yanagi92055Avatar border
TS
yanagi92055
AMOR & DOLOR (TRUE STORY)
Selamat Datang di Trit Kami

私のスレッドへようこそ




TERIMA KASIH BANYAK ATAS ATENSI DAN APRESIASI YANG TELAH GANSIS READERBERIKAN DI TIGA TRIT GUE DAN EMI SEBELUMNYA. SEMOGA DI TRIT INI, KAMI DAPAT MENUNJUKKAN PERFORMA TERBAIK (LAGI) DALAM PENULISAN DAN PACKAGING CERITA AGAR SEMUA READER YANG BERKUNJUNG DI SINI SELALU HAPPY DAN TERHIBUR!


Quote:


Spoiler for MUARA SEBUAH PENCARIAN (TAMAT):


Spoiler for AKHIR PENANTIANKU (ONGOING):


Spoiler for PERATURAN:


Spoiler for FAQ, INDEX, MULUSTRASI, TEASER:



HAPPY READING! emoticon-Cendol Gan


Quote:
Diubah oleh yanagi92055 01-10-2020 14:23
sotokoyaaa
santet72
al.galauwi
al.galauwi dan 90 lainnya memberi reputasi
81
174.5K
3K
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.5KThread42.1KAnggota
Tampilkan semua post
yanagi92055Avatar border
TS
yanagi92055
#529
...Are You Ready For..._Part 2
Waktu berlalu semakin cepat saja rasanya. Hal ini juga yang semakin membuat gue deg-degan, was was dan hal-hal membingungkan lainnya. Seperti tidak fokus di kantor. Selain itu juga, tiba-tiba saja banyak cewek yang berasal dari masa lalu gue mendadak muncul ke permukaan. Gue sama sekali tidak bisa memprediksi apapun. Seperti ketika gue habis ada business trip ke benua Amerika, gue bertemu Zalina disana. Walaupun hanya sebentar, tetapi itu tetap bisa diingat sampai saat ini. Semuanya berjalan baik baginya. Gue pun ikut senang dengan pertemuan dan perkembangan kehidupannya. Lalu, gue juga bertemu junior gue waktu SMA yang dulu sempat ada hubungan khusus walaupun tidak pacaran dengan gue, Nurul. Kalau ini gue bertemu dengan dia saat jalan-jalan di mall dengan Emi. Gue tidak menegur dan Nurul pun sepertinya pura-pura untuk tidak melihat gue. Tetapi gue tau Nurul seperti apa, jadi tidak mungkin Nurul memalingkan dengan sengaja pandangannya dari gue.

Bagaimana dengan Sofi? Gue bahkan datang ke pernikahannya. Ya, Sofi sudah lebih dulu menikah dengan salah satu teman seangkatannya di kampus, sama-sama satu fakultas dengan gue, tetapi beda jurusan. Lucunya lagi, si suaminya ini sepertinya jealous sekali dengan gue, terutama ketika gue naik ke pelaminan dan menyalami Sofi. Padahal gue sama sekali tidak pernah berurusan, bahkan tau si suaminya ini eksis, semasa kuliah dulu. Jodoh memang cerminan diri. Ternyata Sofi yang tidak punya pengaruh apapun di angkatan atas gue, bertemu dengan teman seangkatan yang sama tidak berpengaruhnya di jurusannya. Logikanya, kan tidak mungkin gue merebut istri sah orang lain diatas pelaminan saat itu juga. Mungkin suaminya itu insecure melihat penampakan gue. Entahlah, gue pun tidak peduli.

Lalu, bagaimana pula dengan Dee? Waktu gue ke Padang, sempat ada rencana untuk menemui dia. Tetapi, dengan kejadian yang dulu menimpa gue saat hubungan gue dan Emi sedang berlangsung, gue lebih memilih untuk tidak mengajaknya bertemu. Entah mengapa, memori dengannya ini menyakitkan sekali rasanya dan masih membekas hingga gue menulis cerita ini di masa sekarang. Cewek lainnya yang justru tidak sengaja bertemu gue adalah Anis. Masih ingatkah kalian dengan cewek ini? Cewek ini adalah sahabat Dee selama di kampus dulu, yang tau seluk beluk hubungan gue dengan Dee, bahkan diam-diam jadi stalkerEmi, yang pada akhirnya sempat ada hubungan singkat dengan gue. Pertemuan dengan Anis ini terjadi karena ternyata kantor Anis adalah salah satu rekanan kantor gue. Selama ini pun gue tidak mengetahui ini. Gue tau kantor Anis sebagai rekanan kantor gue sudah dari lama, tetapi ternyata ada dia di dalamnya, ini yang tidak pernah gue ketahui sama sekali.

Kiara. Mungkin nama ini sangat tidak asing bagi yang mengikuti kisah gue dari awal sampai saat ini. Ara seorang yang amat sangat periang dan selalu bisa menyembunyikan perasaannya ini adalah orang yang selalu teringat oleh gue. Saat penyusunan rencana pernikahan ini pun sebetulnya gue masih berusaha untuk bertemu dulu dengannya, tetapi sepertinya Ara tidak ingin mengganggu konsentrasi gue. Dia dia memblok kontak dari gue. Hanya saja, dia memutuskan untuk tidak meresponnya. Gue merasa panik? Jawabannya, ya. Entah kenapa gue amat sangat penasaran dengan kabarnya kini. Gue sadar kalau rencana pernikahan ini sepertinya akan membawa sakit hati yang mendalam baginya. Tapi dia kan belum tau rencana ini dari awal? Atau malah sudah, tapi bukan melalui gue? Entahlah. Gue tidak mau membebani pikiran gue dengan urusan bersama Ara ini. Tetapi, hal ini benar-benar mengganjal untuk gue.

((UNKNOWN NUMBER CALL))

Gue sedikit terhentak ketika tiba-tiba ada telepon masuk di ponsel gue. Nomor tidak dikenal. Gue sekarang ini sudah membiasakan untuk tidak asal mengangkat telepon, apalagi untuk nomor tidak dikenal seperti ini. Kalau memang ini urgent, seharusnya ketika telepon tidak diangkat, si penelepon akan mengirimi gue pesan. Entah melalui messaging biasa, atau aplikasi seperti WhatsApp dan sejenisnya. Telepon berdering dua kali dari nomor yang sama. Gue curiga ini adalah nomor orang marketing yang suka menawarkan kartu kredit. Orang punya segala macam cara untuk menawarkan kerjasama semacam ini. Mengapa mereka tau nomor kita? Negara open source macam negara kita tercinta ini mana aware soal keamanan data pribadi bukan? Jadi ya tidak usah heran ketika banyak nomor asing tiba-tiba menawarkan ini itu padahal sebelumnya kita merasa nomor kita tidak pernah disebarluaskan. Wong Kartu keluarga saja fotokopinya bisa sampai ke tukang gorengan dan dijadikan sebagai bungkus gorengannya, kok.

Telepon dari nomor yang sama berdering hingga lima kali. Gue pun penasaran siapa yang ngotot sekali ingin berbicara dengan gue? Kenapa terus-terusan berusaha untuk tersambung dengan saluran gue? Sekalipun ada penawaran semacam kartu kredit atau sejenisnya, biasanya hanya dua kali. Tidak sampai lima kali. Gue membiarkan saja, sesuai dengan prinsip gue dari awal, jika memang penting, seharusnya orang ini akan mengirimi gue pesan.

Benar saja, sekitar lima menit berselang setelah telepon bertubi-tubi, dia mengirimi gue pesan.

“Sombong bener! Mentang-mentang mau nikah! -A-

Singkat, padat, dan mengherankan. Siapa ini bisa-bisanya tau gue mau menikah? Setau gue, gue dan Emi ini merahasiakan rencana pernikahan kami. Tinggal nunggu undangan saja, baru semua akan tau dengan sendirinya. Ada inisial “A” disini. Siapa dia ini? Klien atau rekanan gue di kantor tidak akan seperti ini bahasanya, terlalu privat. Lalu siapa ya? Gue berusaha untuk menahan diri dulu sebelum melanjutkan untuk menanggapi pesan ini. Hanya saja jiwa gue yang amat sangat kepo ini merasa tersiksa jika tidak segera mengetahuinya. “Ah udah biarin aja, deh.” Tutup gue.

Bagai petir disiang bolong, selang sekitar lima belas menitan, bunyi notifikasi pesan di HP kembali terdengar. Hanya satu kali. Gue melihat kembali notifikasi yang ada di bagian atas HP. Hanya satu pesan, dan ketika gue lebarkan preview-nya, hanya ada gambar kotak “PHOTO”. Wah, orang ini mengirimi gue gambar? Untuk apa? Apakah untuk ucapan selamat? Kok rasa-rasanya kurang oke ya dan tidak tepat sekali momennya. Ini sangat membuat gue penasaran. Pada akhirnya gue memutuskan untuk membuka pesan tersebut. Gue men-setting pesan ini agar tidak otomatis terunduh baik itu gambar maupun video. Jadi nanti akan gue unduh manual demi untuk mengurangi konten-konten bodoh yang di share di grup keluarga. Haha.

Alangkah senangnya gue, eh, lebih tepatnya kaget, ketika gue mengunduh gambar tersebut. Apa sih gerangan gambarnya? Yak, ternyata yang dikirimkan adalah gambar manusia dengan foto menghadap ke arah cermin seukuran tubuhnya, yang menyebabkan seluruh tubuhnya dapat terlihat, tetapi tidak dengan kepala dan mukanya. Lebih mencengangkan lagi, foto ini adalah foto orisinil, alias tanpa penutup. Sangat polos sampai gue terkaget-kaget dan otomatis langsung celingak celinguk kanan kiri memastikan tidak ada yang melihat lagi selain gue. Rejeki siang-siang. Hahahaha. Sudah begitu lama gue tidak pernah mendapatkan hal-hal bocah seperti ini.

Sejurus kemudian gue pun tersadar dan kembali ke pertanyaan awal, ini siapa? Kenapa dia bisa-bisanya mengirimkan foto tanpa busana entah siapapun itu, ke gue. Hanya saja, sepertinya gue familiar dengan bentuk badannya. Walaupun yang gue lihat di foto saat ini lebih berisi, sepertinya gue mengenal bentuk badan ini. Siapa ya kira-kira? Seperti tidak asing, tetapi seingat gue, gue pernah melihat bentuk seperti ini, hanya saja tidak sering. Zalina, Keket, Ara, Dee, dan lainnya yang tidak bisa gue sebutkan satu persatu, bahkan sampai ke Emi pun sudah sangat gue hafal dari ujung ke ujung bentuknya. Sementara ini, seperti tidak asing, tetapi juga tidak sering gue lihat. Ah, gila sekali orang-orang jaman sekarang. Nekat sekali mengirimkan foto seperti ini ke orang yang tidak di kenal. Tapi tunggu dulu, dia kenal gue, kok. Buktinya dia tau kalau gue mau nikah. Bahkan ini orang berani mengirimkan foto tubuhnya sendiri, atau rekannya, atau siapalah ini yang sangat familiar bagi gue. Ini namanya bikin rasa penasaran gue semakin merajalela. Siang-siang yang panas malah disuruh berpikir teka teki macam ini. Enak sih dilihat, tapi tetap saja salah. Apalagi kalau gue sedang bersama Emi, bisa-bisa akan terjadi perang dunia kedua ratus, dan efeknya tentu saja pernikahan kami yang hampir bisa dipastikan batal.

Gue memilih untuk mendiamkan saja dan gue menghapus foto tersebut beserta pesan lainnya. Gue takut ini adalah jebakan yang Emi ciptakan. Tetapi, gue sangat mengenal Emi dan rasa-rasanya Emi tidak mungkin melakukan tindakan sekampungan dan serendah ini untuk kelas manusia cerdas seperti dirinya. Gue pun melanjutkan aktivitas gue seperti biasa.

Semakin lama gue beraktivitas, rasa penasaran ini bukannya menghilang, malah semakin membesar. Siapa ya kira-kira ini orang? Kok rela banget kayak begini ke gue? Terus kok seperti tidak ada harganya sama sekali sama badan sendiri. Malah dipamer-pamerin ke orang lain, walaupun orang itu dia kenal sekalipun. Apalagi ini bukan pacar atau suami sendiri, melainkan orang random di kehidupannya. Sungguh manusia masa kini kadang pola berpikirnya agak di luar kebiasaan. Pandangan gue selalu bertukar antara laptop yang ada di depan gue dengan ponsel yang ada di sebelah kanan tangan kanan gue. Ponsel ini tidak menyampaikan sinyal apapun lagi terkait dengan pesan-pesan. Notifikasi hanya ada dari aplikasi-aplikasi pendukung lainnya, kebanyakan untuk promosi.

Tidak lama kemudian, panggilan suara dari Emi masuk sebagai notifikasi di ponsel gue. Otomatis langsung gue angkat. Emi merupakan orang yang amat sangat fokus apabila sedang berada dalam mode bekerja. Sehingga, ketika di waktu sibuknya ini dia sempat menelepon, ini berarti adalah sebuah keistimewaan yang tidak boleh dilewatkan.

“Halo, Mi, ada apa?” segera setelah gue mengangkat telepon.

“Zy, bisa nggak ya nanti sehabis pulang janjian dulu di kafe langganan kita? Aku mau ngomongin masalah budget. Aku ada ide.” Jelasnya.

“Ya udah nggak apa-apa, ayo aja. Toh ini juga hari jumat, besoknya libur, jadinya kita bisa lebih lama disana. Mungkin lebih fresh kali ya kalo disana, suasananya juga lebih enak buat diskusi.” Kata gue.

“Baidewei, lo ngasih tau siapa soal rencana pernikahan kita?” tanyanya langsung. Gue pun terkesiap dari tempat duduk gue. Bagaimana dia bisa melontarkan pertanyaan ini? Siapa yang sudah menghubungi dirinya? Apakah orang yang sama dengan yang mengirimkan gue gambar tadi?

“Hah? Ngasih tau apaan? Aku nggak ngasih tau siapa-siapa. Emang ada yang nanya ke kamu?” gue berusaha innocent dulu.

“Nggak tau nih, tadi ada yang kirim pesan ke aku, ngucapin selamat untuk pernikahan kita. Kan kita udah janji, nggak akan ngasih tau siapapun sampai semua urusan resepsi jelas dulu.”

“Ya justru karena pegangan aku disitu, makanya aku bingung kok kamu malah nanya aku kasih tau kesiapa. Karena ya nggak mungkin aku bilang-bilang ke orang-orang kalo urusan resepsi aja belum pasti begitu. Atau kamu ada nggak sengaja keceplosan pas lagi ngobrol di kantor sama teman kamu, nggak?”

“Seingat aku sih nggak ya. Aku nggak pernah ngomongin rencana pernikahan aku juga sama siapapun kecuali Bimo. Aku juga percaya Bimo anaknya nggak ember. Lagian yang aku ceritain Cuma rencana tanggal kita nikah dan mau di kampung halaman aku, nggak lebih.”

“Yakin Bimo bisa dipegang nih? Soalnya anaknya rada bences begitu, takutnya ember nggak sengaja, kita nggak pernah tau.”

“Kok kamu malah ngatain Bimo? Hahaha. Nggak lah, aku yakin kok. Aku nggak kenal Bimo setaun dua taun, Zy, lebih dari itu. Jadi rasa-rasanya nggak mungkin juga si Bimo bakalan ngember kemana-mana. Lagian sepenting apa sih nikahan aku bagi orang lain?”

“Ya kan biasanya suka aneh-aneh aja kelakuan orang yang gesrek begitu. Hahaha. Mudah-mudahan emang bukan dia ya. Mungkin kamunya nggak penting, tapi kamu nikah sama aku, yang mungkin bagi orang lain penting. Hahaha.”

“Dih, ngarep banget kamu diakui banyak orang? Hahaha. Nggak tau lah, yang jelas aku nggak mau ambil pusing sebenarnya, tapi aku kepikiran juga, Zy. Kok bisa-bisanya ada yang tau rencana kita?”

“Makanya aku juga kaget kamu nanya begitu tadi. Gimana urusannya jadi ada yang tau rencana kita, sementara kita aja nggak pernah cerita-cerita ke orang lain.”

“Taulah, Zy, aku juga bingung. Yang penting nanti kita bahas budget aja pulang kerja, ya.” Tutupnya.

“Ya udah, oke. Take care ya kamu. Hati-hati nanti menuju ke kafenya. Hari H udah makin deket nih, soalnya.”

“Iya kamu juga ya. Jangan banyak main keluar.”

“Sejak kapan aku suka nongkrong dan main keluar? Di rumah itu game udah menumpuk nunggu buat dimainin. Belinya mahal tu game, masa nggak dimain-mainin? Hahaha.”

“Iya sih, kamu mah anak rumahan. Keluar juga cuma maunya sama aku.”

“Nah itu lo tau. Hehehe.”

Gue menutup percakapan singkat dengan Emi siang itu. Gue kembali beraktivitas seperti biasa. Sampai akhirnya sekitar pukul 16.30 ada notifikasi dari nomor tidak dikenal yang tadi sempat mengirimi gue gambar.

“Dia lagi nih. Sial juga nih orang. Bikin penasaran gue makin gede aja.” Gerutu gue dalam hati.

“ketemuan yuk.” Pesan singkat itu bisa terbaca dari notifikasi ponsel gue tanpa membuka aplikasinya.

“Ini siapa sih? Kok lama-lama annoying ya?” gue membalas langsung pesan aplikasi itu.

“Hahaha. Ija. Akhirnya lo mau juga bales pesan gue, ya.” Balas orang itu lagi.

“Saya nggak mau main-main ya, ini siapa? Kalau nggak penting lebih baik nggak usah hubungi saya ya.”

“Wah, serius banget kayaknya nih.”

Gue mendapati semacam clue lagi. Ketikannya kok tidak asing ya. Gaya bahasanya seperti gue kenal. Tapi gue ragu apakah benar ini orang yang gue kenal atau tidak? Tapi sepertinya ini orang yang gue kenal. Karena kalau stranger, mau apa juga dengan gue yang bukan dari kalangan pesohor negeri ataupun orang berpengaruh, kan? Tidak ada efeknya sama sekali. Jadi gue harus hapus kemungkinan ini. Berarti sudah jelas orang ini sudah mengenal gue, lebih dekat. Bahasanya juga terkesan lebih luwes seperti sudah kenal lama dengan gue.

“Kalau memang mau ada perlu dengan saya, lebih baik anda beritahu saya siapa anda. Saya nggak punya banyak waktu untuk main-main seperti ini.”

“Wih, bahasanya resmi amat, udah jadi pak bos ya rupanya, lo? Hehehe. Tebak dikit dong. Masa nggak ngenalin gue?” orang ini terus saya berkelit. Semakin berkelit seperti ini, jiwa gue semakin berontak untuk mencari tahu siapa orang ini.

“Ya sudah, kalau tidak mau kasih tau, saya juga nggak bakal menanggapi.” Gue mencoba memancing untuk menutup obrolan walaupun dalam hati gue masih berharap untuk dibalas. Lumayan lama sekitar hampir setengah jam gue menunggu, akhirnya ada lagi notifikasi balasan.

“Gue udah liatin ke lo tubuh gue, lo dulu juga dulu pernah liat, dan lo pasti heran kenapa sekarang tubuh gue agak berisi walaupun tetep in shaped, soalnya gue selalu fitness, kok. Lo juga harusnya udah tau gaya ngetik pesan gue, secara dulu kita sempat intens bertukar pikiran lewat pesan seperti ini. Hehehe.”

Wah gila nih orang. Berarti fix dia cewek. Karena foto yang dia kirim katanya fotonya dia sendiri di masa sekarang. Kalau dulu kurusan dari ini, berarti siapa dong ya? Memang sih seperti pikiran gue sebelumnya, ini orang kok bodinya familiar, ketikannya pun sama. Atau jangan-jangan, A ini adalah……………..???
rafeeng
JabLai cOY
dirgoyuswo751
dirgoyuswo751 dan 12 lainnya memberi reputasi
11
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.