Kaskus

Story

djrahayuAvatar border
TS
djrahayu
Tarian Kata Cinta (1)
Pernahkah kalian jatuh cinta. Namun, tak bisa mengungkapkan. Lalu dengan cara apa kalian menyatakannya? Atau mungkin, kalian hanya diam saja dan menunggu benang takdir mengikat.

Aku jatuh cinta. Sudah lebih dari 4 tahun memendam rasa. Maka dari itu, hari ini akan kuungkap bagaimana rasanya mencintai seseorang dalam diam hingga terasa sesak. Karena, tak tahu cara mengungkap rindu.

Tarian Kata Cinta (1)



Tarian Kata Cinta


C, I, N, T, A menari-nari dalam benakku
Tak pernah lekang oleh waktu
Tidak ada kata lelah bagi mereka

Kala kupikir tentangmu hilang dari memori
Lalu, kabarmu hadir
Mendetakkan kembali jantung yang rapuh
Terhimpit oleh sesak rindu

Air mata tak dapat tertampung
Tangisan pecah di sepertiga akhir malam
Rindu, kangen menyakitkan

Kala jumpa denganmu
Aku membisu
Bahkan, seolah menjadi orang yang tak ingin berjumpa
Karena, takut waktu berlalu cepat
Rasa rindu kembali menyerang
Menyesakkan, menyakitkan dan menyebalkan

Argamakmur, xx Desember 20xx


Aku tersenyum dan mencoba membaca sekali lagi. Semoga kata ini terbaca olehnya. Meskipun, ia tidak tahu bahwa ini untuk dirinya. 

"Dira? Apa yang sedang kamu lakukan?" tanya Ummi yang tiba-tiba saja muncul. 

"Menulis, Mi. Dira menulis puisi. Rencanya mau Dira upload ke Kaskus. Semoga aja lolos." Umi tersenyum hangat padaku. Mengelus kepalaku. Seolah memberi dukungan, bahwa aku anaknya pasti bisa.

'Semoga aku juga bisa melupakanmu.' 

"Ya sudah, lanjutkan kegiatanmu. Umi mau istirahat dulu. Jangan malam-malam dan jangan lupa matikan lampu."

"Siyap, My Captain." Aku memberi hormat pada Umi, sebelum akhirnya pintu kamar tertutup dan aku kembali melanjutkan kegiatan menulis.

Kupejamkan mata, sambil memandang langit-langit. Memikirkan puisi lain yang harus ditulis. Karena, karakter yang kurang dari 2000.

Mungkin, besok. Aku akan menuliskan bagaimana cara aku melupakanmu. Aku benar-benar ingin melupakanmu. Sekarang, cukup kusimpan di draft dan mengistirahatkan diri di pulau kapuk. Tempat ternyaman untuk menyembuhkan badan yang lelah, setelah beraktivitas seharian.

Argamakmur, 30 November 2019



Tarian Kata Cinta (2)

Tarian Kata Cinta (3)

Tarian Kata Cinta (4)

Tarian Kata Cinta 5

Tarian Kata Cinta (6)

Tarian Kata Cinta (7)

Tarian Kata Cinta (8)
Diubah oleh djrahayu 27-12-2019 08:00
lina.whAvatar border
NadarNadzAvatar border
nona212Avatar border
nona212 dan 12 lainnya memberi reputasi
13
2.3K
36
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread52.1KAnggota
Tampilkan semua post
djrahayuAvatar border
TS
djrahayu
#14
Tarian Kata Cinta 5
Tak terasa, sebentar lagi, mereka akan wisuda. Bila dihitung dari kelas 1 putih abu-abu, aku sudah jatuh cinta selama 7 tahun lamanya pada orang yang sama.

Aku memandang langit malam. Ditemani oleh bintang dan rembulan di teras rumah. Memegang smartphone yang berisi penawaran novel yang akan difilmkan.

Ini adalah kesempatanku. Pergi dari sini, mencari suasana baru. Meninggalkan semua kenangan. Tentang dia yang telah membuat rindu menyakitkan, tentang ummi dan juga abi.

Rumah ini, akan kuberikan kepada mbak Rina dan suaminya. Karena, mereka adalah orang kepercayaan ummi dalam memasarkan dagangan. Masalah butik dan toko online, aku akan buat perjanjian hitam di atas putih, seberapa besar persen hasil yang bisa kuterima. Sisanya, biar mereka kelola.

Aku sudah meminta adik mbak Rina, Noni. Untuk mencari rumah yang bisa kusewa. Tak perlu megah dan mewah. Asal nyaman dan tidak terlalu ditengah kota Jakarta yang terlalu banyak debu polusi.

"Yank, kamu kapan datang? Katanya mau nginep?" Tasya mengirim pesan WA.

"Besok, Say. Aku lagi banyak urusan."

"Sok sibuk!" Aku pun membuang napas dengan kasar. Bagaimana cara memberitahu padanya?

000

"Kunci di Fentilasi." Pesan WA masuk, setelah kutanya ia di mana.

Aku segera masuk ke dalam kost-nya. Merebahkan diri, setelah dua jam perjalanan mengendarai mobil.

"Dari tadi, Yank?" tanyanya yang baru saja tiba dan langsung ikut rebahan.

"Nggak kok. Baru aja." Aku memejamkan mata.

"Ck! Orang ini! Nggak ingat apa, kalau kami nunggu di depan!" Aku membuka mata. Ada Dini dan Dewi.

"Pantas, nggak ingat. Dah, ah! Aku mau nimbrung juga." Dewi ikut merebahkan diri.

"Lah, Dwi, Tio dan Rizki ada di depan nungguin."

"Yank! Usirin mereka, please." Tasya memohon padaku.

"Nggak mau. Aku lelah dan mau istirahat." Aku kembali memejamkan mata, "ngapain juga harus aku."

"Si Rizki 'kan maunya dengerin kamu. Kalau kamu bilang kamu capek dan mau istirahat, dia bakal ajak teman-teman nya pergi. Please."

Kupandangi Dewi dan Tasya yang memelas. Sedangkan Dini acuh dan membuang muka.

Dengan malas level legend, aku melangkah. Membuka pintu yang disambut dengan tiga pemuda tampan.

"Maaf, kalian ada perlu apa?" tanyaku.

"Lah, tadi yang manggil kami ke sini Tasya." Tio menjawab dengan nada emosi.

"Kebiasaan tu anak," gumamku. Dia yang manggil dia pula yang nyuruh pergi.

"Jadi, kami disuruh pulang?" Rizki bertanya dengan hati-hati.

Aku mengangguk. "Sebelum kalian pulang, ambilin kardus di bagasi. Aku bawa makanan untuk dibagi-bagi."

"Tapi, kami mau wisuda." Dwi angkat bicara.

Aku menggaruk tengkut, "kebiasaan jadi lupa."

"Ambil aja, Yuk! Nanti, kita bagikan ke adik tingkat aja." Rizki mengambil kunci mobil yang kutaruh di atas meja teras.

000

Entah sejak kapan, tiga cewek yang tengah asyik di dalam keluar. Mereka ikut nimbrung memandang ke langit.

"Kita sahabatan sampai tua, ya?" Tasya membuka pembicaraan.

"Insyaallah." Aku mengangguk dan tersenyum. "Kalian?"

"Kami? Tak kira kami nggak dianggap." Dewi menyindir kedekatan kami.

"Emang siapa lagi? Masak aku, Dira dan Tembok?" Tasya tertawa.

"Oke!" seru mereka berdua girang.

"Mereka datang juga, akhirnya!" Tasya tersenyum girang. Ternyata niat mereka keluar, karena makanan yang kubawa.

Tiga laki-laki tadi datang. Membawa dua kardus dan rantang makanan dari mobil yang terparkir agak jauh. Karena, tidak muat untuk masuk ke jalan ini.

Kebetulan, tempat aku memarkirkan mobil adalah rumah milik sahabat ummi. Tante Novi. Jadi, tidak perlu untuk khawatir bila terjadi sesuatu.

"Makanan sampai!" Dewi dan Tasya sudah siap dengan mangkuk berisi air untuk cuci tangan. Yang entah, ada sejak kapan.

"Kamu mau ke mana?" tanya Rizki dan diikuti oleh tatapan penasaran dari mereka bertiga.

"Jakarta. Ada project. Novelku bakal di filmkan."

"Kok nggak bilang?" Tasya dan Dewi bertanya dengan serentak.

"Hari ini mau bilang, rencananya. Hehehe."

"Selamat, ya." Rizki tersenyum. Begitu pula, mereka yang turut bahagia. "Ngomong-ngomong berapa lama?"

Aku terdiam dan menunduk. "Sebenarnya ada project lain yang harus kukerjakan di sana. Jadi kemungkinan aku akan pindah ke sana untuk waktu yang lama. Maaf."

Tasya merangkulku hangat. "Kamu 'kan punya banyak uang. Jadi kalau rindu, sering-sering aja pulang ke mari. Lagi pula, itu mimpimu dari dulu."

Air mata gadis itu mengalir. Lalu, "jahat! Jahat! Kenapa nggak bilang? Kami pasti akan kesepian."

Aku tersenyum ketir. Padahal selama ini, aku selalu ditinggal sendiri oleh mereka berenam. Meraih cita-cita. Namun, tak pernah ada rasa takut atau kesepian. Entah kenapa, saat ini, aku merasa takut untuk pergi. Mungkin, ini karena, aku harus menyebrang pulau dan sulit bertemu mereka lagi.

000

"Apalagi yang kamu sembunyikan datiku?" tanya Tasya dengan tatapan nyalang. Sore ini, mereka sudah pulang ke kost masing-masing.

Aku menceritakan semuanya. Membuat Tasya marah.

"Harus kah, demi melupakannya, kamu meninggalkan kami seperti ini?!"

"Maaf, Ca. Aku tidak tahu mau bagaimana lagi. Aku sudah mencoba menyibukkan diri. Mengantar barang atau melakukan banyak hal. Tapi, kita bertujuh telah melakukan banyak hal yang membuatku sulit untuk melakukan hal yang tidak membuat ku ingat padanya."

"Kalau memang kamu rindu. Nanti, aku akan belikan tiket ke sana. Namun, aku tidak bisa untuk kembali lagi."

"Gimana kalau kamu cari kerja di sana? Aku lihat ada beberapa pesantren di sana sedang mencari guru. Atau kamu jadi managerku? Mengatur schedule dan semuanya tentangku."

Tasya tertawa. Ia berhasil mengerjaiku yang ketakutan dengan tatapannya. Namun, baru kusadari dibelakang Tasya, ada Rizki yang duduk di lantai teras, saat aku memeluk gadis itu dengan erat.

"Apakah dia yang kalian sebut itu, Dwi?"

Kami terdiam. Aku pun menunduk. Sedangkan Tasya membalikkan tubuhnya.

"Aku sudah merasa dari dulu. Jadi, kamu tidak akan kembali ke sini? Jika itu keputusanmu tak masalah. Ehm ... bolehkah aku menyusulmu ke sana?"

Aku diam seribu bahasa. Ingin menggeleng, takut dia terluka. Mengangguk pun, takut menjadi harapan palsu.

000

Lakukan Untukku

Kutahu hati ini egois
Membiarkan mu di sisi
Meski hati milik yang lain

Kutahu cinta ini
Menyakiti kita
Namun, bisakah ku berharap
Buat semua kenangan tentang nya hilang
Hempaskan ingatan manis dirinya dari pikiran ku
Lakukan itu untuk ku
Agar aku bisa mencintaimu


Argamakmur, xx Desember 2019
Diubah oleh djrahayu 14-12-2019 21:30
ummuza
graybpn
graybpn dan ummuza memberi reputasi
2
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.