Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

yanagi92055Avatar border
TS
yanagi92055
AMOR & DOLOR (TRUE STORY)
Selamat Datang di Trit Kami

私のスレッドへようこそ


AMOR & DOLOR (TRUE STORY)


TERIMA KASIH BANYAK ATAS ATENSI DAN APRESIASI YANG TELAH GANSIS READERBERIKAN DI TIGA TRIT GUE DAN EMI SEBELUMNYA. SEMOGA DI TRIT INI, KAMI DAPAT MENUNJUKKAN PERFORMA TERBAIK (LAGI) DALAM PENULISAN DAN PACKAGING CERITA AGAR SEMUA READER YANG BERKUNJUNG DI SINI SELALU HAPPY DAN TERHIBUR!


Quote:


Spoiler for MUARA SEBUAH PENCARIAN (TAMAT):


Spoiler for AKHIR PENANTIANKU (ONGOING):


Spoiler for PERATURAN:


Spoiler for FAQ, INDEX, MULUSTRASI, TEASER:



HAPPY READING! emoticon-Cendol Gan


Quote:
Diubah oleh yanagi92055 01-10-2020 14:23
sotokoyaaa
santet72
al.galauwi
al.galauwi dan 90 lainnya memberi reputasi
81
175.1K
3K
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread43KAnggota
Tampilkan semua post
yanagi92055Avatar border
TS
yanagi92055
#436
Setengah Laku_Part 4
Kegiatan gue hari ini adalah mendatangi rumah-rumah om-om dan tante-tante gue dari pihak Papa. Hal ini bertujuan untuk memberitahu kabar baik kalau gue akan segera melangsungkan lamaran, dan berharap mereka menyempatkan waktu untuk mendampingi gue datang ke rumah Emi di hari H nanti. Emi sudah menuliskan to do listini untuk dilakukan oleh gue. Setelah dari pihak Papa, baru gue ke rumah Om Dani, adik Mama.

Kebetulan, 3 orang Kakak Adik Papa rumahnya berada tidak jauh dari kantor gue. Jadi gue bisa izin sebentar keluar kantor untuk mampir ke rumah mereka. Kakak tertua Papa, dan dua adik yang persis dibawah Papa adalah orang-orang yang jadwalnya akan gue kunjungi hari ini. Semuanya sudah diatur pula rutenya oleh Emi dengan segala macam kemungkinan plus minusnya.

Jarak kantor gue dengan rumah kakak tertua Papa kurang lebih hanya 2 kilometer. Jadi gue bisa menempuhnya dengan motor hanya dalam waktu sekitar 10 menitan saja. Apalagi hari ini cerah sekali cuacanya, dan jalanan pun lengang. Tidak biasanya seperti ini kalau urusan jalanan yang hampir setiap hari dan setiap jam selalu macet.

Gue sampai di rumah Kakak tertua Papa dan berbincang sebentar dengan tante gue yang juga gue anggap sebagai nenek gue. Kenapa begitu? Karena beliau jarak umurnya cukup jauh dengan Papa. Bahkan dulu waktu Om Reza masih kecil, diasuhnya oleh Kakaknya ini yang juga Om Reza anggap sebagai pengganti ibunya sendiri. Nenek gue dari Papa sudah meninggal dari tahun 60an beberapa tahun setelah tragedi GESTAPU, sementara Kakek gue meninggal ketika gue baru berusia satu bulan. Tante gue ini tidak punya anak kandung sehingga beliau mengangkat seorang anak yang pada perjalanannya sangatlah disayang oleh Papa seperti anak sendiri, tapi bukan Malika ya.

Setelah dari rumah Kakak Papa yang tertua, gue kemudian menuju rumah adik Papa yang persis setelah Papa urutannya. Rumahnya terlihat sepi. Maklum rumahnya sangat besar, jauh lebih besar dari rumah Kakak tertua Papa. Gue membutuhkan ulangan beberapa kali sampai akhirnya bel depan rumah dapat menyadarkan si empunya rumah untuk keluar menemui gue.

Ternyata gue disambut oleh sepupu gue. Kak Andre, anak dari Tante Ita, adik Papa. Kak Andre ini 6 tahun lebih tua dari gue. Masa kecil gue cukup banyak dihabiskan di rumah ini, terutama ketika liburan sekolah. Gue dan Edmiral anak Om Reza, seperti selalu ada jadwal menginap di rumah ini kalau ada libur sekolah. Kak Andre juga yang mengenalkan gue dengan segala macam tokusatsu & Supersentai (superhero buatan Jepang), Gundam, komik (manga) dan console game (saat itu masih jamannya Nintendo 8 Bit dan jadi market leader console game dengan game andalan Mario Bros serta Donkey Kong).

Sampai saat ini, yang masih gue ikuti hanya tokusatsu dan game saja, sementara Gundam dan komik tidak gue lanjutkan karena pada dasarnya gue memang kurang minat dengan hal itu. Sementara Kak Andre sendiri adalah orang yang sangat menyukai Gundam dan komik, ditambah goresan karyanya diatas kanvas yang selalu keren. Tidak heran dirinya sekarang ini dia menjadi seorang arsitek. Sebetulnya ada lagi penyuplai barang-barang made in Japan di keluarga gue, yaitu sepupu gue lainnya yang bernama Mirza dan Rendi. Kakak beradik berotak jenius ini juga sama seperti Kak Andre, seumuran juga, grown up dengan berbagai macam barang-barang hiburan made in Japan. Bahkan mereka bisa membeli langsung karena masa kecil mereka dihabiskan di Jepang mengikuti ayahnya, suami Tante Liana adik Papa juga, yang bertugas sebagai duta besar di negara itu.

“Wah, tumben-tumbenan nih hari kerja gini mampir, Ja. Haha. Ada apa nih?” katanya sembari mempersilakan gue duduk di ruang tamu. Rumah ini tidak banyak berubah.

“Haha. Iya nih, gue lagi agak lengang di kantor makanya gue mampir kesini sekalian mau kasih kabar, Kak. Gue mau lamaran, dan setelahnya bakal ngelangsungin pernikahan.” jawab gue.

Alhamdulillaaaah. Barakallah, Ja. Akhirnya keluarga kita bakal ada pesta lagi nih. hahaha.”

Gue hanya bisa tersenyum ketika dia bilang seperti itu. Karena pada dasarnya gue tidak terlalu nyaman dengan urusan pesta-pesta resepsi ini.

“Iya, Kak. Makanya gue kesini mau ngabarin ini sekalian gue mau undang juga kalau ada waktu untuk dateng ke acara lamaran gue, Kak.”

“Haha beres itu sih, Ja. Tenang aja.”

“Tante Ita lagi nggak disini?”

“Nggak sih, Ja. Lagi di rumah adik gue, di Pamulang (Tangerang Selatan).”

“Oh gitu. Ya udah nanti nitip juga sampein ke Tante Ita ya, Kak.”

“Beres deh. Ini gue belum bikinin minum. Lo mau minum apaan?”

“Haha. Nggak usah, Kak. Gue udah mau cabut nih. Abis ini gue mau ke rumah Tante Liana. Sama, mau ngasih tau ini juga.”

“Oh gitu? Lah buru-buru bener lo. hahaha. Tapi ya udah deh kalo gitu. Takutnya lo mesti balik lagi ke kantor ya?”

“Nah iya bener kak, waktu gue nggak banyak. Hehe. Makanya gue mesti cepet. Kalo gitu gue cabut dulu ya. Salam buat istri lo ya, sama salam juga buat nyokap, Kak.”

“Oke deh sip kalo gitu.”

Selanjutnya, dan sampai 2 hari berikutnya, gue telah mengunjungi saudara-saudara dari pihak Papa. Rencananya hari ini gue dan Emi akan berangkat ke rumah Om Dani. Tetapi apa daya, weekend adalah hari yang horor bagi pelaku perjalanan yang menuju ke arah rumah Om Dani. Hampir di semua ruas jalan disana macetnya tidak logis. Alhasil, istri Om Dani menelpon gue yang sedang dalam perjalanan dan menyarankan untuk putar balik saja karena saat itu sudah menunjukkan pukul 20.00 ditambah jalanan hujan deras. Sebetulnya tidak apa-apa karena gue dan Emi memakai mobil untuk kesana. Tapi sepertinya keluarga Om Dani juga mengerti dan kasihan, makanya akhirnya memutuskan untuk balik arah, setelah sempat videocall sebentar. Keluarga Om Dani siap untuk datang mendampingi gue di acara lamaran gue nanti.

---

“Kak, kamu gimana sih, kok Tante Ita nggak dikabarin sama sekali?” kata Mama secara tiba-tiba ketika gue baru saja keluar kamar untuk sarapan.

“Hah? Apaan sih? nggak dikabarin gimana?” Gue kebingungan dengan pertanyaan Mama.

“Iya ini kamu tuh ternyata ngasih tau kabar ke saudara-saudara Papa toh untuk rencana lamarannnya? Kok kamu nggak kasih tau Mama sebelumnya mau ngabarin ke rumah mereka?”

“Lah ngapain juga. Toh Mama juga kan sibuk ngurusin Dian. Sekarang kalaupun Mama udah tau kalau Ija udah ke rumah saudara, mau gimana? Kan nggak ada bedanya juga bukan?”

“Ya nggak gitu. Ini Mama malah nggak tau apa-apa jadi kena semprot sama Tante Ita.” kata Mama sembari merebahkan diri di kursi ruang tamu.

“Kok jadi kena semprot? Emang kenapa Tante Ita jadi nyemprot Mama?”

“Ini soalnya saudara udah pada ngomongin kalau kamu mau lamaran dan kamu dateng kerumah mereka masing-masing, tapi ternyata Tante Ita nggak didatengin sendiri katanya. Gimana sih kamu? Rumah Tante Ita itu kan paling deket dari kantor kamu, Kak. Kok malah nggak didatengin, sih?” Mama membombardir gue yang belum cukup terkumpul nyawanya karena baru saja bangun dengan pertanyaan yang membingungkan gue.

“Dih, bentar-bentar. Ini siapa yang salah nih?”

“Ya kamu lah. Masa semua saudara kamu datengin, tapi Tante Ita nggak? Malu Mama Kak di tegur begini.”

“TUNGGU!” gue jadi emosi sendiri karena Mama jadi membentak-bentak gue. “Ini ada yang salah nih.”

“Ya kamu yang salah lah, Kak.”

“Mama jangan main salah-salahin Ija kayak gitu dong, Ma! Dengerin dulu Ija mau jelasin dulu. Jangan asal marah-marah karena nggak terima di marahin. Ini yang salah pasti keluarganya Tante Ita itu sendiri, lah.”

“Maksud kamu gimana?”

“Iya. Makanya dengerin dulu Ija ngomong. Rumah Tante Ita itu adalah rumah pertama yang Ija datengin pas kemarin keliling ke rumah-rumah saudara, Ma. Kenapa jadi yang pertama? Ya emang karena rumahnya paling deket sama kantor Ija. Ija ketemu sama Kak Andre. Ija ngomongin rencana Ija itu, dan emang Tante Ita nggak ada disana pas kesana. Katanya lagi ada di Pamulang, di rumah Kak Ema. Nah selebihnya, Ija nggak tau lagi apa yang diinformasiin sama Kak Andre ke Tante Ita. Yang jelas Ija udah ngomong sama Kak Andre.”

“Loh, jadi maksudnya, si Andre nggak ngomong ke Mamanya, gitu?”

“Ya mungkin. Kenapa nggak ditanyain dulu aja itu. Konfirmasi ke Kak Andre aja dulu Tante Ita-nya. Tanyain yang bener. Jangan main asal-asalan nyalahin orang.”

“Ini bener kan kamu udah ke rumahnya?”

“Makanya konfirmasi ke Kak Andre dikata.”

Tak lama setelah menghubungi Tante Ita, Mama kembali berbicara dengan gue, kali ini dengan mimik wajah antara malu dan tidak enak.

“Hehehe. Ternyata bener, Kak.”

“Bener gimana maksudnya, Ma?”

“Iya, ternyata si Andre itu emang ketemu kamu.”

“Kan udah dibilang. Nah terus kenapa bisa nggak sampe itu informasinya ke Tante Ita?”

“Jadi, Tante Ita itu lagi berantem hebat sama Andre. Makanya dia ngungsi ke rumah Ema. Nah pas kamu dateng kesana dan ngasih tau ke Andre, Andre nggak nyampein lagi ke Mamanya. Nah, Tante Ita itu kan orangnya rada sensian, Kak. Makanya jadinya langsung nelpon dan negur Mama. Ngerasanya nggak dihargain gitu sama keluarga kita.”

“Hahahaha. Yang salah siapa, yang dimarahin siapa. Terus sekarang pas udah tau fakta, minta maaf nggak?”

“Udah sih. Tadi dia nelpon Mama lagi terus minta maaf.”

“Terus Mama nggak minta maaf juga sama Ija?”
kaduruk
oktavp
caporangtua259
caporangtua259 dan 12 lainnya memberi reputasi
13
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.