Kaskus

Story

semutbulatAvatar border
TS
semutbulat
TOR DOLOK MALEA
TOR DOLOK MALEA

Permisi agan2...kali ini aku kembali berbagi kisah petualanganku dan seorang sahabatku, iya kami hanya berdua mendaki gunung yang sebenarnya bukan merupakan gunung yang lazim didaki orang, belum tentu dalam setahun, dua tahun bahkan 5 tahun ada orang yang mau mendakinya.

Perkenalkan nama aku Anto, asli Medan dan kini mengais rezeki di Kabupaten Mandailing Natal yang merupakan wilayah paling ujung dari Sumatera Utara.

Ok langsung aja ke ceritanya, cekicrottt...

Part I : Bukan Kaum Rebahan
Part II : Tertindih
Part III : Bisikan dan Tawa Makhluk Halus
Part IV : Kembali ke Tenda
Part V : Sarapan Sultan Mirip Sesajen
Part VI : Taman di Tengah Hutan
Part VII : Mencari Tempat Camp
Part VIII : Suara Itu Terdengar Kembali
Diubah oleh semutbulat 14-07-2021 11:44
dimaschevy62Avatar border
jondolsonAvatar border
Rohmatullah212Avatar border
Rohmatullah212 dan 15 lainnya memberi reputasi
16
4.3K
60
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread52KAnggota
Tampilkan semua post
semutbulatAvatar border
TS
semutbulat
#14
Part VII : Mencari Tempat Camp

Ular tersebut warna coklat gelap dan motif tidak beraturan berwarna kuning lalu hitam di tengahnya yang berbentuk lingkaran tidak sempurna.

Yang membuat aku merinding adalah ukurannya, ular ini sangat besar. Menurut taksiranku ular ini lebih dari 3 meter dan berat yang tidak dapat ku perhitungkan.

Kosongkan pikiran dan berusaha setenang mungkin.

Raja juga perlahan mengambil parang yang terselip di samping keril yang dibawanya.

Sementara aku secara pelan dan perlahan mengambil keril yang ku bawa dengan menurunkannya sebagai perlindungan.

Kami mundur pelan-pelan sambil tetap fokus melihat ular tersebut yang kini juga terlihat hanya bergerak di tempatnya tidak seagresif seperti sebelumnya.

Setelah merasa berada di jarak yang cukup aman, kami kemudian berlari sekencang-kencangnya ke arah hutan, dan tentu saja aku ketinggalan di belakang.

Menyadari aku jauh tertinggal, Raja kembali mendatangi aku, dan kami sama-sama tertawa setelah lolos dari ular tersebut.

Kini kami kembali berada di dalam hutan, dan langit hampir gelap. Kami tetap berjalan meneruskan perjalanan sambil sesekali melihat ke arah belakang.

Senjapun berlalu, kami gagal mendapatkan moment sunset, padahal rencananya kami akan mendirikan tenda di padang rumput tersebut.

Langit sudah benar-benar gelap, kami memasang headlamp dan berjalan kembali, karena kami masih belum menemukan dataran untuk mendirikan tenda.

"Puncak masih jauh Ja?" tanyaku kepadanya memecah keheningan malam.

"Udah dekat bang, kan tadi udah kelihatan puncaknya" jawabnya.

"Dari kampung di bawah juga kelihatan Ja puncaknya" jawabku kembali.

Kami terus berjalan dan menanjak, namun sesekali ada juga turunan di tempat ini.

Setelah turunan, jalanan kembali menanjak dengan ekstrimnya.

Aku sudah mulai lemas karena jalan satu harian, dan kakiku mulai keram, aku tidak bisa menggerakan kakiku untuk sesaat.

Jam sudah menunjukan pukul 8 malam, akan tetapi kami belum juga menemukan dataran.

Aku sudah kehabisan tenaga, namun keram di kakiku sudah berkurang, lalu Raja mendekat dan memperhatikan aku.

"Udah bisa aku Ja, nggak perlu kau gendong juga" kataku langsung kepadanya sambil ketawa.

"Bah, siapa yang mau gendong kau bang" jawabnya yang mulai kehilangan selera untuk bercanda setelah lelah.

Kami terus berjalan dan memanjat kembali, lalu akhirnya menemukan sebuah tempat yang tidak terlalu datar, akan tetapi memungkinkan untuk mendirikan tenda.

Kami langsung membongkar isi keril dan memasang tenda, tidak lama kemudian aku langsung memasak mie instant di dalam tenda agar kami bisa makan dengan segera sementara Raja masih merapikan bagian luar.

Setelah semua selesai, kami makan bersama dengan diterangi lampu emergency yang ternyata dibawa anak ini.

Selesai makan kami segera membuat api unggun untuk menghangatkan badan yang mulai kedinginan serta menjaga diri dari hewan buas di tempat ini.

Bila di malam sebelumnya kami masih berani untuk duduk-duduk diluar tenda hingga jam tinggi, maka di tempat ini kami sama sekali tidak berani keluar tenda, bahkan untuk menambah kayupun kami mulai ketakutan.

"Bang, kau ada dengar suara telapak kuda nggak?" tanyanya kepadaku saat kami tidur-tiduran di dalam tenda.

"Apalagi lah si bangke ini" kataku dalam hati.

"Nggak ada Ja, udah jangan pikirkan yang nggak-nggak" jawabku.

Sebenarnya aku sangat ketakutan saat itu, dan aku juga percaya kalo dia benaran mendengar hal tersebut.

Kini sudah jam 11 malam, tapi tidak ada rasa kantuk sama sekali walaupun sudah sangat lelah berjalan seharian.

Aku semakin merapatkan badanku ke arahnya, biasanya anak ini pasti akan mengatakan hal yang tidak-tidak, tapi kini dia diam saja.

"Tidur Ja, biar besok kita muncak" kataku kepadanya.

Tapi dia tidak bersuara, aku menyangka dia sudah tidur.

"Bang Anto" kata Raja yang bangun sambil duduk di dalam sleeping bagnya.

Kulihat mukanya sangat pucat dan gemetaran, seperti ingin mengatakan sesuatu.

"Apa Ja?" jawabku.

"Bang ayok kita pergi dari sini, kita jangan disini, ayok bang" katanya ketakutan dan berusaha menarikku.
disya1628
indrag057
jondolson
jondolson dan 7 lainnya memberi reputasi
8
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.