Kaskus

Story

semutbulatAvatar border
TS
semutbulat
TOR DOLOK MALEA
TOR DOLOK MALEA

Permisi agan2...kali ini aku kembali berbagi kisah petualanganku dan seorang sahabatku, iya kami hanya berdua mendaki gunung yang sebenarnya bukan merupakan gunung yang lazim didaki orang, belum tentu dalam setahun, dua tahun bahkan 5 tahun ada orang yang mau mendakinya.

Perkenalkan nama aku Anto, asli Medan dan kini mengais rezeki di Kabupaten Mandailing Natal yang merupakan wilayah paling ujung dari Sumatera Utara.

Ok langsung aja ke ceritanya, cekicrottt...

Part I : Bukan Kaum Rebahan
Part II : Tertindih
Part III : Bisikan dan Tawa Makhluk Halus
Part IV : Kembali ke Tenda
Part V : Sarapan Sultan Mirip Sesajen
Part VI : Taman di Tengah Hutan
Part VII : Mencari Tempat Camp
Part VIII : Suara Itu Terdengar Kembali
Diubah oleh semutbulat 14-07-2021 11:44
dimaschevy62Avatar border
jondolsonAvatar border
Rohmatullah212Avatar border
Rohmatullah212 dan 15 lainnya memberi reputasi
16
4.3K
60
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread52KAnggota
Tampilkan semua post
semutbulatAvatar border
TS
semutbulat
#18
Part VIII : Suara Itu Terdengar Kembali

"Bang Anto" kata Raja yang bangun sambil duduk di dalam sleeping bagnya.

Kulihat mukanya sangat pucat dan gemetaran, seperti ingin mengatakan sesuatu.

"Apa Ja?" jawabku.

"Bang ayok kita pergi dari sini, kita jangan disini, ayok bang" katanya ketakutan dan berusaha menarikku.

Aku sudah paham apa yang menimpanya, akan tetapi aku sangat kelelahan, dan setelah kejadian semalam, aku memutuskan tidak akan berlari lagi.

"Bang aku dengar ada suara orang yang menyuruh kita agar jangan disini, ayok bang, cepat bang" katanya kembali sambil menahan isak.

Astaga, apalagi ini, mengapa kejadian kemarin terulang lagi. Aku mencoba memberanikan diri dan berusaha menenangkannya.

Akan tetapi dia tetap memaksa untuk keluar dan meninggalkan tempat ini.

Saat dia membuka tenda dan berjalan keluar dengan headlampnya sambil membawa daypack, tiba-tiba kami kembali mendengar suara tawa wanita yang semalam aku dengar.

Raja sangat ketakutan dan dia menarikku keluar dari tenda.

Aku yang awalnya berusaha untuk tenang, menjadi ikut ketakuan setelah melihat dia ketakutan.

Dengan hanya memakai sendal kami berlari keluar tanpa tahu arah yang kami tuju.

Saat dia menarik keluar, aku langsung menyambar tas kamera dan juga sleeping bag yang aku nggak tahu mengapa aku malah membawanya, lalu kami berlari secepat-cepatnya.

Selain yang kami bawa, semua tertinggal di tenda.

Kami terus berlari dan berjalan cepat, dia tetap ada disampingku tanpa ada jarak.

Sebenarnya tersesat dan bertemu makhluk halus bukan pertama kali ini ku alami, sebelumnya aku juga mengalami hal seperti ini. Hanya saja bedanya, saat itu kami beramai-ramai dan saat ini kami hanya berdua, saat itu makhluk halusnya tidak ada berusaha mengganggu kami dengan suara tawa, hanya tidak sengaja terlihat, tentu saja hal ini lebih menakutkan apalagi aku mengalaminya 2 malam berturut-turut.

Saat kami berjalan cepat, terlihat sekali anak ini berusaha melindungi aku, dia tetap ada disampingku dan tidak pernah jalan di depan atau di belakang.

Setelah agak jauh aku sangat kehausan, untungnya dia ada membawa air di dalam tas yang dibawanya.

Air memang bukan kendala di bukit ini, karena sumber air berupa sungai kecil terdapat di sepanjang jalur.

"Ja, kita ada dimana? Kau tau jalannya" tanyaku.

"Dia hanya diam saja" dan diamnya dia aku sudah mengetahui jawabannya.

Aku nggak tahu sudah berapa lama kami berjalan, hingga kami bertemu dataran dan tiba-tiba di depan, di bawah pohon kayu yang sangat besar, kami sama-sama melihat seorang nenek tua sedang berdiri sambil menatap kami.

Kami sama-sama melihatnya melalui headlamp yang kami kenakan.

Kami sangat ketakutan, hanya bisa berdoa memohon perlindungan.

Wajah nenek itu keriput dan retak-retak, lingkaran hitam di mata dan rambut putih menjuntai yang awut-awutan, selebihnya aku tidak tahu karena aku sudah sangat ketakutan.

Aku sangat merinding, bulu kudukku meremang dan darah tidak mengalir ke otakku, bahkan untuk bernafaspun aku merasa berat.

Ku lihat Raja sudah tergeletak disampingku, dan nenek tersebut masih berdiri diam di tempatnya.

Aku sudah tidak tahu apa yang harus kuperbuat, aku hanya diam ketakutan sambil menggigil, ingin rasanya aku ikutan pingsan, akan tetapi kesadaranku masih ada di tempatnya.

Ntah berapa banyak doa yang ku panjatkan, ntah sudah berapa banyak ayat-ayat suci yang ku baca, akan tetapi nenek itu tetap di tempatnya.

Ingin laripun rasanya aku sudah tidak bisa, seolah aku sudah tak kuasa atas ragaku.

Nenek itu seakan mendatangiku, sambil mengulurkan tangan dia terus mendekat dan mendekat.

Wajahnya semakin terlihat jelas, tatapan yang sangat sulit kujelaskan.

Aku semakin ketakutan dan hampir berteriak sekencang-kencangnya, hingga aku mendengar suara ringkikan kuda dan nenek itupun menghilang dari pandanganku.

Aku benar-benar lemas, lalu terduduk disamping Raja dan tidak berani melihat keadaan di sekeliling.

Ingin rasanya aku pasrah dengan keadaan ini, tertidur, apa yang terjadi, terjadilah, akan tetapi aku masih memiliki kesadaran untuk menjaga sahabatku.

Aku berusaha untuk membangunkan Raja, akan tetapi sia-sia, anak ini seperti mati suri.

Udara malam makin mencekam, dan dingin mulai tak terbendung.

Saat keadaan seperti ini, aku baru mengingat Tuhanku, rasanya aku sangat kufur nikmat, karena bila saat tidak dalam kesusahan, seolah aku melupakannya.

Aku mulai menangis tetapi tidak sampai meraung-raung seperti kemarin, tangisan kali ini begitu mendalam karena menyentuh sanubariku.

Aku tetap berusaha membanguni Raja, namun lagi-lagi anak ini tidak juga siuman, kemudian aku menariknya menjauhi pohon tersebut.

Aku menyelimutinya menggunakan sleeping bag yang ternyata ada gunanya juga, lalu aku ikut rebahan disampingnya.

Tidak lama berselang akupun terbangun, akan tetapi saat ini kami tidak berada di tempat kayu besar, dimana aku dan Raja rebahan, kami seperti berada di punggungan bukit ini.

Saat itu aku melihat banyak orang tanpa menggunakan baju yang menebang pohon di tempat ini, akan tetapi seolah tidak merasakan kehadiranku.

Aku melihat mereka dipaksa untuk bekerja oleh beberapa orang yang memegang pecut.

Para pekerja meminta ampun agar tidak dicambuk, dan terlihat jelas bahwa kulit mereka sudah terkelupas dan berdarah, akan tetapi para pemegang pecut masih mencambukinya.

Aku nggak tahu apa yang ku perbuat, yang pasti aku sangat ketakutan saat itu.

Para pekerja itu memohon ampun dan melanjutkan pekerjaan mereka menebangi pohon yang sangat besar-besar.

Aku menyaksikannya dengan jelas, karena saat itu aku tidak tahu mengapa hari bisa menjadi terang.

Setelah menumbangi kayu, mereka juga dipaksa untuk mengangkat kayu-kayu tersebut ke bawah dan lagi-lagi mereka dicambuki.

Lalu aku melihat ada beberapa orang yang memakai baju seperti tentara kompeni warna cream mendatangi para pekerja.

Para pekerja disuruh berkumpul untuk membuat sebuah lubang yang lebar, dan mereka dipaksa masuk ke dalamnya dan dengan kejinya para pemegang senapan itu menembaki mereka satu persatu tanpa memperdulikan kehadiranku di tempat itu.

Aku ketakutan, berusaha untuk lari dan kemudian aku berteriak sekeras-kerasnya.

"Arghhhhhhhh".
flamboyan
joyanwoto
jondolson
jondolson dan 11 lainnya memberi reputasi
12
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.