Quote:
Halo agan-agan semua,
Sebelumnya ane mau mohon maaf karena belum bisa melanjutkan update tritTULAH ini karena satu dan lain hal, tapi ane janji secepatnya akan segera ane update lanjutan dari kisah yang sederhana ini. Sekaligus, ane mau ngucapin terimakasih atas kesabaran dan kesetiaan agan-agan semua di sini yang udah tetap mantengin trit kita, walau kemarin sempet ada masalah dan gak update lamaaaaaaaaa banget.
Sekali lagi terima kasih...
Tapi kali ini, sebagai pengganti update part berikutnya yang sedikit tertunda, ane mau posting sebuah tulisan yang semoga bisa menghibur dan anggap aja ini intermezzo sambil nungguin update berikutnya (yang secepatnya akan ane kerjain).
Kemarin, hari minggu tanggal 20 Desember, ane berkesempatan untuk (kembali) berkunjung ke sebuah dusun di salah satu kabupaten di bagian tengah pulau Jawa. Sebuah dusun yang boleh dibilang kecil, terpencil dan kalau ane boleh bilang, sedikit terisolir. Tapi di balik itu semua, dusun tersebut dan seluruh warganya...kini mulai menggeliat bangkit.
Bangkit di sini dapat diartikan sebagai bangkit untuk mengikuti dinamika jaman, bangkit untuk berkembang dan memaksimalkan potensi yang mereka punya...
...serta bangkit dari trauma masa lalu.
Itulah, desa yang di cerita ini ane beri nama SRIGATI.
Ane, dengan ditemani salah seorang narasumber utama, atau yang dalam cerita kita samarkan namanya sebagai ADIL, memakai sepeda motor menembus jarak puluhan kilometer menuju dusun terkait.
Ini adalah yang kedua kalinya ane datang kesana. Tapi tetap saja, hutan jati sepanjang nyaris satu kilometer itu selalu bisa menegakkan bulu roma dan mengusik nyali ane. Entah ada apa di balik rimbun dan rapatnya pohon-pohon jati raksasa itu, tapi ane selalu ciut dan enggan untuk menoleh ke kanan kiri walaupun kala itu ane sampai sana di siang hari.
Lalu, tapal masuk dusun itu menyambut kami. Kesan seram langsung hilang ketika warga di sana menyambut kami dengan senyum ramah yang mendamaikan hati. Tak ada lagi kengerian, tak ada lagi kesan angker yang mungkin dulu sangat lekat dengan reputasi dusun ini.
Itu dulu, 20-25 tahun yang lalu.
Kami kemudian menemui sang kepala dusun, seorang lelaki paruh baya pekerja keras yang hangat dan murah senyum. Bukan, ini bukan Pak Sugandi yang ada di cerita. Beliau ini adalah simbol baru bagi dusunnya. Simbol perubahan, simbol relijiusitas dan simbol pembaharuan.
"Walau tidak bisa dipungkiri, Dusun ini pernah menyimpan luka di masa lalu. Luka yang sebisa mungkin kami sembunyikan, bahkan jika adik bertanya ke warga sekitar tentang hari-hari itu, mereka tak akan pernah mau menceritakannya kepada siapapun orang dari luar dusun ini."
Lalu kenapa pada akhirnya saya diberi izin untuk menuliskan dan membaginya kepada orang banyak?
"Selama adik masih bisa menjaga privasi dan perjanjian yang pernah kita bicarakan dulu, saya tidak ada masalah. Karena dibalik kengeriannya, peristiwa di masa lampau yang terjadi di tanah kelahiran saya ini dapat diambil banyak pelajarannya."
Jadi gan, bukan cuma dengan narasumber-narasumber di luar dusun, tapi dengan bapak ini saya juga terlibat perjanjian untuk sebisa mungkin mengaburkan dan menyamarkan apapun yang terkait lokasi dan tokoh-tokoh yang terlibat.
Lalu, apakah dusun ini masih seseram dulu seperti yang ada di cerita?
Jawabnya tidak! Jika agan tanpa sengaja melewati dusun ini, agan bahkan tak akan sadar bahwa dusun ini semenyeramkan itu. Seperti yang ane bilang, dusun ini sudah banyak berubah, banyak berkembang dan terus belajar agar menjadi lebih baik dan melupakan kesalahan mereka di masa lalu.
"Jadi, ada satu cerita yang adik perlu dengar dari sudut pandang saya. Tolong disimak dan dipahami. Andaikan perlu adik tulis, tolong ditulis dengan bijak dan hati-hati, tanpa mencederai janji kita bersama."
Sayapun mendengarkan dengan seksama, dan saya dibuat terkesima...
Karena kisah tersebut akan membuat kisah di trit ini makin kaya dan makin berkembang.
Quote:
Kemarin ane membaca beberapa komen agan-agan, ada beberapa yang request foto lokasi, bahkan ada yang spesifik minta foto gerbang desanya. Dan syukurnya, ane dapet ijin dari pak Kepala Dusun untuk mengambil foto, tapi dari sudut-sudut tertentu yang kiranya tidak memiliki kemungkinan untuk bocor dan semuanya tahu dimana lokasinya.
Jadi ane putuskan untuk share, tapi ane MOHON SEKALI ke agan-agan; kalau seandainya agan-agan tahu atau familiar dengan foto-foto berikut tolong kebijaksanaannya untuk diam saja dan disimpan sendiri. Karena ini bisa berakibat macam-macam, bahkan bisa juga membuat trit ini di-close seandainya dampak yang ditimbulkan terlalu jauh.
Tujuan ane sendiri share foto-foto ini supaya agan-agan dapat membayangkan gimana kondisi tempat terkait agar demi kemudahan dan kenyamanan agan-agan sekalian dalam menikmati trit ini.
Monggo...
NB: Foto akan ane hapus sewaktu-waktu jika ane melihat indikasi kebocoran lokasi yang sebenarnya yang diumbar di trit ini.