Story
Pencarian Tidak Ditemukan
KOMUNITAS
link has been copied
2552
KASKUS
51
244
https://www.kaskus.co.id/thread/5e4fcf409a972e05b10e0324/tulah-jasadnya-mati-dendamnya-beranak-pinak--based-on-true-story
Namanya Mas Adil (nama disamarkan), kawan dekat dari kakak salah satu admin The Dark Tales yang dulu pernah aktif berkegiatan sebagai relawan di salah satu organisasi sosial kemanusiaan yang lumayan gede dan punya anggota/relawan yang tersebar di kota-kota di pulau Jawa. Dan dari Mas Adil inilah cerita itu pertama kali kita denger. Cerita tentang pengalaman beliau waktu masih aktif di organisasi y
Lapor Hansip
21-02-2020 19:38

TULAH (Jasadnya Mati, Dendamnya Beranak Pinak) ~~ Based on True Story

Salam kenal semuanya, agan-agan kaskuser dan para penghuni forum SFTH...

Perkenalkan, kami adalah empat orang anonim yang berdasar pada kesamaan minat, memutuskan untuk membuat akun yang kemudian kami namai THE DARK TALES.

Dan kehadiran kami di forum ini, adalah untuk menceritakan kisah-kisah gelap kepada agan-agan semua. Kisah-kisah gelap yang kami dengar, catat dan tulis ulang sebelum disajikan kepada agan-agan.

Semua cerita yang akan kami persembahkan nanti, ditulis berdasarkan penuturan narasumber dengan metode indepth interview atau wawancara mendalam yang kemudian kami tambahi, kurangi atau samarkan demi kenyamanan narasumber dan keamanan bersama.

Tanpa banyak berbasa-basi lagi, kami akan segera sajikan thread perdana kami.

Selamat menikmati... 


Quote:
TULAH (Jasadnya Mati, Dendamnya Beranak Pinak) ~~ Based on True Story

Kisah ini berdasarkan kejadian nyata, berdasarkan penuturan beberapa narasumber dan literasi tambahan. Beberapa penyamaran, penambahan dan pengurangan mengenai lokasi, nama tokoh dan alur cerita kami lakukan untuk kepentingan privasi dan keamanan.



KARAKTER
Karakter

REVIEW
Review


INDEX

CHAPTER SATU: MELANGGAR BATAS
PROLOG
BAGIAN 1
BAGIAN 2
BAGIAN 3
BAGIAN 4
BAGIAN 10

CHAPTER DUA: PEMBEBASAN

CHAPTER TIGA: PERBURUAN

Side-Story

CHAPTER 4: AWAL MULA
[UNPUBLISHED]

CHAPTER 5: TULAH
Polling

Poll ini sudah ditutup - 115 Suara

Menurut agan-agan, perlu enggak dibuatkan kisah tentang "Jurnal"? 
68.7%
Bikinin gan ane penasaran!
31.3%
Kagak usah, langsung mulai aja Chapter 4
Diubah oleh the.darktales
profile-picture
profile-picture
profile-picture
dan 252 lainnya memberi reputasi
231
Tampilkan isi Thread
Masuk untuk memberikan balasan
stories-from-the-heart
Stories from the Heart
27.8K Anggota • 30.1K Threads
Halaman 43 dari 68
TULAH (Jasadnya Mati, Dendamnya Beranak Pinak) ~~ Based on True Story
07-09-2021 14:30
Kayaknya masi panjang bgt nih cerita.. Muncul bnyk tokoh baru.
Genre nya jga makin bnyk dr horror, cinta, thriller ampe action emoticon-2 Jempol
profile-picture
profile-picture
profile-picture
312yes5758 dan 2 lainnya memberi reputasi
3 0
3
Lihat 4 balasan
Memuat data ...
1 - 0 dari 4 balasan
TULAH (Jasadnya Mati, Dendamnya Beranak Pinak) ~~ Based on True Story
08-09-2021 09:33
Baca lagi dari awal...akhirnya.kelar juga...
profile-picture
profile-picture
RedDevilz007 dan indrag057 memberi reputasi
1 1
0
Lihat 2 balasan
Memuat data ...
1 - 0 dari 2 balasan
TULAH (Jasadnya Mati, Dendamnya Beranak Pinak) ~~ Based on True Story
08-09-2021 15:32
Ini yayasan kyknya berada di kota tempat ane kuliah dulu deh,kota yg kecil namun ngangenin, kota tempat berliburnya para meneer dan nyonya belanda jaman dulu.....lanjut gan mantap ceritanyaemoticon-Cendol Gan
profile-picture
indrag057 memberi reputasi
1 0
1
Lihat 3 balasan
Memuat data ...
1 - 0 dari 3 balasan
TULAH (Jasadnya Mati, Dendamnya Beranak Pinak) ~~ Based on True Story
08-09-2021 19:19

ALL CHARACTERS

Hari ini dapet kiriman lagi dari salah satu reader, jadi aganwati yang satu ini ngirim sesuatu di email. Katanya sih imajinasi dia kalau trit ini jadi film, siapa aja yang bakal jadi pemerannya. Dan setelah ane liat-liat, wah kok cocok juga ya sama selera ane. Tapi balik lagi, ini sebatas selera pribadi gan.

KARAKTER

Characters


Gimana gan? Ada komentar? Karena TS cocok sama pilihannya, maka ane taroh juga di page one.

Oh ya, sama sekalian ngabarin. Next part upload besok malem yaaa?
profile-picture
profile-picture
profile-picture
69banditos dan 12 lainnya memberi reputasi
13 0
13
Lihat 7 balasan
Memuat data ...
1 - 0 dari 7 balasan
TULAH (Jasadnya Mati, Dendamnya Beranak Pinak) ~~ Based on True Story
08-09-2021 19:28
Boleh juga pas karakter nya,smg beneran jd film ya gan
profile-picture
aan1984 memberi reputasi
1 0
1
TULAH (Jasadnya Mati, Dendamnya Beranak Pinak) ~~ Based on True Story
09-09-2021 00:04
Udah lama sekali ga ngerasain sensasi mencekam di cerita horror, terakhir ngerasa gak nyamana baca kisah dikaskus itu, yg cerita sekian tahun tinggal dirumah hantu. Dan skrg gw ngerasain sensasinya lagi. Sehat2 terus ts. Setelah sekian tahun jd silent reader, akhirnya komen lagi dforum ini.
profile-picture
profile-picture
profile-picture
aan1984 dan 2 lainnya memberi reputasi
3 0
3
Lihat 1 balasan
Memuat data ...
1 - 0 dari 1 balasan
TULAH (Jasadnya Mati, Dendamnya Beranak Pinak) ~~ Based on True Story
09-09-2021 13:07
emoticon-Traveller
profile-picture
profile-picture
aan1984 dan indrag057 memberi reputasi
2 0
2
TULAH (Jasadnya Mati, Dendamnya Beranak Pinak) ~~ Based on True Story
09-09-2021 18:17
Akhirnya kelar sampe belakang, jg... Setelah hiatus rada lama akhirnya cerita berlanjut...

Makasih TS buat updatenya...
profile-picture
profile-picture
aan1984 dan indrag057 memberi reputasi
2 0
2
Lihat 1 balasan
Memuat data ...
1 - 0 dari 1 balasan
TULAH (Jasadnya Mati, Dendamnya Beranak Pinak) ~~ Based on True Story
09-09-2021 19:26
lama gak kesini gara-gara lagi panen kentang, eh iseng kesini ternyata banyak update-an

langsung gas marathon... emoticon-Ngacir
profile-picture
profile-picture
profile-picture
aan1984 dan 2 lainnya memberi reputasi
3 0
3
Lihat 7 balasan
Memuat data ...
1 - 0 dari 7 balasan
TULAH (Jasadnya Mati, Dendamnya Beranak Pinak) ~~ Based on True Story
09-09-2021 21:01

BAGIAN 22.1

Karena bagian ini terlalu panjang dan melebihi jumlah kata maksimal, maka untuk kedua kalinya Bagian ini harus TS split menjadi dua. Selamat menikmati agan-agan....

Quote:
Tepat pukul sepuluh malam, mobil kijang dengan plat luar kota itu berbelok memasuki area Panti.

Dari balik jendela ruang makan, mata Rissa nyalang mengamati kedatangan mereka. Rombongan yang membawa perempuan bernama Yuli, seperti yang tadi sudah diceritakan oleh Ibu Sari, akan ditampung di Panti ini. Walaupun Rissa sendiri sedikit tidak setuju dengan keputusan ini, tapi dia punya banyak pilihan. Rissa sadar diri bahwa dia tidak punya cukup otoritas untuk mengambil keputusan sendiri.

Bukan! Rissa merasa keberatan bukan karena takut direpoti atau enggan untuk menolong sesama, tapi ada yang lain yang mengganggu perasaan hatinya. Firasatnya berbisik bahwa kedatangan perempuan ini akan membawa sesuatu yang buruk. Entah apa, tapi Rissa meyakininya sebagai sebuah peringatan. Dia jenis orang yang begitu mempercayai tanda-tanda. Tanda-tanda yang kadang orang lain tidak terlalu peka untuk menyadarinya.

Apakah ini sebuah bakat atau hanya sekadar keparnoan perempuan muda yang sedang melewati masa pubernya? Rissa tidak tahu. Tapi yang jelas, tanda-tanda itu pernah sekali datang kepadanya dan menyelamatkan Ibu Sari dari sebuah kecelakaan fatal tiga tahun lalu;

Quote:"Aku harus ke Semarang paling enggak sampai dua hari. Kamu jaga adik-adikmu ya, Riss? Sama besok suruh Mas Joyo buat datang ke Panti dan bersihin rumput di belakang sana..."

Rissa masih ingat waktu itu. Di hari Selasa di pertengahan Maret yang mendung. Ibu Sari bersiap meninggalkan ruang kerjanya di lantai dua Panti sambil berpamitan kepada Rissa yang tengah sibuk dengan komputer dan tumpukan berkas-berkas yang harus diselesaikan. Awalnya, ia tak terlalu menaruh perhatian. Dia hanya menoleh sekejap sambil meminta Ibu Sari untuk berhati-hati di jalan, apalagi sebentar lagi sepertinya akan turun hujan.

Hingga kemudian, sudut mata Rissa menangkap sesuatu. Lampu di ruangan itu berkedip-kedip. Hidup dan mati sebanyak tiga kali. Bukan sesuatu yang mengherankan sebenarnya, mengingat masalah listrik sudah menjadi perkara umum di Yayasan sejak sebulan belakangan ini. Bahkan tak jarang konsleting membuat Panti menjadi gelap gulita semalaman penuh, dan Rissa jadi dibuat sibuk karena anak-anak yang ketakutan mulai ribut dan akhirnya mereka semua tidur bersama di ruang makan dengan penerangan tiga batang lilin saja.

Benar-benar bukan sesuatu yang aneh atau luar biasa. Bahkan Ibu Sari hanya menghembus nafas berat sambil mengomel kenapa listrik masih bermasalah padahal kemarin dia sudah meminta Mas Joyo si tukang kebun untuk memeriksa dan membereskannya.

Tapi bagi Rissa, kejadian itu mempunyai arti yang lain. Kedip-kedip lampu itu seperti cara semesta yang berusaha menyampaikan sesuatu kepadanya. Jantung Rissa tiba-tiba berdegup lebih kencang, karena perasaan cemas yang datang entah darimana.

Awalnya, dia mencoba mengabaikan perasaan itu dan kembali berkutat dengan pekerjaannya. Jari-jarinya kembali lincah menari di atas keyboard sambil berkata dalam hati bahwa semua ini tak lebih dari kekhawatiran berlebihan yang mengada-ada. Sampai akhirnya, Ibu Sari benar-benar keluar ruangan dan berjalan menuruni tangga, menuju mobil sedan hitam yang terparkir di depan sana.

"Aduuhh!!"

Suara setengah berteriak itu, mau tak mau, membuyarkan seluruh fokus yang sudah Rissa bangun dengan susah payah. Tarian jari-jarinya seketika berhenti, dan dengan tergesa-gesa dia bangkit dari depan komputer kemudian berlari keluar ruangan. Di sana, Ibu Sari berusaha berdiri dengan sedikit kepayahan. Sepertinya dia baru saja terpeleset di tangga yang memang kondisinya agak licin karena cairan pel yang belum sepenuhnya kering.

"Ada-ada saja..." Hanya itu yang terucap dari mulut Ibu Sari, seakan tak ada apa-apa. "Ya sudah Riss, aku berangkat dulu. Kamu hati-hati kalau mau turun! Tanggane lunyu..."

Yang dipamiti hanya membisu di tempatnya. Kakinya terpaku, sambil menatap kepergian Ibu Sari menuju mobil di bawah situ dengan telapak tangan yang mulai basah karena perasaan tak enak yang terus menjerit-jerit. Seakan memberi Rissa peringatan akan sesuatu yang ia sendiri tidak mengerti.

Pintu mobil terbuka, separuh tubuh Ibu Sari sudah masuk ke dalamnya. Detik demi detik terasa melambat dan kian melambat. Tanda-tanda itu hadir dengan bahasa yang tidak Rissa mengerti, namun memaksanya untuk mengambil keputusan.

Hentikan dia, Rissa...!!

Suara itu menggelegar bagai petir yang menyambar. Suara yang berasal dari bawah alam sadarnya sendiri, yang menarik Rissa ke sebuah ruang kesadaran bahwa ada mara bahaya yang sedang mengintai dari tempat persembunyiannya.

Cukup sudah! Rissa tak lagi bisa menahan diri. Ibu Sari harus dihentikan sebelum mesin mobil menyala dan ia benar-benar pergi dari Yayasan.

"Buuu, tunggu!!" Rissa berteriak. Benar-benar berteriak. Bahkan saking kerasnya, anak-anak yang sedang asyik bermain di taman sampai menghentikan kegiatan mereka dan beralih menatap Rissa. Tapi dia lupa, lantai tangga masih licin. Baru dua langkahnya menuruni tangga, kaki kanan Rissa terpeleset dan tubuhnya kehilangan kendali. Dia jatuh dan terguling sampai ke anak tangga yang paling bawah.

Beberapa anak panti tertawa geli, beberapa lainnya yang sudah cukup dewasa berlari mendekat untuk memberi pertolongan. Tak terkecuali Ibu Sari, yang segera mematikan mesin dan membuka kembali pintu mobilnya. Ikut mendekat dengan kepanikan yang sedemikian kentara tergambar di wajahnya.

“Ngopo to kowe ki, Riiiiissss?!” (Kamu tuh kenapa sih, Riiiissss?!)

Rasa perih yang dingin terasa di siku dan beberapa titik di tubuhnya. Tapi Rissa menguatkan diri, dia berusaha bangkit sambil menggenggam tangan Ibu Sari sambil disaksikan anak-anak lain yang mengerubunginya.

"Bu! Bu Sari!! Jangan pergi dulu!!" Dia mengiba dengan wajah penuh permohonan. Bahkan dia hampir menangis, membuat semua yang ada di sana jadi tambah kebingungan.

Termasuk Ibu Sari. “Lha, kenapa kok aku ndak boleh berangkat?”

Lha, kenapa kok aku ndak boleh berangkat? Pertanyaan itu menggema di kepala Rissa. Pertanyaan yang membuat suasana menjadi sunyi seketika. Rissa diam. Dia tak punya jawaban apa-apa atas pertanyaan itu. Karena sebenarnya, memang tak ada penjelasan apapun yang bisa ia berikan.

Sebelum kemudian...

Terdengar suara rem berdecit kencang disusul dengan gelegar hantaman yang teramat keras, yang suaranya sampai membuat bulu roma berdiri karena ngeri.

DHUUAARRR!!

Sebuah truk besar yang mengangkut berton-ton semen mengalami rem blong ketika melewati turunan tajam. Sang sopir yang malang gagal mengendalikan kemudinya, dan berakhir dengan menabrak sebuah warung makan yang berdiri tepat di seberang Panti.

Benar-benar di seberang Panti.

Anak-anak langsung berhamburan mendekat ke titik kecelakaan. Ibu Sari menoleh ke belakang dan menatap kejadian itu dengan mulut terngaga.

Sedang Rissa sendiri, menyaksikan semuanya dengan mata kosong.

Andai saja, pikirnya...andai saja Ibu Sari benar-benar membawa mobilnya keluar dari pagar Panti...

Tapi bakat itu bukan indera keenam. Rissa juga tak mau disebut anak indigo. Selain karena memang tak pernah -dan tak akan mau- melihat setan seumur hidup, dia juga tidak pernah mengalami kejadian yang aneh-aneh selama tinggal di Yayasan Kasih Bunda walaupun Mas Joyo dan warga sekitar banyak yang bilang kalau Panti ini angkernya bukan main.

Aku hanya merasa bisa membaca tanda-tanda. Dan aku lebih percaya kalau tanda-tanda itu adalah cara semesta untuk berbicara kepadaku. Keyakinan itu Rissa percayai, dan dia pegang teguh sampai sekarang ini.

Dan setelah sekian waktu berlalu, tanda-tanda itu kembali hadir kepadanya malam ini. Yang pertama, adalah ketika telepon dari wanita bernama Melia itu datang ke rumah Ibu Sari. Suara dering, yang seharusnya terdengar biasa itu, terdengar begitu keras dan lantang sampai-sampai nyaris membuat Rissa terlompat kaget.

"Halo, ini dengan Ibu Sari? Saya Melia..."

Begitupun dengan suara di seberang telepon yang terdengar begitu hampa, lelah dan membuat perasaan Rissa makin tidak karuan ketika ia mengangkatnya. Ada sesuatu yang bisa Rissa rasakan dalam intonasi bicara Melia. Sesuatu yang lagi-lagi tidak bisa dijelaskan, namun benar-benar membuat tidak nyaman.

Dan tanda kedua dirasakan Rissa tepat ketika mobil dari luar kota itu memasuki area Panti dan berhenti di depan ruangan tempat Rissa dan Ibu Sari menunggu mereka. Bagaimana dia harus menjelaskan ini semua, tapi tampak jelas di matanya bahwa kabut seketika turun dan mejadi kian tebal dalam waktu begitu cepat.

Lagi-lagi, hanya Rissa yang merasakan keanehan itu. Hanya dia yang bisa membaca peringatan itu. Bahkan Ibu Sari, yang ada di dekatnya dan memandang ke arah yang sama dengannya, seakan tak melihat tanda-tanda itu dan melenggang melewati Rissa dengan begitu tenang. Seperti tak ada apa-apa.

"Itu mereka wis teko!" Tanpa buang waktu, Ibu Sari membuka pintu dan berjalan keluar sambil membenarkan posisi sweater rajut yang dia pakai malam ini. Jelas terlihat antusiasme yang terkembang dalam diri perempuan yang sudah Rissa anggap sebagai ibunya sendiri itu, ketika dia memberikan sambutan kepada empat orang yang tampak menyeruak keluar dari dalam mobil.

Tapi berkebalikan dengan Ibu Sari, keresahan di dalam diri Rissa malah semakin menjadi-jadi. Dia dibuat menderita oleh perasaannya sendiri. Telapak tangannya mulai basah oleh keringat dan bibirnya gemetaran, ketika dari balik kabut dia menatap bayangan seorang perempuan yang rambut panjangnya begitu berantakan dengan tubuh kurus yang terbalut daster kumal. Dengan dibantu dua pria yang berada di kanan dan kirinya, perempuan itu menyeret langkahnya dengan cara yang sangat aneh dan tidak normal.


Quote:
Tempat ini tidak seperti yang Adil bayangkan sebelumnya. Bahkan ketika mobil mereka memasuki pagar, dia sempat bertanya kepada Melia sekali lagi. Meyakinkan bahwa mereka tidak salah lokasi atau bahkan nyasar entah dimana. Akan jadi makin runyam urusannya, karena sekarang sudah nyaris tengah malam dan mereka berada di antah berantah yang sepi dan berkabut. Tapi Melia sebagai sang juru arah memberi anggukan penuh percaya diri.

"Kan itu ada papan namanya, lo liat deh Dil?" Telunjuk Melia mengarah ke sebuah penanda dari besi berkarat yang terpancang tepat di sisi depan pagar. Mata Adil membaca deretan huruf yang ada di sana.

YAYASAN KELUARGA BERGEN
PANTI SOSIAL KASIH BUNDA

Oh, milik yayasan keluarga. Batin Adil. Pantas saja bangunannya masih bergaya 70-an. Jendela-jendela di setiap ruangan masih terbuat dari kayu dengan taman bunga yang cukup terawat dan empat batang pohon mangga yang tumbuh dengan ranum di bagian tengah Panti.

Walaupun ada sedikit kekhawatiran dengan bangunan yang terlihat tua dan terkesan gelap, Adil berusaha berpikir positif. Tak apalah untuk sementara dia dititipkan di sini sampai situasi membaik dan Adil bisa memindahkan Yuli ke tempat dengan akses yang lebih mudah dijangkau.

Terlebih lagi, sang pemilik yang menyambut mereka dan memperkenalkan diri dengan nama Sari itu tampak begitu ramah dan antusias. Bahkan sempat beberapa detik, Adil dibuat terpana oleh penampilannya. Ada satu keanggunan yang terpancar secara natural, walau mungkin beliau sudah tidak muda lagi. Iseng-iseng Adil coba menebak, umurnya mungkin sudah menjelang kepala enam. Tapi gestur dan penampilannya begitu berbeda dan menarik hati. Seperti, jika boleh Adil bilang, ada aura karismatik khas perempuan-perempuan kelas atas Jawa di masa lalu.

Rambut lurus pendek sebahu itu tampak terawat dengan baik walau sudah tampak beberapa garis memutih di sana sini. Begitupun pakaian yang dikenakannya, sederhana namun berkelas. Rok panjang melewati betis, dengan atasan kemeja berwarna hijau dipadu dengan sweater hasil rajutan tangan yang menjuntai nyaris sejajar dengan ujung rok yang dipakainya.

Begitupun ketika menghampiri Adil dan yang lain, beliau menyambut mereka dengan tangan terkatup dan senyum hangat yang mengembang di bibirnya yang tipis. Dia cantik, itu tak bisa Adil pungkiri. Dan setelah semakin dekat, barulah terlihat darimana kecantikan itu berasal. Ada garis campuran antara Indonesia dan Eropa yang tampak di wajah tirus dan sepasang mata bundar yang berwarna biru itu.

Dan yang membuat Adil semakin yakin untuk menitipkan Yuli di tempat ini adalah, bagaimana Ibu Sari terlihat begitu sigap memberikan pertolongan sambil menyuruh seorang perempuan lain yang jauh lebih muda (mungkin karyawan Panti) untuk segera menyiapkan kamar.

Dengan bantuan Eko, Adil menuntun Yuli mengikuti langkah Ibu Sari. Beruntung, walau sudah sadarkan diri, Yuli tidak rewel sama sekali. Bahkan yang lebih mengejutkan, dia bisa tersenyum ketika tadi Ibu Sari mendekat dan membelai rambutnya yang awut-awutan itu. Sepertinya mereka berdua akan cocok satu sama lain.

Dan setelah beberapa langkah melewati sisi samping bangunan berlantai dua yang menurut Ibu Sari adalah ruangan makan dan kantor yayasan, sampailah mereka di sebuah kamar yang sudah disiapkan. Letaknya berada di bagian paling belakang dan berdempetan dengan pagar tembok belakang Panti setinggi dua meter yang berbatasan dengan hutan rimba di luar sana. Adil jadi sedikit khawatir, perasaan traumanya dengan hutan belum benar-benar bisa hilang.

"Ngapunten nggih (Maaf ya)? saya pilihkan kamar di sini karena selain lebih privat, saya juga bisa lebih mudah mengawasi karena letaknya lebih dekat dengan ruangan saya di lantai dua itu." Ibu Sari berujar sambil mempersilakan Adil dan Eko membawa masuk Yuli ke dalam.

Dan kamar itu ternyata cukup besar dan bersih sekali. Temboknya berwarna putih tulang seperti baru saja dicat, dan lampunya juga menyala dengan begitu terang. Di dalam, selain sebuah ranjang besi berukuran cukup luas untuk ditempati dua orang, ada juga lemari kayu dan meja kursi. Semuanya tertata dengan sangat rapi. Sungguh kontras jika melihat bagian luar dimana tampilan jendela dan pintunya tampak benar-benar klasik, bahkan cat di temboknya sudah ada beberapa yang mulai mengelupas.

Dengan berhati-hati, Adil dan Eko mendudukkan Yuli di tepian ranjang.

"Kowe sementara ning kene seg, yo?" (Kamu sementara di sini dulu, ya?)

Dengan nafas terengah karena kelelahan, Adil coba berbicara kepada Yuli. Walau dia sendiri sadar bahwa dia melakukan sesuatu yang sia-sia. Karena seperti yang sudah-sudah, Yuli hanya merespon dengan sebuah senyuman lebar yang tidak nyaman dipandang, sambil memperlihatkan gigi-giginya yang sebagian tampak menghitam.

"Saya ndak dikasih tahu kalau dia dalam kondisi hamil besar, ya?" Dari arah belakang, Ibu Sari menyeruak melewati Adil sambil menggumam kecil. Dia maju, ikut duduk di samping Yuli dan membelai rambutnya untuk kedua kali. Kini, dengan bantuan penerangan yang lebih baik, Adil bisa dengan jelas melihat bagaimana mata Ibu Sari berkaca-kaca dan bahunya bergerak naik turun menahan tangis agar tak pecah di hadapan yang tamu-tamunya.

Semuanya terdiam. Adil melihat di sekitarnya. Melia tampak menunduk sambil meringis menahan sakit di kakinya. Eko, entah kenapa sedari tadi terus menerus menoleh ke arah mobil yang diparkir di sana dengan wajah penuh kekhawatiran. Sedangkan perempuan muda itu, yang tadi Adil kira sebagai pegawai Panti, bersender di bibir pintu kamar dengan wajah pucat dan seakan selalu membuang pandangan dari arah Yuli.

"Maaf Bu..." Akhirnya Adil memilih bicara untuk memecah momen agar tidak menjadi lebih canggung lagi. "Kira-kira bagaimana kalau saya titip Yuli dulu di sini? Setidaknya untuk seminggu atau dua minggu ke depan."

Tapi yang diajak bicara tak langsung menjawab. Dia terus memandang Yuli sambil tak henti membelai rambut dan mengelus perutnya dengan kesedihan dan perasaan tidak percaya.

"Ini perbuatan setan...bukan manusia!" Desis Ibu Sari itu terdengar geram dan marah. Adil makin mati gaya terjebak dalam situasi seperti ini..

Tapi kemudian, Ibu Sari bangkit dari ranjang dan mendekat ke arah Adil sambil mengusap air matanya. "Ndak usah khawatir. Biar Yuli di sini dulu. Kebetulan saya juga ada teman dokter kandungan yang bisa diminta untuk datang ke Panti."

Kalimat itu terdengar meyakinkan. Dia percaya bahwa Ibu Sari bisa menjaga kepercayaan yang diberikan.

"Kalian juga bisa menginap di sini dulu kalau mau. Biar Rissa siapkan kamarnya. Lagipula ini sudah malam, kan? Mosok mau langsung balik ke S*******? Ya Mbak Melia? Mas?" Sambil memandang Adil, Melia dan Eko secara bergantian, Ibu Sari menawarkan sesuatu yang sepertinya sulit ditolak. Apalagi mengingat kondisi tubuh yang kehabisan energi walau mereka sempat beberapa kali beristirahat di rest area, SPBU dan minimarket.

Dengan senyum terkembang, nyaris saja Adil menerima tawaran itu. Tapi tiba-tiba saja Eko menyahut terlebih dahulu.

"Ndak usah, Bu. Maturnuwun sekali. Tapi ini kami pakai mobil rental dan harus dikembalikan malam ini juga!" Celetuk pria ini sambil menarik lengan Adil keluar dari ruangan. Menyeretnya menjauh ke pojokan dan berbisik tajam ke telinga Adil.

"Awakedewe langsung bali saiki wae, ora usah nginep!" (Kita langsung balik sekarang saja, tidak usah menginap!)

Adil menduga sesuatu.

"Ngopo? Kowe wedi karo Panti iki mergo ketok singup?" (Kenapa? Kamu takut sama Panti ini karena terlihat suram?)

"Bukaaaan!!" Eko menggeleng-geleng kencang. "Aku khawatir sama Imas, Dil..."

Seketika, mereka berdua terdiam kemudian secara bersamaan menoleh ke arah mobil. Ada Imas di dalam sana. Imas yang berubah aneh selama perjalanan menuju kesini.

"Iyo, sih! Jane ngopo to bojomu ki ra gelem mudun? Bukane deknen ki sing ngotot pengen Yuli iso metu soko Srigati? Kok saiki mudun wae ora gelem? Terus ning ndalan mung meneng wae karo ketok keweden ngono..." (Iya sih! Sebenarnya kenapa sih istrimu enggak mau turun? Bukannya dia dulu semangat banget pengen Yuli bisa keluar dari Srigati? Kok sekarang mengantar Yuli saja dia tidak mau? Terus di jalan tadi juga cuman diem sama kelihatan ketakutan...)

"Nah itu masalahnya, Dil..." Eko berhenti sejenak. Menoleh ke kanan kiri, memastikan bahwa tidak ada orang lain yang menguping obrolan mereka. "Tadi pas kamu keluar mobil duluan sama Yuli, tanganku digondeli sama Imas. Dia maksa aku buat cepat-cepat pergi dari sini sambil nahan nangis."

"Terus?"

"Kamu inget ndak pas kita istirahat di minimarket tadi? Yuli kan di mobil berdua sama Imas tok! Aku kencing, terus kowe sama Melia beli perban dan obat-obatan!"

"Iya, ingeeeet!! Langsung wae to!" Adil terpaksa meningat sebuah momen yang sebenarnya ingin dia lupakan selamanya itu.

"Jare Imas, Yuli sempet bisikin dia. Katanya..."

Dosamu isih tak itung, lho...
profile-picture
profile-picture
profile-picture
donif dan 35 lainnya memberi reputasi
36 0
36
Lihat 3 balasan
Memuat data ...
1 - 0 dari 3 balasan
TULAH (Jasadnya Mati, Dendamnya Beranak Pinak) ~~ Based on True Story
09-09-2021 21:02
menanti updet di maljum ini emoticon-Malu
profile-picture
profile-picture
aan1984 dan indrag057 memberi reputasi
2 0
2
TULAH (Jasadnya Mati, Dendamnya Beranak Pinak) ~~ Based on True Story
09-09-2021 21:03

BAGIAN 22.2

Quote:
Setelah mobil rombongan itu pergi meninggalkan Panti, Rissa buru-buru menutup pintu pagar dan menguncinya kembali. Ibu Sari sudah bilang bahwa dia akan tidur di Panti malam ini. Dan itu berarti, Rissa harus menyiapkan satu kamar kosong lagi.

Dia sempat menimbang-nimbang, apakah dia harus membuka kamar tepat disamping kamar perempuan bernama Yuli itu atau lebih baik biar beliau memakai kamarnya di samping dapur saja? Tapi belum juga Rissa mengambil keputusan, sebuah suara terdengar dari kejauhan memanggil namanya.

"Rissa! sini dulu bentar...” Itu Ibu Sari, melambaikan tangan dari depan pintu kamar Yuli. Dengan perasaan enggan yang terus coba ia tutup-tutupi, Rissa mendekat dengan setengah berlari. Menunggu perintah yang ia harap tidak semakin memberatkan perasaannya.

"Aku mau ke lantai dua sebentar, ada berkas yang harus aku cari buat Yuli." Sialaaan!! Ternyata apa yang ditakutkan Rissa menjadi kenyataan. "Tolong kamu tungguin dia sebentar. Tutup pintunya biar hawa dingin ndak masuk ke dalam. Ya?"

Wajah Rissa memucat. Dengan ragu, dia arahkan pandangan lurus melewati bahu Ibu Sari. Di dalam sana, dimana perempuan itu tampak tertidur di atas ranjang besi. Masih dengan daster kumal, rambut acak-acakan dan bau kambing yang seakan telah menempel di tubuhnya selama belasan tahun.

"Nggih, bu..." Apa yang keluar dari mulut Rissa tentu saja berlawanan dengan suara hatinya. Tapi dia tidak bisa menolak.

Ibu Sari benar-benar pergi meninggalkannya, sebelum kemudian Rissa masuk ke kamar dengan keterpaksaan dan kepasrahan. Pintu sengaja tidak dia tutup sepenuhnya, karena itu adalah cara terakhir untuk sedikit mengurangi rasa takut yang mencekam hati.

Karena sekarang, malam ini, belum pernah Rissa merasa sebegitu gentarnya. Terjebak dalam satu ruangan dengan perempuan yang tidur dengan satu mata yang terbuka. Tubuhnya terlentang, tapi kepalanya miring ke arah ke samping. Sepasang mata yang satu tertutup dan yang satu lagi terbuka itu menusuk tepat ke arah Rissa yang kini nyaris menangis. Tangannya basah kuyup, tubuhnya gemetaran dan kakinya menolak diajak maju barang selangkahpun.
profile-picture
profile-picture
profile-picture
donif dan 48 lainnya memberi reputasi
49 0
49
Lihat 10 balasan
Memuat data ...
1 - 0 dari 10 balasan
TULAH (Jasadnya Mati, Dendamnya Beranak Pinak) ~~ Based on True Story
09-09-2021 22:46
itu yang jadi astria mirip adinda thomas? ane gak rela kalo doi dipihak antagonis emoticon-Frown
profile-picture
profile-picture
aan1984 dan indrag057 memberi reputasi
2 0
2
TULAH (Jasadnya Mati, Dendamnya Beranak Pinak) ~~ Based on True Story
10-09-2021 07:25
Mantap apdetnya,panjang.
Yang bikin jadi tanda tanya baru maksud dari perkataan Yuli pada Imas itu apa,dan apakah firasat Rissa bakal jadi teror untuk panti
profile-picture
profile-picture
aan1984 dan indrag057 memberi reputasi
2 0
2
TULAH (Jasadnya Mati, Dendamnya Beranak Pinak) ~~ Based on True Story
10-09-2021 08:43
Mantap gan....jd bnyk pertanyaan dan perkiraan2 yg mungkin akan terjawab dgn update2 nya....
profile-picture
aan1984 memberi reputasi
1 0
1
TULAH (Jasadnya Mati, Dendamnya Beranak Pinak) ~~ Based on True Story
10-09-2021 20:15
Lanjut dong gan
profile-picture
profile-picture
indrag057 dan aan1984 memberi reputasi
2 0
2
TULAH (Jasadnya Mati, Dendamnya Beranak Pinak) ~~ Based on True Story
11-09-2021 01:16
Imas knp ya? Apakah dia masih merasa bersalah?
profile-picture
indrag057 memberi reputasi
1 0
1
TULAH (Jasadnya Mati, Dendamnya Beranak Pinak) ~~ Based on True Story
12-09-2021 22:58
Kok blm updet lgi bre emoticon-Bingung
profile-picture
profile-picture
aan1984 dan indrag057 memberi reputasi
2 0
2
Lihat 1 balasan
Memuat data ...
1 - 0 dari 1 balasan
TULAH (Jasadnya Mati, Dendamnya Beranak Pinak) ~~ Based on True Story
13-09-2021 04:57
Yang jadi dea cakep bener kayak rchelcia
profile-picture
aan1984 memberi reputasi
1 0
1
Lihat 3 balasan
Memuat data ...
1 - 0 dari 3 balasan
TULAH (Jasadnya Mati, Dendamnya Beranak Pinak) ~~ Based on True Story
13-09-2021 06:32
semangat bre untuk updateny
profile-picture
aan1984 memberi reputasi
1 0
1
Lihat 1 balasan
Memuat data ...
1 - 0 dari 1 balasan
Halaman 43 dari 68
icon-hot-thread
Hot Threads
Heart to Heart
Stories from the Heart
Copyright © 2023, Kaskus Networks, PT Darta Media Indonesia