Pertualangan 2 Sahabat ( Cerita Dengan Multiple choice )
TS
c4punk1950...
Pertualangan 2 Sahabat ( Cerita Dengan Multiple choice )
Maaf sebelumnya ane hanya ingin bercerita sedikit sebelum agan dan sista membaca dongeng ini lebih jauh. Jadi dalam cerita ini agan dan sista ada choice matters alias pilihan untuk memilih cerita bahasa kerennya Multiple choice, entah dari pilihan yang agan sista lakukan nanti akan membuat cerita menjadi berbeda dan tiap-tiap karakterpun nantinya bisa berbeda cerita. Kemungkinan juga akan ada ending yang berbeda-beda.
Untuk itu ane tidak menyertakan indeks karena dibawah pilihan cerita yang agan dan sista lakukan ada tulisan " next " yang akan menuju ke cerita selanjutnya, sesuai dengan pilihan agan.
Mungkin yang terbiasa bermain game telltale sudah terbiasa dengan jalan cerita seperti ini. Akan ada cerita petualangan dan juga cinta, tergantung pilihan agan ke depannya nanti.
bagaimana tertarikkah untuk membaca dongengan saya kali ini. Yukk lah langsung saja dibaca dan mohon di review dan comentnya ya gan and sis...insya Allah berhadiah cendol dari ane....sebelum membaca monggo diseduh dulu kopinya, serupuutt ahhh...
created by c4punk@2018
Petualangan 2 Sahabat
Matahari terlihat bersinar malu-malu seakan enggan untuk menyapa para penghuni bumi yang nampak masih lelah menjalani kehidupan, sinarnya terasa tak garang seperti hari biasanya namun panasnya tetap saja membuat diriku terasa hangat. Bulir keringat mulai keluar dari tubuhku, rasa haus pun menyapa setelah aku berlari dua putaran di taman kota yang memang disediakan pemerintah untuk warganya.
"Fiuhhh...." kuseka sekali lagi keringat di wajah dengan handuk kecil yang kubawa.
"hoshhh....hoshhh...." deru nafasku pun bersahutan tak berirama.
"Ganii...tungguin gua dong..." aku memanggil sahabatku.
"Lambat lo punk.."
"Ahhh ....pe a, lo nya aja yang kecepetan..." ujarku sembari mengatur nafas.
Aku tak kuasa untuk terus berlari, kulihat bangku taman aku pun segera duduk untuk melepaskan lelah yang menjalar ke seluruh tubuhku. Kulihat kawanku si Gani meledekku dari jauh dan ia terus berlari hingga tak terlihat lagi diantara pepohonan rindang yang asri.
"Sialll....minumnya habis" umpatku seketika.
Dengan jengkel aku pun membuang botol minum ke tempat sampah yang tadi sempat kuteguk hanya sedikit, tak bisa membuat rasa hausku hilang saat itu. Kembali kurebahkan diriku sambil mengatur tempo nafas yang kembang kempis.
Kutatap pepohonan yang menaungiku di bangku taman, terlihat sepasang burung saling bersahutan "mmmhhh...indah sekali taman ini" aku berguman dalam hati. Tiba-tiba dari arah belakang bangku taman kulihat seseorang melakukan tindakan kriminal, seorang pemuda tanggung mengambil tas seorang wanita. Tubuhku yang baru saja terkuras tenaganya memang tak bisa berbuat banyak, terjadi perang batin dalam diriku haruskah aku menolong wanita itu atau aku biarkan saja pura-pura tidak tahu. Karena tempatku memang agak jauh dari tempat kejadian.
Kulihat wanita itu meronta ketika tasnya diambil paksa, keadaan saat itu memang agak sepi dari biasanya. Pemuda itupun berhasil mengambil tas dari wanita, terjadi tarikan kasar yang membuat ia terjatuh lalu berteriak lemah "tolong....tolong..." instingku sebagai lelaki harus menolongnya ketika melihat si pemuda tadi tapi lagi dan lagi fisikku tak bisa diajak kerjasama.
Disinilah aku harus memilih antara menolong dan tidak, "huffff...." aku menarik nafas agar otakku lebih cepat bekerja diantara dua pilihan.
Pilihan A. Menolong
Spoiler for Menolong:
Akhirnya tanpa pikir panjang aku pun segera berlari mengejar pemuda yang merampas tas si wanita tadi, dengan langkah kaki yang kupaksakan akhirnya aku sedikit lagi bisa mengejarnya "hoshh...hoshh" nafasku sudah di ujung tanduk. Kupaksakan semua energiku, lalu "brukk..." aku menabrakan diriku ke si pemuda itu. Wajahnya terlihat keren walau di balut dengan masker hitam, terlihat hidungnya yang mancung seperti tidak ada tampang begal, tapi belum sempat aku terpana lebih jauh.
"Bughhh..." pukulan mendarat di perutku.
"Siapa lo...jangan sok jagoan...mau mati lo" pemuda itupun menghardikku dengan pisau di tangan. Aku masih merasakan sakit tapi kutahan, kupersiapkan kuda-kuda untuk segera menyerang.
Sorot mataku pun fokus pada beberapa titik vital untuk segera menjatuhkan lawan dengan cepat, tanpa banyak bicara kami pun sudah terlibat perkelahian.
Tanpa diduga pemuda itu juga pandai menggunakan ilmu bela diri, pertarungan pun berjalan seru. Pukulan ku banyak mengenai angin, pemuda itu berkelit menghindar. Hampir serupa denganku pemuda itu dengan susah payah menusuk bagian vitalku, "Hiaaatt.." teriaknya. Ia meluncurkan tendangan balik yang cepat aku menghindar ke kiri. Kulihat pertahanannya goyah tanpa pikir panjang aku langsung menyapu kakinya yang belum berdiri sempurna.
"kyaaa....bughh..." ia pun terjatuh dengan sukses ke tanah. Aku kembali menghampiri dirinya menendang pisau yang terlepas dari tangannya kemudian segera menguncinya.
"Ampunn...bang...ampunnn..." ucapnya menahan nyeri yang dirasakan oleh tangannya. Aku pun mengancamnya agar ia menyerah, ia mengangguk tanda setuju.
Kemudian kulihat dari jauh wanita yang tasnya diambil berlari ke arah kami, "astaga....." ternyata wanita itu mempunyai wajah yang sempurna, matanya, dagunya serta bibir tipisnya membuatku terpana. Tubuhnya pun terlihat proporsional, sangat elok bila di pandang mata, tak terasa aku melonggarkan kuncianku.
"Awas....!!!" bibir tipis itu seakan memperingatkanku, aku tak siaga dan "crashhh..." aku berguling merasakan bahu yang sakit di sebelah kanan, darah pun segera keluar tanpa permisi.
"Sialll..." ucapku perlahan darah masih mengalir dari bahuku. Pemuda itu kembali memegang pisau dan wajahnya menyeringai, kembali ia menyerangku aku menunduk ke bawah sambil menendang dengan berputar, "brakkk...Wadawww." wajah pemuda itu sukses mencium bangku taman terlihat darah mengucur dari bibirnya. "Anjing lo..." ia kembali menyerangku demgan cepat belum sempat aku menghindar dan "Bughh..."
Pemuda itu tersungkur di tanah sambil memegang perutnya, "ampunn...bang....ampun bang...". Pukulan bertubi-tubi mengenai wajah dan perutnya hingga nyaris wajahnya yang rupawan sudah tak berbentuk lagi. "Mati lo....mati lo..." ujar pemuda yang memukuli sang pencopet tadi.
"Gani...cukup" ujarku "Nanti dia benar mati..kita yang repot" aku menahan tangannya agar tak memukulinya kembali. Sedangkan wanita yang di rampas tasnya sudah berada di sampingku, ia menangkupkan tangannya ketika melihat pemuda yang tergeletak tak berdaya dibuka maskersnya oleh Gani. " Reza..."ucapnya ia pun menghampiri si pemuda yang sudah babak belur di pukul Gani.
"Apa yang lo lakuin....ngapain lo ngerampas tas gua..." ucap gadis itu dengan wajah marah namun bersahaja. Dengan terbata pemuda yang kuketahui bernama Reza berkata " Gua sengaja, karena ingin buktiin lo selingkuh apa ga dari HP lo....!! Lo tau kan gua sayang banget ma lo...tapi kalo lo gua ajak pergi suka ga mau ....malah lo pergi ke taman ini sendiri. Ngapain...!!"
Wanita itu tampak kikuk, "Gua kesini bukan seperti yang lo kira, gua mau nemuin adek lo Ratih..." Nampak pemuda itu seakan bingung dengan jawaban si wanita tersebut.
"Ratihhh...jadi lo kesini mau nemuin Ratih... ??" ekspresi bingung tergambar dari raut wajahnya. "Iya..." ucap wanita itu. "Jadi ini siapa ?" ia menunjukku. "Gua juga ga tahu.." wanita itu membalas dengan ketus.
Tanpa basa basi aku menghampiri pemuda itu, setelah tahu apa yang terjadi aku memapahnya menuju bangku taman.
"Sorry gua pikir lo begal..." ucapku "Gua yang harusnya minta maaf, gua pikir lo selingkuhan tunangan gua, hampir aja lo gua bunuh....maklum gua cowok yang posesif" ujarnya sambil mengaduh. "Sudahlah lupakan...." ujarku penuh rasa persahabatan " bahu lo ga apa-apa kan ?" ia bertanya agak khawatir. "Ya berdarah....nih..." aku memperlihatkan luka robek yang kuderita. "Sekali lagi gua minta maaf sama lo..." Kulihat Gani sedang berbincang dengan wanita itu. Lalu "Nama gua Reza..." sambil menjulurkan tangannya. "Mahendra Brata Prawira...tapi panggil saja c4punk" ucapku kemudian.
Kemudian kupanggil Gani agar mendekat, ia dan wanita itu menghampiri nampaknya Gani meminta maaf kalau ia yang bikin bonyok wajah pemuda yang ternyata tunangannya wanita itu. "Ohhh iya za...ini kenalin teman gua yang tadi mukulin lo". Gani pun menjulurkan tanganya "Sorry ya gua pikir lo musuh sohib gua...." Reza pun tersenyum dengan bibir yang masih berdarah "Reza Agustinus " ia menjabat tangan Gani. "Mahesa Senggani" ucap kawanku. Kemudian wanita itu pun mulai mengenalkan dirinya "Pertiwi Mardhiko... Panggil saja Tiwi" akupun menyebutkan kembali namaku. "Mahendra Brata Prawira...tapi panggil saja c4punk" lalu tampak seorang gadis cantik lebih cantik dari wanita di depanku tampak tergesa menghampiri kami.
"Kakak...kenapa" ujar gadis itu sesudah sampai dihadapan kami, "Ga apa-apa dek hanya salah paham.." ia pun menjelaskan kronologi dari awal kejadian hingga saat ini kepada adiknya. "Ohh iya nih kenalin adek gua nih punk...gan..." ucap Reza, aku berdua pun mengenalkan nama diri kita masing-masing " Ratih Purwanti" ucapnya lembut."Maaf ya buat semuanya, gara-gara kakak saya semua jadi pada ribut" kami berdua mengangguk seperti tersetrum dengan kecantikan adiknya Reza. Belum sempat aku berkata Gani mencolekku "Punk...lebih baik kita pulang biarkan mereka ini urusan keluarga" benar juga ucapan Gani, akhirnya kami pun berpamitan untuk pulang dengan alasan ingin segera merawat luka robek yang kuderita. Kami pun kembali saling meminta maaf dan pergi menjauhi mereka bertiga.
"Aduhhh..." ujarku memegangi bahu yang terluka. Gani kulihat tertawa " Lagian sok Jagoan main kejar aja untung lo ga mati" kudiamkan saja ocehan kawanku sembari meninggalkan taman tempatku olahraga pagi. Tampak sinar mentari mulai tak ragu untuk membakar kulit para penghuni bumi, aku dan Gani terus berjalan hingga menghilang di tengah kerumunan kota.
Aku terus melihat kejadian itu tanpa bergerak sedikitpun, kuperhatikan lari pemuda dengan masker hitam di wajahnya begitu cepat. Tas itu pun berpindah tangan dan si Wanita tentu saja berteriak minta tolong. Tidak ada seorangpun yang menolongnya karena tempat ini sedang sepi berbeda dengan hari biasanya. Ada rasa iba dalam hatiku, namun aku enggan untuk mengejar pemuda itu, lelah yang sangat sudah menggelayuti diriku. Aku hanya bisa termenung melihat kejadian tersebut.
Kulihat pemuda itu menghilang dari pandanganku, ada rasa bersalah di hatiku kenapa tak mengejarnya. Kurebahkan kembali diriku di bangku taman, lambat laun ku mendengar isak tangis seorang wanita mendekati diriku.
"hikss...hikss...." aku terpana melihatnya ternyata suara itu dari wanita cantik yang kulihat tadi. Ia pun berjalan mendekatiku lalu duduk berdampingan denganku di bangku taman. "Mbak kenapa ?" tanyaku. Ia menjawab persis seperti yang kulihat tadi kembali ia menangis, "Sabar ya mbak....maaf saya tak melihat kejadiannya, baru kejadian ?" tanyaku pura-pura. Ia hanya mengangguk bibir tipisnya sangat mempesona ketika ku lihat lebih dalam. "Apa yang hilang ?" ia pun membuka suara "Handphone dan surat-surat penting lainnya" dengan wajah yang memelas menahan amarah atas apa yang terjadi dengan dirinya.
"Ehhh sorry gua "Mahendra Brata Prawira...tapi panggil saja c4punk" ucapku mengenalkan diri. "Pertiwi Mardhiko" ucap wanita itu. Tangannya begitu lembut membuat hatiku sempat berdesir, lalu aku mengajaknya agar segera melapor ke polisi secepatnya untuk mengurus surat yang hilang serta dokument penting lainnya. Nampaknya ajakanku pun bersambut, ia mengangguk tanda setuju kami berduapun segera melangkahkan kaki meninggalkan taman tersebut.
Aku merasa ada yang mengawasiku tapi entah siapa ? Ada sesuatu yang salah sepertinya, aku pun menengok kebelakang tidak ada siapa-siapa kosong hanya suara burung saling bersahutan yang kudengar.
"Anehh..." gumanku lalu kembali berjalan bersama wanita yang baru ku kenal tadi, kulihat dengkulnya lecet dan berdarah. "Sorry... Tiwi dengkul lo lecet tuh, lebih baik kita obati dulu lukanya" ucapku "Sudah lah tidak apa-apa, nanti juga sembuh" kemudian ia pun kembali berjalan dan badannya limbung. Aku segera menangkapnya, kupegang punggungnya agar tak terjatuh tatapan matanya beradu dengan mataku, lembut wajahnya membuatku terpaku. "Ahhhh....sorry" ucapnya ketika kembali ia kudirikan, "lebih baik kita obati dulu luka lo...bahaya nanti, tenang aja tempat tinggal gua deket kok dari sini" ia pun mengangguk.
Tak terasa tangannya memegang bahuku, jalannya yang tertatih memang membuatku harus hati-hati. Kami pun berjalan kembali hingga terasa seperti ada yang mengawasi gerak gerik kami hingga akhirnya kami pun menghilang di tengah kerumunan kota.
Sesampainya kami berdua di pelataran sebuah rumah yang cukup sederhana, dengan rindangnya pepohonan di kiri kanan dan juga tanah yang lumayan luas di sampingnya. Memang belum bisa dikatakan rumah yang layak huni karena warna cat yang mulai memudar nampak terlihat, dan juga desain rumah tua yang nampaknya kurang sedap di pandang mata.
Tapi gubuk ini adalah tempat tinggalku dan juga Gani sementara waktu, maklum saja kami berdua adalah perantau dari jauh dan disinilah kami mengadu nasib hingga waktu yang tak bisa di tentukan. Pemilik rumah ini bernama Pak Kirman, tak jauh dari tempat kami namun terkadang sesekali beliau suka menjenguk dan silaturahmi, orangnya cukup ramah dan terkadang membuat kami berdua ingin berlama-lama bercerita tentang masa lalunya yang penuh dengan petualangan.
Akupun langsung duduk di bangku yang sudah tak empuk lagi, " Gan...hufttt sakit banget Gan..." Gani hanya tersenyum memandangku. "Jangan cengeng..." sembari membersihkan lukaku yang terkena robek sekitar 5 cm, cukuplah luka ini membuat aku meringis dan mengaduh, lambat laun aku teringat akan Ibuku. Ya beliaulah yang memberikan kasih sayangnya tanpa batas ketika aku luka saat bermain beliaulah yang selalu khawatir dan segera merawat diriku untuk pertolongan pertama.
"Pelan-pelan Gan sakit tau.." ucapku lirih kepada kawanku yang memang cekatan hingga kini bahuku sudah di perban. ," Bawel...amat sih...siapa suruh sok jagoan..?" aku hanya diam meringis tanpa dia mungkin saja aku sudah mati.
Aku rebahkan tubuhku di bale bambu samping rumah, angin sepoi-sepoi seakan ingin menyapaku agar teruslah tertidur dengan nyaman, namun mataku berkata lain aku masih mengingat kejadian tadi yang membuatku hampir saja dihabisi Reza. Tapi bukan perkelahian itu yang kupikirkan tapi pisau di tangan Reza, Ya aku melihat sebuah pisau antik yang telah menggores bahuku dengan lambang naga yang unik. Entahlah lambang itu mengingatkan ku pada sesuatu benar lambang itu sama persis dengan pisau peninggalan kakekku, pisau itu pun kini aku tak pernah melihatnya lagi. Aku hanya teringat beberapa kisah naga yang sering kakek ceritakan dimana naga menjadi lambang kebesaran dari raja-raja china di masa lalu.
"Woyy...bengong aja lo" Gani sontak membuatku terkaget, lamunanku pun buyar entah kemana. "Suee...lo Gan" aku pun duduk di samping bale dari bambu ini. Kulihat seorang pria yang kukenal "Pak Kirman...!! Mau kemana ?" ucapku kemudian ketika aku melihat sosok yang memang sudah kukenal. "Itu mau ke gudang belakang beberes...kalian mau ikut ?" ucapnya kemudian.
" Aku ikut pak..." ucap Gani penuh semangat, " lo ga ikut punk..?" tanyanya kemudian. "Bahuku masih ngilu gan .." aku pun merasa iri tidak bisa menemani mereka bongkar gudang, terkadang ada saja hal-hal yang seru disana. Terutama ketika pak Kirman bercerita tentang gudangnya yang banyak kenangan, letak gudang itu memang di belakang rumah ini namun tempatnya terpisah dari rumah nampaknya bekas garasi yang tak terpakai lagi.
" Ya udah gua tinggal ya.." akupun mengangguk, Gani dan Pak Kirman pun langsung menuju ke belakang. Kembali aku merasakan nyeri di bahu. Aku pun lebih memilih rebahan di bale bambu dan tak terasa angin lembut kembali menyapa hingga membuat rasa kantukku datang, mataku pun terpejam perlahan kemudian aku terbangun seakan aku sedang di alam nyata namun tak merasakan sesuatu hanya ada lorong yang gelap dan seberkas titik cahaya di ujungnya. "Apa ini ?" tanyaku dalam hati, kembali aku merayap...lembab dinding yang kupegang lembab, ada gemericik air kudengar..."woyyy ada orang ga disana...!!" aku teriak sekencang-kencangnya, terdengar derap langkah seseorang..."trap...trap...trap...," tiba-tiba...
" Woyy bangun lo punk..." teriakan itu Cumiakkan telinga. "Kyaaa....kampret, cebong, sialan lo...bikin gua kaget aja" nafasku tersenggal ketika sosok mengerikan dengan senyum kemenangan hadir dihadapanku. Aku menoleh ke samping nampak Pak Kirman ikut tertawa melihat tingkah konyolku, akupun tersipu malu, dan berusaha bangun lalu mengucek-ucek mata. "Lihat nih punk ..." Gani memperlihatkan secarik kertas yang nampak sudah usang. "Apa ini ??" tanyaku. "Sudahlah kau lihat saja sendiri...".
Aku memperhatikan kertas itu terlihat seperti sebuah peta, dengan beberapa anak panah dengan huruf jawa kuno yang aku tak mengerti. Kemudian di akhir tanda panah terlihat lambang naga yang sudah tak asing lagi. " Fucang Long...." ucapku sedikit tertahan. Pak Kirman pun terkejur mendengar ucapanku "kamu tahu nama naga itu ?" aku sedikit mengaruk kepalaku yang tidak gatal mau tak mau berkata jujur " Iya...pak, nama naga itu identik sebagai penjaga harta karun. Apa ini peta harta karun ? " mereka berdua hampir bersamaanpun mengangguk.
"Ya ini peta harta karun.." ucap pak Kirman, " tapi bapak gagal ketika berpetualang kesana, sebab jalur pendakian cukup sulit, apalagi ini gunung aktif tertinggi di Jawa Mahameru " ucapnya datar. "Semeru..." ucapku kemudian. "Yup punk gimana lo mau ga nemuin nih harta karun, kalau ga ketemu hitung-hitung adventure lah, tapi tentu saja tunggu bahu lo sembuh baru kita cabut gimana..? " Aku pun bimbang, "lah usaha kita gimana siapa yang tanggung jawab nanti kalau ga ada lo Gan...?". Hening seketika " mmmhhh kan ada panjul biar si panjul saja yang handle selagi kita pergi.." tawanya pun menyeringai seketika. Panjul adalah sebutan khusus dari kami, walau nama sebenarnya cukup bagus "Rahmat" tapi orangnya lucu dan kepalanya gundul, namun panjul adalah seorang karyawan, dan juga sobat setia. Jiwa dan raganya ia korbankan hanya untuk kemajuan usaha kami, hingga saat ini ia menjadi jomblo abadi.
"Pak Kirman ...ada petunjuk selain inikah ?" yang ditanya pun menggeleng, "tidak ada..bahkan bapak merasa peta itu hanyalah khayalan saja, sebab ketika itu jalur yang dilalui adalah tebing terjal dan tak ada petunjuk lanjutan ketika sudah berada diatasnya seakan peta tersebut hanya asal buat, disinilah kami terhenti " ia menunjuk titik kedua dari panah. "arah panah selanjutnya tak mungkin sebab ada ngarai dan aliran air yang tak mungkin di lewati, jadi kami saat itu berfikir peta ini hanyalah bualan belaka" akupun mengangguk seperti menganalisis dari ucapan Pak Kirman "Maaf pak, apa saat itu hembusan angin terasa dari timur mengarah ke barat ?" Pak Kirman berusaha mengingat sesuatu " Ya benar kamu....dari timur terasa kencang" aku melihat peta tadi arah panah ke arah barat. "Harusnya saat itu bapak terbang di udara...dan menuju titik ini" ucapku kemudian. "Maksudmu naik gantole..?" aku pun mengangguk. "hehehe ga kepikiran kesana..." ia pun tertawa terkekeh.
"Wah semakin menarik jadi kamu mau ikut atau tidak ?... Kalau memang setuju bulan depan kita berangkat, dan memulai perjalanan yang penuh tantangan dan pastinya akan seru..!!" Gani bicara tanpa jeda saking semangatnya. " Tunggu dulu, aku perlu berfikir matang untuk keseruan kali ini.." Gani kembali merayuku. " mmhh sudah siang, kalau begitu bapak pamit pulang ya .." ia pun bersiap meninggalkan rumahnya yang disewa oleh kami. " oh...iya pak hati-hati, salam sama bi Narsih" pria paruh baya itu pun tersenyum dan mengangguk lalu meninggalkan aku yang masih dalam kebimbangan untuk ikut atau tidak petualangan ini.
1. Ikut
Spoiler for ikut:
"Oke gua setuju, bulan depan kita berangkat menaklukkan fucang long " ucapku semangat, kapan lagi ada petualangan yang membuat hidup ini semakin menarik. Maklum saja aku lebih senang hidup bebas dibandingkan hidup yang teelalu banyak aturan. Dan alam liar memang sudah menjadi kegemaranku sejak masih SMP. Saatnya kembali mendaki bukit terjal yang menyenangkan, terbayang sudah keindahan gunung yang akan kami singgahi "Mahameru".
"Nah gitu dong...pokoknya mau ga mau harus lembur untuk urusan klien biar semua beres pas kita tinggal" Gani pun tersenyum menatap kepadaku. "Ya sudah aku masuk dulu, belum mandi nih dari tadi..." tawanya pun terasa lepas ketika aku memutuskan untuk ikut berpettualang dengannya. Gani memang adventure sejati, ia telah masuk ke pedalaman hutan baik di Papua maupun Kalimantan, entahlah apa yang dicari namun yang pasti adalah kepuasan.
Aku pun tak sabar untuk menunggu bulan depan, pikiranku pun menari-nari bahwa aku akan kembali bersahabat dengan alam. Sudah lama memang tak pernah mendaki lagi semenjak aku dan Gani mendirikan sebuah usaha yang bergerak di bidang jasa pengiriman barang dan juga kuliner.
"Mahameru aku datang"
Klik disini
Next
2.Tidak Ikut
Spoiler for Tidak Ikut:
"Sorry Gan gua ga bisa ikut, nampaknya keinginan gua untuk petualang sudah padam. Lo kan tau gua merantau sejauh ini hanya ingin sukses di Ibukota. Sepertinya ga ada waktu untuk mendaki gunung seperti dolo..." aku menerawang menyusuri penggalan kisah masa lalu di otakku yang sering sekali menaklukkan gunung-gunung tinggi di Indonesia. Saat ini sudah berbeda dengan masa lalu, sukses berkarya untuk hidup yang lebih baik di masa depan lebih perlu dibandingkan harus sok jagoan hanya ingin dibilang keren sebagai pecinta alam, apalagi harus memecahkan teka teki yang sepertinya sudah bukan zamannya lagi saat ini.
"Jadi lo bener ga mau ikut, lo tega nih gua sendirian yang pergi ?" Gani berkata seakan menyindir. Aku hanya terdiam membisu karena jelas Gani memang expert dalam hal adventure "Ya sorry Gan gua tetep ga bisa ikut" wajah raguku dan gugup terlihat jelas oleh Gani.
"Oke gua sih ga maksa, tapi kalau lo ga ikut gua juga ngapain sendirian...hehehe...mending gua temenin lo disini, mungkin sudah saat nya kita mendahulukan karir kita dibandingkan kesenangan pribadi" Gani terlihat merobek peta yang di bawanya hingga menjadi serpihan kecil.
"Loh petanya..?" aku bingung melihat tingkahnya. " Sudahlah ini hanya secarik kertas tak berguna, kita kan sudah janji untuk sama-sama sukses di Ibukota. Terlebih lagi kau itu sahabatku punk, lupakanlah kertas ini mending kita cari uang agar tak menjadi jomblo abadi terus...hehhehe !!" ucapnya terkekeh.
"bisa aja lo Gan, ya udah lah gua mau mandi...awas lo jangan bengong di depan ntar kesurupan" aku segera melangkah masuk ke dalam rumah, sedangkan Gani menerawang jauh untuk mengubur kesenangannya adventure dan menemukan hal yang baru, ia tersenyum melihat serpihan kertas di lantai.