- Beranda
- Stories from the Heart
TOMATO STRAWBERRY
...
TS
men.in.back
TOMATO STRAWBERRY
Jika aku bukanlah aku apakah kau masih mencintaiku
Spoiler for image:
Quote:
sebuah kisah cinta sederhana sepasang kekasih
Genre : romantic fantasi
Penulis : Gilang
Genre : romantic fantasi
Penulis : Gilang
Quote:
CHAPTER 1
Dimensi PART 1
Hari ini sopir angkot itu merasa kesal dengan celotehan istrinya, ia terus saja mengeluarkan kata-kata kasar hampir di setiap ucapannya, istrinya marah besar karena uang belanjanya makin hari makin berkurang, ia menyuruh suaminya untuk lebih giat dalam bekerja, dan menyuruhnya untuk mencari pekerjaan lain yang lebih baik, ia berpikir memang ada benarnya juga karena mulai sepi penumpang semenjak ada angkutan umum lainnya,
“nasib-nasib”, katanya mengeluh.
Tiba-tiba ia melihat keramaian di terminal angkot yang akan ia tuju, seorang pria menghampirinya, membentangkan tangannya memberhentikannya yang sedang melaju santai
“tolong pak, emergensi!” pekiknya,
“ada apa pak?”, tanya si sopir penasaran,
“ada anak SMP tertabrak truck”, tambah bapak itu,
si sopir memang sedang kesal, tapi ia sebenarnya orang yang baik hati, disamping itu ia memiliki anak yang seumuran korban, dan ia memutuskan untuk membantunya, membawa ke rumah sakit terdekat. Ia langsung memarkirkan mobilnya di sebelah kerumunan orang yang membantu bocah malang tersebut.
“bapak-bapak, Ibu-Ibu, tolong bantu naikan saja ke angkot saya”, pintanya tulus. Semua orang yang berada disitu langsung membantu si korban, mengangkatnya ke angkot,
“siapa yang mau ikut menemani?”, tanyanya global. Kerumunan orang-oarang itu saling pandang.. lalu anak SMP wanita dengan seragam yang sama dengan korban datang menerobos diantara kerumunan,
“saya, saya, biar saya pak”, tanpa basa basi ia menghambur masuk ke dalam angkot,
“ayo pak, tolong pak.. kita harus cepat demi keselamatannya!”. Si sopir langsung menancap gasnya, tanpa lihat kanan kiri.
“sabar ya Za kamu pasti selamat”, ujar gadis itu sambil terus menangis.
Si sopir akhirnya menghentikan mobilnya di depan UGD rumah sakit terdekat, si korban langsung di bawa oleh tim medis yang memang sigap untuk situasi seperti ini, gadis cantik itu berlari mengkikuti korban bersama si sopir sampai ia dihentikan oleh petugas rumah sakit, karena batas wilayah penjenguk atau pembantu korban hanya sampai di situ. Mereka berdua menunggu di tempat yang telah di sediakan, lalu gadis itu menghubungi wali kelas korban agar segera menghubungi orang tua korban.
“sepertinya adik temannya?”, tanya si supir angkot
“ya pak, dia teman baik saya”, jawab si gadis sambil terus memegang buku matematika yang ia pinjam dari si korban. Murung.
“baiklah, kalau begitu, saya pulang dulu ya dik, karena saya harus kembali bekerja”, ucapnya, pamit.
“tolong terima ini pak”, gadis itu memasukan uang lima ratus ribu rupiah ke kantong kemeja si sopir angkot,
“maaf pak saya memaksa, dan tidak menerima penolakan, jadi mohon bapak terima!”, tambahnya memaksa.
Si supir sangat berterimakasih, ia tidak menyangka perbuatan baiknya berbuah manis.
“oia pak, saya boleh minta nomor telepon bapak?”, tanya gadis itu,
“ada dik, tapi untuk apa ya?”, jawabnya sambil merogoh kantong celananya, untuk mengambil ponsel bututnya dan mereka saling bertukaran nomor.
“baik nanti saya akan hubungi bapak, tolong simpan, saya Sherly”, ujar si gadis,
“baik dik, saya Karto”, tapi untuk apa ya dik?, tanyanya semakin penasaran,
“ayah saya sedang membutuhkan sopir pribadi, bapak akan saya rekomendasikan”,
pucuk di cinta bulanpun tiba, sudah jatuh tertimpa mas murni teriaknya dalam hati. Ia sangat bersyukur sudah di beri uang, ia juga akan segera memiliki perkerjaan yang lebih layak seperti yang istrinya selalu inginkan, semua itu berkat keikhlasannya membantu orang lain.
**
Sulit untuk tidak membuka mata karena sinar terang memaksa menembus kelopak mata bocah malang itu, mau tak mau ia membuka matanya perlahan menghalau sinar yang begitu terang dengan sebelah tangannya, ia mencoba duduk dengan lengan kanannya sementara yang kiri tetap menghalau sinar yang menyilaukan pandangannya, pandangannya berkeliling, hanya padang rumput hijau dengan satu pohon besar sejauh apapun ia memandang yang ia lihat adalah rerumputan hijau setinggi mata kakinya. Ia terkejut melihat sesosok tubuh di sampingnya entah dari mana asalnya
Dimensi PART 1
Hari ini sopir angkot itu merasa kesal dengan celotehan istrinya, ia terus saja mengeluarkan kata-kata kasar hampir di setiap ucapannya, istrinya marah besar karena uang belanjanya makin hari makin berkurang, ia menyuruh suaminya untuk lebih giat dalam bekerja, dan menyuruhnya untuk mencari pekerjaan lain yang lebih baik, ia berpikir memang ada benarnya juga karena mulai sepi penumpang semenjak ada angkutan umum lainnya,
“nasib-nasib”, katanya mengeluh.
Tiba-tiba ia melihat keramaian di terminal angkot yang akan ia tuju, seorang pria menghampirinya, membentangkan tangannya memberhentikannya yang sedang melaju santai
“tolong pak, emergensi!” pekiknya,
“ada apa pak?”, tanya si sopir penasaran,
“ada anak SMP tertabrak truck”, tambah bapak itu,
si sopir memang sedang kesal, tapi ia sebenarnya orang yang baik hati, disamping itu ia memiliki anak yang seumuran korban, dan ia memutuskan untuk membantunya, membawa ke rumah sakit terdekat. Ia langsung memarkirkan mobilnya di sebelah kerumunan orang yang membantu bocah malang tersebut.
“bapak-bapak, Ibu-Ibu, tolong bantu naikan saja ke angkot saya”, pintanya tulus. Semua orang yang berada disitu langsung membantu si korban, mengangkatnya ke angkot,
“siapa yang mau ikut menemani?”, tanyanya global. Kerumunan orang-oarang itu saling pandang.. lalu anak SMP wanita dengan seragam yang sama dengan korban datang menerobos diantara kerumunan,
“saya, saya, biar saya pak”, tanpa basa basi ia menghambur masuk ke dalam angkot,
“ayo pak, tolong pak.. kita harus cepat demi keselamatannya!”. Si sopir langsung menancap gasnya, tanpa lihat kanan kiri.
“sabar ya Za kamu pasti selamat”, ujar gadis itu sambil terus menangis.
Si sopir akhirnya menghentikan mobilnya di depan UGD rumah sakit terdekat, si korban langsung di bawa oleh tim medis yang memang sigap untuk situasi seperti ini, gadis cantik itu berlari mengkikuti korban bersama si sopir sampai ia dihentikan oleh petugas rumah sakit, karena batas wilayah penjenguk atau pembantu korban hanya sampai di situ. Mereka berdua menunggu di tempat yang telah di sediakan, lalu gadis itu menghubungi wali kelas korban agar segera menghubungi orang tua korban.
“sepertinya adik temannya?”, tanya si supir angkot
“ya pak, dia teman baik saya”, jawab si gadis sambil terus memegang buku matematika yang ia pinjam dari si korban. Murung.
“baiklah, kalau begitu, saya pulang dulu ya dik, karena saya harus kembali bekerja”, ucapnya, pamit.
“tolong terima ini pak”, gadis itu memasukan uang lima ratus ribu rupiah ke kantong kemeja si sopir angkot,
“maaf pak saya memaksa, dan tidak menerima penolakan, jadi mohon bapak terima!”, tambahnya memaksa.
Si supir sangat berterimakasih, ia tidak menyangka perbuatan baiknya berbuah manis.
“oia pak, saya boleh minta nomor telepon bapak?”, tanya gadis itu,
“ada dik, tapi untuk apa ya?”, jawabnya sambil merogoh kantong celananya, untuk mengambil ponsel bututnya dan mereka saling bertukaran nomor.
“baik nanti saya akan hubungi bapak, tolong simpan, saya Sherly”, ujar si gadis,
“baik dik, saya Karto”, tapi untuk apa ya dik?, tanyanya semakin penasaran,
“ayah saya sedang membutuhkan sopir pribadi, bapak akan saya rekomendasikan”,
pucuk di cinta bulanpun tiba, sudah jatuh tertimpa mas murni teriaknya dalam hati. Ia sangat bersyukur sudah di beri uang, ia juga akan segera memiliki perkerjaan yang lebih layak seperti yang istrinya selalu inginkan, semua itu berkat keikhlasannya membantu orang lain.
**
Sulit untuk tidak membuka mata karena sinar terang memaksa menembus kelopak mata bocah malang itu, mau tak mau ia membuka matanya perlahan menghalau sinar yang begitu terang dengan sebelah tangannya, ia mencoba duduk dengan lengan kanannya sementara yang kiri tetap menghalau sinar yang menyilaukan pandangannya, pandangannya berkeliling, hanya padang rumput hijau dengan satu pohon besar sejauh apapun ia memandang yang ia lihat adalah rerumputan hijau setinggi mata kakinya. Ia terkejut melihat sesosok tubuh di sampingnya entah dari mana asalnya
Spoiler for INDEX:
INDEX
CHAPTER 1 DIMENSI PART 1
CHAPTER 2 DIMENSI PART 2
CHAPTER 3 DIMENSI PART 3 DAN SHERLY
CHAPTER 4 PENGACAU
CHAPTER 5 IBU
CHAPTER 6 MERRY
CHAPTER 7 PERTEMUAN PERTAMA
CHAPTER 8 SHERLY DEWASA
CHAPTER 9 CEMBURU
CHAPTER 10 TUNANGAN
CHAPTER 11 SHERLY MULAI...
CHAPTER 12 ALAM BAWAH SADAR
CHAPTER 13 INGGRIT
CHAPTER 14 INGGRIT PART 2
CHAPTER 15 SUARA MERDU
CHAPTER 16 TRAGIS MELANDA
CHAPTER 17 JATI DIRI SEBENARNYA
CHAPTER 18 LUNA
CHAPTER 19 SHERLY MENGHILANG
CHAPTER 20 KERINDUAN
CHAPTER 21 ANTON SEBENARNYA
CHAPTER 22 SHERLY MENGETAHUI
CHAPTER 23 GRAND OPENING
CHAPTER 24 MERIAH MENCEKAM
END!
CHAPTER 1 DIMENSI PART 1
CHAPTER 2 DIMENSI PART 2
CHAPTER 3 DIMENSI PART 3 DAN SHERLY
CHAPTER 4 PENGACAU
CHAPTER 5 IBU
CHAPTER 6 MERRY
CHAPTER 7 PERTEMUAN PERTAMA
CHAPTER 8 SHERLY DEWASA
CHAPTER 9 CEMBURU
CHAPTER 10 TUNANGAN
CHAPTER 11 SHERLY MULAI...
CHAPTER 12 ALAM BAWAH SADAR
CHAPTER 13 INGGRIT
CHAPTER 14 INGGRIT PART 2
CHAPTER 15 SUARA MERDU
CHAPTER 16 TRAGIS MELANDA
CHAPTER 17 JATI DIRI SEBENARNYA
CHAPTER 18 LUNA
CHAPTER 19 SHERLY MENGHILANG
CHAPTER 20 KERINDUAN
CHAPTER 21 ANTON SEBENARNYA
CHAPTER 22 SHERLY MENGETAHUI
CHAPTER 23 GRAND OPENING
CHAPTER 24 MERIAH MENCEKAM
END!
Diubah oleh men.in.back 02-01-2016 19:23
anasabila memberi reputasi
2
75.9K
Kutip
147
Balasan
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.8KAnggota
Tampilkan semua post
TS
men.in.back
#10
Quote:
CHAPTER 4
Pengacau
Rumah duka di penuhi sanak saudara dan para tetangga, mereka berdatangan tak habis-habisnya untuk mengucapkan bela sungkawa kepada ibunda Riza.
Harus menunggu sampai besok untuk menguburkan jasadnya Riza, ibunya terus menangis, dan beberapa kali pingsan, lalu bangun, menangis kemudian pingsan lagi, sangat mengharukan, keluarga besar Riza khawatir pada ibunya karena keadaannya begitu menyedihkan, Riza adalah anak tunggal yang ia besarkan sendiri, karena ia telah berpisah dengan suaminya, alasan kebanyakan perpisahan rumah tangga, ibunya Riza hanya penjual pakaian wanita di pasar tradisional, namun sangat baik hati, sering membantu orang lain, itulah mungkin yang membuat semua orang di sekitarnya berdatangan untuk mendoakan mendiang Riza dan menenangkan ibunda tercintanya.
Laki-laki paruh baya, mengawasi rumah Riza dari jarak yang tidak terlalu jauh, ia adalah ayah kandung Riza, ia enggan mendatangi rumah Riza karena rasa bersalahnya, ayahnya Riza adalah seorang pegawai swasta, sekaligus penipu saham, ia orang yang serakah dan banyak berhutang, banyak yang mencarinya, bahkan pernah ada orang yang sampai mau membunuhnya jika ia tidak melunasi hutangnya.
“apa yang sedang anda lakukan di si sini?”, tanya seorang pria dibelakangnya, ayah Riza menoleh terkejut. ia menyipitkan matanya, ia merasa tak mengenal pria itu,
“siapa kau? Apa maumu?”
Pria itu tertawa dan berkata, “kenapa kau seperti ketakutan, aku hanya bertanya”
Ayahnya Riza hanya melihatnya penuh curiga dan melindungi diri, kemudian pergi begitu saja, pria itu hanya memperhatikannya pergi, dan terus memandanginya.
Kau tak bisa di sebut ayah, dasar pengecut ucap Riza yang bertubuh Anton berkata dalam hatinya.
ia memandang ibunya yang berpandangan kosong beberapa meter darinya, Riza memberanikan diri mendatangi rumahnya, karena terlalu ramai yang datang maka tidak ada yang memperhatikannya. Kali ini ia sangat dekat dengan ibunya ia hanya berdiri di sudut lain berlawanan dengan ibunya, pandangannya masih kosong, dan mematung, tiba-tiba menjerit dan pingsan semua yang di dekatnya serta merta menggotongnya, Riza merasa mendapat kesempatan, ia membantu menggotong, dan memegangi kepala orang nomor satu di daftar orang yang paling ia sayangi, ia melihat wajah lelah ibunya, dan meneteskan air matanya di sela-sela bantuannya menggotong, mereka meletakan ibunya Riza di kamarnya, riza segera keluar ia khawatir tak bisa megendalikan diri. Ia pun segera pergi, karena tak sanggup melihat ibunya seperti itu
**
...
Hari itu bukan hari keberuntungan Riza, ia berada di belakang sekolah, selepas pulang sekolah bersama anak pemilik yayasan sekolah Deki dan kedua temannya,
“kau dengar ya kutu buku? Ini akibatnya, kalau berani macam-macam dengan kami”, pekiknya,
Riza berlumuran lumpur dan wajahnya lebam karena dipukuli Deki dan kedua temannya, BUK kali ini pukulan di arahkan ke perutnya, ia memejamkan matanya karena menahan sakit, Riza memang sering di buli ketiga orang ini, karena ia merupakan saingan berat untuk Deki mendapatkan Sherly,
“sudah ku katakan padamu, aku hanya berteman dengannya”, ucap Riza,
susah payah mengatakan karena menahan sakit di sekujur tubuhnya, “diam kau!!”, pekik Deki,
bersiap memukul..
“WOIIII.. STOP, STOP!!”, suara Sherly berteriak,
ia berlari mendekati kerumunan berandalan itu, ia berhambur memeluk Riza, memegangi tubuhnya yang hampir saja roboh,
“apa yang kalian lakukan, dasar berandalan tengik, pergi kalian semua!!”, tambahnya,
“kenapa kau membela si kutu buku ini? Dia bukan levelmu Sher!”, pekik Deki,
“jangan bicara omong kosong denganku, cepat pergi, atau kutelefon ayahku, untuk menutup sekolah ini, aku lebih baik di keluarkan dari sekolah ini dari pada harus satu sekolah dengan pengecut seperti kalian!!”, jawabnya menajam.
“PERGIIIII!!!”, teriaknya sampai mengeluarkan air mata karena terbawa emosi,
trio Deki akhirnya pergi, ayahnya Sherly termasuk daftar orang terkaya di indonesia, sehingga ia bisa berbuat apa saja jika ia mau. Sherly membantu Riza berdiri, tapi Riza segera menepisnya,
“aku tidak apa-apa”, ucapnya, “kau tak perlu melakukan itu untukku, aku bisa menghadapinya”, tambahnya bergetar menahan tangis,
ia hanya malu tak bisa berbuat apa-apa di hadapan Sherly, ia pergi begitu saja meninggalkan Sherly, Sherly membatu, diam seribu bahasa.
“Rizaaa!!!”, panggilnya, Riza mendengarnya, tapi bukan menoleh atau berhenti,
ia serta merta berlari sekuat tenaga, Sherly mengejarnya karena ia merasa Riza tak perlu sungkan terhadap bantuannya, dan tak perlu ia malu, karena Sherly tulus, karena ia menyayangi Riza, mereka saling mencintai namun saling menjaga persahabatan. Riza masih berlari melintasi terminal angkot yang ramai pedagang kaki lima dan lalu lalang kendaraan besar serta angkutan umum, ia menyebrang tanpa melihat kanan-kiri, entah apa yang dipikirkannya.
"BRAAAAAAAAAAAAKKKKKKKKKK!!!!!",
sebuah mobil truck pengangkut pasir melintas mementalkan tubuh Riza hinga sepuluh meter jauhnya, mobil truck kehilangan keseimbangan menabrak pembatas jalan sampai hancur berantakan, suasana kengerian terngiang di sepanjang jalan itu. semua orang berkerumun untuk melihat bocah malang tersebut, ia banyak mengeluarkan darah, dan terkulai seketika. Sherly berdiri kaku, ia merasakan tubuhnya bergetar, darahnya seperti berhenti, tatapannya kosong, ia tak merasakan lututnya dan terduduk dengan sendirinya, ia tak percaya dengan yang ia lihat..
“RIZAAAAA... RIZAAAAAAAAAAA!!!!!”, ia teriak histeris sambil memegangi buku matematika yang hendak ia kembalikan,
terduduk di hiruk pikuk terminal yang mencekam.
Pengacau
Rumah duka di penuhi sanak saudara dan para tetangga, mereka berdatangan tak habis-habisnya untuk mengucapkan bela sungkawa kepada ibunda Riza.
Harus menunggu sampai besok untuk menguburkan jasadnya Riza, ibunya terus menangis, dan beberapa kali pingsan, lalu bangun, menangis kemudian pingsan lagi, sangat mengharukan, keluarga besar Riza khawatir pada ibunya karena keadaannya begitu menyedihkan, Riza adalah anak tunggal yang ia besarkan sendiri, karena ia telah berpisah dengan suaminya, alasan kebanyakan perpisahan rumah tangga, ibunya Riza hanya penjual pakaian wanita di pasar tradisional, namun sangat baik hati, sering membantu orang lain, itulah mungkin yang membuat semua orang di sekitarnya berdatangan untuk mendoakan mendiang Riza dan menenangkan ibunda tercintanya.
Laki-laki paruh baya, mengawasi rumah Riza dari jarak yang tidak terlalu jauh, ia adalah ayah kandung Riza, ia enggan mendatangi rumah Riza karena rasa bersalahnya, ayahnya Riza adalah seorang pegawai swasta, sekaligus penipu saham, ia orang yang serakah dan banyak berhutang, banyak yang mencarinya, bahkan pernah ada orang yang sampai mau membunuhnya jika ia tidak melunasi hutangnya.
“apa yang sedang anda lakukan di si sini?”, tanya seorang pria dibelakangnya, ayah Riza menoleh terkejut. ia menyipitkan matanya, ia merasa tak mengenal pria itu,
“siapa kau? Apa maumu?”
Pria itu tertawa dan berkata, “kenapa kau seperti ketakutan, aku hanya bertanya”
Ayahnya Riza hanya melihatnya penuh curiga dan melindungi diri, kemudian pergi begitu saja, pria itu hanya memperhatikannya pergi, dan terus memandanginya.
Kau tak bisa di sebut ayah, dasar pengecut ucap Riza yang bertubuh Anton berkata dalam hatinya.
ia memandang ibunya yang berpandangan kosong beberapa meter darinya, Riza memberanikan diri mendatangi rumahnya, karena terlalu ramai yang datang maka tidak ada yang memperhatikannya. Kali ini ia sangat dekat dengan ibunya ia hanya berdiri di sudut lain berlawanan dengan ibunya, pandangannya masih kosong, dan mematung, tiba-tiba menjerit dan pingsan semua yang di dekatnya serta merta menggotongnya, Riza merasa mendapat kesempatan, ia membantu menggotong, dan memegangi kepala orang nomor satu di daftar orang yang paling ia sayangi, ia melihat wajah lelah ibunya, dan meneteskan air matanya di sela-sela bantuannya menggotong, mereka meletakan ibunya Riza di kamarnya, riza segera keluar ia khawatir tak bisa megendalikan diri. Ia pun segera pergi, karena tak sanggup melihat ibunya seperti itu
**
...
Hari itu bukan hari keberuntungan Riza, ia berada di belakang sekolah, selepas pulang sekolah bersama anak pemilik yayasan sekolah Deki dan kedua temannya,
“kau dengar ya kutu buku? Ini akibatnya, kalau berani macam-macam dengan kami”, pekiknya,
Riza berlumuran lumpur dan wajahnya lebam karena dipukuli Deki dan kedua temannya, BUK kali ini pukulan di arahkan ke perutnya, ia memejamkan matanya karena menahan sakit, Riza memang sering di buli ketiga orang ini, karena ia merupakan saingan berat untuk Deki mendapatkan Sherly,
“sudah ku katakan padamu, aku hanya berteman dengannya”, ucap Riza,
susah payah mengatakan karena menahan sakit di sekujur tubuhnya, “diam kau!!”, pekik Deki,
bersiap memukul..
“WOIIII.. STOP, STOP!!”, suara Sherly berteriak,
ia berlari mendekati kerumunan berandalan itu, ia berhambur memeluk Riza, memegangi tubuhnya yang hampir saja roboh,
“apa yang kalian lakukan, dasar berandalan tengik, pergi kalian semua!!”, tambahnya,
“kenapa kau membela si kutu buku ini? Dia bukan levelmu Sher!”, pekik Deki,
“jangan bicara omong kosong denganku, cepat pergi, atau kutelefon ayahku, untuk menutup sekolah ini, aku lebih baik di keluarkan dari sekolah ini dari pada harus satu sekolah dengan pengecut seperti kalian!!”, jawabnya menajam.
“PERGIIIII!!!”, teriaknya sampai mengeluarkan air mata karena terbawa emosi,
trio Deki akhirnya pergi, ayahnya Sherly termasuk daftar orang terkaya di indonesia, sehingga ia bisa berbuat apa saja jika ia mau. Sherly membantu Riza berdiri, tapi Riza segera menepisnya,
“aku tidak apa-apa”, ucapnya, “kau tak perlu melakukan itu untukku, aku bisa menghadapinya”, tambahnya bergetar menahan tangis,
ia hanya malu tak bisa berbuat apa-apa di hadapan Sherly, ia pergi begitu saja meninggalkan Sherly, Sherly membatu, diam seribu bahasa.
“Rizaaa!!!”, panggilnya, Riza mendengarnya, tapi bukan menoleh atau berhenti,
ia serta merta berlari sekuat tenaga, Sherly mengejarnya karena ia merasa Riza tak perlu sungkan terhadap bantuannya, dan tak perlu ia malu, karena Sherly tulus, karena ia menyayangi Riza, mereka saling mencintai namun saling menjaga persahabatan. Riza masih berlari melintasi terminal angkot yang ramai pedagang kaki lima dan lalu lalang kendaraan besar serta angkutan umum, ia menyebrang tanpa melihat kanan-kiri, entah apa yang dipikirkannya.
"BRAAAAAAAAAAAAKKKKKKKKKK!!!!!",
sebuah mobil truck pengangkut pasir melintas mementalkan tubuh Riza hinga sepuluh meter jauhnya, mobil truck kehilangan keseimbangan menabrak pembatas jalan sampai hancur berantakan, suasana kengerian terngiang di sepanjang jalan itu. semua orang berkerumun untuk melihat bocah malang tersebut, ia banyak mengeluarkan darah, dan terkulai seketika. Sherly berdiri kaku, ia merasakan tubuhnya bergetar, darahnya seperti berhenti, tatapannya kosong, ia tak merasakan lututnya dan terduduk dengan sendirinya, ia tak percaya dengan yang ia lihat..
“RIZAAAAA... RIZAAAAAAAAAAA!!!!!”, ia teriak histeris sambil memegangi buku matematika yang hendak ia kembalikan,
terduduk di hiruk pikuk terminal yang mencekam.
0
Kutip
Balas