”, gadis itu memasukan uang lima ratus ribu rupiah ke kantong kemeja si sopir angkot,
“maaf pak saya memaksa, dan tidak menerima penolakan, jadi mohon bapak terima!”, tambahnya memaksa.
Si supir sangat berterimakasih, ia tidak menyangka perbuatan baiknya berbuah manis.
“oia pak, saya boleh minta nomor telepon bapak?”, tanya gadis itu,
“ada dik, tapi untuk apa ya?”, jawabnya sambil merogoh kantong celananya, untuk mengambil ponsel bututnya dan mereka saling bertukaran nomor.
“baik nanti saya akan hubungi bapak, tolong simpan, saya Sherly”, ujar si gadis,
“baik dik, saya Karto”, tapi untuk apa ya dik?, tanyanya semakin penasaran,
“ayah saya sedang membutuhkan sopir pribadi, bapak akan saya rekomendasikan”,
pucuk di cinta bulanpun tiba, sudah jatuh tertimpa mas murni teriaknya dalam hati. Ia sangat bersyukur sudah di beri uang, ia juga akan segera memiliki perkerjaan yang lebih layak seperti yang istrinya selalu inginkan, semua itu berkat keikhlasannya membantu orang lain.
**
Sulit untuk tidak membuka mata karena sinar terang memaksa menembus kelopak mata bocah malang itu, mau tak mau ia membuka matanya perlahan menghalau sinar yang begitu terang dengan sebelah tangannya, ia mencoba duduk dengan lengan kanannya sementara yang kiri tetap menghalau sinar yang menyilaukan pandangannya, pandangannya berkeliling, hanya padang rumput hijau dengan satu pohon besar sejauh apapun ia memandang yang ia lihat adalah rerumputan hijau setinggi mata kakinya. Ia terkejut melihat sesosok tubuh di sampingnya entah dari mana asalnya
Dimensi PART 1
Hari ini sopir angkot itu merasa kesal dengan celotehan istrinya, ia terus saja mengeluarkan kata-kata kasar hampir di setiap ucapannya, istrinya marah besar karena uang belanjanya makin hari makin berkurang, ia menyuruh suaminya untuk lebih giat dalam bekerja, dan menyuruhnya untuk mencari pekerjaan lain yang lebih baik, ia berpikir memang ada benarnya juga karena mulai sepi penumpang semenjak ada angkutan umum lainnya,
“nasib-nasib”, katanya mengeluh.
Tiba-tiba ia melihat keramaian di terminal angkot yang akan ia tuju, seorang pria menghampirinya, membentangkan tangannya memberhentikannya yang sedang melaju santai
“tolong pak, emergensi!” pekiknya,
“ada apa pak?”, tanya si sopir penasaran,
“ada anak SMP tertabrak truck”, tambah bapak itu,
si sopir memang sedang kesal, tapi ia sebenarnya orang yang baik hati, disamping itu ia memiliki anak yang seumuran korban, dan ia memutuskan untuk membantunya, membawa ke rumah sakit terdekat. Ia langsung memarkirkan mobilnya di sebelah kerumunan orang yang membantu bocah malang tersebut.
“bapak-bapak, Ibu-Ibu, tolong bantu naikan saja ke angkot saya”, pintanya tulus. Semua orang yang berada disitu langsung membantu si korban, mengangkatnya ke angkot,
“siapa yang mau ikut menemani?”, tanyanya global. Kerumunan orang-oarang itu saling pandang.. lalu anak SMP wanita dengan seragam yang sama dengan korban datang menerobos diantara kerumunan,
“saya, saya, biar saya pak”, tanpa basa basi ia menghambur masuk ke dalam angkot,
“ayo pak, tolong pak.. kita harus cepat demi keselamatannya!”. Si sopir langsung menancap gasnya, tanpa lihat kanan kiri.
“sabar ya Za kamu pasti selamat”, ujar gadis itu sambil terus menangis.
Si sopir akhirnya menghentikan mobilnya di depan UGD rumah sakit terdekat, si korban langsung di bawa oleh tim medis yang memang sigap untuk situasi seperti ini, gadis cantik itu berlari mengkikuti korban bersama si sopir sampai ia dihentikan oleh petugas rumah sakit, karena batas wilayah penjenguk atau pembantu korban hanya sampai di situ. Mereka berdua menunggu di tempat yang telah di sediakan, lalu gadis itu menghubungi wali kelas korban agar segera menghubungi orang tua korban.
“sepertinya adik temannya?”, tanya si supir angkot
“ya pak, dia teman baik saya”, jawab si gadis sambil terus memegang buku matematika yang ia pinjam dari si korban. Murung.
“baiklah, kalau begitu, saya pulang dulu ya dik, karena saya harus kembali bekerja”, ucapnya, pamit.
“tolong terima ini pak”, gadis itu memasukan uang lima ratus ribu rupiah ke kantong kemeja si sopir angkot,
“maaf pak saya memaksa, dan tidak menerima penolakan, jadi mohon bapak terima!”, tambahnya memaksa.
Si supir sangat berterimakasih, ia tidak menyangka perbuatan baiknya berbuah manis.
“oia pak, saya boleh minta nomor telepon bapak?”, tanya gadis itu,
“ada dik, tapi untuk apa ya?”, jawabnya sambil merogoh kantong celananya, untuk mengambil ponsel bututnya dan mereka saling bertukaran nomor.
“baik nanti saya akan hubungi bapak, tolong simpan, saya Sherly”, ujar si gadis,
“baik dik, saya Karto”, tapi untuk apa ya dik?, tanyanya semakin penasaran,
“ayah saya sedang membutuhkan sopir pribadi, bapak akan saya rekomendasikan”,
pucuk di cinta bulanpun tiba, sudah jatuh tertimpa mas murni teriaknya dalam hati. Ia sangat bersyukur sudah di beri uang, ia juga akan segera memiliki perkerjaan yang lebih layak seperti yang istrinya selalu inginkan, semua itu berkat keikhlasannya membantu orang lain.
**
Sulit untuk tidak membuka mata karena sinar terang memaksa menembus kelopak mata bocah malang itu, mau tak mau ia membuka matanya perlahan menghalau sinar yang begitu terang dengan sebelah tangannya, ia mencoba duduk dengan lengan kanannya sementara yang kiri tetap menghalau sinar yang menyilaukan pandangannya, pandangannya berkeliling, hanya padang rumput hijau dengan satu pohon besar sejauh apapun ia memandang yang ia lihat adalah rerumputan hijau setinggi mata kakinya. Ia terkejut melihat sesosok tubuh di sampingnya entah dari mana asalnya
Spoiler for INDEX:
INDEX
CHAPTER 1 DIMENSI PART 1
CHAPTER 2 DIMENSI PART 2
CHAPTER 3 DIMENSI PART 3 DAN SHERLY
CHAPTER 4 PENGACAU
CHAPTER 5 IBU
CHAPTER 6 MERRY
CHAPTER 7 PERTEMUAN PERTAMA
CHAPTER 8 SHERLY DEWASA
CHAPTER 9 CEMBURU
CHAPTER 10 TUNANGAN
CHAPTER 11 SHERLY MULAI...
CHAPTER 12 ALAM BAWAH SADAR
CHAPTER 13 INGGRIT
CHAPTER 14 INGGRIT PART 2
CHAPTER 15 SUARA MERDU
CHAPTER 16 TRAGIS MELANDA
CHAPTER 17 JATI DIRI SEBENARNYA
CHAPTER 18 LUNA
CHAPTER 19 SHERLY MENGHILANG
CHAPTER 20 KERINDUAN
CHAPTER 21 ANTON SEBENARNYA
CHAPTER 22 SHERLY MENGETAHUI
CHAPTER 23 GRAND OPENING
CHAPTER 24 MERIAH MENCEKAM
END!
CHAPTER 1 DIMENSI PART 1
CHAPTER 2 DIMENSI PART 2
CHAPTER 3 DIMENSI PART 3 DAN SHERLY
CHAPTER 4 PENGACAU
CHAPTER 5 IBU
CHAPTER 6 MERRY
CHAPTER 7 PERTEMUAN PERTAMA
CHAPTER 8 SHERLY DEWASA
CHAPTER 9 CEMBURU
CHAPTER 10 TUNANGAN
CHAPTER 11 SHERLY MULAI...
CHAPTER 12 ALAM BAWAH SADAR
CHAPTER 13 INGGRIT
CHAPTER 14 INGGRIT PART 2
CHAPTER 15 SUARA MERDU
CHAPTER 16 TRAGIS MELANDA
CHAPTER 17 JATI DIRI SEBENARNYA
CHAPTER 18 LUNA
CHAPTER 19 SHERLY MENGHILANG
CHAPTER 20 KERINDUAN
CHAPTER 21 ANTON SEBENARNYA
CHAPTER 22 SHERLY MENGETAHUI
CHAPTER 23 GRAND OPENING
CHAPTER 24 MERIAH MENCEKAM
END!
Diubah oleh men.in.back 02-01-2016 19:23
anasabila memberi reputasi
2
75.9K
Kutip
147
Balasan
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.8KAnggota
Tampilkan semua post
TS
men.in.back
#20
Quote:
CHAPTER 6
Merry
Riza, mulai mempelajari sedikit demi sedikit bisnis yang di jalani Anton, ia membuka laptop di temani segelas kopi hitam, entah sejak kapan ia menyukai kopi hitam. Di tubuh Anton ia merasa menjadi dewasa dengan cepat, apa mungkin karena pengaruh tubuh Anton, Riza menjadi seperti ini, seperti ada yang menuntunnya untuk menjelaskan semua pekerjaannya.
“ini lebih mudah dari yang ku perkirakan,” gumamnya.
Anton sendiri hanya menyerahkan pekerjaannya pada asistennya Merry, gadis pintar yang memiliki otak brilian dan selalu mempunyai gagasan bagus untuk membangun bisnis Anton.
TING TONG!
Bel apartemen mengagetkan Riza, ia hampir menjatuhkan gelas kopinya. Ia segera membuka pintu apartemen.
Merry berdiri di depannya dengan wajah datar, ia lebih cantik dan menarik di bandingkan di foto.
“selamat malam pak,” katanya menyapa. Riza hanya terpesona dengan kecantikan asistennya terbengong-bengong. Merry mengerutkan kening,
“apa sedang ada wanita di dalam?”, tanyanya frontal
“ah.. Eh.. Wa.. Wanita? Maksudmu? Ti.. Tidak aku hanya sendirian.” Jawab Riza gugup, salah tingkah
“apa bapak tidak mempersilahkanku masuk?”, tanyanya lagi, mulai aneh dengan tingkah bosnya.
“oh i.. Iya, iya, masuklah silakan” Riza memaksa tersenyum tapi yang keluar di wajahnya adalah senyum mengerikan.
Bagaimana tidak, Merry tidak seperti yang Riza bayangkan dewasa dan kolot, ternyata tampilan Merry jauh dari dugaannya, ia muda, cantik dan modis. wajahnya imut-imut, rambut pirang di ikat tinggi, memakai kaca mata putih besar, bibir dan hidung sama mungilnya, kulitnya putih terawat, perawakan sedang berisi, ia memakai kemeja putih lengan panjang yang di gelung lengannya dan celana pendek kain berwarna krem, serba ketat sehingga terlihat lekuk tubuhnya.
Begitu masuk ia langsung menuju dapur, Riza hanya berpura-pura menatap laptopnya, sepertinya Merry sudah biasa ke apartemen ini, ia membuka lemari pendingin, mengambil es, lalu menuangkan segelas penuh v*dka, lalu kembali ke sofa dengan Riza dan membakar Rokok mentolnya, seperti di rumahnya sendiri. Riza hanya mencuri pandangannya untuk melirik Merry.
“Ini sponsor tunggal AA bar untuk bulan depan,” ujarnya sambil memberikan proposal dari merek Rokok ternama.
“dan ini event organizer yang mengajak kerja sama untuk enam bulan ke depan, mereka banyak mendatangkan DJ dari mancanegara,”
Riza terdiam, ia mengambil proposal itu, dan membacanya. Seolah-olah ia mengerti, ia baru mempelajari sedikit apa itu proposal pengajuan, apa fungsinya, dan juga apa yang harus ia lakukan dengan proposal itu.
“kau sepertinya bingung pak, terlihat di raut wajahmu.” Kata Merry tersenyum geli, melihat bosnya memasang wajah sulit.
“kau hanya perlu bilang setuju atau tidak? Apa itu sulit?”.
Riza keringat dingin, ia tidak bisa menyembunyikan wajah polosnya itu, dan belum bisa melakukan apa-apa.
“aku menyetujuinya,” jawabnya asal-asalan. Merry hanya tersenyum geli, memegangi keningnya dengan sebelah tangan.
Lalu ia mendekati Riza berjalan ke belakang sofanya dan melingkarkan tangannya di leher Riza. Kemudian ia berbisik,
“apa kau merindukan tubuhku? Sehingga kau kehilangan pikiranmu?”
Riza tercengang, ia benar-benar tak mengerti maksud tubuhnya dan mengapa Merry memeluknya.
“malam ini aku sedang bosan, hanya kau yang tahu bagaimana menghilangkan kebosanan ini,” bisiknya lagi, sambil meniup lembut telinga Riza.
Bulu kuduk Riza merinding di buatnya, dan jantungnya berdegup kencang. Dengan sekuat tenaganya ia beranjak berdiri melepaskan pelukan Merry, Merry membelalakkan mata, ia terkejut dengan yang Riza lakukan.
“maaf aku sedang banyak masalah, bisakah kau pergi sekarang!” ucapnya pelan, memalingkan wajah. Merry sangat ketakutan, dengan cepat ia pergi.
“maaf pak, saya segera pergi, permisi.”
Kemudian Merry pergi dengan wajah merah padam. Ia benar-benar terkejut dengan sikap bosnya, hampir setiap kunjungannya ia selalu bermesraan dengan bosnya itu, baru kali ini ia melihat bosnya begitu jijik melihatnya.
Ia menangis Ia menangis tersedu di mobilnya, lalu pergi dengan kehampaan.
Riza merasa bersalah atas kejadian ini, tapi ia tidak menginginkan hal itu terjadi, ia tidak tahu harus bagaimana lagi, itu terjadi dengan sendirinya, iya mengacak-acak rambutnya, kemudian ia berpikir apa mungkin Merry adalah kekasih Anton. Riza membuka folder foto bertuliskan Merry, di laptopnya.
Riza tercengang menutup mulutnya.
Foto-foto mesra mereka berdua, dan foto Merry tanpa busana, Riza langsung menutup foldernya, ia tak sanggup untuk melihat ia baru berumur empat belas tahun, ia rasa tak pantas, beragam nama karyawati tertera di sana dengan foto-foto mesumnya. Anton seorang maniak. Riza hanya jijik ia berada di tubuh Anton.
Ia tak mau memikirkan hal gila itu, ia akhirnya berkutat lagi dengan laptopnya, mulai mempelajari bisnis Anton. ia memiliki beberapa kafe dan bar serta bisnis kuliner lainnya di beberapa daerah di Bandung, semua bisnisnya terkenal dan selalu ramai pengunjung, dalam sebulan ia bisa menraup keuntungan dengan angka yang sangat fantastis, lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhannya. Ia memiliki vila di puncak, Bali, dan investasi tanah di berbagai kota.
“aku orang yang kaya raya, seandainya saat ini ibu bersamaku...” gumamnya murung
Merry
Riza, mulai mempelajari sedikit demi sedikit bisnis yang di jalani Anton, ia membuka laptop di temani segelas kopi hitam, entah sejak kapan ia menyukai kopi hitam. Di tubuh Anton ia merasa menjadi dewasa dengan cepat, apa mungkin karena pengaruh tubuh Anton, Riza menjadi seperti ini, seperti ada yang menuntunnya untuk menjelaskan semua pekerjaannya.
“ini lebih mudah dari yang ku perkirakan,” gumamnya.
Anton sendiri hanya menyerahkan pekerjaannya pada asistennya Merry, gadis pintar yang memiliki otak brilian dan selalu mempunyai gagasan bagus untuk membangun bisnis Anton.
TING TONG!
Bel apartemen mengagetkan Riza, ia hampir menjatuhkan gelas kopinya. Ia segera membuka pintu apartemen.
Merry berdiri di depannya dengan wajah datar, ia lebih cantik dan menarik di bandingkan di foto.
“selamat malam pak,” katanya menyapa. Riza hanya terpesona dengan kecantikan asistennya terbengong-bengong. Merry mengerutkan kening,
“apa sedang ada wanita di dalam?”, tanyanya frontal
“ah.. Eh.. Wa.. Wanita? Maksudmu? Ti.. Tidak aku hanya sendirian.” Jawab Riza gugup, salah tingkah
“apa bapak tidak mempersilahkanku masuk?”, tanyanya lagi, mulai aneh dengan tingkah bosnya.
“oh i.. Iya, iya, masuklah silakan” Riza memaksa tersenyum tapi yang keluar di wajahnya adalah senyum mengerikan.
Bagaimana tidak, Merry tidak seperti yang Riza bayangkan dewasa dan kolot, ternyata tampilan Merry jauh dari dugaannya, ia muda, cantik dan modis. wajahnya imut-imut, rambut pirang di ikat tinggi, memakai kaca mata putih besar, bibir dan hidung sama mungilnya, kulitnya putih terawat, perawakan sedang berisi, ia memakai kemeja putih lengan panjang yang di gelung lengannya dan celana pendek kain berwarna krem, serba ketat sehingga terlihat lekuk tubuhnya.
Begitu masuk ia langsung menuju dapur, Riza hanya berpura-pura menatap laptopnya, sepertinya Merry sudah biasa ke apartemen ini, ia membuka lemari pendingin, mengambil es, lalu menuangkan segelas penuh v*dka, lalu kembali ke sofa dengan Riza dan membakar Rokok mentolnya, seperti di rumahnya sendiri. Riza hanya mencuri pandangannya untuk melirik Merry.
“Ini sponsor tunggal AA bar untuk bulan depan,” ujarnya sambil memberikan proposal dari merek Rokok ternama.
“dan ini event organizer yang mengajak kerja sama untuk enam bulan ke depan, mereka banyak mendatangkan DJ dari mancanegara,”
Riza terdiam, ia mengambil proposal itu, dan membacanya. Seolah-olah ia mengerti, ia baru mempelajari sedikit apa itu proposal pengajuan, apa fungsinya, dan juga apa yang harus ia lakukan dengan proposal itu.
“kau sepertinya bingung pak, terlihat di raut wajahmu.” Kata Merry tersenyum geli, melihat bosnya memasang wajah sulit.
“kau hanya perlu bilang setuju atau tidak? Apa itu sulit?”.
Riza keringat dingin, ia tidak bisa menyembunyikan wajah polosnya itu, dan belum bisa melakukan apa-apa.
“aku menyetujuinya,” jawabnya asal-asalan. Merry hanya tersenyum geli, memegangi keningnya dengan sebelah tangan.
Lalu ia mendekati Riza berjalan ke belakang sofanya dan melingkarkan tangannya di leher Riza. Kemudian ia berbisik,
“apa kau merindukan tubuhku? Sehingga kau kehilangan pikiranmu?”
Riza tercengang, ia benar-benar tak mengerti maksud tubuhnya dan mengapa Merry memeluknya.
“malam ini aku sedang bosan, hanya kau yang tahu bagaimana menghilangkan kebosanan ini,” bisiknya lagi, sambil meniup lembut telinga Riza.
Bulu kuduk Riza merinding di buatnya, dan jantungnya berdegup kencang. Dengan sekuat tenaganya ia beranjak berdiri melepaskan pelukan Merry, Merry membelalakkan mata, ia terkejut dengan yang Riza lakukan.
“maaf aku sedang banyak masalah, bisakah kau pergi sekarang!” ucapnya pelan, memalingkan wajah. Merry sangat ketakutan, dengan cepat ia pergi.
“maaf pak, saya segera pergi, permisi.”
Kemudian Merry pergi dengan wajah merah padam. Ia benar-benar terkejut dengan sikap bosnya, hampir setiap kunjungannya ia selalu bermesraan dengan bosnya itu, baru kali ini ia melihat bosnya begitu jijik melihatnya.
Ia menangis Ia menangis tersedu di mobilnya, lalu pergi dengan kehampaan.
Riza merasa bersalah atas kejadian ini, tapi ia tidak menginginkan hal itu terjadi, ia tidak tahu harus bagaimana lagi, itu terjadi dengan sendirinya, iya mengacak-acak rambutnya, kemudian ia berpikir apa mungkin Merry adalah kekasih Anton. Riza membuka folder foto bertuliskan Merry, di laptopnya.
Riza tercengang menutup mulutnya.
Foto-foto mesra mereka berdua, dan foto Merry tanpa busana, Riza langsung menutup foldernya, ia tak sanggup untuk melihat ia baru berumur empat belas tahun, ia rasa tak pantas, beragam nama karyawati tertera di sana dengan foto-foto mesumnya. Anton seorang maniak. Riza hanya jijik ia berada di tubuh Anton.
Ia tak mau memikirkan hal gila itu, ia akhirnya berkutat lagi dengan laptopnya, mulai mempelajari bisnis Anton. ia memiliki beberapa kafe dan bar serta bisnis kuliner lainnya di beberapa daerah di Bandung, semua bisnisnya terkenal dan selalu ramai pengunjung, dalam sebulan ia bisa menraup keuntungan dengan angka yang sangat fantastis, lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhannya. Ia memiliki vila di puncak, Bali, dan investasi tanah di berbagai kota.
“aku orang yang kaya raya, seandainya saat ini ibu bersamaku...” gumamnya murung
Diubah oleh men.in.back 30-12-2015 21:44
vchiekun memberi reputasi
1
Kutip
Balas