- Beranda
- Stories from the Heart
TOR DOLOK MALEA
...
TS
semutbulat
TOR DOLOK MALEA

Permisi agan2...kali ini aku kembali berbagi kisah petualanganku dan seorang sahabatku, iya kami hanya berdua mendaki gunung yang sebenarnya bukan merupakan gunung yang lazim didaki orang, belum tentu dalam setahun, dua tahun bahkan 5 tahun ada orang yang mau mendakinya.
Perkenalkan nama aku Anto, asli Medan dan kini mengais rezeki di Kabupaten Mandailing Natal yang merupakan wilayah paling ujung dari Sumatera Utara.
Ok langsung aja ke ceritanya, cekicrottt...
Part I : Bukan Kaum Rebahan
Part II : Tertindih
Part III : Bisikan dan Tawa Makhluk Halus
Part IV : Kembali ke Tenda
Part V : Sarapan Sultan Mirip Sesajen
Part VI : Taman di Tengah Hutan
Part VII : Mencari Tempat Camp
Part VIII : Suara Itu Terdengar Kembali
Diubah oleh semutbulat 14-07-2021 11:44
Rohmatullah212 dan 15 lainnya memberi reputasi
16
4.3K
60
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
semutbulat
#7
Part IV : Kembali ke Tenda
Hari mulai terang, dan kicau burung menyambut pagi seakan bersuka cita atas hari yang baru.
Sebenarnya pemandangan disini sangat indah, padang rumput yang tidak terlalu luas dan di kelilingi pepohonan. Disisi baratnya kita bisa melihat lembah hijau yang menawan dengan undakan-undakan serta kabut pagi yang diterpa sinar mentari, akan tetapi seindah apapun pemandangannya kita tidak akan bisa melihatnya saat keadaan seperti ini.
Aku memutuskan untuk kembali pergi ke tempat kami mendirikan tenda, akan tetapi aku tidak tahu dari arah mana tadi malam aku datang, karena saat itu aku sedang dalam keadaan panik dan tidak tahu arah yang aku tuju.
Kembali aku melihat keadaan di sekeliling, dan setelah mencari-cari akhirnya aku menemukan arah jalur dengan medan yang menurun.
Aku memutuskan lewat tempat tersebut, karena walaupun tidak dapat melihat jalan yang aku lalui, akan tetapi aku merasakan bahwa semalam aku berlari ke arah yang lebih tinggi.
Kini aku berjalan mengikuti intuisiku, dan saat di perjalanan menuju tenda, aku sangat terkejut, karena disamping kanan jalan yang aku lalui terdapat kuburan-kuburan tua yang tertutup rerumputan.
Mungkin bila semalam tahu disini ada kuburan, aku nggak akan berani melawatinya, jangankan semalam, saat hari terang seperti ini saja aku masih merasa takut untuk melintasinya.
"Assallammualaikum, permisi numpang lewat" kataku yang berharap tanpa ada yang menjawab.
Aku melintasi kuburan yang jumlahnya tidak begitu banyak, lalu berjalan menurun.
Kemudian aku memasuki hutan kembali, dan disini aku beberapa kali berhenti untuk mencari jalur yang mulai tidak kelihatan.
Aku tetap berjalan dengan daya ingatku yang terbatas, dan saat melihat jalan yang bercabang aku kembali bingung.
Aku tidak kehabisan akal, aku memberi tanda di tempat tersebut dengan mematahkan beberapa ranting pohon, terpaksa aku melakukannya, karena aku tidak menemukan batu sebagai penanda di tempat tersebut bilamana aku nanti menemukan jalan buntu, maka aku kembali ke tempat ini.
Ntah mengapa aku lebih memilih belok ke arah kiri dari pada jalan lurus yang berupa turunan.
Tidak jauh berjalan, ternyata jalan ini begitu curam menukik ke bawah, dan tidak lama berselang ada jurang yang walaupun tidak terlalu dalam, akan tetapi cukup tinggi bila dilewati. Aku berusaha untuk menuruninya dengan berpegangan pada akar-akar pohon yang juga merangkap sebagai pijakan kaki saat menurun.
Setelah sampai si bawah aku berjalan kembali ke arah kiri dan tidak jauh berjalan aku melihat pohon besar tempat kami ngecamp dan di dekatnya tenda kami masih berdiri disana.
Bila semalam aku memperkirakan ada 2 jam lebih aku berlari, tetapi kini tidak sampai setengah jam berjalan, aku sudah kembali ke tempat semula, itupun aku banyak berhenti karena mencari jalan yang akan dilalui.
Aku tidak terlalu memikirkan masalah ini, yang aku pikirkan untuk segera mencari handphone dan mencari si Raja.
Kulihat kini tenda tertutup rapat, seingatku semalam aku tidak ada menutup tenda saat lari dari tempat ini.
Aku masih tidak berani melihat ke arah pohon besar dimana terdapat bayang putih dan sumber suara ketawa semalam.
Dengan memberanikan diri aku membuka tenda untuk mengambil handphone, dan saat aku membuka tenda, kulihat sleeping bag yang berisikan seseorang di dalamnya.
Sebenarnya aku merasa sangat takut, tetapi setelah kejadian semalam, apalah arti rasa takut saat ini, lalu dari pintu tenda aku mencoba melihat siapa yang ada di dalam sleeping bag, dan setelah aku melihatnya dengan jelas ternyata si Raja yang tertidur di dalam tenda.
Lalu aku langsung masuk ke dalam tenda, rasa haru dan ucapan syukur tak henti-hentinya aku ungkapkan, ingin rasanya aku memeluk anak ini, tapi sudahlah, bisa-bisa anak ini salah sangka karena dia tidak tahu cerita yang kualami semalam dan hal ini akan menjadi bahan olok-olokannya sepanjang masa.
Aku hanya memegang kepalanya dan tersenyum sambil tidak hentinya mengucapkan terima kasih kepada Pemilik Alam.
Aku rebahan disampingnya, sambil berusaha untuk memejamkan mata, seakan-akan aku sendiri tidak percaya apa yang aku alami semalam.
Karena rasa lelah dan beban yang sudah terlewati, tidak butuh waktu lama, akupun tertidur.
Hari mulai terang, dan kicau burung menyambut pagi seakan bersuka cita atas hari yang baru.
Sebenarnya pemandangan disini sangat indah, padang rumput yang tidak terlalu luas dan di kelilingi pepohonan. Disisi baratnya kita bisa melihat lembah hijau yang menawan dengan undakan-undakan serta kabut pagi yang diterpa sinar mentari, akan tetapi seindah apapun pemandangannya kita tidak akan bisa melihatnya saat keadaan seperti ini.
Aku memutuskan untuk kembali pergi ke tempat kami mendirikan tenda, akan tetapi aku tidak tahu dari arah mana tadi malam aku datang, karena saat itu aku sedang dalam keadaan panik dan tidak tahu arah yang aku tuju.
Kembali aku melihat keadaan di sekeliling, dan setelah mencari-cari akhirnya aku menemukan arah jalur dengan medan yang menurun.
Aku memutuskan lewat tempat tersebut, karena walaupun tidak dapat melihat jalan yang aku lalui, akan tetapi aku merasakan bahwa semalam aku berlari ke arah yang lebih tinggi.
Kini aku berjalan mengikuti intuisiku, dan saat di perjalanan menuju tenda, aku sangat terkejut, karena disamping kanan jalan yang aku lalui terdapat kuburan-kuburan tua yang tertutup rerumputan.
Mungkin bila semalam tahu disini ada kuburan, aku nggak akan berani melawatinya, jangankan semalam, saat hari terang seperti ini saja aku masih merasa takut untuk melintasinya.
"Assallammualaikum, permisi numpang lewat" kataku yang berharap tanpa ada yang menjawab.
Aku melintasi kuburan yang jumlahnya tidak begitu banyak, lalu berjalan menurun.
Kemudian aku memasuki hutan kembali, dan disini aku beberapa kali berhenti untuk mencari jalur yang mulai tidak kelihatan.
Aku tetap berjalan dengan daya ingatku yang terbatas, dan saat melihat jalan yang bercabang aku kembali bingung.
Aku tidak kehabisan akal, aku memberi tanda di tempat tersebut dengan mematahkan beberapa ranting pohon, terpaksa aku melakukannya, karena aku tidak menemukan batu sebagai penanda di tempat tersebut bilamana aku nanti menemukan jalan buntu, maka aku kembali ke tempat ini.
Ntah mengapa aku lebih memilih belok ke arah kiri dari pada jalan lurus yang berupa turunan.
Tidak jauh berjalan, ternyata jalan ini begitu curam menukik ke bawah, dan tidak lama berselang ada jurang yang walaupun tidak terlalu dalam, akan tetapi cukup tinggi bila dilewati. Aku berusaha untuk menuruninya dengan berpegangan pada akar-akar pohon yang juga merangkap sebagai pijakan kaki saat menurun.
Setelah sampai si bawah aku berjalan kembali ke arah kiri dan tidak jauh berjalan aku melihat pohon besar tempat kami ngecamp dan di dekatnya tenda kami masih berdiri disana.
Bila semalam aku memperkirakan ada 2 jam lebih aku berlari, tetapi kini tidak sampai setengah jam berjalan, aku sudah kembali ke tempat semula, itupun aku banyak berhenti karena mencari jalan yang akan dilalui.
Aku tidak terlalu memikirkan masalah ini, yang aku pikirkan untuk segera mencari handphone dan mencari si Raja.
Kulihat kini tenda tertutup rapat, seingatku semalam aku tidak ada menutup tenda saat lari dari tempat ini.
Aku masih tidak berani melihat ke arah pohon besar dimana terdapat bayang putih dan sumber suara ketawa semalam.
Dengan memberanikan diri aku membuka tenda untuk mengambil handphone, dan saat aku membuka tenda, kulihat sleeping bag yang berisikan seseorang di dalamnya.
Sebenarnya aku merasa sangat takut, tetapi setelah kejadian semalam, apalah arti rasa takut saat ini, lalu dari pintu tenda aku mencoba melihat siapa yang ada di dalam sleeping bag, dan setelah aku melihatnya dengan jelas ternyata si Raja yang tertidur di dalam tenda.
Lalu aku langsung masuk ke dalam tenda, rasa haru dan ucapan syukur tak henti-hentinya aku ungkapkan, ingin rasanya aku memeluk anak ini, tapi sudahlah, bisa-bisa anak ini salah sangka karena dia tidak tahu cerita yang kualami semalam dan hal ini akan menjadi bahan olok-olokannya sepanjang masa.
Aku hanya memegang kepalanya dan tersenyum sambil tidak hentinya mengucapkan terima kasih kepada Pemilik Alam.
Aku rebahan disampingnya, sambil berusaha untuk memejamkan mata, seakan-akan aku sendiri tidak percaya apa yang aku alami semalam.
Karena rasa lelah dan beban yang sudah terlewati, tidak butuh waktu lama, akupun tertidur.
Diubah oleh semutbulat 12-07-2021 20:22
jondolson dan 7 lainnya memberi reputasi
8