Angin terus memberi dingin. Burung burung berlomba mencari tempat sembunyi. Awan terus mengikuti hati yang sedang sendiri. Terimakasih atas semua skema yang engkau beri. Sungguh, hari ini aku sangat bersyukur masih bisa ditemani orang yang kusayangi. Aku berjanji tak akan mengingkari, hal hal yang sudah pernah keluar dari mulutku ini.
"Tan" Chat dari Fauziyah.
"Kenapa Fau?" Balasku.
"Lagi dimana" Balas Fauziyah.
Tumben, biasanya gak beginih.
"Dirumah nih Fau, kenapa?" Tanya ane.
"Gw lagi di Juanda, bisa ke sinih gak?" Balas Fauziyah.
Sebenarnya pengen ngejemput, tapi ini udah jam 5. Macet, pasti.
"Bentar deh, cari motor dulu" Balas ane.
Ane nyari motor buat dipinjem, sebenarnya ini kesempatan ane buat bisa deket lagi sama Fauziyah. Ane bukan bajingan yang sehabis putus habis itu lalu cari yang lain. Ane bukan tipe begitu hehe. Ane cuma pengen lagi dengan Fauziyah, sosok yang dari dulu tau betul ane seperti apa. Tanpa harus menjadi orang lain. Fauziyah tetap memaklumi diri ane yang banyak kurangnya ini.
Ane nyari motor kerumah temen ane. Dan ternyata enggak ada karena lagi dipakai nyokapnya pergi. Ane kerumah abang abangan ane, dan ternyata lagi dipakai juga buat pergi. Huft, gagal deh.
"Yah, gak ada Fau" Balas ane.
"Yah, pinjem gabisa Tan?" Tanya Fauziyah.
"Gak ada Fau, kan tau sendiri, gua orangnya gabisa maksain" Balas ane.
Fauziyah membalas singkat, mungkin ada sedikit rasa kecewa. Tapi mau gimana? Keadaan gabisa ane paksa. Semua yang ane lakuin masih tergantung waktu. Waktu memihak ya ane ambil, enggak? ya mau gimana lagi?
Gelap menghampiri, siang telah berlalu. Hati yang sepi kembali ingin mencari jati diri. Orang lama mungkin pilihan tepat untuk hati yang masih ingin menetap. Haruskah kisah ini tetap berlanjut? Sampai kita pisah karena tanda sebuah kelulusan? Apakah yang kini kita rajut akan terus berlanjut? Sampai nanti kita tua dan tersenyum manggut manggut. Ah, itu nanti saja, ya? Aku belum mau menemui titik akhirnya.
SCHOOL
Ane berangkat dengan selamat. Pagi hari yang biasa biasa saja. Hanya kebisingan pengendara lalu lalang yang seakan tak bosan menemani ramainya jalan raya ibu kota. Hari ini tak ada beda jauhnya dengan hari yang lalu. Semua nampak sama. Ada yang ngobrol dibangku belakang. Ada yang main hp dan nyuekin temen sebangkunya. Ada yang lagi godain mantannya...
"Ayo jalan Fau" Kata ane merayu Fauziyah.
"Kemarin gua minta jemput kan" Kata Fauziyah.
"Iyaa, tapi motornya gak ada" Jawab ane. Sedikit lesu memang.
"Gapapa, lain kali" Kata Farah
Bel istirahat
Ane turun bersama yang lain. Menuju kantin yang tepat berada dibawah anak tangga. Memesan es teh lalu membeli cemilan ringan ditemani obrolan obrolan hangat. Ane hari inu punya niatan untuk main ke salah satu rumah temen ane yang berada di Juanda. Memperpanjang tali sillaturahmi lah istilahnya.
"Nanti ke warung Kania aja Tan" Kata Reza.
"Harusnya gua yang ngomong begituh ke lu" Kata ane. Reza hanya tertawa.
"Gua ajak Adit kambing yeh" Kata ane.
"Ajak Tan" Kata Dika.
DJUANDA
Ane dan Dika berjalan melewati Harmoni. Jalan kaki, karena kami memang tak mempunyai motor pribadi. Ane dan Dika hanya mengobrol sepanjang perjalanan arah rumah Dika yang berada di Juanda. Perjalanan tak terasa, kami sudah sampai di Juanda. Ane menaruh tas dan dipersilakan makan terlebih dahulu.
"Kemaren Fauziyah minta dijemput lu" Kata Dika.
"Iyaa cuk, kemarin ngechat. Tapi gada motor" Kata ane.
"Kemaren die balik sama Angga, katanya Angga pernah suka sama Fauziyah" Kata Dika.
Iyaa, Anca/Angga pernah suka sama Fauziyah. Ceritanya udah pernah ane tulis kayanya di part... ane lupa wkwk.
"Iyaa, gua pernah ribut malah" Kata ane.
"Ribut gimana? Kan lu temenan dari SD" Kata Dika.
"Iyaa, gua pernah ribut. Lagian si Angga masa kaya gak ngehargain gua banget. Harusnya faham lah, Farah kan lagi pacaran sama gua. Masa mau diembat?" Kata ane.
Dika faham. Dia mengangguk tanda mengerti.
"Kok gituh sih, trus gimana Tan?" Kata Dika.
"Iyaa gituh, terus damai" Kata ane.
"Ngopi yu didepan" Ajak Dika.
Ane dan Dika pergi ke suatu warung. Warung yang pemiliknya adalah mantan ane sendiri. Kania.
"Mah" Tegur ane ke mamahnya Kania. Ane dan keluarganya Kania sudah saling kenal. Cuma tak sampai ada kelanjutan. Hehehe.
"Eh Sultan" Sapa mamah Kania.
"Sehat mah? Kania ada?" Kata ane.
"Ada, didalam kayanya" Kata mamah Kania.
Ane memesan kopi hitam dan membakar rokok filter. Sekilas memandang sebuah kenangan lagi yang pernah tercipta disinih. Tak banyak, hanya 9 bulan ane pernah berpacaran dengannya.
Angin hilir mudik melewati atas secangkir yang berisi kopi. Kepulan asap terus mengepul sampai ke jidat. Dika enggak merokok. Suatu kebagusan yang seharusnya ane tiru. Tak, tak bagus kalau terus terusan menyalahkan sesuatu.
"Kenal Tan?" Tanya Dika. Yang dimaksudnya adalah mamahnya Kania.
"Kenal lah, kan dulu pernah jadi mantu haha" Kata ane.
"Kania mah dulu satu pengajian sama gw Tan" Kata Dika.
"Iyaa dik?" Respon ane.
"Iyaa, cuma kenal doang" Kata Dika.
Jam menunjukan sore hari. Tapi ane masih ingin terus disinih. Tidak ada dorongan untuk pulang kerumah. Mungkin otak sedang mencari sesuatu inspirasi untuk bisa dibagi, nantinya. Tapi handphone yang ane bawa terus berdering. Ada nama dilayar yang bertukliskan mamah. Kayanya lagi nyariin anaknya yang belum pulang.
"Dimana?" Tanya mamah ane.
"Di Juanda" Jawab ane.
"Pulang jangan sore sore, nanti malem mau ngaji" Jawab mamah ane.
Suatu keharusan yang sebenarnya harus ane laksanakan. Ane harus pamit ke Dika dan mamah Kania. Mengingat perjalanan dari Juanda ke rumah ane lumayan jauh. Ane enggak mau sampai rumah pas dalam kondisi gelap.
"Jangan kapok Tan main kemarih" Kata Dika.
"Iyaa Dik, nanti lu yang main kerumah gua gantian" Kata ane seraya berjabat tangan.
"Siyap" Jawab Dika.
AKU PULANG.
SHEILA ON 7