Bagus. Sy tandai. Asah terus kemampuan menulis nya. Pengembangan cerita bisa ditingkatkan dengan melebarkan aspek 'logic'
Selamat Malam mas. coba yang ini "Di bawah semangat, burung membuat sarangnya." Link http://kask.us/hZNDr Tidak masuk kriteria. Belum tamat. Tapi, kaidah bahasa sudah bagus.
Ada beberapa tips dalam menulis ala Tere Liye: 1. Ide cerita Ide cerita merupakan salah satu poin penting dalam penulisan novel, namun ide yang baik selalu lahir dari sudut pandang yang spesial. “Ide itu tidak ada yang jelek. Pada dasarnya ide itu sama, hanya saja yang membuat ia menjadi spesia...
“Lepaskanlah. Maka esok lusa, jika dia adalah cinta sejatimu, dia pasti akan kembali dengan cara mengagumkan. Ada saja takdir hebat yang tercipta untuk kita. Jika dia tidak kembali, maka sederhana jadinya, itu bukan cinta sejatimu." *Novel ke-19, "RINDU", Tere Liye
“Terkadang dalam banyak keterbatasan, kita harus sabar menunggu rencana terbaik datang, sambil terus melakukan apa yang bisa dilakukan.” --Tere Liye, novel "Kau, Aku & Sepucuk Angpau Merah"
"Kalau memang terlihat rumit lupakanlah. Itu jelas bukan cinta sejati kita. Cinta sejati selalu sederhana." --Tere Liye, novel "Kau, Aku & Sepucuk Angpau Merah"
Selesai. Menurut sy ini salah satu cerita terbaik yang pernah sy baca. Pengolahan konflik sudah bagus, sudut pandang penulis lumayan dalam memposisikan diri di bagian cerita. Karakter tokoh terutama Dewi, juga sudah baik. Sy tandai dg post ini.
“MAJU SATU SEPIT LAGI!!” Petugas timer macam rocker kelas kampung berteriak lantang, “WOI, BORNO!! Majulah sepit kau itu.” Jauhari yang antriannya persis di sebelahku, memukul dinding perahu kayuku, ikut mengingatkan. Aku nyengir, meletakkan buku tebal di samping—tanggung sekali, tingga...
Aku mematung. Nafasku tertahan. “Iya, itulah rahasia kecil semua cerita ini…. Adalah Mama Mei, dokter yang melakukan operasi itu. Yang yakin sekali bahwa bapak kau telah mati secara medis, tidak ada lagi aktivitas otak. Dialah yang bertanggung-jawab penuh atas kejadian dini hari itu. Puncak d...
Adalah Bibi yang menungguku di loket bus Pontianak-Kuching. Dia cemas, wajahnya penat, jelas sudah sejak sore dia menungguku di loket. “Mei, Mei akan menikah, Nak Borno.” Bibi langsung ke topik pembicaraan. Dan aku yang sejak tutun sudah menduga pasti ada ‘kabar buruk’, terdiam, seketika....
Waterfront Kuching, malam minggu, tidak ada bedanya dengan tempat berkumpul massal di kota kalian—seperti alun-alun kota. Dipenuhi ribuan orang, sebagian berjalan-jalan santai bersama teman, pasangan, keluarga, menatap kerlip lampu sepanjang tepian Kapuas, gedung-gedung tinggi, sebagian lagi du...
“Bangun, Andi.” Pak Tua menyikut Andi, membangunkan. “Sudah sampai, Pak?” Andi tergagap, menyeka mata, melihat sekeliling. Pak Tua tertawa, “Bahkan kita belum meninggalkan Indonesia, Andi. Selamat datang di perbatasan Entikong. Pintu perlintasan antar negara. Siapkan paspor kau.” Andi...
Dalam ceritaku ini, jangan pernah membantah Pak Tua, untuk orang yang hampir mengelilingi separuh dunia, dia selalu benar. Aku menyeka ingus, mengangguk, menurut. Kau tahu, Mei. Sejak hari itu aku memegang teguh permintaan kau. Mengurus bengkel, menjadi bujang dengan hati paling lurus. Hanya satu
“Umpannya dimakan, umpannya dimakan, Pak Tua!” Andi berseru-seru. Semua kepala kami tertoleh. “Lantas memangnya kenapa kalau umpannya dimakan?” Aku yang duduk disebelah Andi bersungut-sungut, gara-gara teriakan dia, sepertinya ikan yang mau menangkap mata kail-ku malah kabur. “Umpannya ...
Semua orang juga tahu, ojek sepeda motor adalah pamungkas jika kalian butuh kecepatan tinggi mengejar sesuatu di jalanan padat kota. Mereka master jalan pintas, jago nyelip di celah sempit kendaraan lain, dan memang suka (tanpa disuruh) salip kiri, salip kanan. Jadi sebenarnya biasa-biasa saja, j...
Dalam ceritaku ini, Pak Tua selalu benar. Jika dia keliru, atau kenyataannya berbeda dari yang dia sampaikan, maka itu biasanya karena kenyataan itu datang terlambat. Berbeda dengan Bang Togar, yang juga punya rumus sama. Bang Togar selalu benar, jika dia keliru, maka lihat kalimat sebelumnya. Sa...
Ada 64 sepit yang ikut-serta. Sesuai kesepakatan dalam technical meeting, maka akan dibagi menjadi 16 group, berisi masing-masing empat peserta. Inilah babak penyisihan, setiap group akan bertanding sekali, berhuluan menuju jembatan Kapuas, lantas berputar arah di salah satu tiang betonnya, kembali
“Alangkah paginya kau berangkat, Borno?” Tetangga menyapa, menguap, masih sarungan di depan rumah papan yang nempel rapat satu sama lain, “Kau mau ke bengkel atau jangan-jangan mau jadi komandan upacara bendera 17an di lapangan balaikota?” Demi sopan santun, aku menggeleng, “Tidak dua-d...
Enam puluh tahun silam, tahun 1950, kota Pontianak hanyalah kampung luas. Rumah panggung dari kayu trembesi bergerombol memenuhi tepian Kapuas, kehidupan berpusat pada sungai. Pasar, sekolah, tempat ibadah, tempat pertemuan, semua berkumpul di tepian Kapuas. Belum ada bangunan tinggi sarang burun...
Catatan: ini episode paling panjang dalam sejarah Borno, jangan dibaca saat kalian menunaikan amanah. Ini juga (sepertinya) termasuk episode yang mengharukan, jangan dibaca saat kalian sedang berada di tempat umum, apalagi nonton bola, bisa malu ketahuan nangis :) “Terus terang, orang tua ini leb