Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

yanagi92055Avatar border
TS
yanagi92055
AMOR & DOLOR (TRUE STORY)
Selamat Datang di Trit Kami

私のスレッドへようこそ


AMOR & DOLOR (TRUE STORY)


TERIMA KASIH BANYAK ATAS ATENSI DAN APRESIASI YANG TELAH GANSIS READERBERIKAN DI TIGA TRIT GUE DAN EMI SEBELUMNYA. SEMOGA DI TRIT INI, KAMI DAPAT MENUNJUKKAN PERFORMA TERBAIK (LAGI) DALAM PENULISAN DAN PACKAGING CERITA AGAR SEMUA READER YANG BERKUNJUNG DI SINI SELALU HAPPY DAN TERHIBUR!


Quote:


Spoiler for MUARA SEBUAH PENCARIAN (TAMAT):


Spoiler for AKHIR PENANTIANKU (ONGOING):


Spoiler for PERATURAN:


Spoiler for FAQ, INDEX, MULUSTRASI, TEASER:



HAPPY READING! emoticon-Cendol Gan


Quote:
Diubah oleh yanagi92055 01-10-2020 14:23
sotokoyaaa
santet72
al.galauwi
al.galauwi dan 90 lainnya memberi reputasi
81
175.1K
3K
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread43KAnggota
Tampilkan semua post
yanagi92055Avatar border
TS
yanagi92055
#421
Simpang Siur_Part 4
Prosesi lalu berlanjut ke acara yang menurut gue paling fakesejagat raya, yakni bersalaman dengan kedua mempelai. Ketika mendengar MC membuka acara dengan :
“… Dengan senang hati, kami mengundang bapak ibu tamu undangan untuk memberikan ucapan selamat, serta doa restu untuk kedua mempelai yang sedang menjadi raja dan ratu semalam sambil kami iringi lantunan musik khas Jawa Barat yang syahdu ini. Selanjutnya dilanjutkan dengan santap malam yang telah tuan rumah sediakan…”

Semua tamu undangan mendadak berbaris dalam satu antrian di karpet merah yang telah disediakan dan mengarah langsung ke pelaminan. Tidak jarang banyak tamu undangan yang berebut antrian hingga akhirnya menyelak antrian yang ada.

Padahal tidak ada menang kalah pada prosesi ini, jadi buat apa mereka berebutan? Dan gue pikir, kedua mempelai ataupun keluarga pun tidak akan berpikir kalau yang lebih dulu salaman adalah orang yang lebih tulus memberikan selamat daripada mereka yang datang lebih belakangan.

Jadi, kenapa mereka berebutan? Apa yang mereka perjuangkan? Apa lagi kalau bukan, MAKANAN.

Berdasarkan hasil survey yang gue lakukan semenjak gue sering diselak sama orang ketika ngantri salaman, gue selalu memperhatikan orang-orang yang rusuh menyelak antrian orang di acara kayak begini. Mau apa sih mereka? Apa sih yang mereka kejar? Apa mereka memang lagi buru-buru banget karena banyak kondangan yang mesti didatangi?

Ternyata jawabannya tidak jauh dan tidak bukan adalah makanan. Either makanan prasmanan, dessert, atau gubukan. Tidak jarang ada di antara mereka yang mengincar suvenir agar bisa mereka pilih sendiri baik kualitas maupun kuantitasnya. Alhasil, pikiran gue selalu jelek terhadap mereka yang kepingin banget salaman duluan dengan mempelai di panggung megahnya tersebut.

“Yuk salaman dulu.” ajak Arko.

“Gue kira lo mau ngajak makan dulu, Ko… Hahaha.”

“Itu sih lo sama Emi, Ja. Hahaha.” jawab dia spontan. “Kangen juga gue lama nggak ketemu bocilnya lo satu itu.”

“Iya, gue juga. Padahal kalau dia dateng kemari, abis kondangan kita bisa nongkrong dulu yak?” tambah Drian.

“………” Gue tidak menjawab omongan mereka hanya membalas dengan senyum. Jauh dalam hati gue rasanya ingin gue balas dengan “Gue juga rindu sama dia. Sebenarnya gue sempet berharap, dia tidak usah pergi saja.”


---


Selesai salaman, kami tidak langsung mengantri makanan karena penuhnya antrian di booth makanan manapun. Kami pun mengambil dessert dan minuman jus yang disediakan sambil memantau keadaan sekitar. Ya kalau ada kesempatan untuk mengantri di salah satu booth makanan yang sudah tidak terlalu crowded, boleh lah kita antri. Lapar juga abis ngomongin orang. Hahaha.

“Nih lo liat ya…” Gue menunjuk gubukan dimana zuppa sup berada. “Lo liat sendiri di depan gubukan situ udah jelas ada antriannya kan? Mereka nyantai antri kenapa? Karena makanannya belom matang, coba pas makanannya udah ada—”

“Buset, Ja!” Belum sempat gue menutup mulut gue, voila, Arko melihat fenomena yang sesuai dengan ramalan gue yang bahkan belum sempat gue jelaskan sampai selesai. “Itu emak-emak dari antah berantah tiba-tiba nyelak dari depan minta dilayanin duluan, nggak peduli dia ada antrian seberapa panjang di belakangnya. Gila gila gila!”

“Apa gue bilang kan?” kata gue sembari menyeruput jus jambu yang gue ambil sebelumnya.

“Padahal bisa loh yang jagain gubukannya nggak usah ngasih ke emak-emak itu.” Drian menimpali. “Kan bisa aja nolak, terus nyuruh emak-emak itu antri ke belakang.”

“Teorinya iya… Tapi fakta di lapang itu sulit bro. Nggak semudah itu. Apalagi kalau ternyata itu emak-emak rusuh, kacau dah pokoknya dunia perkondangan yang ada. Kan yang jaga gubukan juga masih harus ngejaga nama baik vendor catering tempat dia kerja. EVERY SINGLE PERSON yang datang ke acara kondangan adalah potential customer bagi perusahaannya. Kan katering nggak melulu urusan nikahan, bisa acara keluarga, acara khitanan, atau cuma sekedar acara sosialita. Sekali aja ada satu emak-emak nggak terima dan kasih testimoni jelek ke vendor kateringnya, bisa susah dari customer kedepannya nanti.”

“Tapi nyelak kan tetep nggak bener, Ja. Kalau ada anak kecil, bisa dicontoh entar. Paling bener emang diingetin.” kata Arko.

“Harusnya begitu. Tapi sekali lagi, bagi gue ya kayaknya nggak usah si pelayan di gubukan yang negur. Mungkin baiknya ya tamu undangan yang lain? Biar kalau endingnya terjadi keributan kan di antara tamu undangan, si vendor nggak dirugikan. Hahaha.”

“Ih amit-amit sih, Ja. Jangan sampe ada yang nikahannya ada keributan begitu cuman gara-gara zuppa sup.”

“Ya mana tau bukan? Hahaha.” Kami tertawa bersama sambil mengamati sekeliling secara otomatis.

---

Resepsi pernikahan Tyo dan istrinya berlangsung semi formal dimana ketika dirasa seluruh tamu undangan sudah selesai mengucapkan selamat, kedua mempelai diperbolehkan untuk turun dari pelaminan untuk berbaur bersama seluruh tamu undangan. Masih belum banyak konsep resepsi pernikahan demikian di Indonesia, walaupun konsep demikian sudah hal yang lumrah dilakukan di luar negri sana.

Tyo dan istri menyapa beberapa tamu undangan dan keluarga yang hadiri. Satu per satu tamu undangan mengajak mereka untuk mengabadikan momen ‘unik’ tersebut bagi sebagian dari mereka tersebut. Tidak sedikit juga yang akhirnya menjadikan momen tersebut untuk memberikan kado secara langsung kepada kedua mempelai. Deep down di dalam hati gue, “Apa nanti (KALAU JADI), resepsi pernikahan gue bakalan kayak begini ya?”

“Weits! Sokap dimari nih? Hahaha.” Tyo menyapa kami sembari merangkul pundak gue dan Arko. “Makasih banyak ya bro. Lo pada nyempetin kemari. Nggak jauh kan?”

“Yailah bro. Sans aja lah. Mau sejauh apa juga kita jabanin, asal diongkosin mah. Ya nggak?” celetuk Arko.

“Hahaha. Bisa aja lo, Ko!” jawab Tyo. “Lah? Gue kira tadi bini sama anak lo dibawa juga cuma nggak diajak ke pelaminan.”

“Nggak bro. Lagi sakit anak gue. Abis ini gue juga balik.”

“Siaps, santai aja bro. Family comes first!

“Edaaan, udah ijab kabul mah ngomongnya udah family family terus ye?” celetuk gue sembari ngelirik ke istrinya Tyo.

“Kan lo juga bentar lagi nyusul sama Emi, Bang! Hahaha. Ngundang-ngundang pokoknya ya! Yang mewah!” JLEB! Niat hati ketemu mereka ya bisa buat refreshing pikiran gue yang mumet memikirkan darimana lagi gue harus cari uang untuk resepsi pernikahan gue, eh malah berulang kali dibahas mengenai (calon) resepsi pernikahan (yang mungkin akan gagal dilaksanakan). Semua karena uang, uang, uang.

“Gampang itu mah. Hahaha.” jawab gue singkat.

“Gimana persiapan nanti malem? Udah minum jamu-jamuan lo?” ledek Drian.

“Nggak usah ngeledek lo bro!” Arko nyindir Drian. “Lo sama Ija nggak bisa ngeledekin kita sekarang, lo pada kan belom pernah ngerasain yang namanya dipajang berjam-jam make baju beginian. Engap bro! Hahaha. Gue aja nih, baru saling ‘ngegarap dan digarap’ bini gue H+3 resepsi pernikahan. H+1 tepar. H+2 panggil kang pijet ke rumah. Baru dah jooosss. Hahaha. Capek banget aslik!”

“Oh iya, Ko?” Tyo kaget dengan penjelasan Arko. “Lo ngadainnya di Gedung juga kan kayak gue? Emang nggak nyewa WO lo?”

“Ya tetep aja, pas pulang ke rumah kan masih mesti nerima tamu-tamu yang belom sempet dateng ke resepsi di Gedung. Masih lanjut terooos!”

“Oh gitu? Hahaha. Edaaan.”

“Yang, aku ke temen-temen aku dulu ya?” pamit Asyifa alias Syifa, istrinya Tyo. Syifa begitu anggun dengan balutan busana bernuansa biru muda.

“Oke, yang. Aku di sini dulu nggak apa-apa?”

“Nggak apa-apa kok. Santai aja.” Syifa nengok ke arah kami. “Makasih ya udah pada dateng, maaf mau nemuin tamu yang lain lagi.”

“Siap… Selamat ya, Syif!” kata Drian semangat.

“Bini gue tuh bro!” canda Tyo.

“Paham bro! Hahaha.”

“Abis acara langsung cus hanimun apa balik ke rumah lo?” tanya gue.

“Langsung cus gue, pesawat gue take-off jam 10 malem nanti. Makanya abis ini langsung dianter ke bandara gue. Paling mandi dimari.”

“Asik, mau kemana lo? Luar negeri?”

“Labuan bajo nih gue. Alhamdulillah dapet hadiah hanimun gretongan dari kantor gue. Kan gue sekantor sama bini gue, jadi mereka ngasih hadiah satu buat berdua. Hahaha.” Kantor Tyo dan Syifa sama. Salah satu provider seluler terbesar di negeri ini.

“Anjay, asik bener lo!” kata Drian excited.

“Enak lo, pulang udah nggak puyeng mikirin rumah berantakan terus bingung mau tidur dimana gara-gara keluarga masih ada yang nginep di rumah. Hahaha.”

“Alhamdulillah, keluarga pada nginep di hotel yang dibookingin sama mertua gue. Keluarga yang deket sih pada langsung cabut pulang. Pingin sih gue balik ke rumah dulu, cuma ya mobil jemputan dari kantor udah disiapin buat nganterin dari sini langsung ke bandara. Nggak enak ngerepotin kalau mesti kesana kemari… Hehehe.”

“………” Jujur, gue iri. Iya gue iri, karena kayaknya gue tidak mampu atau tidak ada rejeki seperti dia.

“Cakep bener. Semuanya diurus sama besan yak?” tanya Arko sembari mengedipkan sebelah matanya.

“Alhamdulillah. Keluarga gue terima beres dah. Ada sih beberapa hal dibahas barengan, ya kali keluarganya Syifa sendirian. Tapi alhamdulillahnya keluarga besar gue ngertiin dan nggak mau ngebebanin gue sama Syifa. Mereka maunya gue sama Syifa terima beres abis nikahan entar. Hehehe.” jelas Tyo panjang lebar sambil berbisik. Ya namanya membahas urusan finansial, nggak enak juga kalau ada yang mendengar.

“Mas Tyo!” teriak Syifa dari kejauhan sambil melambaikan tangan.

“Iya yang! Aku kesana!” jawab Tyo. “Bro, santai aja yak. Makasih sekali lagi. Gue cabut dulu.”

“Sip sip bro.” jawab gue.

Sesuai dugaan gue, resepsi pernikahan Tyo ini mendapatkan banyak kontribusi dari kedua keluarga. Terutama dari pihak mempelai wanita alias dari Keluarga Syifa. Pernyataan “… Mereka maunya gue sama Syifa terima beres abis nikahan entar…” cukup membuat hati gue nyesek seketika saat mendengarnya. Gue pun menginginkan demikian. Siapa yang tidak? Tetapi kembali lagi ke kenyataan, gue tidak mampu.

Tyo dan Syifa hanya perlu memikirkan apa yang akan mereka hadapi di depan. Bahkan untuk urusan bulan madu pun, mereka tidak perlu memikirkan apapun karena semuanya sudah dengan rapih diurus dan tersedia. Mereka hanya tinggal menjalaninya. Kurang nikmat apa lagi coba?

Di sini gue tidak menyalahkan Emi. Gue pun tidak menuntut Emi untuk menyediakan segepok uang untuk persiapan resepsi pernikahan kami (yang tidak begitu kami inginkan tersebut). Iya gue tengah mengeluh karena saat ini gue sedang benar-benar stuck mencari tambahan uang untuk rencana kami tersebut.

Di sini gue hanya ingin mencurahkan perasaan dan pikiran gue yang sangat ingin gue sampaikan pada keluarga Emi, terutama kedua orang tua dia : “Kenapa harus dipaksakan sih?”

Dengan mudahnya orang tua Emi bilang “Papa sama Mama mau kalian tetap ngadain resepsi pernikahan.” ketika mereka sudah tahu kalau uang mereka sudah habis digunakan untuk pemulihan ibunya Emi. Lalu, kenapa harus membuat masalah baru dengan memaksakan adanya resepsi pernikahan ini? Ini acara lamaran saja belum terjadi sudah seribet ini, apalagi kalau sudah nikah nanti? Mau ada masalah apa lagi?

Sekali lagi, gue iri dengan Tyo dan Arko. Bagi gue, kalau nanti ternyata resepsi pernikahan kami tetap harus dilaksanakan (terlepas dari mana gue akan mendapatkan uang tambahan) itu akan menjadi sesuatu yang bisa berujung penyesalan seumur hidup. Mungkin.
suryos
oktavp
caporangtua259
caporangtua259 dan 14 lainnya memberi reputasi
15
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.