Cerita kembali ke mas Agus Gundih di mekkah , tapi sebelumnya ku akan bercerita penilaiku terhadap mas agus gundih ini...

Setiap aku melihat agus aku pindah ke pak budi, lelaki tinggi di depanku dan mas agus gundih di sisi depan kananku , kami terbatas meja tebal kayu jati setelah 20 cm, ciri meja lurah disini dan kaki meja model gareng...

" mas wahyu, dari tadi melihat saya lama dan melihat kami berdua lama , sebetulnya kayaknya mas wahyu kayaknya tau siapa kami dan punya pengetahuan mengenai kami " pak budi bertanya

"hem, susah untuk dikatakan, saya hanya mengamati bapak karena orang yang baru saya kenal dan mas agus kayaknya kita pernah ketemu, kita pernah ketemu dimana mas agus ya ?" jawabku mengalihkan perhatian...

" nggak tau !!! " kata mas agus seolah tau arah bicaraku...

Kalo mau jujur ada yang berkata kata kepadaku, dan dia berkata dalan batinku " aku pengen tau apakah benar kalian sebagai manusia, karena dari tadi mas agus cerita seperti kisah wali dalam hidupnya, jika memang dia wali aku ingin cium tangannya, jika dusta kuanggap teman ngobrol saja, dah keburu tanggung aku nyemplung dalam dialog ini, tapi dalam hatiku muncul bisik bisik kesombongan dan dia berkata :

" kamu adalah ahli dzikir dan dia bukan seorang wali, sebagai mana dia mengaku dirinya bukan wali dia hanya dukun ilmu hikmah !!!" bisikan itu berulang ulang, itulah bisikan iblis yang menjerumuskan, dan aku membaca taawud berkali kali "ya Allah lindungi aku dari bisikan syaithon yang terkutuk " amin

Sebagaimana kisah Kesombongan serta ketidakmauan sujud hormat kepada Nabi Adam AS, Iblis akhirnya dikutuk dan diusir Allah dari surga ke muka bumi dalam keadaan terhina. Sebab, tak sepantasnya makhluk yang takabur dan merasa paling baik berada dalamnya.

Selain itu, Iblis berjanji kepada Allah akan menghalang-halangi manusia dari jalan yang lurus, dari arah mana saja dan dengan cara apa saja, sebagaimana ikrar pernyataannya, “Kemudian aku akan mendatangi mereka dari depan, dari belakang mereka, dari arah kanan, dan dari arah kiri mereka,” (Surat Al-A‘raf ayat 17).

Note : tafsir-at-thabari