“ Cinta bukan kalimat gombal, cinta adalah komitmen untuk saling mendukung, untuk selalu ada, baik senang maupun duka. Jadi berhentilah sibuk dengan galau perasaan kalau kita sebenarnya bahkan mengurus diri sendiri pun belum bisa. Menentukan mana yg baik, mana yg buruk pun masih egois. Uang jajan
Puncak dari semua ketegangan justeru menunggu di rumah Jauhari. Saat kami bertiga setengah cemas, setengah mengantuk mendorong pintu,di ruang depan telah berkumpul (menunggu) beberapa orang: istri Jauhari yangmenggendong si buyung (merengek), adik misan Jauhari, teman adik misannya (sepertinya begi
Kupikir hal pertama yang harus diurus adalah mencari alamat Mei. Bagaimana mungkin aku ke Surabaya tanpa bertemu Mei? Dan kalau aku ingin bersua dengannya, bagaimana mungkin aku tidak tahu alamat rumahnya? Apakata Andi suatu ketika, “Kota itu luas, Kawan. Pontianak separuhnya pun tidak sampai, ...
Suara gemeretuk motor tempel (menge-tem, merapat, meninggalkan steher), teriakan petugas timer, penumpang yang bergegas, keributan kecil memenuhi dermaga kayu. Kesibukan datang lagi di kota kami, hari ke 48.765 sejak hantu si pontianak ditaklukkan pendiri kota ini—tidak percaya hitungannya, k...
“Kau tahu apa yang bisa dengan segera membuat tampang kusutmu mencair seperi mentega lumer di penggorengan, sebal di hati pergi seperti kotoran disapu air? Sederhana. Kau bolak-balik sedikit saja hati kau. Sedikit saja, dari rasa dipaksa menjadi sukarela, dari rasa terhina menjadi dibutuhkan, d...
“Tersebutlah dua anak manusia bernama si Fulan dan si Fulani, kenal satu sama lain sejak masih merah dalam gendongan. Orang-tua mereka sahabat dekat, bertetangga rumah dan berbagi banyak hal. Umur enam tahun, saat masa kanak-kanak yang indah, pecahlah perang kemerdekaan, pihak sekutu yang berha...
Aku mengetuk pintu depan. “Masuk, Borno. Tidak dikunci.” Suara berat khas itu terdengar—ah, kalau kalian bisa mendengarnya sendiri, kalian akan selalu suka dengan intonasi suara ini, membuat kangen. “Sarapan tiba!” Aku menyeringai. “Kau bawa apa hari ini?” “Sayur bayam dan bening ...
Aku mematikan motor tempel, lantas membiarkan sepitku dibawa arus Kapuas berhiliran. Matahari tumbang di kaki langit barat sana, menyisakan langit merah. Awan putih menggumpal terlihat kemerah-merahan, dinding-dinding bangunan sarang burung walet, menara BTS, atap-atap rumah, bahkan permukaan sun...
“Sejatinya, rasa suka tidak perlu diumbar, ditulis, apalagi kaupamer-pamerkan. Semakin sering kau mengatakannya, jangan-jangan dia semakin hambar, jangan-jangan kita mengatakannya hanya karena untuk menyugesti, bertanya pada diri sendiri, apa memang sesuka itu.” —Tere Liye (Kau, Aku, dan Sepu
“Cinta sejati selalu menemukan jalan. Ada saja kebetulan, nasib, takdir, atau apalah sebutannya. Tapi sayangnya, orang-orang yang mengaku sedang dirudung cinta justru sebaliknya, selalu memaksakan jalan cerita, khawatir, cemas, serta berbagai perangai norak lainnya. Tidak usahlah kau gulana, wa...
jadi nostalji neh, gegara kangen buku ane yg blm dibalikin tmn ane, Yang sy post disini adalah versi online, pertama kali sy post di web tumblr pribadi. Lebih panjang dan endingnya pun berbeda dengan versi Novel.
Melayunya kerasa bgt ni bang, macam awak aje lah Borno nih :ngakaks Cepet jg udah 15, udah ktmu ama Mei :( Wait, ratenya aneh bgt turun drastis 3.8 :kagets: tgu sebentoh gan :ngacir: Lah 4.5, hahahaks awak tau lah sape org pekak nan sirek :ngakak Penulis yang baik tidak menulis karena seberapa ba
“Tahukah kau, untuk membuat seseorang menyadari apa yang dirasakannya, justru cara terbaik melalui hal-hal menyakitkan. Misalnya kau pergi. Saat kau pergi, seseorang baru akan merasa kehilangan, dan dia mulai bisa menjelaskan apa yang sesungguhnya dia rasakan.” --novel "Kau, Aku & Sepu
wah ternyata ada bang tere nongol dimari pas banget, gw belom kelar baca nopel yg ini gara2 dipinjem temen tp ga dibalik-balikin :ngakaks kampret emg tuh ank ijin nenda ya bang, kpn lg bisa interaksi ama penulisnya langsung Tidak semua orang bisa membeli buku. Pun kalau bisa, tidak selalu jadi prio
Halaman luas Istana Kadariah lengang. Tukang kebun asyik memangkas rumput di bawah bayangan bangunan, sekalian berteduh. Tidak ada tanda-tanda gadis itu di sini, terlihat beberapa pengunjung, asyik berfoto, tapi bukan Mei. Aku mendongak, matahari terik membakar kepala. Aku sudah bertanya ke penjaga
‘Bang Borno yang baik, meski kadang suka sok-lucu, sok-kenal sok-dekat, Kalau abang tetap bersedia mengajari Mei mengemudikan sepit, besok pukul sembilan jemput Mei di dermaga Istana Kadariah. Jangan telat, dan jangan pula datang lebih cepat. Mei—’ Tulisan di lipatan surat itu pendek saja, ta
Nasib malang, gara-gara lelucon tidak lucu tentang nama bulan, sisa pagi kuhabiskan bermuram durja. “Woi, Borno, sepit kau majulah!” Petugas timer dermaga seberang meneriakiku, memutus lamunan. Aku mengusap wajah, menghidupkan motor tempel. Dari tadi suasana hatiku buruk, hanya duduk bengong...
“Akhirnya, Borno. Setelah sekian lama tidak kelihatan batang hidungnya, kupikir kau sudah lupa rumah papan milik orang tua sebatang kara ini.” Pak Tua tersenyum hangat, walau wajahnya terlihat pucat, berpangku tongkat membukakan pintu, “Lama sekali kau tidak main ke sini, mungkin barang sat...
Rekap Episode2 sebelumnya: Pernah naik angkot? Kereta? Pesawat? Kapal laut? Atau kendaraan umum lainnya? Nah, bayangkan di sebelah kalian duduk seorang pemuda usia 20-an. Selintas dilirik, sekilas lalu, lantas asyik kembali melihat keluar jendela. Tiba di tempat tujuan, bertemu sanak-kerabat-kole...